BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT

PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA

NOTE : PERHITUNGAN OTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA SELUBUNG BANGUNAN DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC).

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

KINERJA BENTUK BANGUNAN PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH DI SURABAYA TERHADAP EFISIENSI ENERGI PENDINGINAN

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

LAMPIRAN. = transmitansi termal fenestrasi (W/m 2.K) = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC

ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB III TINJAUAN KHUSUS

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

Transfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMALISASI KINERJA TERMAL SELUBUNG BANGUNAN PADA DESAIN KAMPUS BARU PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNLAM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

(Mehleri, 2010). Konfigurasi bidang lipat dengan rentang sudut optimal menghasilkan penerimaan radiasi yang lebih kecil daripada model dasar, karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

SELUBUNG BANGUNAN VOL. 1. PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN GEDUNG HIJAU JAKARTA Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 38/2012. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

EVALUASI KENYAMANAN THERMAL MESJID AR-RAUDDAH KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

1 KONDISI IKLIM RATA-RATA DAN ANALISA IKLIM

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB III Metode Penelitian

BAB III ELABORASI TEMA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB I PENDAHULUAN Krisis Energi Kebutuhan energi di segala aspek kehidupan manusia saat ini semakin

BAB III TINJAUAN KHUSUS (ELABORASI TEMA) Konsep Bangunan hijau adalah bangunan dimana di dalam perencanaan,

Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung.

EFISIENSI ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN OFFICE BUILDING)

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin menipisnya cadangan energi yang ada saat ini dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cahaya merupakan elemen yang penting bagi makhluk hidup di muka bumi. Tanpa

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Arsitektur Landhuizen sebagai cikal bakal arsitektur Indis...13

TUGAS AKHIR PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SATELIT CAWANG, JAKARTA TIMUR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

SOLAR ANALYSIS USING BUILDING INFORMATION MODELLING WITH THE GLASS BOX METHOD IN JAKARTA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam buku karangan Ellsworth Huntington (1951) yang berjudul principles

OPTIMALISASI BUKAAN JENDELA UNTUK PENCAHAYAAN ALAMI DAN KONSUMSI ENERGI BANGUNAN

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

BAB II PERPINDAHAN PANAS DALAM PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

BAB III. TINJAUAN KHUSUS. III. 1. PENGERTIAN BANGUNAN HEMAT ENERGI

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

Kinerja Termal Rumah Tinggal Pedesaan Sebagai Strategi Konservasi Energi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai

DAFTAR ISI. 2.1 Literatur Yang Menunjang Penelitian Keaslian Dan Kebaruan Penulisan... 7

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

ANALISIS KONSERVASI ENERGI MELALUI SELUBUNG BANGUNAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

BAB 5 KESIMPULAN Pengaruh Pola Tata Letak

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen untuk merumusan kombinasi material yang efisien pada bangunan perkantoran bertingkat menengah dengan bentuk tertentu sehingga bangunan tersebut efisien dalam penggunaan energi pendinginan, mengevaluasi kinerja bentuk dan material pada perkantoran bertingkat menengah terhadap energi pendinginan, serta menganalisa dan menjelaskan pengaruh bentuk dan material terhadap energi pendinginan. Hubungan bentuk dan material terhadap energi dicari dengan menetapkan beberapa asumsi yaitu orientasi bangunan (utara-selatan), WWR setiap sisi (20%), warna finishing dinding plester (putih), Tinggi antar lantai bangunan (4m), internal gain (10W/m 2 ), jam operasional bangunan (08.00-18.00, 5 hari kerja dalam seminggu). Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, hasil penelitian menunjukkan dengan volume yang sama, bangunan dengan prosentase luas dinding kecil dapat mengurangi panas yang masuk baik akibat radiasi dan konduksi lebih banyak. Hasil evaluasi secara umum menunjukkan bahwa kinerja energi pada bangunan bertingkat menengah di Surabaya buruk. Dari tujuh model hanya satu model yang memenuhi kriteria efisiensi energi yaitu model dengan bentuk oktagon (model 4). Jika dibandingkan dengan model dasar, bentuk oktagon memiliki prosentase dinding lebih 28% lebih rendah sehinggga jumlah panas baik secara konduksi lebih kecil. Model oktagon memiliki prosentase dinding barat paling kecil sehinggga panas yang masuk karena radiasi juga kecil. Dengan volume yang sama, bentuk oktagon memiliki luas lantai 50% lebih besar dari model dasar, sehingga jumlah energi pendinginan di tiap m 2 menjadi 39% lebih rendah. Model yang paling efisien adalah bentuk oktagon dengan material dinding bata konvensional dan clear glass. Bangunan dengan bentuk lain dapat menjadi bangunan yang efisien dengan menggunakan kombinasi material berbeda pada dinding dan kaca. Rumusan bentuk dan material yang efisen dalam 115

penggunaan energi pendinginan terdapat pada tabel 5.1. Bangunan yang memiliki karakteristik hampir sama dengan model dasar, memiliki orientasi utara dan selatan, dengan sisi utara lebih besar dari sisi timur dan baratnya akan menjadi efisien jika menggunakan bata ringan dengan cladding untuk dinding dan double glass untuk jendela atau kaca single low-e. Untuk bangunan dengan luas dinding barat dan timur yang lebih besar dari dinding utara dan selatannya, atau bangunan tinggi dengan bentuk persegi, material dinding yang digunakan adalah bata ringan dengan cladding dan kaca yang digunakan harus double low-e. Bangunan oktagon memiliki delapan orientasi dinding sehingga luas dinding di sisi timur dan barat cukup kecil selain itu bangunan oktagon dengan volume yang sama memiliki luas dinding lebih kecil jika dibandingkan dengan bentuk lain sehingga material apapun dapat diaplikasikan pada bangunan ini. Tabel 5.1 Bentuk dan komposisi material yang memiliki energi pendinginan efisien Model 1 panjang, (model dasar) 2 Bentuk Bentuk L, Gambar Dinding tak tembus cahaya Dinding tembus cahaya Material Double glass atau low-e Double glass atau low-e 3 Bentuk H, Kaca double low-e 4 Oktagon, Bata konvensional atau bata ringan Clear glass 5 Kaca double low-e 116

Tabel 5.1 Bentuk dan komposisi material yang memiliki energi pendinginan efisien (lanjutan) Model 6 7 Bentuk panjang, wedding cake panjang, inclined Gambar Dinding tak tembus cahaya Dinding tembus cahaya Bata konvensional atau bata ringan Material Kaca double low-e Clear glass Double glass atau low-e Teori sebelumnya dari Markus & Moris (1980) menyatakan meningkatnya s/v ratio mengakibatkan naiknya beban pendinginan. Dalam penelitian kali ini terdapat satu kasus dimana model 7 memiliki s/v ratio paling besar namun beban pendinginan model 7 bukan yang terbesar diantara semuanya. Satu kasus lainnya, dimana s/v ratio model 1 sama degan s/v ratio model 5 namun beban pendinginan model 5 lebih tinggi dari model 1. Perbedaan ini terjadi karena pada penelitian sebelumnya radiasi yang menimpa seluruh selubung bangunan di tiap orientasi dianggap sama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan s/v ratio sama, luas dinding timur dan barat model 5 lebih besar maka radiasi matahari yang diterima juga makin besar sehinggga menyebabkan beban pendinginan model 5 lebih tinggi dari model 1. Hal ini mendukung pernyataan Zefros (2012), walaupun memiliki s/v ratio sama, bentuk yang berbeda akan memiliki beban pendinginan yang berbeda pula karena perbedaan bentuk akan mempengaruhi jumlah radiasi yang menerpa bangunan. Beban pendinginan akan lebih tinggi pada bangunan dengan luas dinding besar. Hasil penelitian kali ini menunjukkan bahwa prosentase luas dinding lebih banyak berpengaruh pada besarnya beban pendinginan dibandingkan prosentase luas atap. makin besar luas dinding maka makin besar pula sqc pada bangunan. Bangunan yang memiliki dinding barat dan timur sama atau lebih besar dari dinding utara dan selatannya akan menerima lebih banyak radiasi. Semakin besar rasio dinding barat dan timur tehhadap selubung, makin besar pula sqs pada 117

bangunan. Hal ini mendukung pernyataan Yeang (1994), bangunan bertingkat paling banyak memasukkan panas dari dinding dibanding elemen lainnya. Craford dkk (2011) menyatakan bahwa merubah bentuk bangunan tidak terlalu banyak pengaruhnya terhadap energi operasional dibandingkan merubah material dinding. Pada penelitian kali ini didapat perbedaan bentuk akan sangat mempengaruhi beban pendinginan dan energi operasional bangunan. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Craford dkk (2011) terletak pada parameter bentuk yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya menguji pengaruh s/v ratio dengan surface yang sama dan volume yang berbeda sedangkan pada penelitian kali ini menguji pengaruh bentuk degan surface yang berbeda dengan volume sama. Merubah kombinasi material dinding memiliki pengaruh lebih besar dibanding merubah bentuk bangunan. Dengan kombinasi material tertentu, bangunan yang memiliki kinerja energi buruk akan dapat menjadi bangunan yang efisien. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gratia & Herde (2003) menghasilkan pernyataan bahwa merubah bentuk akan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap beban pendinginan dari pada meningkatkan kualitas material dinding. Pada penelitian sebelumnya, perbedaan kualitas material dinding disebabkan oleh penebalan insulasi pada dinding, sedangkan pada penelitian kali ini, peningkatan kualitas dinding disebabkan oleh perubahan jenis material dan thermal properties material serta kombinasi material dinding dan kaca. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap bangunan memiliki kombinasi material yang berbeda (tabel 5.1). hal ini mendukung pendapat Satwiko (2004) dan Priatman (2000), komposisi material yang digunakan, WWR dan luas bidang pada orientasi tertentu akan banyak mempengaruhi OTTV bangunan, artinya, dengan bentuk yang berbeda, akan berbeda pula kombinasi material yang digunakan. 5.2 Saran Untuk memperoleh pemahaman yang lebih berkaitan dengan pengaruh bentuk dan material terhadap efisiensi energi pendinginan pada perkantoran 118

bertingkat menengah, maka dapat dilakukan beberapa pengembangan (penelitian) sebagai berikut: 1. Penelitian kali ini memiliki keterbatasan terhadap bentuk yang diuji, penelitian berikutnya dapat menguji betuk curvalinear untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efisiensi energi pendinginan 2. Keterbatasan material yang diuji mengakibatkan perlunya kajian material lain untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efisiensi energi pendinginan 3. Penelitian ini menggunkan asumsi WWR pada setiap sisi dinding sama padahal setiap dinding menerima radiasi yang berbeda, penelitian berikutnya dapat menjadikan WWR sebagai variabel untuk mengkaji komposisi material yang efisien pada perkantoran bertingkat menengah 4. Pada penelitian ini, aliran panas yang masuk ke dalam bangunan berupa gain breakdown. Agar lebih mudah menunjukkan aliran panas pada masingmasing elemen bangunan, penelitian berikutnya disarankan menggunakan software yang dapat menampilkan elemental breakdown untuk memudahkan evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi pengaruh bentuk dan material terhadap kinerja energi, saran yang dapat diberikan adalah: 1. Bangunan perkantoran bertingkat menengah sebaiknya dibangun dengan bentuk oktagon. Dengan volume yang sama, bentuk oktagon memiliki luas dinding yang lebih kecil dan luas lantai yang lebih besar sehingga energi pendinginan tiap m 2 menjadi lebih kecil. 2. Sebaiknya luas dinding sisi timur dan barat bangunan lebih kecil dari dinding utara dan selatan 3. Untuk bangunan yang memiliki luas dinding timur dan barat yang besar, sebaiknya menggunakan dinding dengan u-value dan decrement factor kecil dan kaca dengan u-value dan asg rendah. 119

Halaman ini sengaja dikosongkan 120