IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Susanto Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal ini maka akan lebih mudah menentukan perlakuan pengeringan yang akan diberikan kepada bahan. Perambatan suhu pada bahan akan mempengaruhi kecepatan, energi, lama pengeringan serta kerusakan serat setelah pengeringan (Mohsenin,1980). Pada penelitian ini kayu meranti yang digunakan untuk pengeringan memiliki konduktivitas panas sebesar 0,15314 W/mK. Nilai itu menunjukkan bahwa kayu meranti dapat menyalurkan panas sejumlah 0,15314 W pada permukaan seluas 1m 2 sejauh 1m dengan perbedaan suhu 1 K. Menurut Tiwari (1998) bahan kayu memiliki rata-rata konduktivitas panas 0,04-0,166 W/mK, dengan nilai tersebut maka kayu meranti tergolong lebih baik menyalurkan panas dari kayu lainnya. Menurut hasil pengukuran panas jenis dengan menggunakan kalorimeter plastik maka didapat panas jenis kayu meranti yang digunakan pada penelitian ini sebesar 1321,164 J/kg K dengan berat jenis 0,803 kg/m 3. Dengan adanya ketiga data diatas maka difusivitas panas kayu meranti sebesar 7,259 x 10-8 m 2 /s. Perhitungan thermal properties ini dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil pengukuran dan perhitungan karakteristik panas kayu ini akan digunakan sebagai parameter spesifik untuk penghitungan pindah panas dalam alat pengering. B. Karakteristik Pengering 1. Suhu Tiwari (1997) mengatakan bahwa suhu memberikan pengaruh secara langsung pada fisiologi dasar bahan yang dikeringkan, hal itu mencakup respirasi, perubahan serat serta warna. Pada sistem pengeringan oven, suhu dapat diatur dengan sistem pemanas otomatis yang akan mengontrol temperatur di dalam oven selama pengeringan, sedangkan pada pengeringan matahari suhu ruangan sangat tergantung dengan intensitas cahaya matahari di siang hari. 37
2 Pada penelitian ini peningkatan suhu diakibatkan oleh aliran udara panas berasal dari pemanas oven, lalu dialirkan oleh kipas kedalam oven. Panas yang dialirkan tersebut digunakan untuk mengeringkan kayu yang akan dikeringkan. Pengukuran suhu sistem pengering dilakukan pada 24 titik, yang mencakup empat posisi pendistribusian suhu pada sistem pengeringan yaitu suhu lingkungan, suhu ruang pengering, suhu permukaan kayu serta suhu dalam kayu. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, permukaan serta suhu dalam bahan pada percobaan dapat dilihat pada gambar 13. T Lingkungan T Pengering T Permukaan Bahan T Dalam Bahan Suhu (C) Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 Matahari Perlakuan Suhu Gambar 13. Grafik perbandingan suhu pada berbagai perlakuan suhu percobaan. Profil suhu lingkungan dan ruang pengering menunjukkan bahwa pada setiap percobaan, suhu ruang pengering selalu lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan. Hal ini terjadi karena pengering oven terisolasi dari lingkungan sehingga suhu di dalam oven tidak mempengaruhi suhu lingkungan. Selain itu dapat dilihat bahwa suhu permukaan bahan juga cenderung sedikit lebih rendah dari suhu pengeringan, hal ini diakibatkan oleh perbedaan konduktivitas panas antara kayu dan udara. Suhu yang dikeluarkan pengering mengalami reduksi saat mencapai permukaan bahan karena terjadi konveksi oleh udara, lalu panas yang ditarima permukaan bahan dikonduksikan ke seluruh bagian bahan sehingga juga terjadi reduksi suhu. Pada pengeringan menggunakan oven, suhu lingkungan relatif stabil 38
3 di setiap waktu, berkisar antara C, sedangkan pada pengeringan matahari suhu lingkungan berubah-ubah mengikuti intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari suhu lingkungan berkisar antara 22 C lalu meningkat hingga mencapai 38 C pada tengah hari dan kembali turun ke 27 C pada sore hari. 2. Kelembaban (RH) Selain suhu dan intensitas cahaya matahari, kelembaban juga merupakan elemen yang penting dalam proses pengeringan. Kelembaban merupakan rasio uap air dalam 1 kg udara. Kelembaban dalam bangunan pengering dipengaruhi parameter iklim luar seperti kelembaban, suhu udara dan intensitas matahari (Tiwari, 1997). Kelembaban udara dalam oven relatif stabil karena udara di dalam ruangan pengering terisolir dari lingkungan, sedangkan pada pengeringan matahari kelembaban udara dalam bangunan pengering sangat bergantung pada keadaan lingkungan luar dan intensitas cahaya matahari. Perbandingan kelembaban pada tiap percobaan dapat dilihat pada gambar Matahari RH (%) Waktu (Jam) Gambar 14. Grafik perbandingan kelembaban hasil pengukuran pada berbagai percobaan. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kondisi kelembaban tiap percobaan relatif stabil. Kelembaban udara pengering pada percobaan menggunakan suhu 30 C berkisar antara %. pengeringan 50 C berkisar antara %, pengeringan 70 C berkisar antara % dan 39
4 pengeringan 90 C berkisar antara %. Dari data tersebut maka didapat hubungan semakin tinggi suhu maka RH akan semakin rendah atau suhu berbanding terbalik dengan RH. Tingginya kelembaban udara sangat mempengaruhi kadar air dalam pengeringan. Air yang terdapat dalam bahan yang dikeringkan akan terus menurun hingga air yang terkandung dalam bahan mendekati kandungan air di udara sehingga mencapai kadar air kesetimbangan. 3. Pindah Panas pada Alat Pengering Soegijanto(1999) menyatakan bahwa bangunan akan mendapatkan perolehan panas dan mengeluarkan atau kehilangan panas ke lingkungan sekitarnya, perolehan dan pengeluaran panas dapat terjadi melalui proses pindah panas. Pada pengering oven pindah panas terjadi melalui dua proses pindah panas, yaitu pindah panas konduksi dan konveksi, sedangkan pada pengering matahari pindah panas terjadi melalui tiga proses, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi terjadi pada seluruh bagian bahan, sedangkan konveksi terjadi di dalam bangunan pengering. Pindah panas total meliputi pindah panas dari pemanas ke dalam pengering, pindah panas pada tebal dinding dan pindah panas dari pengering ke udara luar. Tabel 5. Nilai pindah panas pada percobaan Pindah panas Konduksi Konveksi Percobaan Total W/m ,38 1,01 118, ,39 1,39 420, ,93 1,55 709, ,11 1, ,75 Matahari 2,60 1,09 443,50 Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan nilai pindah panas yang terjadi pada proses pengeringan. Pada pengering oven pindah panas mulai terjadi dari pemanas oven yang mengalirkan udara panas ke dalam sistem pengeringan melalui kipas blower, lalu udara yang bersuhu tinggi akan masuk ke dalam sistem dan mentransfer panasnya ke dinding, rak dan 40
5 permukaan kayu yang dikeringkan. Panas yang dikonveksikan ke permukaan bahan diteruskan ke seluruh bagian bahan melalui proses pindah panas konduksi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa pindah panas konduksi, konveksi dan pindah panas total terbesar terjadi pada suhu pengeringan 90 C, sedangkan yang terkecil pada pengeringan 30 C. Bila dibandingkan dengan nilai pindah panasnya berkisar pada C, nilai pindah panas ini sedikit lebih besar, namun hal ini dapat dijelaskan karena bangunan pengeringan matahari memiliki ukuran yang lebih besar. Sebaran suhu dan perpindahan panas dalam alat pengering dapat dilihat pada gambar berikut. (a) (b) 41
6 (c) (d) Gambar 15. Pemetaan distribusi suhu pada pengeringan (c) 70 0 C, (d) 90 0 C. (a) 30 0 C, (b) 50 0 C, Seperti apa yang terlihat pada gambar diatas, distribusi suhu dalam pengering oven terlihat tidak seragam, dan sebarannyaa pun beragam. Pada 42
7 pengeringan 30 C, suhu pengering berkisar antara 34-39,2 C, pengeringan 50 C berkisar antara 43,5-58,5 C, pengeringan 70 C berkisar antara C dan pengeringan 90 C berkisar antara C. Suhu pengering terlihat tinggi pada sisi kanan dan kiri, sedangkan di bagian tengah sedikit lebih rendah suhunya. Disamping itu gambar diatas juga menunjukkan bahwa sampel yang berada di posisi tengah yang memiliki suhu tertinggi, diikuti sampel sebelah kanan dan sampel paling kiri dengan suhu terrendah. Rendahnya suhu sampel sebelah kanan dikarenakan posisi yang jauh dengan kipas sehingga panas yang diterima tidak terserap dengan baik karena terhalang sampel-sampel didepannya. C. Energi dan Efisiensi Pengeringan Energi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari energi listrik. Kebutuhan energi listrik dihitung berdasarkan daya pemanas dan kipas dikalikan dengan waktu penggunaannya selama pengeringan. Listrik yang digunakan memiliki tegangan 220 Volt, pemanas yang digunakan memiliki daya 1600 watt dan kipas memiliki daya 240 watt. Efisiensi pengeringan dihitung dengan membandingkan energi pengeringan dan energi yang digunakan pada proses pengeringan. Tabel 6. Energi dan efisiensi pengeringan pada tiap percobaan Pengeringan Energi Pengeringan Effisiensi kj % , , , ,3 Dari tabel terlihat bahwa energi paling besar digunakan pada pengeringan 30 C, dan paling kecil pada pengeringan 90 C. Hal ini dikarenakan pengeringan 90 C membutuhkan waktu pengeringan yang jauh lebih singkat dibandingkan pengeringan lainnya, sehingga akumulasi energi yang digunakan lebih sedikit. Bila dilihat efisiensi pengeringannya ternyata dengan pengeringan 90 C menghasilkan pengeringan yang paling efisien dengan efisiensi 48,3 % dan yang paling tidak efisien adalah pengeringan 30 C. Hal ini dikarenakan waktu pengeringan yang lebih singkat serta Rh pengeringan yang berbeda sehingga pengeringan 90 C mengeluarkan air dari bahan dengan lebih efisien. 43
8 D. Lama dan Laju Penurunan Kadar air Prinsip pengeringan pada dasarnya adalah mengeringkan bahan sampai kadar air bahan mendekati nol atau telah mencapai kadar air kesetimbangannya. Kadar air awal bahan pada penelitian ini berkisar antara %, sehingga proses pengeringan perlu mengeluarkan 80% air yang terdapat dalam bahan hingga tercapai kadar air kesetimbangan. Sedangkan pada pengeringan matahari kadar air awal bahan yang akan dikeringkan berkisar % basis kering, sehingga perlu mengeluarkan 30 % air yang terkandung dalam bahan menggunakan energi yang didapat dari matahari. Penurunan kadar air bahan dapat dilihat pada gambar C 50 C 70 C 90 C Matahari Kadar Air (%) Waktu (Jam) Gambar 16. Grafik penurunan kadar air pada berbagai perlakuan suhu. 30 C 50 C 70 C 90 C Matahari Laju Pengeringan (% BK/Jam) Waktu (Jam) Gambar 17. Grafik laju penurunan kadar air pada berbagai perlakuan suhu. 44
9 Dari gambar diatas dapat dibuat suatu tabel hubungan suhu dan RH dengan lama pengeringan, seperti pada tabel berikut. Tabel 7. Hubungan suhu dan RH pada percobaan Percobaan Suhu RH Lama pengeringan C % Jam , , , ,9 6 Matahari 38 82,6 20 hari Dari gambar serta tabel diatas dapat diambil suatu hubungan antara suhu dan RH dengan lama pengeringan yaitu semakin tinggi suhu pengeringan semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar air kesetimbangan, dan semakin rendah RH semakin sedikit pula waktu yang digunakan untuk mencapai kesetimbangan. Dari hubungan diatas dapat disimpulkan suatu hubungan yaitu waktu pengeringan berbanding terbalik dengan suhu pengeringan dan berbanding lurus dengan RH. Hal ini sesuai dengan rumus Kollman (1970) seperti pada persamaan (38). Hal diatas dapat dijelaskan pada waktu yang sama konsentrasi air dalam bahan yang dikeringkan dengan suhu tinggi selalu lebih kecil dari bahan yang dikeringkan dengan suhu rendah, sehingga ikatan air dengan bahan makin kuat, selisih tekanan uap makin kecil akibatnya penguapan yang berlangsung makin sulit. Dari data diatas terdapat perbedaan antara pengeringan oven dan matahari, dimana pengeringan matahari memerlukan waktu 20 hari untuk mencapai kadar air kesetimbangan sedangkan pengeringan oven 30 C hanya perlu 21 jam untuk mencapai kesetimbangan. Hal ini terjadi karena perbedaan ketebalan kayu. Pada pengeringan matahari yang dilakukan oleh team pengeringan kayu menggunakan sampel kayu dengan ketebalan 20 mm sedangkan pada penelitian pengeringan oven ini menggunakan sample 5 mm. Namun bila dimasukkan dalam rumus kollman diatas, hasil nya sesuai. Pada awal pengeringan laju pengeringannya cukup tinggi, karena masih terdapat air yang cukup banyak di permukaan bahan dan setelah itu terjadi laju pengeringan yang semakin lama semakin menurun dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan karena terjadi mekanisme pengeringan difusi, 45
10 yaitu terjadi pepindahan uap air dari dalam bahan ke permukaan bahan kemudian dari permukaan bahan ke udara bebas. Terjadinya mekanisme diatas karena adanya perbedaan tekanan uap air antara bahan yang dikeringkan dengan udara luar. Menurut Hall (1957), aliran atau migrasi air dari tempat yang bertekanan uap tinggi ke tempat yang bertekanan uap rendah adalah sebanding dengan selisih tekanan uapnya. E. Kadar Air Kesetimbangan Kadar air kesetimbangan bahan sangat bergantung pada suhu dan kelembaban. Hubungan antara suhu, kelembaban, kadar air awal dan akhir bahan dapat dilihat pada tabel. Tabel 8. Hubungan suhu, RH, kadar air awal dan kadar air kesetimbangan pada setiap perlakuan pengeringan. Percobaan Suhu RH KA awal KA setimbang C % % bk % bk ,2 88,54 16, ,5 89,46 14, ,3 89,74 12, ,9 90,7 11,21 Matahari 38 82,6 35,69 20,94 Dari tabel diatas dapat diambil suatu perbandingan antara suhu, RH dan kadar air kesetimbangan yaitu semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin rendah kadar air kesetimbangan yang dihasilkan, serta semakin rendah RH maka semakin rendah pula kadar air kesetimbangan yang dihasilkan. Dari perbandingan diatas dapat diambil hubungan antara suhu, RH dan kadar air kesetimbangan yaitu kadar air kesetimbangan berbanding lurus dengan RH tetapi berbanding terbalik dengan temperatur. F. Model Persamaan Kadar Air Keseimbangan Persamaan kadar air keseimbangan diperoleh setelah didapat nilai kadar air kesetimbangan (Me). Sedangkan nilai kadar air keseimbangan dinamis diperoleh berdasarkan penurunan kadar air selama pengeringan. Model persamaan kadar air kesetimbangan yang dikemukakan oleh henderson pada masing-masing suhu dan RH dicari dengan metode kuadrat terkecil. Persamaan model henderson untuk tiap perlakuan berturut-turut 30 C, 50 C, 70 C, 90 C dan pengeringan matahari dapat dilihat pada persamaan. 46
11 Tabel 9. Persamaan model henderson pada berbagai percobaan. Percobaan Suhu Persamaan (C) 1 30 ( 1 RH ) = exp ( 5,56 * 10-3 t Me 0,016 ) 2 50 ( 1 RH ) = exp ( 4,37 * 10-3 t Me 0,117 ) 3 70 ( 1 RH ) = exp ( 2,42 * 10-3 t Me 0,272 ) 4 90 ( 1 RH ) = exp ( 2,37 * 10-3 t Me 0,088 ) Matahari 38 ( 1 RH ) = exp ( 58,6 * 10-3 t Me 1,278 ) G. Konstanta pengeringan Konstanta pengeringan merupakan paduan unsur-unsur difusifitas dan bentuk benda. Pada penelitian ini nilai K diperoleh dari penurunan kadar air. Nilai K yang didapat pada masing-masing suhu dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 10. Konstanta pengeringan pada berbagai percobaan. Percobaan Suhu (C) Konstanta Pengeringan (Jam -1 ) , , , ,2722 Matahari 38 0,0219 Nilai-nilai konstanta pengeringan hanya berlaku bagi model pengeringan lapisan tipis yang digunakan. Tiap-tiap model pengeringan menghasilkan konstanta pengeringan tersendiri. Sebagian peneliti menganggap bahwa konstanta pengeringan merupakan fungsi suhu, kadar air dan kelembaban relatif. H. Analisis Suara Gitar Karena lebih cepat, maka dari kayu hasil pengeringan 90 C dibuat sebuah gitar akustik untuk memperlihatkan pengaruh kayu dan pengeringan yang dilakukan pada kualitas suara gitar yang dibuat pada kayu hasil pengeringan tersebut. Pembuatan gitar dilakukan dengan menggunakan alat pertukangan sederhana sesuai dengan buku panduan pembuatan gitar yang dibuat Jim Williams dengan bantuan buruh tukang selama tujuh hari. Setelah gitar selesai dibuat dan dikeringkan lalu dipasangkan senar sesuai dengan aturan pemasangan senar gitar, yaitu senar nylon E pada posisi senar 1, senar nylon B pada posisi senar 2, senar nylon G pada posisi senar 3, senar kawat lilit D pada posisi senar 4, senar kawat 47
12 lilit A pada posisi senar 5 dan senar kawat lilit E pada posisi senar 6. Nomor hitung senar dimulai dari posisi paling bawah sebagai nomor 1 dan posisi paling atas sebagai posisi nomor 6. Gambar 18. Gitar hasil pengeringan 90 0 C Setelah tahap pemasangan senar maka dilakukan perekaman suara gitar pada nada C, G dan F lalu dibandingkan dengan hasil perekaman nada yang sama pada gitar standar pabrik gitar Yamaha tipe CG-101a dengan menggunakan microphone dan software visualisasi suara Audacity 1.3. Nada hasil perekaman suara gitar dianalisis dengan software Audacity 1.3 untuk membandingkan lamanya suara dan amplitudo dari gelombang suara digital kedua jenis gitar dengan asumsi bentuk badan gitar diabaikan. 1. Durasi nada Kualitas suara gitar akustik dapat dilihat dari berbagai hal, yaitu frekuensi nada, ketepatan nada, amplitudo nada serta durasi gelombang suara. Namun untuk melihat kualitas suara yang dihasilkan dari kayu gitar maka kualitas gitar dilihat dari segi amplitudo dan durasi gelombang suara, walaupun geometri badan gitar dapat diabaikan. 48
13 Gitar yang baik adalah gitar yang memiliki durasi nada yang panjang. Para pemain gitar klasik memerlukan getaran suara yang lama agar terjadi kesinambungan dalam permainan gitar yang mereka mainkan. Artinya jenis suara yang diinginkan adalah nada yang dipetik masih bergema ketika nada yang lain akan dipetik, sehingga suara gitar yang dimainkan lebih ramai dan hidup. Perbandingan durasi nada kedua gitar dapat dilihat pada gambar. Garis horizontal ke kanan melambangkan waktu dan vertikal ke atas menggambarkan amplitudo gelombang. Gambar 19. Perbandingan durasi nada gitar 90 C (atas) dan gitar standar Yamaha (bawah) pada nada C (123 Hz) 49
14 Gambar 20. Perbandingan durasi nada gitar 90 C (atas) dan gitar standar Yamaha (bawah) pada nada F (87,3 Hz) Gambar 21. Perbandingan durasi nada gitar 90 C (atas) dan gitar standar Yamaha (bawah) pada nada G (196 Hz) 50
15 Durasi Nada (detik) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Penelitian Yamaha G Nada C Uji F Gambar 22. Grafik perbandingan durasi nada gitar hasil pengeringan dan Yamaha Dari grafik perbandingan diatas terlihat bahwa durasi nada gitar penelitian selalu lebih tinggi dari durasi nada gitar standar pabrik Yamaha. Disamping itu gitar hasil penelitian lebih stabil pada berbagai frekuensi suara dibandingkan gitar yamaha yang lebih baik dalam frekuensi tinggi dan rendah tetapi kurang baik dalam frekuensi sedang. Dari perbandingan ini maka gitar hasil pengeringan 90 C tergolong baik. 2. Amplitudo Suara pada alat musik gitar dihasilkan dari getaran senar yang menggetarkan udara disekitarnya sehingga kayu gitar ikut bergetar. Getaran yang diterima oleh kayu gitar dirambatkan ke seluruh bagian kayu. Getaran yang merambat ini menyebabkan tekanan pada udara sekitarnya, namun lebih besar dari getaran awal senar gitar. Tekanan inilah yang dibaca oleh microphone yang lalu dikonversi ke sinyal digital oleh amplifier dan disimpan dalam media komputer. Suara gitar yang diharapkan oleh pemain gitar klasik adalah suara yang bulat dan natural. Suara dengan jenis ini akan dapat dihaslkan jika kayu yang digunakan oleh gitar dapat bergetar dengan bebas dan merambat dengan merata ke seluruh bagian. Apabila syarat tersebut terpenuhi maka akan terbentuk gelombang suara dengan amplitudo yang tinggi sehingga terjadilah suara natural seperti yang diinginkan. Gelombang suara yang dijadikan sampel perbandingan adalah gelombang suara pada saat 0,5 detik setelah dipetik selama 0,01 detik sesuai dengan standar penelitian yang dilakukan Samo Sali (1999). Perbandingan nada dapat dilihat pada gambar. Garis horizontal menunjukkan waktu dan garis vertikal menunjukkan amplitudo. 51
16 Gambar 23. Perbandingan amplitudo nada gitar 90 C (atas) dan gitar standar Yamaha (bawah) pada nada C (123 Hz). Gambar 24. Perbandingan amplitudo nada gitar 90 C (atas) dan gitar standar Yamaha (bawah) pada nada G (196 Hz) 52
17 Gambar 25. Perbandingan amplitudo nada gitar 90 C (atas) dan gitar standar Yamaha (bawah) pada nada F (87,3 Hz) Dari grafik perbandinga an diatas dapat dibuat suatu tabel perbandingann amplitudo gelombang antara gitar penelitian dan gitar standar pabrik Yamaha seperti berikut. 1,5 Penelitian Yamaha 1 0,5 0 F C G Gambar 26. Grafik perbandingan amplitudo Yamaha pada nada F, C dan G. gitar hasil penelitian dan gitar Dari grafik perbandingan diatas dapat dilihat bahwa amplitudo gelombang suara gitar penelitian lebih tinggi daripada gitar standar pabrik Yamahaa pada nada C (123 Hz) tetapi lebih rendah pada nada F (87,3 Hz) dan G (196 Hz). Dari 53
18 perbandingan itu maka gitar penelitian tergolong baik dalam menghasilkan nada natural pada frekuensi menengah, tetapi tidak terlalu baik dalam menghasilkan nada frekuensi tinggi dan rendah. Hal ini sesuai dengan karakteristik suara pada tabel 1 yang menunjukkan bahwa kayu meranti baik pada nada sedang dan tidak terlalu baik pada nada bass dan treble. G. Analisa Statistik Penelitian Dari hasil pengolahan data penelitian rak diperoleh analisa keragaman perbandingan penurunan kadar air sampel di ketiga rak. Dengan adanya analisa ini maka akan diuji apakah penurunan kadar air di setiap rak bernilai sama atau berbeda. Perbandingan itu dilihat dari p-value dari tiap pengujian. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H 0 = Rata-rata dari tiga level sama H 1 = Rata-rata dari tiga level tidak sama 1. Percobaan 1 Tabel 11. Analisis varians penurunan kadar air di tiga rak pada pengeringan 30 0 C Sumber keragaman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Bebas (DB) Kuadrat Tengah (KT) F Hitung p-value Perlakuan 6, ,244 0,151 0,861 Galat 451, ,511 Total 458, Percobaan 2 Tabel 12. Uji DMRT kadar air di tiga rak pada pengeringan 30 0 C Rak N Subset untuk α = 0.05 rak1 8 60,2211 rak3 8 61,1912 rak2 8 61,4209 p-value 0,631 Tabel 13. Analisis varians penurunan kadar air di tiga rak pada pengeringan 50 0 C Sumber keragaman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Bebas (DB) Kuadrat Tengah (KT) F Hitung p-value Perlakuan 7, ,822 0,557 0,581 Galat 144, ,862 Total 151,
19 Tabel 14. Uji DMRT kadar air di tiga rak pada pengeringan 50 0 C Rak N Subset untuk α = 0.05 rak1 8 73,6305 rak3 8 74,8114 rak2 8 74,8432 p-value 0, Percobaan 3 Tabel 15. Analisis varians penurunan kadar air di tiga rak pada pengeringan 70 0 C Sumber keragaman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Bebas (DB) Kuadrat Tengah (KT) F Hitung p-value Perlakuan 116, ,242 7,333 0,672 Galat 166, ,943 Total 283, Tabel 16. Uji DMRT kadar air di tiga rak pada pengeringan 70 0 C Rak N Subset untuk α= 0.05 rak1 8 79,7049 rak3 8 79,8991 rak2 8 79,6723 p-value 0, Percobaan 4 Tabel 17. Analisis varians penurunan kadar air di tiga rak pada pengeringan 90 0 C Sumber keragaman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Bebas (DB) Kuadrat Tengah (KT) F Hitung p-value Perlakuan 7, ,935 0,720 0,498 Galat 114, ,467 Total 122,
20 Tabel 18. Uji DMRT kadar air di tiga rak pada pengeringan 90 0 C Rak N Subset untuk α= 0.05 rak1 8 84,6336 rak3 8 84,9369 rak2 8 85,9713 p-value 0,292 Dari hasil analisis varians pada keempat percobaan didapat p-value masingmasing percobaan sebesar 0,861, 0,581, 0,672; 0,498 dan nilai ini lebih besar dari α= 5% maka H 0 tidak ditolak, artinya penurunan kadar air rata-rata di tiga rak sama. Berdasarkan uji lanjut DMRT keempat percobaan memiliki p-value masingmasing sebesar 0,631; 0,392; 0,892 dan 0,292. Nilai p-value ini lebih besar dari α= 5%. Disamping itu keempat percobaan memiliki subset yang sama pada α= 5% sehingga dapat disimpulkan pada tiap percobaan terjadi penurunan kadar air yang sama pada rak 1, rak 2 dan rak 3 pada pengering oven. 56
Lampiran 1. Produksi Kayu Bulat oleh Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan Menurut Jenis Kayu, Lampiran 2. System pengeringan kayu Meranti
LAMPIRAN Lampiran 1. Produksi Kayu Bulat oleh Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan Menurut Jenis Kayu, 24-28 Jenis Kayu Produksi Kayu (M 3 ) 24 25 26 27 28 Agathis 32134 29,888 1,612 12,754 18,121 Bakau 29,475
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa 1. Perubahan Kadar Air terhadap Waktu Pengeringan buah mahkota dewa dimulai dari kadar air awal bahan sampai mendekati
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperinciGambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian
Lebih terperinciGambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat
III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis
Lebih terperinciSOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay
SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING
PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Prinsip pengeringan lapisan tipis pada dasarnya adalah mengeringkan bahan sampai kadar air bahan mencapai kadar air keseimbangannya. Sesuai
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANAS DAN MASSA
DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciMARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.
KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciSoal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121
SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap
Lebih terperinciAnalisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik
Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik Eko Rendra Saputra, Agus Purwanto, dan Sumarna Pusat Studi Getaran dan Bunyi, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap
BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan
Lebih terperinciSoal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada
Lebih terperinciSIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK
VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan
Lebih terperinciGetaran, Gelombang dan Bunyi
Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06- Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan dan percepatannya maksimum
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).
3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) Tumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang dapat dikembangkan dan bahkan dipasarkan di dalam negeri maupun di luar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan
Lebih terperinciGrafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang
Lebih terperinciGETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI
GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06-24 Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG
UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG DIAN HIDAYATI NRP 2110 030 037 Dosen Pembimbing Ir. Joko Sarsetyanto, MT PROGRAM STUDI DIPLOMA III
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Gangguan Pada Audio Generator Terhadap Amplitudo Gelombang Audio Yang Dipancarkan Pengukuran amplitudo gelombang audio yang dipancarkan pada berbagai tingkat audio generator
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan
Lebih terperinciTugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap
BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T
Lebih terperinciWardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College
Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 9. PENGKONDISIAN UDARA
BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan
Lebih terperinciLatihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang
Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciRINGKASAN BAKING AND ROASTING
RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan
Lebih terperinciSOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 12 menit 1. Di antara besaran - besaran seperti kelajuan, temperatur, percepatan, momentum, intensitas
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas
LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER
KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : DAVID TAMBUNAN
Lebih terperinci7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi
Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS Menurut Brooker et al. (1974) terdapat beberapa kombinasi waktu dan suhu udara pengering dimana komoditas hasil pertanian dengan kadar
Lebih terperinci9/17/ KALOR 1
9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering
Lebih terperinciMETODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat
METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada
III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor
Lebih terperinciMENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK
112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan
Lebih terperinciK13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika
K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Spektrum gelombang elektromagnetik jika diurutkan dari frekuensi terkecil ke yang paling besar adalah...
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Pohon Meranti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Meranti merah (Shorea Leprosula Miq.) adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam perdagangan. Meranti merah tergolong kayu keras
Lebih terperinciSOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005
2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat
Lebih terperinciSKRIPSI OLEH: F
SKRIPSI KARAKTERISTIK TERMAL KAYU MERANTI (Shorea Leprosula Miq.) PADA BAHAN GITAR AKUSTIK MENGGUNAKANN PROSES PENGERINGAN LAPISAN TIPIS OLEH: PUTRA PRATAMA F14060402 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIANN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kalibrasi Kalibrasi dilakukan untuk termokopel yang berada pada HTF, PCM dan permukaan kolektor. Hasil dari kalibrasi tiap termokopelnya disajikan pada Tabel 4.1,
Lebih terperinciDitemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744
A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran
Lebih terperinciPEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA
Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA Vandri Ahmad Isnaini, S.Si., M.Si Program Studi Pendidikan Fisika IAIN
Lebih terperincibesarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air
Lebih terperinciD. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J
1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN
64 BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN a. Beban Pengeringan Dari hasil perhitungan rancangan alat pengering ikan dengan pengurangan kadar air dari 7% menjadi 1% dari 6 kg bahan berupa jahe dengan
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini
Lebih terperinciPENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT
PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,
Lebih terperinciPETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap III Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMP
PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap III Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMP 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika Tingkat SMP yaitu dalam bentuk Essay panjang. 2. Soal essay panjang
Lebih terperinciStudi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan
Lebih terperinciSatuan Operasi dan Proses TIP FTP UB
Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain
Lebih terperinciTransmisi Bunyi di Dalam Pipa
Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Didalam Bab 4.1 telah dijelaskan bahwa gelombang suara di dalam fluida tidak dipengaruhi oleh permukaan luarnya yang sejajar dengan arah suara propagasi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciSkripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI
KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan di Laboratorium Rekayasa
Lebih terperinciPENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK
PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK Arda Rahardja Lukitobudi Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara
Lebih terperinciCopyright all right reserved
Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22
Lebih terperinciProceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012
1 2 3 4 Pengaruh Konveksi Paksa Terhadap Unjuk Kerja Ruang Pengering Pada Alat Pengering Kakao Tenaga Surya Pelat Bersirip Longitudinal Harmen 1* dan A. Muhilal 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciDibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh
1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat
Lebih terperinciBAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA
BAB IV HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA Data hasil pengukuran temperatur pada alat pemanas air dengan menggabungkan ke-8 buah kolektor plat datar dengan 2 buah kolektor parabolic dengan judul Analisa
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321)
Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?
Lebih terperinciDisusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.
ANALISIS KENERJA OVEN PENGERING JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN VERIASI KEMIRINGAN SUDUT ALIRAN DALAM OVEN Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH 2108 030 022 Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST,
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Perhitungan Total Beban Kalor Dalam Ruangan Dalam bahasan ini total beban kalor tersimpan dalam ruangan adalah penjumlahan dari tambahan panas dari transmisi radiasi
Lebih terperinciD. 80,28 cm² E. 80,80cm²
1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat
Lebih terperinciSNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.
SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin
Lebih terperinciMEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan
MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam
Lebih terperinciPengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan
Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
Lebih terperinciTOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!
TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia
Lebih terperinciD. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J
1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model
Lebih terperinciGELOMBANG MEKANIK. (Rumus) www.aidianet.co.cc
GELOMBANG MEKANIK (Rumus) Gelombang adalah gejala perambatan energi. Gelombang Mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium untuk merambat. A = amplitudo gelombang (m) = = = panjang gelombang (m) v
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN UMUM
177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA
BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan
Lebih terperinciLATIHAN UJIAN NASIONAL
LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana
Lebih terperinci3. Pernyataan yang benar untuk jumlah kalor yang diserap menyebabkan perubahan suhu suatu benda adalah... a. b. c. d.
ULANGAN UMUM SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SMPK KOLESE SANTO YUSUP 2 MALANG Mata pelajaran : Fisika Hari/tanggal : Rabu, 16 Mei 2012 Kelas : VII Waktu : 07.00 08.30 Pilihlah jawaban yang paling
Lebih terperinci