AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak Persediaan. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Definisi atau Pengertian Persediaan. persediaan dapat diartikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi akuntansi terlebih dahulu. Penjelasan mengenai definisi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. oleh beberapa ilmuan dalam ruang lingkup yang berbeda, antara lain :

Biaya persediaan = Rp ,-

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 Persediaan (inventory)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan. usahanya melakukan transaksi pembelian barang dagang kemudian untuk

BAB II LANDASAN TEORI

Materi: 06 INVENTORIES (PERSEDIAAN) (Sistem Pencatatan & Metode Persediaan)

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

Penilaian Persediaan: Pendekatan Kos (Inventory Valuation: Cost Method)

BAB II LANDASAN TEORI

Piutang. Piutang adalah klaim/hak yang diharapkan akan dapat diterima dalam bentuk kas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ade Irmayani (2014), menyatakan bahwa akuntansi merupakan kontrol dan

PERTEMUAN KEEMPAT PERSEDIAAN BARANG (1) Pengertian Persediaan

BAB II BAHAN RUJUKAN

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Istilah akuntansi untuk persediaan yang digunakan untuk menunjukkan

BAB PERSEDIAAN. Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak Page 1

Akuntansi Persediaan (INVENTORY)

BAB AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

PERSEDIAAN. Berdasarkan kriteria di atas, persediaan akan mencakup unsure-unsur sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VXII AKUNTANSI PERSEDIAAN

Analisis Estimasi Biaya. Hanna Lestari, M.Eng Teknik Industri-UDINUS-2014

BAB 24 AKUNTANSI DI PERUSAHAAN DAGANG

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAGANG

dijual pemilik Pembelian dijual (Goods) Berwujud Pembelian Bahan Industru Pengolahan (tangible), lazim menjadi barang siap dijual

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi,

PERSEDIAAN DAN BIAYA PERSEDIAAN YANG TERJUAL

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian Akuntansi Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 : 1198 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Akuntansi Perusahaan Dagang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang

Materi: 7 INVENTORIES (PERSEDIAAN) (PENILAIAN, ESTIMASI & PERPUTARAN PERSEDIAAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENILAIAN PERSEDIAAN DAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN

ANALISIS PERHITUNGAN PERSEDIAAN MENURUT PSAK DAN PERPAJAKAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LAPORAN RUGI LABA PADA PT. MENARA TIGA (M3) KOTA GORONTALO

Bab 9 Persediaan. Pengantar Akuntansi, Edisi ke-21 Warren Reeve Fess

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

Analisis Sistem Persediaan dalam Akuntansi Mina Sari dan Muhammad Dahria

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 16 AKUNTANSI DI PERUSAHAAN DAGANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

ekonomi Sesi METODE PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG A. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. biasanya melakukan kegiatan bisnis dengan menjual barang dagangan atau barang

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG. OLEH Ruly Wiliandri

didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

BAB I PENDAHULUAN. Berdirinya suatu perusahaan tentunya memiliki tujuan, baik tujuan jangka pendek

Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERSEDIAAN BARANG JADI SESUAI DENGAN PSAK NO.14 PADA PT.FORTUNA INTI ALAM

13/01/2015 AKUNTANSI PAJAK INVESTASI PADA EFEK TERTENTU

PERSEDIAAN A. HARGA PEROLEHAN/HARGA POKOK PERSEDIAAN

AKUNTANSI BIAYA. Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

Week 10 Akuntansi Untuk Perusahaan Dagang

7. Pembelian Persediaan

LATIHAN AKHIR SEMESTER 1

Pengujian Substantif Persediaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I PENILAIAN PERSEDIAAN

BAB III PEMBAHASAN 1.1 Tinjauan Teori Pengertian Aset

YAYASAN PENDIDIKAN EKONOMI PUSAT SEMARANG SMK WIKARYA KARANGANYAR JL NGALIYAN KARANGANYAR

K13 Antiremed Kelas 12 Ekonomi UAS

BAB II BAHAN RUJUKAN

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Menurut Carter (2006:40) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut :

Soal-soal Kartu Persediaan (Inventory Card) Metode Periodik (Periodic Inventory System) Metode Perpetual (Perpectual Inventory System)

5 BAB PENCATATAN AYAT JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG

AKUNTANSI PROPERTY INVESTASI

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas

ekonomi Sesi JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG A. PENGERTIAN DAN FUNGSI JURNAL PENYESUAIAN B. AKUN YANG PERLU DISESUAIKAN a.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi

ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD DAN UTANG OBLIGASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: 05 Akuntansi Pajak Persediaan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com

Persediaan Merupakan aktiva : Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (barang dagang & dan produk jadi) Berada dalam proses produksi Bahan baku dan bahan pembantu Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN menyatakan penyerahan barang kena pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Barang konsinyasi tidak termasuk persediaan (consignee). Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem pencatatan dan penilaian. Untuk tujuan perpajakan, pasal 10 ayat (6) UU PPh menganut Metode FIFO & Harga Pokok Rata-rata.

DEFINISI PERSEDIAAN (PSAK 14) Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik barang dagangan untuk usaha perdagangan maupun barang jadi untuk manufaktur; berada dalam proses produksi (barang dalam proses manufaktur dan pekerjaan dalam proses untuk kontraktor); dan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Jenis persediaan Biaya Bahan Baku dan Bahan Pelengkap (harga beli + ongkos angkut + biaya gudang + lain-lain yg berhub dgn penyimpanan) Barang dalam Pengolahan (barang yang masih dalam tahap penyelesaian, untuk menyelesaikan produk tsb, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan sehingga membutuhkan Biaya Tenaga Kerja dan biaya tidak langsung lainnya) Barang Jadi (produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual)

SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN Dalam UU PPh No 36/2008, sistem pencatatan persediaan tidak diatur secara jelas. Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat asas, ketentuan perpajakan dapat menerimanya. Sistem Pencatatan Periodik Sistem Pencatatan Perpetual (UU PPh No.36/2008 menegaskan agar pencatatan sedapat mungkin dilakukan dengan sistem perpetual

Contoh Pada tanggal 4 April 2012, PD. Bintang membeli 100 unit barang dagang dengan harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN) secara tunai. PD. Bintang telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005. Pembukuan persediaan dilakukan dengan sistem perpetual : Tanggal Keterangan D K 4-April- 12 Persediaan Barang Dagang PPN Masukan Kas/Bank 5.000.000 500.000 --- --- --- 5.500.000 Harga 1 unit barang adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp50.000

Pada tanggal 30 April 2012, PD. Bintang menjual 30 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual Rp70.000/unit (belum termasuk PPN) Tanggal Keterangan D K 30-4- 12 Kas/Bank PPN Keluaran Penjualan HPP Persediaan Barang Dagang Rp 2.310.000 --- --- Rp1.500.000 -- --- Rp 210.000 Rp2.100.000 --- Rp1.500.000 Persediaan barang dengan yang tersisa dan tercatat dalam pembukuan = Rp 50.000 x 70 = Rp 3.500.000

Jika PD. Bintang belum dikukuhkan sbg PKP PD. Bintang tidak dapat mengkreditkan PPN Masukannya sehingga PPN Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan barang dagang sehingga harga 1 unit barang dagang adalah Rp5.500.000 : 100 unit = Rp55.000 Tanggal Keterangan D K 4-4- 12 Persediaan barang dagang Kas/Bank 5.500.000 --- --- 5.500.000 30-4- 12 Kas/Bank Penjualan HPP Persediaan barang dagang 2.100.000 -- 1.650.000 --- --- 2.100.000 --- 1.650.000 Karena bukan PKP, maka PD. Bintang tidak memungut PPN Keluaran

Nilai persediaan dalam neraca Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui dua cara menurut ketentuan perpajakan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 10 ayat (6), yaitu : 1. Metode rata-rata (average) atau 2. Metode FIFO Pemilihan ke dua metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan HPP, maka untuk selanjutnya harus digunakan cara yang sama.

Teknik menghitung nilai persediaan akhir 1. Metode laba bruto (gross profit method), metode ini biasa digunakan apabila inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak dilaksanakan 2. Metode harga eceran (retail method), metode ini sering digunakan oleh pengecer, pasar swalayan dan toserba untuk menaksir nilai persediaan guna penyusunan penyusunan laporan perhitungan laba rugi. UU PPh No.36/2008 dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar dan bukan berdasarkan penaksiran.

PENGERTIAN Dalam SAK-ETAP yg diatur oleh IAI (2009:52) adalah: Aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal Dlm proses produksi untuk kemudian dijual Dlm bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Jadi persedian merupakan aset yg dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur yang membutuhkan proses produksi.

PENGELOMPOKAN PERSEDIAAN 1. Perusahaan Dagang, persediaan disebut persediaan barang dagang yaitu barang dagang yang dimiliki perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan. 2. Perusahaan Manufaktur, awalnya persediaan belum siap untuk dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu: Bahan Mentah Barang Setengah Jadi

KEPEMILIKAN BARANG Harus ditentukan di awal transaksi jual beli, yaitu berdasarkan pada perjanjianatau syarat-syarat penjualan yang disepakati.

Menurut Wild dan Kwok (2011:157-158), biaya angkut dibagi 2: FOB Destination Biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikan barang dagang akan berpindah pada saat barang telah sampai di gudang pembeli. FOB Shipping Point Biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan barang dagang berpindah pada saat barang sampai di pelabuhan atau barang sampai di perusahaan pengangkutan (carrier)

Biaya angkut yg dibayar oleh pembeli akan menambah HPP yg dibeli Biaya angkut yg dibayar oleh penjual akan dicatat dalam beban operasional pada Laporan Laba Rugi. Bila ada barang yg rusak/tidak sesuai pesanan jika pembeli mengembalikan maka akan dicatat dalam akun retur pembelian (purchase return), sebaliknya penjual akan mencatat dalam akun retur penjualan (sales return)

Akun diskon pembelian ( purchase discount) adalah untk transaksi pembelian yang dilakukan secara kredit dimana pembeli melakukan pembayaran dalam jangka waktu tertentu sehingga pembeli mendapatkan potongan harga sehingga penjual dapat dengan segera mengonversi piutang usaha menjadi kas ataupun bank. Akun diskon penjualan ( sales discount) dicatat apabila potongan penjualan yg diberikan pihak penjual untuk pembayaran yang segera dilakukan oleh pembeli, sebesar nilai jual yang tertera dalam faktur setelah dikurangi retur.

Merupakan suatu kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para pelanggan. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pelanggan untuk segera memenuhi kewajibannya. Contoh: 2/10 n/90 Penjual akan memberikan potongan/diskon sebesar 2% bila pembayaran dilakukan paling lama 10 hari setelah transaksi dilakukan, dan transaksi ini akan jatuh tempo dalam jangka waktu 90 hari.

Contoh 1 Perusahaan A melakukan pembelian barang secara kredit dengan harga barang adalah Rp. 25juta. Penjual memberikan syarat penjualan kredit 5/5 n/15 Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila membayar pada hari ke 3?? Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila membayar pada hari ke 12??

Jawaban 1 Harga = 25juta Sebelum hari ke 5: 25.000.000 - (25.000.000 x 0.05) 25.000.000 1.250.000 23.750.000 Setelah hari ke 5: 25.000.000

Jenis Persedian: Pengadaan barang untuk usaha dagang dimaksudkan untuk dijual kembali, sedangkan pengadaan untuk usaha manufaktur untuk diolah menjadi barang jadi sebelum dijual. Jenis persedian usaha manufaktur sbb: 1. Bahan baku (raw material) dan bahan pelengkap Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri atas harga pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tsb dipakai dalam produksi. Bahan baku digolongkan : bahan baku langsung (bahan-bahan yang dapat diidentifikasikan langsung dalam produk) misal : bahan kayu untuk pembuat lemari. dan bahan pembantu (bahan yang tidak dapat diidentifikasikan langsung dalam produk) misal: kertas amplas, minyak pelumas

2. Barang dalam pengolahan Adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian. Untuk menyelesaikan membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung lainnya, 3. Barang jadi (finished good) Adalah produk yg telah selesai diolah dan siap untuk dijual. Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah selesai dibebankan. 4. Barang dalam perjalanan (goods in transit) Adalah barang yang dikirim atas dasar FOB Shipping Point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperhitungkan pada catatan pembeli. 5. Barang konsinyasi (consigned goods) Adalah barang yang telah diserahkan kepada consignee tetap merupakan kepemilikan dari consignor dan dimasukan dalam persediaan consignor sebesar harga beli atau biaya produksi.

Pengukuran Persediaan: Dalam PSAK No. 14, biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Biaya pembelian meliputi harga beli, bea import, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diartibusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yg serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.

Biaya konversi Meliputi biaya yang secara lansung terkait dengan unit yang diproduksi contoh biaya tenaga kerja langsung termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Biaya-biaya lain Hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang timbul, agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

Sistem Pencatatan persediaan : 1. Sistem Periodik Setaip pembelian dicatat dalam akun pembelian dan penjualan dicatat dalam akun penjualan. Perusahaan menentukan HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dengan rumus: Persedian Awal + Pembelian (neto) Persedian Akhir = Harga Pokok Penjualan Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir periode. Dengan sistem ini perhitungan persediaan dapat dilakukan dengan akurat dan benar. Kelemahannya jika jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini sangat mahal. Sistem ini tidak bertentangan dengan perpajakan karena berdasarkan perhitungan yg benar.

2. Sistem Perpetual Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana setiap pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat dalam akun Persediaan. Perusahaan mencatat secara detail harga pokok dari setiap persedian barang dagangan yang dijual dan dibeli.

Perbedaan sistem periodik dan perpetual : Tgl 2 Nop PT. Z mencatat pembelian barang dagangan sebesar 1.200.000 secara kredit dengan syarat 2/10, n/30. Rp PERIODIK PERPETUAL Pembelian 1.200.000 Persedian 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000 PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon Rp 1.176.000 ( 98%X Rp 1.200.000) PERIODIK PERPETUAL Pembelian Dis. pembelian Kas 1.200.000 24.000 1.176.000 Utang Dagang Persedian kas 1.200.000 24.000 1.176.000

PT.Z mengembalikan barang dagangan yang dibeli tgl 2 Nop karena cacat. Biaya dicatat sebesar perolehan (termasuk diskon) sebesar Rp 300.000 dan mencatat pengembalian barang tgl 15 Nop. PERIODIK PERPETUAL Pembelian Retur Pembelian 300.000 300.000 Utang Dagang Persedian 300.000 300.000 PT. Z membayar biaya angkut sebesar Rp 75.000. Dalam sistem periodik, biaya ini dicatat ke dalam akun biaya angkut. PERIODIK PERPETUAL Biaya Angkut Kas 75.000 75.000 Persedian Kas 75.000 75.000

Pd sistem periodik, HPP tidak dicatat dalam setiap penjualan tetap total HPP dihitung pada akhir periode. Pada tgl 3 Nop. PT.Z mencatat penjualan sebesar Rp 2.400.000 secara kredit dimana HPP sebesar Rp 1.600.000 PERIODIK PERPETUAL Piutang Penjualan 2.400.000 2.400.000 Piutang Penjualan 2.400.000 2.400.000 HPP Persedian 1.600.000 1.600.000 Tgl 6 Nop, pelanggan mengembalikan barang yang dibeli dari PT. Z pada tgl 3 Nop dengan harga jual Rp 800.000 dan HPP Rp 600.000. PERIODIK PERPETUAL Retur Penjualan Piutang 800.000 800.000 Retur Penjualan Piutang HPP Persedian 800.000 600.000 800.000 600.000

Sistem Penilaian Persedian: 1. Berdasarkan harga Perolehan a. Metode Identifikasi Khusus metode ini berasumsi arus barang harus sama dengan arus biaya, sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi dan dibuat kartu. HP untk setiap barang dapat diketahui, sehingga HPP terdiri atas HP Barang yang dijual dan sisanya sebagai persedian akhir. Metode ini digunakan untuk perusahaan yg mempunyai persedian relatif sedikit tetapi harga per unitnya besar. Karena itu HPP dan HP Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya (actual) dari persedian. b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out FIFO) Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg masuk pertama akan dikeluarkan pertama.

c. Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out LIFO ) Cara ini digunakan dengan mendasarkan pada asumsi bahwa arus pembebanan ke Harga Pokok Penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir. d. Metode Rata-rata (Average) dengan metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untuk barang yang dijual atau untuk persedian akhir menggunakan harga rata-rata. Metode rata-rata terdiri atas: - Rata rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan jumlah barang ) dibagi dengan banyaknya harga. - Rata rata Bergerak (Moving Average) Seperti pada perhitungan rata-rata tertimbang, Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual.

Contoh rata-rata sederhana: 2 Jan Persedian awal 200 unit @ Rp 10.000 = Rp 2.000.000 10 Jan Pembelian 400 unit @ Rp 11.500 = Rp 4.600.000 18 Jan Pembelian 100 unit @ Rp 12.500 = Rp 1.250.000 24 Jan Pembelian 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000 Persedian per 31 Januari diketahui sebesar 200 unit. Rata-rata Persedian = 10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000 4 = 46.000/4 = 11.500 Jadi nilai persedian per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp 2.300.000

Contoh rata-rata bergerak: TGL URAIAN PEMBELIAN PEMAKAINAN/HPP SALDO 2/1 Saldo unit Rp unit Rp Juml unit Rp Juml 200 10.000 2.000.000 10/1 Beli 400 11.500 600 11.000 6.600.000 15/1 Pakai 300 11.000 3.300.000 300 11.000 3.300.000 18/1 Beli 100 12.500 400 11.375 4.550.000 24/1 Beli 200 12.000 600 11.583 6.950.000 30/1 Pakai 400 11.583 4.633.333 200 11.583 2.316.666

2. Berdasarkan Estimasi Penetapan besarnya nilai persedian akhir dapat dilakukan dengan mendasarkan estimasi pada: a. Metode laba Kotor pada metode ini nilai persedian akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam keadaan khusus. Cont : perusahaan dalam keadaan terbakar, sehingga sulit menetapkan secara fisik nilai persedian akhir. Contoh: Data yang diperoleh dari buku perusahaan: Total Penjualan Rp 20.000.000 Pembelian Rp 10.000.000 Persediaan Awal Barang Rp 16.000.000 Laba Kotor Penjualan 40 % dari harga jual Besarnya Nilai Persedaian Akhir dihitung sbb: Total Penjualan Rp 20.000.000 Laba Kotor (40% X 20 jt) Rp 8.000.000 HPP Rp 12.000.000 Brg tersedia unk dijual: (Rp16.000.000+ Rp10.000.000) = Rp26.000.000 Jadi Taksiran Nilai Persedian Akhir Rp 14.000.000 ( Rp 26.000.000 Rp 12.000.000 )

b. Metode Eceran (Ritel) Penetapan nilai persedian akhir berdasarkan pada harga pasar (market value). Contoh: HARGA POKOK HARGA JUAL Persedian Awal Pembelian Barang Tersedia Dijual 30.000.000 390.000.000 420.000.000 Persentase Harga Pokok terhadap Harga Jual (Cost to Retail Ratio) : ( 420.000.000 / 600.000.000 ) X 100% = 70 % 50.000.000 550.000.000 600.000.000 Taksiran Persedian Barang Akhir dapat dihitung sbb: Barang Tersedia Dijual Rp 600.000.000 Penjualan Rp 520.000.000 Persediaan Brg Akhir (Dsr Harg Jual) Rp 80.000.000 Taksiran Pers. Brg Akhir : 70% X Rp 80.000.000 = Rp 56.000.000

Perhitungan Harga Pokok Penjualan: Persediaan Awal Rp 30.000.000 Pembelian Rp 390.000.000 Barang persedia Dijual Rp 420.000.000 Persediaan Akhir Rp 56.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 364.000.000

Metode Penilaian Lainnya: a. Harga Terendah antara Harga Perolehan dan Harga Pasar (Lower of cost or Market whichever is Lower LOCOM) Jika persedian di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga pokok atau akibat lainnya. Seperti perubahan tingkat harga. Oleh karena itu pada umumnya persedian dinyatakan sebesar Harga Terendah antara Harga Perolehan dan Harga Pasar nya. Selisih penurunan tsb diakui sebagai kerugian pada saat terjadinya. Contoh: Jenis Brg Juml (unit) HP Per Unit HP Pasar Per Unit HP Total H Pasar LOCOM 1 A 500 10.000 9.000 5.000.000 4.500.000 4.500.000 2 B 400 15.000 20.000 6.000.000 8.000.000 6.000.000 3 C 200 8.000 9.000 1.600.000 1.800.000 1.600.000 4 D 300 12.000 7.000 3.600.000 16.200.000 2.100.000 16.400.000 2.100.000 14.200.000

b. Nilai Jual terhadap produk yang harga jual dapat ditentukan secara pasti, tetapi harga perolehannya sulit ditetapkan, maka nilai persedian ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yang dapat terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persedian produk pertanian atau logam mulia.

Perpajakan: Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6): sistem pencatatan yang diperkenankan adalah sistem pencatan perpetual. Penilaian pemakaian persedian untuk perhitungan HPP ada dua yaitu metode rata-rata (average) atau FIFO (First In First out). Pemilihan metode ini harus taat azas, artinya sekali WP memlilih salah satu cara penilaian pemakaian persedian untk perhitunga HPP, maka untuk selanjutnya harus digunakan cara yg sama.

Contoh: Tgl 3 Maret 2012 PT. B membeli 100 unit barang dagangan dengan harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. B telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005. Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual. Jurnal untuk transaksi tsb: Tanggal Keterangan Debet Kredit 03/03/12 Persedian barang dagangan Pajak Masukan Kas/Bank 5.000.000 500.000 5.500.000 Catatan: Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000 Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000

Pada tgl 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit barang dagangan secara tunai dngan harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (belum termasuk PPN). Jurnal transaksi tsb: Tanggal Keterangan Debet Kredit 31/03/12 Kas/bank Pajak Keluaran Penjualan Harga Pokok Penjualan Persedian Barang dagangan (30 unit X Rp 50.000) 2.310.000 1.500.000 210.000 2.100.000 1.500.000 Catatan: Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000 = Rp 210.000 Persedian brg dagangan yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan PT. B per tanggal 31 Maret 2012 adalah : 70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000

Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian barang dagangan sbb: Tanggal Keterangan Debit Kredit 03/03/12 Persedian barang dagangan Kas/ Bank 5.500.000 5.500.000 PT. B tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga Pajak Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan barang dagangan. Jadi I unit barang dagangan adalah Rp 5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000.

Jurnal transaksi penjualan: Tanggal Keterangan Debet Kredit 31/03/12 Kas/Bank Penjualan Harga Pokok Penjulan Persedian brg dagangan (30 unit X Rp 55.000) 2.100.000 1.650.000 2.100.000 1.650.000 Karena bukan PKP maka PT. B tidak memungut Pajak keluaran.