A. D. Rosalia, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 1, hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

MAKALAH PADA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA 2012 Jurusan Kimia Universitas Jenderal Sudirman, 6 Oktober 2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

Laporan Kimia Fisik KI-3141

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT

REAKSI BROMINASI ASETON SEBAGAI REAKSI MIRIP ENZIMATIS

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI

Laporan Kimia Fisik KI-3141

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

LAPORAN PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

Kinetika Katalitik Ion-Ion Logam Transisi Pada Reaksi Penguraian Hidrogen Peroksida

PENENTUAN TETAPAN LAJU REAKSI BALIK DAN TETAPAN KESETIMBANGAN DENGAN PENDEKATAN REAKSI SEARAH DAN HUKUM LAJU REAKSI MAJU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Spektrofotometri uv & vis

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

4 Hasil dan Pembahasan

Kinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim

PENGARUH URANIUM TERHADAP ANALISIS THORIUM MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

PENENTUAN NILAI PKA DARI SENYAWA ASAM 3-KLOROBENZOIL SALISILAT

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

PERCOBAAN 3 PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

3 METODOLOGI PENELITIAN

Pebandingan Metode Analisa Kadar Besi antara Serimetri dan Spektrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

MEKANISME TRANSPOR LANTANUM MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG (SLM) DENGAN PENGEMBAN CAMPURAN D2EHPA (ASAM DI-(2- ETILHEKSIL) FOSFAT) DAN TBP

Patiha., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 9, no. 2, hal.72-80

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

Jason Mandela's Lab Report

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS HISTAMIN DENGAN PEREAKSI KOBALT(II) DAN ALIZARIN S SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ARTI PENTING KALIBRASI PADA PROSES PENGUKURAN ANALITIK: APLIKASI PADA PENGGUNAAN phmeter DAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis. Iqmal Tahir ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Laporan Kimia Analitik KI-3121

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS AMILUM-IODIUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR IODAT ABSTRAK ABSTRACT

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Nurul Khanifah, Hermin Sulistyarti*, Akhmad Sabarudin

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

4 Hasil dan Pembahasan

Bab III Metodologi. Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan pada Bab I. Waktu dan Tempat Penelitian

LEMBAR KERJA SISWA 2

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU REAKSI DAN NILAI ENERGI AKTIFASI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Spektrofotometri Serapan Atom

PENENTUAN NILAI PKA DARI SENYAWA ASAM 4-(TRIFLUOROMETOKSI)BENZOIL SALISILAT

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI DALAM PROSES ELEKTROKIMIA ABSTRAK ABSTRACT

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

Jason Mandela's Lab Report

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel

Bab III Metodologi Penelitian

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

Jl. Veteran Malang *Alamat korespondensi, Tel: , Fax : ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2013 di Laboratorium Daya, Alat,

PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi.

kimia TITRASI ASAM BASA

Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit.

Studi Penentuan Viskositas Darah Ayam dengan Metode Aliran Fluida di Dalam Pipa Kapiler Berbasis Hukum Poisson

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Transkripsi:

KAJIAN EMPIRIS MEKANISME REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA DENGAN IODIDA PADA SUASANA ASAM (AN EMPIRICAL STUDY ON THE HYDROGEN PEROXIDE REACTION WITH IODIDE IN ACID CONDITION) Ayuni Dita Rosalia, Patiha, Eddy Heraldy* Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan Surakarta 57126 telp. (0271) 663375 *Email : eheraldy@mipa.uns.ac.id Received 23 Juli 2014, Accepted 25 February 2015, Published 01 March 2015 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui order reaksi I dalam mekanisme reaksi hidrogen peroksida dengan iodida pada suasana asam, mengetahui hukum laju, dan menunjukkan peran H + dalam reaksi. Percobaan penentuan order reaksi dilakukan dengan metode isolasi menggunakan spektrofotometer UVVis. Order reaksi diperoleh dari nilai r yang mendekati satu dari hasil regresi liniernya. Hukum laju berupa penjumlahan atau bukan ditentukan dari ada tidaknya gas O 2. Sementara peran H + dalam reaksi ditentukan dari pengamatan ph dalam waktu 60 menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa mekanisme reaksi memiliki hukum laju berupa pecahan, dimana I dapat berorder 0 dan 1. Selain itu hukum laju dalam kondisi percobaan ini cenderung bukan merupakan penjumlahan dengan tidak didapatkannya gas O 2 dan nilai k obs yang relatif sama pada order yang sama. Peran H + teramati bukan sebagai katalis melainkan pereaksi. Kata kunci : hukum laju, mekanisme reaksi, metode isolasi, order reaksi, peran H +. ABSTRACT This research aimed to find out I reaction order in the mechanism of hydrogen peroxide reaction with iodide in acid condition, to find out the form of rate law, and to show the role of H + in reaction. The experiment for determining reaction order was carried out with isolation method using UVVis spectrophotometry. The order reaction was obtained from the r value approaching one, the results of its linear regression. The form of rate law was viewed from the presence or absence of oxygen gas. Meanwhile the role of H + in reaction was determined by observing the ph value in 60 minutes. The result of experiment shows that the mechanism of reaction has rate law in the form of fraction, in which I could be in zero and first orders. In addition, the rate law in this experimental condition is not an addition in the absence of O 2 and relatively equal k obs value in the same order. The role of H + is observed not as catalyst, but reactant. Keywords: H + role, isolation method, reaction mechanism, rate law, reaction order. 72

PENDAHULUAN Reaksi hidrogen peroksida dengan iodida merupakan salah satu reaksi kompleks yang sering ditemukan dalam bukubuku kimia terutama pada pembahasan mengenai kinetika reaksi. Penelitian mengenai reaksi ini telah dipelajari setidaknya sejak tahun 1866 oleh Harcourt dan Esson (Harcourt dan Esson, 1867 dalam Liebhafsky and Mohammad, 1933). Reaksi hidrogen peroksida dengan iodida bergantung pada suasana campuran. Pada suasana basa, reaksi dihasilkan produk O 2 sedangkan pada suasana asam didapatkan produk berupa I 3 (Lestari, 2003). Pada suasana asam Liebhafsky and Mohammad (1933) dalam reaksinya menyatakan hukum laju reaksi merupakan penjumlahan dan berorder satu terhadap masingmasing pereaksi. Reaksi hidrogen peroksida dengan iodida pada suasana asam dinyatakan dalam reaksi yang tercantum dalam persamaan (1): H 2 O 2(aq) + 2H + (aq) + 3I (aq) 2H 2 O (l) + I 3 (aq) (1) Liebhafsky and Mohammad (1933) mengusulkan reaksi tersebut berlangsung melalui dua tahap reaksi yang berbeda dan berlangsung bersamaan seperti tercantum pada persamaan (2) dan (3). Reaksi 1 H 2 O 2(aq) + H + (aq)+ I (aq) HOI (aq) + H 2 O (l) (2) Reaksi 2 k a k b H 2 O 2(aq) + I (aq) H 2 O (l) + IO (aq) (3) Hukum laju dari reaksi tersebut menurut Liebhafsky and Mohammad (1933) adalah: ν = k a [H + ][H 2 O 2 ][I ] + k b [H 2 O 2 ][I ]. Sementara itu, Copper and Koubek (1998) berpendapat penjabaran dari reaksi 1 dimungkinkan berlangsung sesuai mekanisme yang tercantum pada persamaan (4) dan (5). k 1 k 1 k 2 H 2 O 2(aq) + H + (aq) H 3 O 2 + (aq) cepatsetimbang (4) H 3 O 2 + (aq) + I (aq) H 2 O (l) + HOI (aq) lambat (5) Setelah zat antara HOI terbentuk, reaksi berlangsung mengikuti mekanisme reaksi Copper and Koubek (1998) (persamaan (6), (7), (8)). HOI (aq) + I (aq) I 2(aq) + HO (aq) cepat (6) 73

H + (aq)+ HO (aq) H 2 O (l) cepatsetimbang (7) I 2(aq) + I (aq) I 3 (aq) cepatsetimbang (8) Pembuktian terhadap mekanisme reaksi yang diusulkan dapat dilakukan dengan merujuk pada hukum lajunya. Pada reaksi komplek akan lebih tepat jika dilakukan dengan pendekatan keadaan mantap. Berdasarkan Pendekatan Keadaan Mantap, hukum laju yang didapatkan dari reaksi yang digunakan Copper and Koubek (1998) seperti tampak pada persamaan (9). [ ][ ][ ] [ ] (9) Pendekatan dengan keadaan mantap dari mekanisme yang diberikan dimungkinkan dapat memberikan order reaksi I bernilai satu atau nol bergantung pada konsentrasinya. Hakim (2013) dalam percobaannya untuk membuktikan reaksi Levine (2009) mendapatkan H 2 O 2 dapat berorder nol. Didapatkannya kondisi H 2 O 2 dapat berorder nol ini dirasa menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk mengetahui apakah I juga dapat berorder nol atau tidak. Selama ini reaksi masih sering dianggap berorder satu terhadap I. Selain reaksi dinyatakan berorder satu, hukum laju mekanisme reaksi juga dinyatakan sebagai bentuk penjumlahan. Liebhafsky and Mohammad (1933) menyatakan hukum laju penjumlahan berasal dari reaksi antara H +, I, dan H 2 O 2 serta reaksi yang lain terjadi yakni antara H 2 O 2 dan I. Hasil percobaan Lestari (2003) menunjukan bahwa reaksi hidrogen peroksida dengan iodida sangat bergantung pada suasana campuran. Pada suasana mendekati netral, produk reaksi teramati merupakan gas O 2 dan I 3. Produk reaksi ini terus berlanjut hingga suasana yang lebih asam. Sedangkan pada suasana cukup basa, produk reaksi teramati hanya berupa gas O 2, adapun I 3 tidak teramati. Reaksi hidrogen peroksida dengan iodida pada suasana basa ini kemudian terbukti sebagai reaksi dekomposisi H 2 O 2 yang dikatalisis oleh I. Berdasarkan hasil ini, maka pengusulan Copper and Koubek (1998) bahwa reaksi yang lajunya tidak dipengaruhi H + sebagai reaksi tidak terkatalisis H + adalah kurang tepat bila produk reaksi tetap dinyatakan I 3. Sebuah pendekatan yang cukup bagus adalah apabila reaksi yang lajunya tidak dipengaruhi H + dianggap sebagai reaksi dekomposisi H 2 O 2 yang dikatalisis oleh iodida. Menurut Lestari (2003), reaksi ini dimungkinkan mengikuti mekanisme pada persamaan (10) dan (11). H 2 O 2(aq) + I (aq) H 2 O (l) + OI (aq) lambat (10) H 2 O 2(aq) + OI (aq) H 2 O (l) + O 2(g) + I (aq) cepat (11) 74

Hukum laju dalam reaksi hidrogen peroksida dengan iodida dalam suasanan asam perlu diteliti lebih lanjut karena Liebhafsky and Mohammad (1933) dan beberapa penelitian setelahnya tidak menyebutkan adanya O 2 dalam reaksi tersebut. Permasalahan berikutnya yang masih belum jelas adalah peranan H + dalam reaksi.copper and Koubek (1998) menyatakan bahwa H + bertindak sebagai katalis. Dalam percobannya Copper and Koubek (1998) menjelaskan reaksi tidak terkatalisis H + dengan suatu buffer asetat sedangkan untuk menjelaskan reaksi terkatalisis H + digunakan asam nitrat. Bila dicermati kembali, reaksi menggunakan buffer asetat masih terdapat H + yang berpengaruh dalam campuran. Selain itu, asam nitrat dapat bertindak sebagai oksidator sehingga sangat mungkin akan didapatkan nilai k obs yang berbeda dibandingkan pada kondisi percobaan menggunakan buffer asetat. Berdasarkan persamaan stokiometri yang diajukan, H + juga diisyaratkan bukan sebagai katalis karena tidak dihasilkan kembali. Atas dasar hal ini, dirasa perlu untuk dilakukan penelitian mengenai peran H + dalam reaksi ini. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan di laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan H 2 O 2 30%, H 2 SO 4 96%, KI buatan Merck, I 2 buatan Merck,dan aquades sebagai pelarut. Konsentrasi awal pereaksi yang digunakan sesuai pada metode isolasi yakni salah satu pereaksi dibuat kecil sementara pereaksi yang lain dibuat besar dan konsentrasinya dianggap tetap. Dalam hal ini, konsentrasi I kecil sementara H 2 SO 4 dan H 2 O 2 dibuat besar dan nilainya dianggap tetap. Percobaan dibagi menjadi empat bagian yaitu penentuan panjang gelombang maksimum dan absorbtivitas molar, pembuktian mekanisme reaksi ditinjau dari order reaksi I, penentuan hukum laju, dan penentuan peran H + dalam reaksi. Data penentuan panjang gelombang berupa absorbansi dari beberapa panjang gelombang yang muncul. Absorbansi I 3 diukur dengan spektrofotometer UV mini 1240. Hasil percobaan digunakan untuk penentuan panjang gelombang maksimum dan order reaksi I. Absorbtivitas molar I 3 didasarkan pada hubungan absorbansi dengan konsentrasi yang dirumuskan sebagai Abs = ε.b.c dengan ε merupakan absorptivitas molar dan b ketebalan kuvet sedangkan C konsentrasi sampel. Volume O 2 diukur dengan sistem pengukur volume untuk penentuan hukum laju. Sistem pengukuran volume O 2 terdiri dari sebuah buret ukuran 50 ml yang dipasang terbalik ditempatkan diatas gelas piala berisi minyak tanah penuh. Buret lalu diisi dengan minyak tanah. Setelah itu dikunci dan dihubungkan dengan sistem reaksi (erlenmeyer 100 75

ml) melalui pipa kapiler dan selang plastik. Gelas piala diisi kembali dengan minyak hingga penuh. Ini dimaksudkan bila ada gas O 2 yang mendorong minyak dalam buret, minyak dalam gelas akan tumpah. Sistem pengukur volume dapat dilihat seperti gambar di bawah. Selanjutnya pengukuran ph dilakukan dengan ph meter pada rentang waktu 60 menit untuk menentukan peran H + dalam reaksi. PEMBAHASAN Reaksi antara H 2 O 2 dengan I pada suasana asam dilakukan pada berbagai konsentrasi I dan konsentrasi H 2 O 2 dan H + yang sama. Laju reaksi diamati berdasarkan berkurangnya konsentrasi I 3. Percobaan diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum dengan mereaksikan I dan I 2 sehingga didapat data panjang gelombang dan absorbtivitas molar. Hasil penentuan panjang gelombang didapat adanya serapan I 3 pada panjang gelombang 290,5 nm dengan absorbansi 0,6096 dan panjang gelombang 352,0 nm pada absorbansi 0,4126. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang maksimum dengan absorbansi maksimum yakni pada 290,5 nm. Percobaan penentuan absorbtivitas dilakukan dengan mengamati absorbansi pada beberapa variasi konsentrasi I 3. Hasil perhitungan dengan memplotkan nilai absorbansi vs konsentrasi I 3 didapatkan slope bernilai 1,41 x 10 4. Hubungan absorbansi (Abs) dengan konsentrasi adalah Abs = ε.b.c. Nilai slope pada kurva absorbansi vs konsentrasi yang didapatkan merupakan perkalian panjang sel kuvet (b) dengan absorbtivitas molar (ε) I 3. Dengan panjang sel kuvet (b) 1 cm, absorbtivitas molar I 3 pada panjang gelombang 290,5 nm adalah sebesar 1,41 x 10 4 M 1 cm 1. Penentuan order reaksi dengan metode integral dan diperoleh harga koefisien regresi (r) yang dirangkum di Tabel 1 untuk reaksi order 0, order 1, dan order 2. Harga r yang mendekati 1 atau 1 adalah order reaksi yang sesungguhnya Pada kondisi percobaan tersebut I dapat berorder nol dan satu serta dapat mengalami perubahan order reaksi dari nol menjadi satu. Perubahan order reaksi dikarenakan pada awal reaksi, I dengan konsentrasi relatif besar memberikan order nol, dan memberikan order satu diakhir reaksi dengan konsentrasinya yang berkurang. Percobaan sesuai dengan hukum laju persamaan yaitu padakonsentrasi I relatif lebih besar sehingga nilai k 1 /k 2 diabaikan maka didapat I berorder nol dan ketika I relatif lebih kecil dibanding k 1 /k 2, nilai I diabaikan maka akan didapat I berorder satu. Mekanisme reaksi yang diyakini Copper and Koubek terbukti dengan dilihat dari order reaksi I. 76

Tabel 1. Hasil perhitungan percobaan dengan variasi konsentrasi I pada kondisi H + 0,008M dan H 2 O 2 0,002M I /M Order reaksi I Koeffisien regresi (r) Awal reaksi Akhir reaksi 0 0,9938 0,9894 0,00030 1 0,9889 0,9546 2 0,9729 0,8298 0 0,9964 0,9908 0,00027 1 0,9945 0,9804 2 0,9836 0,9474 0 0,9967 0,9874 0,00024 1 0,9940 0,9925 2 0,9850 0,9830 0 0,9952 0,9849 0,00021 1 0,9925 0,9896 2 0,9804 0,9761 0 0,9865 0,9768 0,00018 1 0,9933 0,9848 2 0,9896 0,9674 0 0,9892 0,9794 0,00015 1 0,9921 0,9845 2 0,9884 0,9682 Pembuktian hukum laju mekanisme reaksi untuk menentukan hukum laju berupa penjumlahan atau tidak. Reaksi penjumlahan yang dimaksudkan adalah reaksi hidrogen peroksida dengan iodida dengan adanya H + dan tanpa adanya H +. Reaksi dengan adanya H + terbukti dengan adanya serapan I 3 pada spektrofotometri. Jika merupakan penjumlahan, reaksi hidrogen peroksida dengan iodida tanpa adanya H + akan dihasilkan gas O 2. Hukum laju jika merupakan penjumlahan seperti tercantum dalam persamaan (9). Perhitungan jumlah O 2 yang dihasilkan didasarkan pada penurunan volume minyak tanah dalam buret. Percobaan dilakukan pada tiga konsentrasi yang berbeda seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Hasil percobaan pengukuran O 2 pertama I M H 2 SO 4 /M H 2 O 2 /M Volume O 2 4,05 10 5 6 10 4 3 10 4 Tidak teramati 3,15 10 5 6 10 4 3 10 4 Tidak teramati 2,25 10 5 6 10 4 3 10 4 Tidak teramati 77

Hasil percobaan tidak didapatkan volume O 2 yang teramati. Pengukuran penentuan hukum laju dilakukan kembali dengan memperbesar konsentrasi seperti pada Tabel 3 pada perbandingan mol pereaksi yang sama seperti pada Tabel 2. Tabel 3. Hasil percobaan pengukuran O 2 kedua H + /M H 2 O 2 /M I M Volume O 2 4,76 1,19 0,16 Tidak teramati 4,76 1,19 0,12 Tidak teramati 4,76 1,19 0,09 Tidak teramati Tidak adanya gas O 2 yang dihasilkan menunjukkan bahwa dalam keadaan konsentrasi tersebut tidak terjadi reaksi langsung antara H 2 O 2 dengan I tanpa adanya H + sehingga hanya ada satu mekanisme yang terjadi yaitu mekanisme yang menghasilkan I 3. Hasil ini tidak menutupi kemungkinan pada kondisi H + yang lebih besar akan didapatkan hukum laju penjumlahan. Kemungkinan yang terjadi dalam kondisi percobaan ini adalah pereaksi H + yang terlalu besar dimungkinkan masih bereaksi dengan bereaksi dengan H 2 O 2 dan I sehingga hanya dihasilkan produk I 3. Kemungkinan reaksi yang terjadi adalah seperti tercantum pada persamaan (12). H 2 O 2(aq) + I (aq)+ H + (aq) H 2 O (l) + HOI (aq) lambat(12) Setelah zat antara HOI terbentuk, reaksi berlangsung mengikuti mekanisme reaksi (6) sampai (8). Hukum laju bukan penjumlahan dan akan memberikan satu nilai k obs yaitu k yang didapatkan dari reaksi hidrogen peroksida dengan iodida dengan adanya H +. Tabel 4 menunjukkan k obs pada awal reaksi dan akhir reaksi. Tabel 4. Nilai k obs awal dan akhir reaksi percobaan dengan variasi konsentrasi I pada kondisi H + 0,008M dan H 2 O 2 0,002M I (M) Order I awal reaksi Order I akhir reaksi k obs awal k obs akhir 0,00030 0 0 9,69 x10 7 M.s 1 5.56x10 7 M.s 1 0,00027 0 0 8,27x10 7 M.s 1 4,61x10 7 M.s 1 0,00024 0 1 7,09x10 7 M.s 1 0,0431 s 1 0,00021 0 1 7,33x10 7 M.s 1 0,0454 s 1 0,00018 1 1 0,0308 s 1 0,0528 s 1 0,00015 1 1 0,0270 s 1 0,0496 s 1 78

Nilai k obs yang sebenarnya lebih dipilih pada awal reaksi. Untuk kepentingan lain, perbandingan nilai k obs pada saat I berorder satu dipilih pada akhir reaksi karena nilai I berorder satu pada konsentrasi yang menghasilkan dua order teramati pada akhir reaksi. Perbandingan akan lebih mudah dilakukan jika ada kondisi yang sama. Perhitungan secara statistik dengan uji anava membuktikan bahwa nilai k obs pada order yang sama memenuhi hipotesis data tidak berbeda signifikan. Hal ini sesuai dengan hukum laju bukan penjumlahan dengan didapat nilai k yang sama pada order yang sama. Penentuan peran H + konsentrasi seperti tercantum dalam Tabel 5. dilakukan dengan pengamatan terhadap ph campuran dengan Tabel 5. Nilai ph pada konsentrasi H 2 SO 4 6x10 4 M, H 2 O 2 3x10 4 M, dan I 6,3x10 4 M Awal reaksi 30 menit 60 menit 3,04 3,15 3,16 3,08 3,10 3,13 3,08 3,10 3,14 Hasil menunjukan bahwa ph larutan semakin meningkat selama reaksi berlangsung. Kenaikan ph menunjukkan berkurangnya H + selama reaksi. Jika H + merupakan katalis maka nilai ph akan cenderung tetap karena H + akan dihasilkan kembali dalam reaksi. Hasil percobaan menunjukkan H + terkonsumsi dalam reaksi tersebut sehingga akan lebih tepat jika dikatakan H + ikut bereaksi sebagai pereaksi bukan sebagai katalis reaksi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah mekanisme reaksi yang diusulkan konsisten terhadap hukum laju percobaan ditinjau dari order reaksi I yaitu I dapat berorder nol dan satu. Hukum laju mekanisme dalam kondisi percobaan cenderung sebagai bentuk bukan penjumlahan dimana H + dalam reaksi cenderung bukan sebagai katalis, melainkan sebagai pereaksi. DAFTAR PUSTAKA Copper, C. L. and Koubek, E., 1998, A Kinetics Experiment To Demonstrate The Role of Catalyst in a Chemical Reaction, Journal of Chemical Education, vol. 75, no. 1, pp. 8790, DOI: 10.1021/ed075p87. 79

Hakim, A. R., 2013, Pembuktian Mekanisme Reaksi dan Peran H + dalam Reaksi Hidrogen Peroksida dengan Iodida pada Suasana Asam, Skripsi, Surakarta, FMIPA UNS. Lestari, W. W., 2003, Kinetika Kimia untuk Menunjukan Peran Katalis dalam Reaksi Dekomposisi H 2 O 2 secara NonIsotermal, Skripsi, Surakarta, FMIPA UNS. Levine, N. I., 2009, Physical chemistry, 6 th Ed., Singapore, Mc GrawHill Inc. Liebhafsky, A. H., and Mohammad, A., 1933, The Kinetics of the Reduction, in Acid Solution, of Hydrogen Peroxide by Iodide Ion, Journal of American Chemical Society, vol. 55, p. 3977. 80