BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PETA KENDALI VARIABEL

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peta Kendali (Control Chart)

Statistical Process Control

PETA KENDALI VARIABEL

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

Peta Kendali (Control Chart)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. migas yang memproduksi sepatu. Sepatu yang diproduksi adalah dua jenis yaitu sepatu

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

STATISTICAL PROCESS CONTROL

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS

Statistical Process Control

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018

Pengendalian Mutu Statistik

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

Bab I. Pendahuluan. menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS KUALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK DI PT. KATWARA ROTAN GRESIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T

IV. METODOLOGI PE ELITIA

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

Analisis Proses Bisnis TA NTRI HIDAYAT I S I NAG A, M.KO M

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III. METODE PENELITIAN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer

Transkripsi:

50 BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah: kualitas, biaya dan produktivitas. Kualitas adalah kemampuan dari suatu produk atau jasa yang secara konsisten memenuhi harapan dari konsumen. Dengan demikian kualitas adalah satu-satunya hal yang paling penting bagi kedua belah pihak. Dalam banyak kasus, konsep kualitas berbeda antara pabrikan/produsen dan pelanggan/konsumen. Sedangkan pengertian kualitas menurut beberapa ahli terkenal antara lain sebagai berikut : Menurut Juran (1962) : Kualitas adalah Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat. Crosby. C (1979) : Kualitas adalah Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availibility, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness.

Deming (1982) : Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa yang akan datang. Feigenbaum (1991) : Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiaannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Scherkenbach (1991) : Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan ingin produk/jasa sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada tingkat harga tertentu yang menunjukan nilai produk tersebut. Elliot (1993) : Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan. Goetch & Davis (1995) : Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Perbendaharaan istilah ISO 8402 & Standar Nasional Indonesia (SNI 19 8402 1991) : Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu. Pengertian Pengendalian Kualitas (QC) dan Pemastian Mutu (QA) Sasaran terpenting pengendalian mutu ialah memastikan mutu produk. Inilah yang disebut Pemastian Mutu (Quality Assurance). Semula pengendalian mutu hanya terbatas pada mengurangi jumlah produk yang cacat di jalur produksi, 51

tetapi kini pengendalian mutu terpadu yang meliputi semua bidang di hulu dan hilir termasuk perancangan pengembangan dan pemasaran. Pengendalian mutu terpadu ialah sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, dan usaha-usaha perbaikan mutu dari berbagai divisi disebuah perusahaan sehingga sedemikian rupa memungkinkan produksi mencapai tingkat yang paling ekonomis. Pengendalian mutu adalah tindakan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki mutu sedemikian rupa sehingga konsumen yang membelinya dapat menggunakannya dalam jangka waktu yang lama dan dengan rasa aman. Pengendalian mutu meliputi segala sesuatu dari perencanaan produk sampai penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan. Pengendalian mutu meliputi bukan saja kegiatan pengendalian mutu di dalam divisi melainkan juga antar divisi (management lintas fungsional). Kegiatan ini meliputi : 1. Mendesain mutu 2. Pembelian dan penyimpanan bahan mentah 3. Standarisasi 4. Menganalisis dan mengendalikan proses 5. Pemeriksaan produk 6. Pengawasan mutu 7. Manajemen peralatan dan pemasangannya 8. Manajemen personalia 9. Manajemen sumber daya 10. Pengembangan technologi 11. Diagnosis dan pengawasan Sementara itu, definisi kesalahan atau cacat sama, kecuali berkaitan dengan penggunaan atau kepuasan. Kesalahan atau cacat akan tepat digunakan apabila evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan. Cacat (defect) adalah semua kejadian atau peristiwa dimana produk atau proses gagal memenuhi kebutuhan pelanggan. Secara konvesional kualitas menggambarkan suatu karakteristik langsung dari suatu produk seperti performansi (performance), keandalan (realibility), mudah digunakan (easy of use), dan estetika (esthetic). Universitas Mercu Buana 52

Selain itu perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi, yaitu inspeksi 100% yang berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk selama masih ada dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan. Atau dengan menggunakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk yang diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, antara lain: Pengujian 100% Kelebihannya adalah tingkat ketelitiannya tinggi karena seluruh produk diuji. Tetapi kelemahannya seringkali produk justru rusak selama dalam pengujian. Selain itu, pengujian dengan cara ini membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit. Pengujian dengan pengambilan sampel Kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga dibanding dengan cara 100% inspeksi. Namun teknik ini mempunyai kelemahan dalam tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah. Fungsi pengendalian mutu yang penting Pengndalian kulitas memiliki fungsi penting dalam kegiatanya, fungsi tersebut diantaranya adalah: 1. Menciptakan dan mengembangkan kebijakan mutu Perusahaan harus mempertimbangkan tuntutan konsumen dan kemampuan produksi serta technologi yang dimiliki untuk memenuhi tuntutan tersebut sebelum membuat desain mutu, desain produksi, pemasokan atau pembuatan produk baru. 2. Membuat kebijakan dan standars pemastian mutu Keputusan tentang jasa pemeliharaan dan perbaikan macam apa yang akan ditawarkan serta bagaimana menyediakan pemastian mutu yang diperlukan, juga merupakan keputusan yang harus dibuat pada tingkat manajemen. Universitas Mercu Buana 53

3. Menyusun dan mengatur sistem pemastian mutu Didiperlukan semacam sistem tertentu, bila pemastian mutu yang efektif ingin dicapai dan fungsi yang digariskan diatas ingin dipenuhi. 4. Menjamin mutu desain. Technologi diterapkan dengan sasaran untuk memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan. 5. Mencatat dan menganalisis permasalahan mutu yang penting Catat produk yang bisa membahayakan pemakainya dan cacat kronik yang mungkin tidak kentara tetapi dapat menimbulkan kerugian besar pada perusahaan adalah masalah mutu yang sangat penting yang memerlukan perhatian segera. 6. Menjelaskan fungsi pemastian mutu yang penting bagi pengendalian mutu produksi dan pasca produksi Sebuah fungsi penting pada tahap pembuatan adalah menganalisa dan mengoreksi persoalan-persoalan yang muncul dalam produksi percobaan (trial production) dan dalam proses produksi sebelumnya. 7. Memastikan bahwa semua aktifitas pemastian mutu yang dilaksanakan selama produksi benar-benar dipahami. Gugus kendali mutu yang dikepalai oleh Manager Pabrik mungkin memeriksa pengendalian mutu untuk setiap proses, mendukung bidangbidang dimana pengendalian mutunya lemah, mengoreksi penyimpanganpenyimpangan atau dengan kata lain mengawasi kegiatan-kegiatan pengendalian mutu bagi semua proses pembuatan untuk menjamin bahwa mutu pembuatan akan dipertahankan pada setiap tahapan. 8. Melaksanakan pemeriksaan mutu dan pemrosesan keluhan keluhan mengenai mutu (defective return) menunjukan bahwa pemastian mutunya tidak memadai. 9. Pengendalian mutu atas pencantuman label pada label Memastikan agar standard mutu untuk label dan segala bahan penjelasan adalah sama pentingnya dengan produk itu sendiri. Universitas Mercu Buana 54

10. Layanan purna jual / after sales service Menjamin bahwa perusahaan siap untuk memberikan pemeriksaan purna jual, pemeliharaan dan layanan perbaikan juga merupakan bagian dari pemastian mutu. 11. Inspeksi mutu produk & pengawasan sistem pemastian mutu Sekali titik permasalahan itu ditemukan, diperlukan tindakan untuk memastikan bahwa kekeliruan yang sama tidak akan terulang. Inilah proses melakukan pemeriksaan mutu produk. 12. Mengumpulkan-menganalisa-menggunakan data mutu Mutu senantiasa perlu diperbaiki, tetapi sama perlunya juga untuk memastikan bahwa mutu itu tidak akan merosot. Untuk menjaga kegiatan pemastian mutu itu tetap konsisten dengan permintaan mutu yang berubahubah, perlu mengumpulkan data dan informasi yang mutakhir dan betul, serta melakukan perubahan berdasarkan analisis yang seksama terhadap data ini. Sistem pengendalian mutu Dalam membentuk sistem pengendalian mutu dipastikan bahwa : 1. jalur informasi digariskan dengan jelas 2. langkah pengembangannya pada poros vertikal dan horisontal, harus jelas pula siapa yang bertanggung jawab atas suatu aktivitas 3. prosedur dan peralatan (standard dan kriteria) 4. pastikan butir yang akan dievaluasi dan bagaimana cara mengevaluasinya 5. sistem itu secara periodik ditinjau kembali Komite pemastian mutu ini, bertugas : 1. mempersiapkan desain 2. meneliti pemastian mutu 3. menetapkan kriteria 4. melakukan pengawasan Universitas Mercu Buana 55

Sebuah sistem pemastian mutu akan efektif, apabila : 1. sistem prosedur kerja 2. sistem evaluasi mutu 3. sistem informasi mutu Manajemen lintas fungsional Pengendalian mutu perusahaan secara menyeluruh memiliki dua sasaran. 1. pemastian mutu yang menjadi tujuan utama pengendalian mutu. 2. menentukan sudut pandang manajemen terhadap pengendalian mutu dan menciptakan apa yang disebut sebagai manajemen administrasi praktis. Manajemen sehari-hari menyangkut penerapan lingkaran PDCA untuk memenuhi fungsi/sasaran divisi. Manajemen sehari-hari berfungsi juga untuk mempertahankan pola operasi yang telah mapan sekaligus melembagakan perubahan-perubahan apabila perlu. Manajemen kebijakan mencakup pengerahan untuk memastikan bahwa standard, sasaran dan rencana perusahaan dipahami secara jelas di seluruh perusahaan, mulai dari manajemen puncak sampai karyawan yang tingkatannya paling rendah. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajemen) TQM atau Total Quality Management adalah strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat." Sedangkan menurut kamus manajemen mutu, TQM merupakan pendekatan terus-menerus dalam meningkatkan mutu semua proses, produk, dan jasa dalam suatu organisasi. Penekanan TQM adalah pada : Universitas Mercu Buana 56

Pemahaman akan variasi Kepentingan pelanggan Keterlibatan semua karyawan dalam mengejar peningkatan mutu. Istilah ini dicetuskan oleh Naval Air Systems Command untuk mendeskripsikan pendekatan gaya Jepang-nya dalam peningkatan mutu. Sejak saat itu, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) telah memiliki banyak arti. Secara sederhana, TQM adalah suatu pendekatan manajemen untuk keberhasilan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan. TQM didasarkan pada partisipasi semua anggota organisasi dalam meningkatkan proses, produk, jasa, dan budaya dimana mereka bekerja di dalamnya. TQM memberikan keuntungan bagi semua anggota organisasi dan masyarakatnya. Metode-metode untuk mengimplementasikan pendekatan ini ditemukan dalam pengajaran dari para pemimpin-pemimpin mutu, seperti : Philip B. Crosby, W. Edwards Deming, Armand V. Feigenbaum, Kaoru Ishikawa, J. M. Juran. Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9000 Series Standards Keluarga standar ISO yang digunakan untuk manajemen mutu dan jaminan mutu secara spesifik, sistem mutu. Standar tersebut, yang pertama kali dipublikasikan tahun 1987, tidak spesifik terhadap suatu industri, produk, atau jasa yang khusus. Setelah itu, standar direvisi tahun 1994. Standar tersebut dikembangkan untuk menolong perusahaan agar secara efektif dapat mendokumentasikan elemen-elemen sistem mutu yang diterapkan untuk memelihara suatu sistem mutu yang efisien. Terakhir standar direvisi kembali tanggal 15 Desember 2000, sehingga dikenal sebagai ISO 9001:2000, ISO 9000 akan direvisi kembali tahun 2008. Garis besar standar ISO 9001:2000 (Sistem Manajemen Mutu Persyaratan) : 1. Ruang lingkup 2. Referensi normatif 3. Istilah dan definisi 4. Sistem Manajemen Mutu Universitas Mercu Buana 57

Suatu organisasi harus memastikan penetapan proses-prosesnya, bagaimana proses tersebut saling berinteraksi, sumber daya apa yang diperlukan untuk menyajikan produk dan bagaimana prosesnya diukur serta ditingkatkan. Jika hal-hal tersebut telah ditetapkan, diperlukan penetapan suatu sistem pengendalian dokumentasi bersama Pedoman Mutu dan pengendalian terhadap catatannya. 5. Tanggung jawab manajemen Manajemen dan tingkat tertinggi suatu organisasi harus memahami pentingnya bagian standar ini. Adalah tanggung jawab mereka untuk menetapkan kebijakan, sasaran, dan tinjauan terhadap system, juga mengomunikasikan efektivitas sistem pada keseluruhan organisasi. 6. Manajemen Sumber Daya Diberikan tekanan yang lebih pada kebutuhan sumber daya organisasi untuk memastikan bahwa konsumen menerima hal yang telah disetujui. Mencakup tidak hanya karyawan, tapi juga sumber daya fisik seperti peralatan-peralatan pendukung. 7. Realisasi produk Bagian ini mencakup proses-proses yang diperlukan dalam menyediakan produk/jasa. Proses-proses ini mencakup aktivitas seperti menerima instruksi dari pelanggan, perancangan dan pengembangan produk, pembelian bahan baku dan jasa serta pengirimannya. 8. Pengukuran, analisis, dan peningkatan Melaksanakan pengukuran produk, kepuasan pelanggan, sistem manajemen dan memastikan peningkatan berkesinambungan dari sistem adalah penting terhadap manajemen sistem tersebut. Variasi Dalam Peningkatan Proses Variasi adalah perubahan atau fluktuasi dari sebuah karakteristik khusus yang menentukan seberapa stabil sebuah proses, atau seberapa besar perbedaan yang terjadi pada sebuah proses, dipengaruhi oleh mesin/perlengkapan, Universitas Mercu Buana 58

prosedur/metode, pengukuran, material dan lingkungan. Semua perbaikan proses harus mengurangi atau mengeliminasi variasi. Variasi atau ketidakseragaman dalam proses akan menimbulkan perbedaan dalam kualitas produk yang dihasilkan. Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab yaitu penyebab umum dan khusus. 1. Variasi penyebab umum Adalah kejadian didalam sistem manajemen kualitas yang mempengaruhi variasi dalam sistem yang disebabkan oleh penyebab acak atau umum, dan hanya dapat diselesaikan oleh manajemen, karena memerlukan penelusuran terhadap beberapa elemen yang menjadi penyebab terjadinya variasi, dan dapat diperbaiki dan dikendalikan oleh manajemen kualitas. 2. Variasi penyebab khusus Merupakan kejadian diluar sistem manajemen kualitas, penyebab khusus ini bersumber pada faktor manusia, mesin, peralatan, material, lingkungan dan metode kerja. Penyebab ini tidak selalu aktif dalam proses sehingga mudah diidentifikasi, biasanya ditandai dengan titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas pengendalian yang didefinisikan. Teknik-teknik Perbaikan Kualitas Manajemen Kualitas seringkali disebut sebagai the problem solving, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan metodologi dalam problem solving tersebut untuk mengadakan perbaikan (Ridman dan Zachary, 1993). Ada berbagai teknik perbaikan kualitas dalam organisasi yaitu dengan menggunakan 7 alat bantu (seven tools). Tujuh Alat Dasar Quality Management merupakan pendekatan yang sangat praktis dan sangat mudah untuk diimplemantasikan, sehingga sangat layak untuk digunakan di tingkat pelaksana. Pada level yang lebih tinggi, pemecahan masalah tidak sekedar pada masalah yang sudah jelas diketahui, tetapi juga terhadap potensi masalah, atau terhadap kemungkinan akan munculnya masalah dari suatu program. Tujuh alat baru ini merupakan jawaban atas tuntutan di atas. Seven tools tersebut antara lain: Universitas Mercu Buana 59

1. Lembar pengecekan (Check Sheet) Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan dana. Salah satu bentuk lembar pengecekan adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Contoh Lembar Pengecekan (Check Sheet) No. Jenis cacat (C-grade) Jumlah cacat (C-grade) Total 1 Sobek IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 25 2 Bercak hitam IIIII IIIII 10 3 Warna pudar IIIII IIIII IIIII 15 4 Potongan kertas tidak rata IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 25 2. Diagram Pareto (Pareto Chart) Diagram pareto merupakan diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli yang bernama Vilfredo Pareto adalah alat yang digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisisis, sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut. Proses penyusunan diagram pareto mengikuti enam langkah yaitu : a) menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya. b) menentukan satuan yang digunakan untuk urutan karakteristik misalnya frekuensi, unit dan sebagainya. c) mengumpulkan data. d) merangkum data dan membuat rangking dari kategori data. e) menghitung frekuensi kumulatif atau presentasi kumulatif. f) membuat diagram batang, menunjukan tingkat kepentingan dari masingmasing masalah. Universitas Mercu Buana 60

Pareto Chart Frekuensi 30 25 20 15 10 5 0 C A E B D Jenis Cacat 120 100 80 60 40 20 0 Persen Gambar 3.1 Diagram Pareto 3. Analisa Matriks (Stratifikasi) Suatu alat yang sederhana tetapi efektif untuk membandingkan beberapa kelompok kategori seperti operator, mesin, pemasok, dan lain-lain. Tabel analisa matriks dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2 Analisis Matriks Jenis Kesalahan Faktor Kerusakan Total (a) (b) (c) 1 0 2 1 3 2 1 5 2 8 3 2 4 1 7 4 0 2 2 4 5 0 5 3 8 Total 3 19 9 30 Dari data diatas tampak bahwa ketidaksesuaian terkecil terjadi pada faktor (a) dan yang terbesar adalah faktor kerusakan (b). Universitas Mercu Buana 61

4. Histogram Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan apapun. Langkah penyusunan histogram adalah : a) menentukan batas-batas observasi misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil. b) memilih kelas untuk menentukan banyak kelas dengan K = n, (n) menunjukan banyaknya data. c) menentukan lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyaknya kelas (semua kelas mempunyai lebar yang sama) d) menentukan batas-batas kelas, tentukan banyaknya observasi pada masingmasing kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih. e) menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya. Histogram Frekuensi 30 25 20 15 10 5 0 A B C D E Jenis Cacat Gambar 3.2 Histogram Universitas Mercu Buana 62

5. Diagram Pancar (Scatter diagram) Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Y Y X (a) korelasi positif X (b) korelasi negatif Y X (c) tidak ada korelasi Gambar 3.3 Model Scatter diagram 6. Diagram sebab akibat (Cause of Effect Diagram/Fishbone) Diagram ini dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa (1943) yang menggambarkan garis dan simbol yang menunjukan hubungan antara sebab dan akibat dan selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Untuk mencari berbagai penyebab dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personil yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis. Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat yaitu : a. tentukan masalah yang akan diperbaiki b. cari faktor utama yang berpengaruh c. cari faktor yang lebih spesifik yang mempengaruhi faktor utama Universitas Mercu Buana 63

Manfaat diagram sebab akibat tersebut antara lain : a. Dapat menggunakan kondisi sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk. b. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dan keluhan pelanggan. c. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan. d. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan. Gambar 3.4 Cause of Effect Diagram (Fish bone) 7. Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (control chart) adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus. Peta kendali menggambarkan perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas terjadi pada dua situasi. Situasi pertama adalah ketika peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil. Kondisi yang diluar batas kendali terjadi karena sebab khusus (assignable cause), kemudian dicari tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya perbaikan proses. Peta kendali dapat dibagi menjadi dua golongan menurut jenis datanya, yaitu Peta kendali untuk data atribut dan Peta kendali untuk data variabel. Universitas Mercu Buana 64

Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data atribut. Namun demikian, data variabel tidak dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase kesalahan suatu proses. Data variabel dapat menunjukan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses. Sedangkan atribut dalam pengendalian kualitas menunjukan karakteristik kualitas yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Menurut Besterfield (1998), atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan, misalnya goresan, kesalahan, warna, atau ada bagian yang hilang. Selain itu, atribut digunakan apabila pengukuran dapat dibuat tetapi tidak dibuat karena alasan waktu, biaya, atau kebutuhan. Berdasarkan kedua tipe data tersebut, maka jenis-jenis peta kendali terbagi atas peta kendali untuk data variabel dan data atribut. Beberapa peta kendali yang termasuk dalam peta kendali untuk data variabel adalah peta kendali X dan R, serta peta kendali individual X dan MR. Sedangkan peta kendali yang termasuk dalam peta kendali untuk data atribut adalah peta kendali p, peta kendali np, peta kendali c dan peta kendali u. Dan menurut Gasperz (1998) juga, pada prinsipnya setiap peta kendali mempunyai: Garis Tengah (Central Line), yang biasanya dinotasikan CL. Sepasang batas kendali atas (Upper Control Limit), biasanya dinotasikan sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan di bawah garis tengah yang dikenal sebagai batas kendali bawah (Lower Control Limit), biasanya di notasikan sebagai LCL. Plotkan nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari proses. Jika semua nilai diplot pada peta itu berada di dalam batasbatas kendali tanpa memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap terkendali secara statistikal. Namun jika nilainilai yang ditebarkan pada peta berada di luar batas-batas kendali atau memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap berada di luar kendali (tidak terkendali) sehingga perlu diambil tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada. Universitas Mercu Buana 65

Proses Pengendalian Kualitas Statistik Dalam pengendalian kualitas statistik ada dua jenis, Peta kendali Variabel dan Peta Kendali Atribut. a) Peta Kendali Variabel Data Variabel (Variabel data), merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah: diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, dll. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya data variabel. Peta pengendali kualitas proses statistik data variabel, meliputi: Peta pengendali rata-rata (mean chart atau X-chart) yang digunakan untuk mengetahui penyimpangan pengukuran dari pengukuran ratarata panjang, lebar, berat, tinggi, diameter, dan sebagainya. Peta pengendali range (R-chart) dan peta pengendali standar deviasi (SD-chart) yaitu peta pengendali untuk mengetahui tingkat keakurasian pemrosesan. R-Chart lebih mudah diterapkan daripada SD-chart, tetapi SD-chart lebih tepat. Peta pengendali individu (individual control chart) yaitu peta pengendali yang digunakan apabila perusahaan hanya memproduksi satu unit setiap harinya. Peta pengendali regresi / kecenderungan (trend chart) yaitu peta pengendali untuk perusahaan yang mempunyai data yang bentuknya merupakan suatu kecenderungan naik atau turun. Jenis-jenis peta kendali variabel adalah: 1. Peta Kendali Rata-rata (X-bar) UCL LCL x x z x z n x x Universitas Mercu Buana 66

2. Peta X dan R Peta control X-Bar (rata-rata) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta control X-bar dan R sering disebut sebagai peta control untuk data variable. Peta kendal X : Memantau perubahan suatu sebaran atau distribusi suatu variabel asal dalam hal lokasinya (pemusatannya). Apakah proses masih berada dalam batas-batas pengendalian atau tidak. Apakah rata-rata produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Peta kendali R : Memantau perubahan dalam hal spread-nya (penyebarannya). Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil. Langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut : a. Rata-rata pengukuran untuk setiap kali observasi. X = n i1 n Xi X = rata-rata pengukuran untuk setiap kali observasi. n = jumlah pengamatan b. Center Line untuk peta pengendali rata-rata. X = k i1 k Xi Dimana k = Subgroup pengamatan. X = center line untuk peta kendali rata-rata c. Range data pada setiap kali observasi. R = Xmax - Xmin Universitas Mercu Buana 67

R = k i1 k Ri d. Batas-batas control untuk X-Bar (3-sigma). CL = X-double bar UCL = X-double bar + A 2 R-bar LCL = X-double bar A 2 R-bar e. Batas-batas control untuk R-bar (3-sigma) CL = R-bar UCL = D 4 R-bar LCL = D 3 R-bar f. Hitung Indeks Kapabilitas Proses (Cp) Dimana R = center line untuk peta kendali Range. Cp = USL LSL Dimana : S = 6S 2 ( Nx Xi ) ( Xi) N( N 1) 2 atau S = R/d 2 Kriteria penilaian : Jika Cp > 1,33, maka kapabilitas proses sangat baik Jika 1,00 Cp 1,33, maka kapabilitas proses baik Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah g. Hitung Cpk Cpk = Minimum { CPU ; CPL } Dimana : CPU = USL X dan CPL = X LSL 3S 3S Kriteria penilaian : Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah Jika Cpk = 1, maka proses menghasilan produk yang sesuai dengan spesifikasi Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi Kondisi Ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk Universitas Mercu Buana 68

3. Peta Kendali Rata-rata dan Standar Deviasi ( x dan S) Peta kendali standar deviasi digunakan untuk mengukur tingkat keakurasian suatu proses. Langkah-langkah pembuatan peta kendali x dan S adalah sebagai berikut : a. Tentukan ukuran contoh/subgrup (n > 10), b. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20 25 sub-grup, c. Hitung nilai rata-rata dari setiap subgrup, yaitu x, d. Hitung nilai rata-rata dari seluruh x, yaitu x yang merupakan garis tengah (center line) dari peta kendali x, e. Hitung simpangan baku dari setiap subgrup yaitu S, S = ( X i X ) n 1 2 f. Hitung nilai rata-rata dari seluruh s, yaitu S yang merupakan garis tengah dari peta kendali S, g. Hitung batas kendali dari peta kendali x : UCL = x + Sehingga : LCL = x 3.* S C4* 3.* S C4* UCL = x + (A3 * S) LCL = x (A3 * S) n n dimana h. Hitung batas kendali untuk peta kendali S : 3 C 4* n = A3 UCL = 3* S (1 C4) 3. (1 C4) S dimana 1 = B4 C4 C4 LCL 3* S (1 C4) 3. (1 C4) = S dimana 1 = B3 C4 C4 Sehingga : UCL = B4 * S LCL = B3 * S Universitas Mercu Buana 69

i. Plot data x dan S pada peta kendali x dan S serta amati apakah data tersebut berada dalam pengendalian atau diluar pengendalian. 4. Peta Kendali Rata-rata dan Moving Range ( x-bar dan MR) Peta pengendali ini digunakan bila dari hasil observasi data tampak bahwa antara data yang satu dengan yang lain hanya menampakan perbedaan yang sangat sedikit. Peta kendali x-bar dan MR digunakan untuk data hasil pengamatan yang homogen. Misalnya pada industri kimia. Ukuran sampel yang dilakukan dapat berupa satu sampel. Ada beberapa situasi yang menyebabkan ukuran sampel yang digunakan adalah n = 1 (sampel adalah unit individual). Beberapa situasi tersebut antara lain: a. inspeksi otomatis di mana setiap unit dimonitor b. tingkat produksi sangat lambat c. hasil berbeda semata-mata error pengukuran d. pengukuran berulang terjadi pada unit yang sama e. pada industri proses, perbedaan hasil pengukuran sangat kecil sehingga deviasi standarnya juga sangat kecil Langkah-langkah pembuatan peta kendali x dan MR a. Hitung nilai rata-rata dari seluruh x, yaitu x yang merupakan garis tengah (center line) dari peta kendali x, b. Hitung Moving Range dan batas kendalinya, MRi = xi xi-1 UCL D CL MR LCL D c. Hitung batas kendali dari peta kendali x : MR UCL x 3 d CL x MR MR MR LCL x 3 d 4 3 Universitas Mercu Buana 70 2 2

d. Plot data x dan MR pada peta kendali x dan MR serta amati apakah data tersebut berada dalam pengendalian atau diluar pengendalian. b) Peta Kendali Atribut Peta kendali proporsi kesalahan dan banyaknya kesalahan digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang diisyaratkan. Untuk peta kendali proporsi kesalahan dan banyaknya kesalahan digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat menggunakan peta kendali proporsi kesalahan (p-chart) maupun banyaknya kesalahan (np chart). Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi maka kita harus menggunakan peta kendali proporsi kesalahan (p-chart). Tabel 3.3 Rumus peta kendali Atribut Non Conforming Chart 1. p chart Non Conformitis Chart 1. c chart = λ chart CL p p prod cacat sampel CL UCL c c 3 LCL c 3 LCL p p 3 p(1 p) n 2. np chart 2. u chart CL x np CL u UCL LCL x np 3 np(1 p) x np 3 np(1 p) UCL LCL u u 3 3 k k Universitas Mercu Buana 71

x p Number of non conforming n p = proporsi cacat dalam tiap sampel x = Σ produk cacat dalam tiap sampel n = jumlah sampel yang diambil np x x Number of non formitis chart k x = jumlah cacat dalam tiap sampel k = jumlah observasi yang dilakuakan µ = jumlah sampel yang diambil k. x var x np(1 p) x var x k. x ni pˆ i i1 pˆ pooled r n r i1 i r xi i1 r n i1 total non confor min g pˆ pooled total of sampel size i ki i i1 pooled r k pooled r i1 i r xi i1 r k i1 total non confor total unitinspected i Universitas Mercu Buana 72