BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 3 Waluyo yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. 1. Tempat Penelitian. 2. Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilakukan berdasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ledo yang beralamat di. Jalan Raya Ledo, Desa Ledo, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. teknik analisis data, indikator kinerja, dan prosedur penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. yang cukup besar, dilakukan pengambilan sampel secara random,

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, desain penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu Pelaksanaan September Oktober November Ket 1 Penulisan Proposal 5 September 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELTIAN. variabel (Kriyantono, 2006:69). Hal ini berarti bahwa peneliti terjun langsung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MI Miftahul Ulum, Tutur, Pasuruan. Pemilihan tempat

Transkripsi:

29 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 3 Waluyo yang beralamat di desa Waluyo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, yang berada di bawah naungan UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Adapun tenaga pendidik dan tenaga administrasi yang ada di SDN 3 Waluyo berjumlah 12 orang, yaitu: 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru olahraga, 1 operator, 1 pegawai perpustakaan, dan 1 penjaga sekolah. Sedangkan jumlah siswa keseluruhan adalah 157 siswa, yaitu: 30 siswa kelas I, 25 siswa kelas II, 32 siswa kelas III, 28 siswa kelas IV, 20 siswa kelas V, dan 22 Siswa kelas VI. SD Negeri 3 Waluyo memiliki jarak kurang lebih 12 km dari kampus PGSD Kebumen serta memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang tamu, 1 ruang komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 UKS, 1 mushola, 1 gudang dan dapur serta 4 kamar mandi/wc. 2. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2015 yaitu pada bulan agustus sampai oktober, yang sebelumnya sudah dilakukan pembuatan proposal penelitian pada bulan januari sampai mei 2013/2014, serta seminar proposal. Dalam penelitian ini, peneliti membuat rencana jadwal waktu penelitian. Pembuatan jadwal waktu penelitian bertujuan untuk mempermudah proses penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan sistematis, efektif, dan efisien. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini: 29

30 Kegiatan penelitian 1. Persiapan penelitian a. Perijinan b. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru c. Menyusun proposal penelitian d. Seminar Poposal 2. Pelaksanaan tindakan a. Siklus I 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 b. Siklus II 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 c. Siklus III 1) Pertemuan I 2) Pertemuan II 3. Analisis data dan pelaporan a. Analisis data 2 siklus b. Menyusun laporan/skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan pengumpulan laporan Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013 April 2013 Mei 2015 Jun 2015 Bulan Jul 2015 Ags 2015 Sep 2015 Okt 2015 Nov 2015 Des 2015 Jan 2016 Gambar 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2013/2014

31 B. Subjek Penelitian Sebjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian yang memiliki data mengenai variabel-variabel atau perolehan-perolehan yang diteliti. Sudjana (2002) berpendapat, Subjek penelitian adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari. Dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Waluyo Tahun Ajaran 2013/2014. Siswa kelas V berjumlah 20 anak yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa kelas V ini semua berdomisili di desa Waluyo.Mereka sangat bersemangat untuk belajar. Mereka berlatar belakang ekonomi keluarga menengah ke bawah, dan rata-rata orang tua bekerja sebagai buruh. Orang tua siswa sangat mendukung dan perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. C. Data dan Sumber Data Suharsimi Arikunto (2010) berpendapat bahwa Sumber data adalah benda, hal atau tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Kemudian Arikunto berpandapat sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Sedangkan Supardi (2007:129) menyatakan bahwa Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan relevan. Dalam hal ini peneliti mencari data yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas, yang memang benar-benar dibutuhkan untuk penelitian ini. Sumber data yang digunakan peneliti pada penelitian ini, yaitu: 1. Siswa Keberadaan siswa sebagai subjek penelitian sangat dibutuhkan dalam pengumpulan data. Data yang didapatkan dari siswa adalah tentang seluruh kegiatan proses pembelajaran, nilai pre tes dan nilai-nilai tiap siklus serta data yang diperoleh melalui observasi.

32 2. Teman Sejawat Data yang diperoleh dari teman sejawat berupa data tentang pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran kontekstual di kelas V SDN 3 Waluyo tahun ajaran 2013/2014. Data tersebut didapat melalui observasi dan pengamatan. 3. Dokumen Sumber data yang diperoleh dari dokumen berupa profil sekolah, buku induk, jumlah siswa, jumlah tenaga guru dan karyawan, serta silabus. D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Riduwan (2007: 51) menyatakan bahwa, metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu : a. Observasi Arikunto (2010: 133) menyatakan bahwa dalam pengertian psikologik, observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Di dalam artian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, atau rekaman suara. Arikunto (2010: 205) menyatakan bahwa mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungankecenderungan yang ada padanya. Demikianlah apabila pengamatan oleh dua orang, maka perbedaan hasil pengamatan terhadap sesuatu objek akan dapat sangat berbeda karena latar belakang pribadi yang mewarnai pengamatan serta intensitas subjektivitas yang berbeda pula. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh dua orang. Dengan kata

33 lain, pengamatan harus objektif. Sebaiknya sebelum melakukan pengamatan yang sesungguhnya, para pengamat pengumpul data perlu dilatih terlebih dahulu untuk menyingkirkan atau menekan sampai sesedikit mungkin unsur subjektifitas pengamat. Sangat disarankan latihan pengamatan dilakukan beberapa kali sehingga diperoleh hasil yang sama atau hanya berbeda sedikit, Arikunto (2010: 175). Selanjutnya, Arikunto (2010: 133) mengemukakan observasi yang sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat tinggal memberikan skor pada pedoman observasi, sehingga teknik ini disebut teknik penyekoran. Teknik penyekoran sangat diperlukan untuk pengumpulan data melalui pengamatan. Arikunto (2010: 190) mengemukakan manfaat teknik penyekoran antara lain: (1) untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak terpengaruh faktor subjektif, (2) untuk menjaga kestabilan data yang dikumpulkan dalam waktu yang berbeda, (3) untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data agar siapapun dapat melakukannya. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi sistematik.data yang diambil dengan metode observasi sistematik ini berupa pelaksanaan tindakan saat pembelajaran. Data dari metode ini nantinya akan turut menentukan bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual di kelas, apakah sudah sesuai dengan yang telah direncanakan atau belum. b. Test Arikunto (2010: 7) mengemukakan tes adalah suatu cara untuk mengadakan pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang harus dilakukan subjek sehingga menghasilkan informasi tentang performan atau penampilan perilaku tertentu yang dapat dibandingkan dengan skor standar atau dengan kelompoknya.

34 Arikunto (2010: 127) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa tes merupakan serangkaian cara atau alat berupa pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk dapat melakukan pengukuran informasi tentang performan atau penampilan perilaku, ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok hal ini ditunjukkan bahwa tes merupakan instrumen untuk mengukur satu sampel perilaku, sehingga tes akan menjawab seberapa baiknya individu dapat menunjukkan perilaku dibanding dengan individu lain. Test yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah test prestasi atau achievement test, yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajarai sesuatu. c. Wawancara Sanjaya (2007: 20) wawancara adalah metode untuk memperoleh respon dengan cara mengajukan pertanyaan tanya jawab sepihak, artinya yang berkepentingan mengumpulkan data bertanya (interviewer) dan responden menjawab (interview). Wawancara dibedakan atas wawancara bebas, responden memiliki kebebasan memberikan jawaban atau pendapatnya tanpa dibatasi patokan-patokan.dan wawancara terpimpin, yaitu susunan pertanyaan telah direncanakan dan jawaban responden tinggal memberi tanda cek pada pedoman wawancara yang mereka bawa. Esterberg (dalam Sugiyono, 2009: 231) mendefinisikan interview sebagai berikut, a meeting of two persons to exchange information and idea trough question and respondenses, resulting in comunication and joint construction of meaning about a particular topic. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

35 tertentu. Wawancara ada beberapa macam diantaranya, wawancara terstruktur, wawancara semistruktur, dan wawancara tak berstruktur. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah kegiatan yang dilakukan oleh dua orang yang masing-masing berperan sebagai penanya dan penjawab yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan ide. Kegiatan tanya jawab ini bersifat sepihak, artinya yang berkepentingan mengumpulkan data yang bertanya sedangkan responden hanya menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengetahui tentang tanggapan observer dan siswa setelah proses pembelajaran menggunakan model kontekstual. d. Dokumentasi Metode dokumentasi menurut Arikunto (2010: 206) adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, traskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya. Alasan penggunaan metode dokumentasi karena pengumpulan datanya lebih praktis dan ekonomis. Teknik dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara mengambil rekaman video kegiatan saat pembelajaran berlangsung dan mengumpulkan hasil tes yang telah dilakukan. Sedangkan dokumen-dokumen kelas yang digunakan antara lain: buku kemajuan siswa dan buku induk siswa. 2. Alat Pengumpulan Data Arikunto (2010: 194) mengemukakan instrumen data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan, maka alat pengumpulan data yang digunakan meliputi lembar observasi, lembar tes dan pedoman wawancara.

36 a. Lembar Observasi Alat pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi adalah menggunakan lembar observasi yang akan diberikan kepada teman sejawat yang bertugas sebagai observer dalam penelitian. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan proses pembelajaran SBK dengan menggunakan model kontekstual di dalam kelas. Subjek yang diamati yaitu guru, siswa, dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran secara keseluruhan. b. Tes Tes yang digunakan berupa tes perbuatan hasil belajar pada tiap-tiap siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan. c. Pedoman wawancara Alat pengumpulan data dengan teknik wawancara ini yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa tentang tanggapan mereka terhadap proses belajar mengajar, serta kesan mereka selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual. Wawancara juga dilakukan kepada observer.wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala pada penggunaan model kontekstual serta pendapat observer dalam menemukan solusi yang tepat untuk mengurangi kendala pada pembelajaran model kontekstual. 3. Instrumen Pengumpulan Data a. Instrument Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual 1) Definisi Konsep Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Pembelajaran kontekstual (contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

37 siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkantujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian autentik (authentic assessment). 2) Definisi Operasional Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model kontekstual dalam pembelajaran SBK dengan menggunakan wawancara, observasi, tes dan dokumen. Data yang diperoleh melalui penggunaan wawancara berupa deskripsi yang menggambarkan pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran dengan model kontekstual sedangkan penggunaan observasi berupa lembar observasi yang di gunakan untuk menulis hasil pengamatan tentang langkah-langkah pembelajaran dengan model kontekstual (terlampir pada lampiran 4-5 halaman 114-121). Tabel 3.2 Kisi-kisi observasi pelaksanaan pendekatan kontekstual Standar Kompetensi Membuat karya kerajinan dan benda permainan Kompetensi Dasar merancang karya kerajinan meronce Indikator No soal Menerapkan 1 konstruktivisme Menerapkan inkuiry 2 Menerapkan masyarakat 3 belajar Menerapkan bertanya 4 Menerapkan pemodelan 5 Menerapkan refleksi 6 Menerapkan penilaian 7 sebenarnya

38 Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman wawancara pelaksanaan pendekatan kontekstual (terlampir pada lampiran 6 halaman 122) Standar Kompetensi Indikator No soal Kompetensi Dasar Membuat merancang mengaplikasikan 1 karya kerajinan karya kerajinan konstruktivisme mengaplikasikan inkuri 2 dan benda meronce mengaplikasikan 3 permainan masyarakat belajar mengaplikasikan bertanya 4 mengaplikasikan 5 pemodelan mengaplikasikan refleksi 6 mengaplikasikan penilaian autentik 7 b. Instrumen Peningkatan Keterampilan Membuat Kerajinan Meronce 1) Definisi Konsep Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.

2) Definisi Operasional Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Siklus I Siklus II Siklus III Deskriptor Penilaian a) Keaktifan Indikator Siswa mengamati contoh hasil roncean Siswa meronce dengan terampil, rapi, dan teliti Siswa mengamati contoh hasil roncean Siswa mendiskusikan tentang keterampilan meronce Siswa meronce dengan kreatif, rapi, teliti Siswa berdiskusi tentang keterampilan meronce Siswa meronce dengan kreatif, rapi, teliti 39 Nomor soal (1) Terampil (2) Kreatif (3) Indah (4) Cepat Penskoran 1 2 3 4 5 6 7 7 Skor (a) 4 deskriptor tampak 45-50 (b) 3 deskriptor tampak 35-40 (c) 2 deskriptor tampak 20-30 (d) 1 deskriptor tampak 10-15 (e) tidak memenuhi semua aspek 0 b) Keseriusan (1) Selesai (2) Teliti (3) Rapi (4) Tepat Penskoran Skor (a) 4 deskriptor tampak 45-50 (b) 3 deskriptor tampak 35-40 (c) 2 deskriptor tampak 20-30 (d) 1 deskriptor tampak 10-15 (e) tidak memenuhi semua aspek 0

40 Teknik Penskoran Aspek-aspek yang dinilai: a) Keaktifan : 50, b) Keseriusan : 50, Nilai akhir = 50 + 50 = 100 E. Validitas Data Suharsimi Arikunto (dalam Y. Padmono, 2003: 63) berpendapat bahwa Validitas pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu validitas keseluruhan secara keseluruhan dan validitas butir soal. Kemudian Arikunto (dalam Y. Padmono, 2003: 63) juga berpendapat kembali bahwa Sebuah tes dinyatakan valid apabila mengukur yang seharusnya diukur. Untuk menjamin dan memperoleh kesahihan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber data dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber data meliputi siswa, peneliti dan observer. Triangulasi sumber data dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui ketiga sumber tersebut untuk menarik suatu kesimpulan tentang hasil tindakan. Triangulasi waktu meliputi sebelum, saat, dan setelah dilaksanakan tindakan penelitian. Validitas data juga dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui analisis teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan penilaian atau tes. F. Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan didukung data kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi kualitatif untuk menganalisis perubahan sikap, perilaku dan peningkatan motivasi belajar, sedangkan deskripsi kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa hasil penilaian. Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pendapat Miles dan Huberman (dalam Tjetjep. 2007: 16), yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

41 1. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Data yang dihasilkan dari observer merupakan data yang masih mentah, untuk itu peneliti melakukan pemilihan data yang relevan dan bermakna untuk disajikan dengan cara memilih data yang pokok, memfokuskan data yang mengarah pada pemecahan masalah dan memilih data yang mampu menjawab permasalahan penelitian. 2. Penyajian Data Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada tahap ini peneliti mengajukan data yang telah direduksi ke dalam laporan secara sistematik untuk melihat gambaran data secara keseluruhan yang disajikan dalam bentuk naratif mengenai pengelolaan pelaksanaan tindakan kelas. 3. Penarikan Kesimpulan Data yang telah diproses dengan langkah-langkah seperti diatas, kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yang berangkat dari hal-hal khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat kembali pada reduksi data maupun pada penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari permasalahan penelitian.

G. Indikator Kinerja Setelah melakukan tindakan penelitian kelas, penulis berharap: Tabel 3.5. Indokator Kinerja Aspek yang Diukur Ketercapaian proses pembelajaran guru dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran SBK tentang meronce Ketercapaian proses pembelajaran pada siswa dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran SBK tentang meronce Hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran SBK tentang meronce meningkat dan tuntas. Siswa mencapai nilai KKM (75) Persentase yang Ditargetkan 85% 80% Alat Ukur 42 Lembar observasi berupa rating scale dan lembar wawancara Lembar observasi berupa rating scale dan lembar wawancara 85% Tes evaluasi H. Prosedur Penelitian Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti merencanakan akan melaksanakan 3 siklus dengan menggunakan prosedur penelitian Arikunto yang terdiri atas empat komponen yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Adapun alur pelaksanan tindakan dalam penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2010: 16) dapat digambarkan sebagai berikut:

43 Perencanaan Refleksi SIKLUSI Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Perencanaan SIKLUSII Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Perencanaan SIKLUS III Pelaksanaan Pengamatan Gambar 3.2 Model Siklus Tindakan Penelitian Arikunto Keterangan Gambar: Menunjukkan bahwa pertama, sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu harus direncanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakn berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.

44 Berdasarkan analisis hasil studi pendahuluan, pelaksanaan tindakan penelitian ini direncanakan tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III yang masing-masing terdiri dari dua pertemuan.tahapan dalam setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.sebelum diadakan siklus I, peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui kondisi awal siswa. Tahapan ini dilakukan secara terus menerus sehingga ditemukan hasil yang optimal. Adapun rencana pelaksanaan tindakannya adalah sebagai berikut: 1. Studi Pendahuluan atau Pre-test Sebelum diadakan siklus I, peneliti melakukan studi pendahuluan atau pre-test untuk mengetahui kondisi awal siswa. Pada studi pendahuluan ini guru memberikan soal untuk dikerjakan. 2. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun perencanaan tindakan pada siklus ini meliputi: (1) mempelajari kompetensi dasar dan materi yang terdapat dalam kurikulum atau silabus kelas V semester 1; (2) menentukan waktu penelitian dilaksanakan dalam duapertemuan dengan alokasi waktu 2 x 2 x 35 menit; (3) menyusun skenario tindakan pembelajaran kontekstual sesuai langkah-langkah yang telah ditentukan; (4) menyusun RPP; (5) menyusun instrumen penelitian berupa lembar tes, lembar observasi, pedoman wawancara; (6) menghubungi observer dan (7) menyiapkan media atau alat dan bahan yang akan digunakan dalam melaksanakan tindakan siklus I. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan penelitian ini merupakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau peneliti berdasarkan skenario pembelajaran yang telah direncanakan pada hari Rabu 23 september 2015 untuk pertemuan 1 dan Sabtu 26 september 2015 untuk pertemuan 2. Materi pembelajaran pada siklus I yaitu tentang meronce untuk membuat kalung. Pelaksanaan pembelajaran siklus I ini dilaksanakan dalam dua pertemuan.

45 Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I meliputi langkahlangkah kegiatan berikut: 1) Perencanaan, perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi: a) menentukan fokus pembelajaran melalui pertanyaan fokus tentang apa yang akan dipelajari; b) menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; c) menentukan materi, media, dan sumber belajar; d) memilih dan mengurutkan kegiatan pembelajaran; e) merencanakan evaluasi; f) menyusun skenario kegiatan pembelajaran atau RPP. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. 3) Melaksanakan kegiatan evaluasi. c. Tahap Observasi/Pengamatan Kegiatan observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan oleh peneliti, siswa, dan teman sejawat. Observasi dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut.observer maupun pelaksana tindakan melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan sebagai bahan untuk mengadakan refleksi serta menyusun langkah atau rencana selanjutnya. Kemudian peneliti menganalisis hasil yang dicapai siswa setelah pelaksanakan tahap 1 dan 2, yaitu perencanaan dan tindakan. Hal ini dilakukan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, peneliti juga melakukan pengamatan tentang kendala dan solusi proses pembelajaran kontekstual. d. Tahap Refleksi Pada tahap refleksi guru atau peneliti mengadakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan sehingga menemukan kelebihan maupun kekurangannya selama proses pembelajaran. Kemudian peneliti mengkaji dan mempertimbangkan hasil

46 atau dampak dari pembelajaran tersebut. Dari hasil refleksi, peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya. Tahap refleksi juga merupakan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau pengaruh tindakan. Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum diadakan tindakan dan kondisi sesudah diberikan tindakan siklusi I. Peneliti memaknai data yang diperoleh sehingga didapatkan gambaran yang jelas tentang tindakan yang dilakukan. Hasil refleksi pada siklus I merupakan tahap awal yang selanjutnya ditindak lanjuti pada siklus II. 3. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada dasarnya perencanaan tindakan pada siklus II sama dengan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I. Hanya pada siklus II lebih ditekankan pada perbaikan dan pemecahan masalah-masalah yang muncul pada siklus I. Materi pada siklus II adalah meronce membuat gelang. b. Tahap Pelaksanaan Materi pembelajaran pada siklus II yaitu tentang meronce membuat gelang. Pelaksanaan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yang akan dilaksanakan pada hari Rabu 30 september 2015 untuk pertemuan I dan Sabtu 3 oktober 2015 untuk pertemuan II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada siklus I. Melalui hasil refleksi yang dilakukan diharapkan kesulitan yang muncul pada siklus I dapat diatasi sehingga penelitian ini dapat berhasil (memenuhi indikator kinerja yang telah ditentukan) dan hasil yang diperoleh akan meningkat. c. Tahap Observasi/Pengamatan Pada tahap observasi, pada dasarnya sama seperti observasi di siklus I yaitu mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dari awal sampai akhir yang dilakukan oleh guru atau peneliti, siswa maupun teman sejawat

47 untuk memperoleh data tentang pembelajaran tersebut. Observasi pada siklus II juga sebagai bahan untuk mengadakan refleksi. d. Tahap Refleksi Refleksi dilakukan peneliti untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum tindakan dengan kondisi setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti dapat melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya jika perlu atau berhenti sampai siklus II jika penelitian ini telah dinyatakan berhasil sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. 4. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada dasarnya perencanaan tindakan pada siklus III sama dengan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II. Hanya pada siklus III lebih ditekankan pada perbaikan dan pemecahan masalah-masalah yang muncul pada siklus II. Materi pada siklus III adalah meronce membuat gorden. b. Tahap Pelaksanaan Materi pembelajaran pada siklus III yaitu tentang meronce membuat gorden. Pelaksanaan pembelajaran siklus III ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yang akan dilaksanakan pada hari Rabu 7 oktober 2015 untuk pertemuan I dan Sabtu 10 oktober 2015 untuk pertemuan II. Pelaksanaan tindakan pada siklus III merupakan perbaikan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada siklus II. Melalui perbaikan yang dilakukan diharapkan kesulitan yang muncul pada siklus II dapat diatasi sehingga penelitian ini dapat berhasil (memenuhi indikator kinerja yang telah ditentukan) dan hasil yang diperoleh akan meningkat.

48 c. Tahap Observasi/Pengamatan Pada tahap observasi, pada dasarnya sama seperti observasi di siklus I dan II yaitu mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dari awal sampai akhir yang dilakukan oleh guru atau peneliti, siswa maupun teman sejawat untuk memperoleh data tentang pembelajaran tersebut. Observasi pada siklus III juga sebagai bahan untuk mengadakan refleksi. d. Tahap Refleksi Refleksi dilakukan peneliti untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum tindakan dengan kondisi setelah tindakan yaitu siklus I, II, dan siklus III. Berdasar hasil refleksi, peneliti dapat melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya jika perlu atau berhenti sampai siklus III jika penelitian ini telah dinyatakan berhasil sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.