BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

By Afifudin PSP FE Unisma 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

RUGI LABA BIAYA FISKAL

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi Laporan laba/rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. Atau laba atau rugi didapat dari hasil pengurangan antara pendapatan dan beban. Jika pendapatan lebih besar maka akan menghasilkan laba, dan jika beban lebih besar maka akan menghasilkan rugi. Laporan keuangan PT BCI Asia terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang dilaporkan setiap akhir tahun. Tujuan utama dari laporan keuangan perusahaan adalah untuk menyediakan informasi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan komersial perusahaan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan merupakan dasar untuk perhitungan pajak penghasilan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Laporan keuangan komersial yang disusun berdasarkan akuntansi berbeda dengan laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan ketentuan perpajakan, karena laba rugi menurut akuntansi akan berbeda dengan laba rugi menurut undang-undang perpajakan. Perusahaan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan dalam menetapkan pendapatan dan beban yang boleh diakui dalam laporan laba rugi, yang dapat menjadi tambahan keuntungan atau beban bagi perusahaan pada periode yang bersangkutan. Sedangkan menurut Undang-undang perpajakan, pendapatan dan beban yang telah 59

ditetapkan dan diatur dalam ketentuan perpajakan sesuai dengan Undang-undang Perpajakan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. PT BCI Asia telah melakukan kewajiban untuk membuat pembukuan serta laporan keuangan yang diperlukan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang dimulai pada bulan April dan berakhir pada bulan Maret, dan Tahun Pajak juga menggunakan periode yang sama dengan periode akuntansi. Pada laporan laba rugi komersial PT BCI Asia yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2006 terdapat data sebagai berikut: Pendapatan Usaha Rp. 3.380.734.552,00 Total Biaya Operasional Rp. 3.794.881.445,00 Laba Kotor (Rugi) (Rp. 414.146.893,00) Total Biaya Administrasi (Rp. 24.571.782,00) Total Pendapatan Lain Rp. 6.115.428,00 Laba Kena Pajak (Rugi) (Rp. 432.603.247,00) Dalam laporan laba rugi komersial PT BCI Asia yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 terdapat data sebagai berikut: Pendapatan Usaha Rp. 4.575.172.189,00 Total Biaya Operasional Rp. 5.139.677.257,00 Laba Kotor (Rugi) (Rp. 564.505.068,00) Total Biaya Administrasi (Rp. 66.579.918,00) Total Pendapatan Lain Rp. 62.390.366,00 Laba Kena Pajak (Rugi) (Rp. 568.694.620,00) 60

Dan pada laporan laba rugi komersial PT BCI Asia yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2008 terdapat data sebagai berikut: Pendapatan Usaha Rp. 6.307.865.176,00 Total Biaya Operasional Rp. 6.192.827.107,00 Laba Kotor Rp. 115.038.069,00 Total Biaya Administrasi (Rp. 413.331.181,00) Total Pendapatan Lain Rp. 78.356.603,00 Laba Kena Pajak (Rugi) (Rp. 401.868.725,00) Dari data diatas dapat dilihat bahwa selama tahun pajak 2005, 2006, dan 2007 perusahaan mengalami kerugian. Sehingga berdasarkan rugi kena pajak komersial, maka Wajib Pajak tidak terutang pajak. Berdasarkan Pasal 6 Ayat (2) UU No. 17 Tahun 2000 menjelaskan bahwa jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan berdasarkan ketentuan pada pasal 6 ayat (1) setelah dikurangkan dari penghasilan bruto didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama 5 (lima) tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut. Sehingga atas kerugian tersebut, PT BCI Asia dapat melakukan kompensasi dengan laba bersih fiskal selama 5 tahun berturut-turut. Namun jika lewat dari 5 tahun, maka kerugian tersebut tidak dapat untuk dikompensasikan ke laba bersih fiskal tahun berikutnya. Hal ini harus diwaspadai oleh perusahaan. Dari perhitungan rugi kena pajak di atas, jika dilihat dari sisi perpajakan maka kemungkinan ada beberapa perkiraan yang harus dikoreksi untuk menentukan laba kena pajak dan pajak terutang yang sesuai dengan ketentuan pajak. Karena rugi menurut komersial belum tentu rugi menurut fiskal. 61

IV.2 Perhitungan Laba Kena Pajak oleh PT BCI Asia Penyusunan laporan keuangan fiskal dimulai dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan komersial dengan berpedoman pada Undang-undang perpajakan. Laporan keuangan yang telah dianalisis menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, dapat menjadi dasar untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak dan besarnya pajak penghasilan perusahaan. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak ada pembukuan khusus yang diselenggarakan untuk memenuhi kewajiban perpajakan. Pembukuan yang digunakan untuk manajemen dan perpajakan adalah sama, yang berbeda hanya cara penyusunannya. Berdasarkan laporan keuangan komersial tahun 2005, 2006 dan 2007, PT BCI Asia mengalami kerugian. Jumlah dari kerugian tersebut tidak dapat langsung dijadikan sebagai dasar untuk mengkompensasikannya ke laba fiskal tahun berikutnya, atau jumlah kerugian tersebut tidak dapat langsung dijadikan rugi fiskal untuk tahun 2005, 2006 dan 2007 tetapi harus dilakukan rekonsiliasi terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Rekonsiliasi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan untuk tahun pajak 2005, 2006 dan 2007 dapat dilihat pada Tabel IV.3, Tabel IV.4, dan Tabel IV.5. Berdasarkan rekonsiliasi yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak, didapatkan rugi fiskal selama tahun pajak 2005, 2006, dan 2007. Sehingga berdasarkan rugi fiskal tersebut maka Wajib Pajak tidak terutang pajak. Dan atas kerugian ini, wajib pajak dapat melakukan kompensasi dengan laba bersih fiskal selama 5 (lima) tahun berturut-turut. Namun jika lewat dari 5 (lima) tahun, maka kerugian tersebut tidak dapat untuk dikompensasikan ke laba bersih fiskal tahun berikutnya. 62

IV.3 Koreksi Positif dan Negatif Akibat Perbedaan Tetap dan Waktu Dalam menyusun Laporan laba rugi fiskal yang perlu diperhatikan adalah mengenai penghasilan dan biaya. Dalam Laporan laba rugi ini dapat kita lihat pos yang tidak sesuai dengan peraturan perpajakan, oleh karena itu perusahaan harus membuat koreksi fiskal yang didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku untuk tahun buku tersebut. Terdapat dua jenis koreksi fiskal, yaitu: koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal positif adalah koreksi fiskal yang dilakukan terhadap biaya-biaya yang dibebankan perusahaan yang menurut ketentuan Undang-undang perpajakan termasuk biaya yang tidak boleh dikurangkan (non deductible expense). Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah koreksi fiskal yang dilakukan terhadap biaya-biaya yang tidak dibebankan oleh perusahaan yang menurut ketentuan Undang-undang perpajakan termasuk biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense). Koreksi fiskal negatif ini bersifat menurunkan laba kena pajak perusahaan sehingga laba menurut komersial lebih besar daripada laba menurut fiskal. Berikut ini penulis akan melakukan koreksi fiskal terhadap laporan laba rugi PT BCI Asia untuk tahun pajak 2005, 2006 dan 2007 yang menurut penulis harus dilakukan koreksi fiskal atas biaya yang dikurangkan dan pendapatan yang diakui oleh perusahaan dalam laporan keuangan komersial: I. Yang termasuk perbedaan tetap dan dikoreksi positif adalah sebagai berikut: 1. Biaya pemberian sumbangan pernikahan (Hadiah Pernikahan) Pada tahun 2005, 2006 dan 2007 Wajib Pajak memberikan hadiah pernikahan kepada karyawannya sebesar: 63

Tahun 2005 Rp. 6.750.000,00 Tahun 2006 Rp. 5.500.000,00 Tahun 2007 Rp. 3.000.000,00 Total Rp.15.250.000,00 Dari segi akuntansi, biaya tersebut merupakan salah satu pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai biaya, tetapi ketentuan pajak menghendaki bahwa biaya hadiah pernikahan ini merupakan sumbangan perusahaan kepada karyawan yang tidak ada kaitannya dengan hubungan pekerjaan atau kegiatan usaha, dan lebih cenderung sebagai tanda ungkapan turut berbahagia dalam rangka mempererat hubungan silahturahmi, sehingga pemberian (sumbangan) hadiah pernikahan ini bukan merupakan biaya yang dapat mengurangi penghasilan perusahaan. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (g) UU No. 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf (a) dan huruf (b) tidak boleh dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Pengeluaran biaya ini dikarenakan perusahaan hanya ingin memberi suatu ungkapan turut berbahagia kepada karyawan yang melangsungkan pernikahan. Oleh karena itu, dilakukan koreksi fiskal atas pemberian hadiah pernikahan tersebut. Dalam laporan keuangan fiskal, PT. BCI Asia sudah benar melakukan koreksi fiskal atas biaya ini. 2. Biaya Transportasi Biaya Transportasi dalam rangka perjalanan dinas selama tahun 2006 sebesar Rp. 129.886.014,00. Biaya perjalanan dinas merupakan biaya yang dapat dikurangkan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak karena merupakan 64

biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf (a) Undang-undang Pajak Penghasilan. Namun atas sejumlah biaya tersebut tidak bisa dikurangkan seluruhnya, karena terdapat dokumen pendukung yang tidak bisa dilampirkan oleh Wajib Pajak mengenai pengeluaran atas biaya perjalanan dinas sebesar Rp.9.906.950,00. Oleh karena itu, dilakukan koreksi fiskal atas biaya perjalanan dinas yang tidak memiliki dokumen pendukung tersebut sebesar Rp.9.906.950,00. Dan PT BCI Asia sudah benar melakukan koreksi fiskal atas biaya ini pada laporan keuangan fiskalnya. Agar perusahaan dapat membebankan pengeluaran atas biaya perjalanan dinas tersebut sebagai biaya maka sebaiknya perusahaan melampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), daftar nominatif atau dokumen pendukung atas biaya perjalanan dinas tersebut dan selain itu dokumen-dokumen tersebut juga harus bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. 3. Biaya Telephone/Handphone Perincian biaya telephone dan biaya handphone yang dikeluarkan Wajib Pajak adalah sebagai berikut: Biaya Telephone dan Handphone pada Tahun 2005: Biaya telephone Rp.390.967.046,00 Biaya handphone Rp. 9.152.870,00 Jumlah Rp.400.119.916,00 Biaya Telephone dan Handphone pada Tahun 2006: Biaya telephone Rp.435.674.548,00 Biaya handphone Rp. 11.960.900,00 Jumlah Rp.447.635.448,00 65

Biaya Telephone dan Handphone pada Tahun 2007: Biaya telephone Rp.365.623.850,00 Biaya handphone Rp. 10.807.550,00 Jumlah Rp.376.431.400,00 Biaya telephone merupakan biaya yang dapat dikurangkan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak karena merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf (a) Undangundang Pajak Penghasilan. Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak KEP- 220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002 disebutkan bahwa pembebanan biaya handphone yang dimiliki dan dipergunakan untuk pegawai tertentu karena jabatannya dapat melalui penyusutan atau biaya langganan (pengisian ulang pulsa). Perusahaan membebankan biaya handphone berdasarkan biaya langganan (pengisian ulang pulsa) dan yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah 50% (lima puluh persen) dari biaya tersebut. Pada Tahun 2005 dan 2006, perusahaan belum melakukan koreksi fiskal atas biaya ini. Hal ini disebabkan bagian administrasi perpajakan belum mengupdate ketentuan yang baru sehingga tidak mengetahui adanya peraturan perpajakan terkait dengan biaya handphone. Akibatnya biaya handphone dikoreksi dan kerugian perusahaan menjadi tidak terlalu besar. Dan mulai Tahun 2007 perusahaan sudah melakukan koreksi fiskal atas 50% biaya handphone tersebut. Oleh karena itu atas sisa 50% biaya handphone yang tidak boleh dikurangkan tersebut harus dilakukan koreksi fiskal: 66

- Untuk tahun pajak 2005: Biaya Telepon_ Penjualan, 50% x Rp.3.345.780,00 = Rp.1.672.890,00; Biaya Telepon_Penelitian, 50% x Rp.4.556.750,00 = Rp.2.278.375,00; Biaya Telepon_Administrasi dan Umum, 50% x Rp.1.250.340,00 =Rp.625.170,00 - Untuk tahun pajak 2006: Biaya Telepon_ Penjualan 50% x Rp.1.230.650,00 = Rp.615.325,00; Biaya Telepon_Penelitian 50% x Rp.2.870.000,00 = Rp.1.435.000,00; Biaya Telepon_Administrasi dan Umum 50% x Rp.7.860.250,00= Rp.3.930.125,00 - Untuk tahun pajak 2007: 50% dari biaya handphone, yaitu sebesar 50% x Rp.10.807.550,00 = Rp.5.403.775,00. 4. Biaya Pajak Penghasilan Berbeda dengan konsep ekonomi perusahaan yang menganggap Pajak Penghasilan sebagai biaya. Namun Pajak Penghasilan untuk perhitungan Penghasilan Kena Pajak bukan merupakan pengurang penghasilan perusahaan. Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang No. 17 Tahun 2000, yang menyatakan bahwa pajak kurang bayar diperoleh dari pajak yang terutang dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan, berupa Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 24, 25, dan 26. Dan berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (e) Undang-undang No. 17 Tahun 2000, yang menyatakan bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan bukan merupakan pengurang penghasilan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta 67

penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Biaya Pajak Penghasilan yang dikurangkan oleh perusahaan, terdiri dari: Biaya Akun/legal/pajak Selama tahun 2007 dikeluarkan dengan jumlah sebesar Rp.25.432.149,00 mencakup beberapa pembayaran perusahaan, seperti: Pembayaran STP PPh Pasal 23 Rp. 6.461.071,00 Pemotongan PPh Pasal 21 Rp. 145.097,00 Pembayaran PBB Jumlah Rp.18.825.981,00 Rp.25.432.149,00 Dari rincian pembayaran diatas pembayaran atas potongan PPh Pasal 23 dan potongan PPh Pasal 21 bukan merupakan pengurang penghasilan kena pajak. Hal ini disebabkan karena bagian administrasi kurang begitu mengetahui ketentuan perpajakan dan mencatat pengeluaran tersebut sebagai biaya. Oleh karena itu, atas kesalahan ini maka harus dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp.6.606.168,00 Biaya Cetak dan Biaya Internet Pada tahun 2006 tedapat jasa pemakaian internet sebesar Rp.22.222.879,00 untuk project lead. Dan pembayaran cetak sebesar Rp.223.540.263,00 untuk project lead dan Biaya Telepon/Internet sebesar Rp.504.470.478,00 tahun 2007. Pada bulan Juni 2006 dan bulan April 2007 PT BCI Asia melakukan pembayaran kepada PT Cyberindo Aditama atas jasa pemakaian internet dan kepada PT Nusantara Card Semesta atas jasa printing. Atas Jasa pemakaian internet dan jasa 68

printing tersebut, Wajib Pajak melakukan pemotongan PPh Pasal 23, dengan rincian pemotongan adalah sebagai berikut: Nama WP yang Dipotong Nomor Bukti Potong Tabel IV.1 Evaluasi atas Pemotongan PPh 23 Tahun 2006-2007 Tanggal Bukti Potong Jumlah Nilai Bruto Perkiraan Penghasilan Netto Tarif PPh yang Dipotong PT Cyberindo 03/PPH Aditama 23/BCI/06/2006 12-Jun-06 10.480.910 30% 15% 471.641 PT Cyberindo 01/PPH Aditama 23/BCI/04/2007 25-Apr-07 9.446.160 30% 15% 425.077 PT. Nusantara 02/PPH Card Semesta 23/BCI/04/2007 11-Apr-07 1.431.138 20% 15% 42.934 PT. Nusantara 03/PPH Card Semesta 23/BCI/04/2007 11-Apr-07 149.520 20% 15% 4.486 PT. Nusantara 04/PPH Card Semesta 23/BCI/04/2007 11-Apr-07 4.708.190 20% 15% 141.246 PT. Nusantara 05/PPH Card Semesta 23/BCI/04/2007 11-Apr-07 964.768 20% 15% 28.943 Jumlah 27.180.686 1.114.327 Dalam pencatatan pengeluaran tersebut, PT BCI Asia mencatat beban biaya pada bulan Juni 2006 sebesar Rp.10.480.910,00 atas Jasa Pemakaian Internet, bulan April 2007 sebesar Rp.9.446.160,00 atas Jasa Pemakaian Internet dan bulan April 2007 atas jasa printing sebesar Rp.7.253.616,00. Dari data yang disajikan dapat disimpulkan bahwa, dari pencatatan biaya tersebut terdapat pemotongan PPh pasal 23 dengan total Rp.1.114.327,00. Oleh karena itu, atas kesalahan pencatatan ini harus dikoreksi, karena biaya yang harus dibiayakan atas transaksi tersebut adalah sebesar Rp.26.066.541,00 bukan Rp.27.180.686,00. Pembayaran atas potongan PPh 23 bukan merupakan pengurang penghasilan kena pajak. 69

Biaya Sewa Tahun 2007 Nama WP yang Dipotong Yayasan Sarana Wana Jaya PT. Astra Graphia Tbk Tabel IV.2 Biaya Pemotongan PPh 23 dan PPh Pasal 4 (2) Tahun 2007 Nomor Bukti Potong Terlampir dari Masa Pajak April 2007 Maret 2008 Terlampir dari Masa Pajak Mei 2007 Maret 2008 Jumlah Nilai Bruto Perkiraan Penghasilan Netto Tarif PPh yang Dipotong 228.980.000 10% 22.898.000 114.127.255 30% 15% 5.135.726 Jumlah 343.107.255 28.033.726 Dari pencatatan pengeluaran tersebut, PT. BCI Asia mencatat biaya sewa selama tahun 2007 sebesar Rp.446.090.116,00. Namun setelah ditelusuri biaya sewa tersebut tidak bisa dibiayakan seluruhnya. Karena terdapat pengakuan biaya Pajak Penghasilan yang ikut dibebankan dalam biaya sewa tersebut. Hal ini bisa dilihat pada tabel IV.5. Oleh karena itu, atas kesalahan pencatatan ini harus dikoreksi, karena biaya yang harus dibiayakan atas transaksi tersebut adalah sebesar Rp.315.073.529,00 bukan Rp.343.107.255,00. Sehingga biaya yang harus dikoreksi sebesar Rp.28.033.726,00. Kemudian terdapat juga pengakuan biaya atas sewa badminton pada bulan september 2007 sebesar Rp. 132.000,00 yang bersifat pemberiaan natura atau kenikmatan kepada karyawan. Biaya pajak penghasilan ini sudah benar dilakukan koreksi oleh Bagian administrasi perpajakan PT BCI Asia. 70

5. Biaya lain-lain (Biaya Administrasi dan Umum) Biaya lain-lain pada tahun pajak 2005 Biaya Lain-lain_Penjualan: Biaya Jamuan Tamu Jumlah Rp.6.312.023,00 Rp.6.312.023,00 Biaya Lain-lain Publikasi: Biaya Lain-lain Jumlah Rp.11.197.657,00 Rp.11.197.657,00 Biaya Lain-lain_Administrasi dan Umum: Pengeluaran Entertainment Rp. 5.565.500,00 Hadiah Pernikahan (Wedding Gift) Rp. 6.750.000,00 Pengeluaran untuk kepentingan pribadi Rp. 4.439.468,00 Biaya Iuran dan Sumbangan Rp. 2.560.000,00 Jumlah Rp.19.314.968,00 Biaya lain-lain pada tahun pajak 2006 Biaya Lain-lain_Penjualan: Pembelian Cock Badminton Rp. 343.000,00 Biaya Jamuan tamu Rp. 1.949.404,00 Jumlah Rp. 2.292.404,00 Biaya Lain-lain_Publikasi: Biaya Lain-lain Jumlah Rp.12.397.000,00 Rp.12.397.000,00 Biaya Lain-Lain Penelitian: Biaya Pemasaran Rp. 5.926.187,00 71

Biaya Perjalanan Dinas Rp.31.617.980,00 Pembelian Cock Badminton Rp. 32.800,00 Jumlah Rp.37.576.967,00 Biaya Lain-lain Administrasi dan Umum: Biaya Iuran dan Sumbangan Rp. 3.650.000,00 Biaya Kepentingan Pribadi Rp. 5.870.000,00 Biaya Entertainment Biaya Pemasaran Jumlah Rp.12.675.000,00 Rp.16.059.844,00 Rp.38.254.844,00 Biaya lain-lain pada tahun pajak 2007 Biaya Lain-lain_Penjualan: Biaya Entertainment Rp. 888.550,00 Biaya Fotocopy Rp. 100.000,00 Biaya Direktori Rp. 509.000,00 Jumlah Rp. 1.497.550,00 Biaya lain-lain_penelitian: Biaya Entertainment Rp. 4.600.124,00 Biaya Perjalanan Dinas Rp.116.350.230,00 Biaya Kurir Rp. 77.273.385,00 Jumlah Rp.198.223.739,00 Biaya lain-lain_administrasi dan Umum: Hadiah Perkawinan Rp. 3.000.000,00 Biaya RT/Groceries Rp. 19.685.776,00 Biaya Entertainment Rp. 14.474.638,00 72

Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Rp. 19.675.600,00 Biaya Listrik Rp. 30.356.890,00 Biaya Iklan Rp. 6.859.000,00 Biaya Cetakan Rp. 64.456.786,00 Biaya Fotocopy Rp. 200.000,00 Jasa Profesional Jumlah Rp.109.575.118,00 Rp.268.283.808,00 Perincian biaya rumah tangga/groceries untuk tahun 2007 terdiri dari: Pembelian cock badminton Rp. 931.250,00 Pembelian Mineral Water,Milo,dll Rp.10.272.500,00 Pembelian Stationery Rp. 3.432.301,00 Pembelian makanan untuk karyawan lembur Rp. 5.049.725,00 Jumlah Rp.19.685.776,00 Dari perincian biaya diatas terdapat beberapa biaya yang bukan merupakan pengurang penghasilan. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf (a) Undang-undang No. 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek Pajak Penghasilan dan tidak terkena Pajak Penghasilan Final, sesuai SE-27/PJ.22/1986 dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (b) UU No. 17 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk 73

kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota tidak boleh dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (e) UU No. 17 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan tidak boleh dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Atas biaya lain-lain ini perusahaan sudah melakukan koreksi fiskal dengan benar pada tahun 2005, namun pada tahun 2006 dan 2007 masih terdapat biaya yang seharusnya dilakukan koreksi namun tidak dilakukan koreksi seperti pengeluaran biaya berupa entertainment fee kepada para suplier, riset team, pengeluaran kepentingan pribadi serta pengeluaran rumah tangga seperti pembelian makanan bagi karyawan yang bekerja over time. Dan biaya yang tidak seharusnya dikoreksi dilakukan koreksi seperti pengeluaran biaya rumah tangga berupa pembelian mineral water dan stationery. Hal ini disebabkan karena bagian administrasi perpajakan tidak begitu memahami ketentuan perpajakan yang ada terkait dengan biaya rumah tangga untuk pembelian mineral water dan stationery (akan lebih dijelaskan pada point 6) serta bagian administrasi keuangan tidak membuat daftar nominatif atas pengeluaran entertainment fee kepada supplier. Oleh Karena itu, atas biaya lain-lain berupa pengeluaran untuk entertainment yang tidak memiliki daftar nominatif, pengeluaran kepentingan pribadi, hadiah 74

pernikahan, biaya iuran dan sumbangan untuk tahun 2005, 2006 dan 2007 harus dilakukan koreksi fiskal. Jumlah yang harus dikoreksi adalah: Tahun 2005: Biaya lain-lain_administrasi dan umum sebesar Rp.19.314.968,00 Tahun 2006 Biaya lain-lain_penjualan sebesar Rp. 343.000,00 Biaya lain-lain penelitian sebesar Rp. 32.800,00 Biaya lain-lain administrasi dan umum sebesar Rp.22.195.000,00 Tahun 2007 Biaya lain-lain_penjualan sebesar Rp. 888.550,00 Biaya lain-lain_penelitian sebesar Rp. 4.600.124,00 Biaya lain-lain_administrasi dan umum sebesar Rp.23.455.613,00 6. Biaya Rumah Tangga/Groceries Biaya rumah tangga kantor/groceries merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan seperti pembelian makanan, minuman, stationery, dll Dalam melakukan penelitian, penulis menelusuri biaya rumah tangga yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti: Tahun 2005 Pembelian Mineral Water,Milo, sirup, Torabika Pembelian Stationery Pembelian Ink printer Rp.27.650.700,00 Rp.12.783.650,00 Rp.18.248.091,00 Pembelian makanan untuk karyawan lembur Rp. 7.704.354,00 Jumlah Rp.66.386.795,00 75

Tahun 2006 Pembelian Mineral Water, Milo, sirup, Torabika Rp. 9.028.504,00 Pembelian Stationery Rp. 2.227.700,00 Pembelian makanan untuk karyawan lembur Rp. 1.670.800,00 Jumlah Rp.12.927.004,00 Untuk Tahun 2007, perincian biaya rumah tangga/groceries dapat dilihat pada Nomor 5 (lima). Atas Biaya rumah tangga/groceries ini oleh perusahaan dikoreksi penuh, namun menurut penulis dalam biaya rumah tangga tersebut terdapat biaya yang dapat dibiayakan secara fiskal seperti biaya untuk membeli mineral water, milo, sirup, torabika, stationery dan ink printer yang merupakan biaya yang dapat dikurangkan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak karena biaya tersebut merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf (a) Undang-undang Pajak Penghasilan. Dan Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (e) Undang-undang No. 17 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan tidak dapat dikurangkan dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak perusahaan. Hal ini disebabkan karena bagian administrasi perpajakan tidak begitu memahami ketentuan perpajakan yang berlaku dalam melakukan koreksi atas biaya rumah tangga yang seharusnya bisa dibiayakan oleh perusahaan yang 76

bisa mengakibatkan kerugian perusahaan menjadi tidak terlalu besar. Oleh karena itu atas biaya pembelian untuk karyawan yang lembur harus dilakukan koreksi fiskal karena pemberian makanan ini bersifat natura atau kenikmatan yang hanya diberikan pada karyawan yang bekerja over time. Biaya ini di koreksi sebesar Rp.7.704.354,00 untuk tahun 2005, dan Rp.1.670.800,00 untuk tahun 2006. 7. Denda Pajak Denda Pajak yang dimaksud adalah sanksi administrasi karena Wajib Pajak tidak tertib administrasi dalam menyampaikan SPT Tahunan. Denda Pajak ini disebabkan karena pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan pernah dilakukan pemeriksaan oleh fiskus atas kekeliruan karyawan yang tidak menyetorkan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong dari pihak lain ke Kas Negara. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (k) Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dengan jelas menyatakan bahwa sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan tidak boleh dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak. Oleh karena itu atas biaya pajak yang dibebankan pada tahun pajak 2005 sebesar Rp.14.928.805,00; pada tahun pajak 2006 sebesar Rp.30.669.327,00 dan pajak bunga sebesar Rp. 1.979.728,00; dan pada tahun pajak 2007 sebesar Rp.10.017.464,00 dan Pajak Bunga sebesar Rp.1.242.687,00 harus dilakukan koreksi fiskal. Atas biaya denda ini, perusahaan telah melakukan koreksi fiskal dengan benar. 77

II. Yang termasuk perbedaan tetap dan dikoreksi negatif adalah sebagai berikut: Wajib Pajak selain menerima penghasilan dari hasil usahanya juga menerima pendapatan jasa giro bank sebesar: Tahun 2005 Rp. 4.440.359,00 Tahun 2006 Rp. 8.005.730,00 Tahun 2007 Rp. 5.907.594,00 Jumlah Rp.18.353.683,00 Namun atas pendapatan jasa giro telah dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Final sebesar 20% oleh bank, sehingga atas pendapatan ini bukan penghasilan yang dapat diperhitungkan dalam menghitung Pajak terutang Wajib Pajak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia dan Pasal 4 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa pendapatan jasa giro adalah penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final. Oleh karena itu atas Pendapatan jasa giro yang telah ditambahkan oleh Wajib Pajak harus dilakukan koreksi fiskal negatif. Dan penghasilan yang dikenakan final tersebut, juga telah dilakukan koreksi fiskal dengan benar oleh perusahaan. III. Yang termasuk dalam kategori perbedaan waktu dan koreksi positif adalah sebagai berikut: Biaya yang dikoreksi positif dan termasuk dalam kategori perbedaan waktu adalah Biaya Obligasi Pensiun (Provision for Employee Benefits). Biaya ini adalah dana yang dicadangkan oleh perusahaan untuk imbalan kerja karyawan. Namun secara komersial biaya ini dapat diakui pada waktu pencadangan sedangkan fiskal 78

mengakui biaya ini pada waktu terjadi PHK. Biaya yang dikurangkan pada laporan keuangan komersial adalah sebesar: Tahun 2005 Rp. 64.240.000,00 Tahun 2006 Rp. 76.554.000,00 Tahun 2007 Jumlah Rp.112.277.750,00 Rp.253.071.750,00 Pada tahun 2006 perusahaan membayar imbalan kerja sebesar Rp.9.278.750,00 kepada karyawan dan Rp.3.166.000,00 pada tahun 2007. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf (c) yang menyatakan bahwa pembentukan atau pemupukan dana cadangan bukan merupakan biaya pengurang penghasilan. Oleh karena itu harus dilakukan koreksi fiskal atas cadangan imbalan kerja ini. Sehingga jumlah yang harus dikoreksi adalah sebesar: Tahun 2005 Rp. 64.240.000,00 Tahun 2006 Rp. 67.275.250,00 Tahun 2007 Jumlah Rp.109.111.750,00 Rp.240.627.000,00 Biaya ini sudah dilakukan koreksi fiskal dengan benar oleh perusahaan. Hanya saja pada tahun 2007, sisa cadangan imbalan kerja sebesar Rp.109.111.750,00 tidak dilakukan koreksi fiskal oleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena kelalaian karyawan (bagian administrasi perpajakan) dalam membuat laporan keuangan fiskal tidak mengurangkan biaya tersebut. Akibatnya perusahaan mengalami kerugian fiskal dengan jumlah yang besar. 79

IV. Yang termasuk dalam kategori perbedaan waktu dan koreksi positif-negatif adalah sebagai berikut: Biaya yang dikoreksi positif-negatif dan termasuk dalam kategori perbedaan waktu adalah biaya penyusutan aktiva tetap. Untuk menghitung penyusutan peralatan kantor, perusahaan menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method) dimana metode penyusutan yang digunakan perusahaan telah sesuai dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2000 pasal 11 ayat (6). Namun setelah dilakukan analisis ternyata perusahaan salah dalam melakukan pengelompokkan atas peralatan kantor seperti pesawat telepon, mesin Fax, AC. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 138/KMK.03/2002 Lampiran II butir I huruf b yang menyatakan bahwa pesawat telepon, mesin fax, AC digolongkan dalam kelompok II dengan masa manfaat 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Namun perusahaan mengelompokkannya ke kelompok I dengan masa manfaat 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%. Hal ini disebabkan bagian administrasi perpajakan belum begitu mengetahui tentang ketentuan perpajakan yang berlaku terkait dengan penggolonggan kelompok aktiva tetap. Akibatnya perhitungan penyusutan aktiva tetap perusahaan menjadi salah dan tidak sesuai dengan ketetapan yang ditentukan. Untuk mengetahui besarnya penyusutan menurut fiskal yang perlu disesuaikan, maka perlu diperhitungkan besarnya penyusutan menurut fiskal. Perhitungan penyusutan aktiva tetap untuk tahun pajak 2005, 2006 dan 2007 dapat dilihat pada daftar Lampiran L20. Selain biaya diatas yang dikoreksi, penulis juga menemukan biaya-biaya yang salah dikoreksi fiskal oleh perusahaan, seperti: 80

1. Biaya Direktori Biaya ini merupakan biaya pembelian cd database seperti cd database yang berisi tentang berbagai informasi terbaru mengenai pengembangan project kontruksi. Cd database ini diperuntukkan kepada karyawan terutama bagian project lead agar karyawan bagian project lead dapat menyediakan informasi terbaru dan terupdate kepada klien PT BCI Asia. Perusahaan melakukan koreksi fiskal atas biaya ini hanya pada tahun 2005 dan tidak dilakukan koreksi fiskal pada tahun 2006 dan 2007. Hal ini disebabkan karena perusahaan menganggap pengeluaran ini termasuk kategori yang bersifat suatu pemberian kenikmatan kepada karyawan. Pada saat dilakukan tanya jawab atas koreksi biaya ini, perusahaan hanya mengatakan bahwa biaya tersebut merupakan suatu kebijakan kepala administrasi perpajakan. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa bagian administrasi perpajakan belum begitu memahami tentang ketentuan perpajakan yang ada. Akibatnya terjadi kesalahan dalam koreksi biaya. Menurut penulis biaya direktori ini dapat dibiayakan secara fiskal oleh perusahaan karena merupakan biaya yang dapat dikurangkan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak karena biaya tersebut merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan. Oleh karena itu atas biaya ini tidak dilakukan koreksi fiskal. 2. Biaya Jasa Profesional dan Biaya Konsultan Biaya jasa profesional merupakan biaya yang dibayarkan kepada kantor akuntan publik atas jasa dalam melakukan audit pembukuan PT BCI Asia. Sedangkan biaya konsultan merupakan biaya yang dibayarkan atas jasa konsultasi bisnis yang diberikan kepada para konsultan yang direkrut dari PT BCI Asia Luar Negeri. 81

Penulis melakukan penelusuran atas biaya ini serta menanyakan kepada bagian administrasi. Dan hasil yang didapatkan adalah pada tahun 2006 perusahaan membayar jasa profesional sebesar Rp.166.657.999,00 dan jasa konsultan tahun 2007 sebesar Rp.402.000.000,00. Dari kedua biaya tersebut, sudah tidak termasuk biaya pemotongan pajak penghasilan. Namun perusahaan pada tahun 2006 melakukan koreksi fiskal atas biaya jasa profesional sebesar Rp.1.445.000,00 dan pada tahun 2007 dilakukan koreksi fiskal atas biaya konsultan sebesar Rp.55.777.500,00. Berdasarkan penelitian penulis, biaya yang dikoreksi tersebut adalah merupakan biaya atas pemotongan PPh 23 dan PPh 26. Sehingga terdapat adanya kesalahan koreksi fiskal, hal ini disebabkan karena bagian administrasi perpajakan tidak teliti dalam melakukan pekerjaannya. Dan atas biaya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pajak Penghasilan Pasal 26 yang dilakukan koreksi fiskal oleh perusahaan harus dikoreksi kembali. Perkiraan pada laporan laba rugi PT BCI Asia yang tidak perlu dilakukan rekonsiliasi dan koreksi fiskal adalah: 1. Pendapatan Pendapatan ini terdiri dari pendapatan yang merupakan hasil usaha dan pendapatan yang bukan merupakan hasil usaha. Total pendapatan dari hasil usaha untuk tahun 2005 sebesar Rp.3.380.734.552,00, tahun 2006 dengan total pendapatan sebesar Rp.4.575.172.189,00, dan tahun 2008 dengan total pendapatan sebesar Rp.6.307.865.176,00. Wajib Pajak mendapatkan pendapatan tersebut dari kegiatan usahanya dengan melakukan penjualan data ke perusahaan kontraktor, mengirimkan data ke klien melalui email dan media cetak. Pendapatan ini termasuk objek Pajak Penghasilan sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) 82

Undang-undang No. 17 Tahun 2000. Oleh karena itu, atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal. Sedangkan pendapatan yang bukan merupakan hasil usaha wajib pajak terdiri dari: Bunga bank, keuntungan karena selisih kurs, pendapatan jasa informasi konstruksi lainnya. Pendapatan ini juga termasuk objek Pajak Penghasilan sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Sehingga atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal. Terkecuali pendapatan yang didapat dari hasil bunga bank, harus dilakukan koreksi fiskal. 2. Biaya Operasional, yang terdiri dari: Biaya Penjualan, Publikasi, dan Penelitian, yang terdiri dari: a) Biaya Gaji, Tunjangan Penggantian Pengobatan b) Biaya Komisi c) Biaya Pemasaran d) Biaya Kurir/Pos e) Biaya Pengadaan Seminar/Expo f) Biaya Pemberian Bonus g) Biaya Perjalanan Dinas h) Biaya Pengadaan Event Top Ten Biaya-biaya diatas berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 17 Tahun 2000). Oleh karena itu, atas biaya-biaya tersebut tidak perlu dikoreksi fiskal. Biaya Administrasi dan Umum a) Biaya Gaji b) Biaya THR, Bonus, Hadiah 83

c) Biaya Sewa d) Biaya Telepon dan Internet e) Biaya Listrik f) Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan g) Biaya Perjalanan Dinas h) Biaya Alat Tulis Kantor i) Biaya Alokasi dari Pusat j) Biaya Administrasi Bank Biaya-biaya diatas merupakan biaya administrasi yang berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (Pasal 6 ayat (1) huruf (a) UU No. 17 Tahun 2000). Oleh karena itu, atas biaya-biaya tersebut tidak perlu dikoreksi fiskal. Kemudian juga terdapat Biaya Lain-lain diluar kegiatan usaha seperti: Kerugian karena selisih kurs, Denda Pajak, Pajak Bunga. Biaya-biaya ini perlu dilakukan koreksi fiskal, kecuali kerugian selisih kurs. Wajib Pajak juga perlu memperhatikan biaya-biaya yang dapat menimbulkan resiko menjadi grey area yang menimbulkan terjadinya perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan fiskus, apakah biaya tersebut dapat dibiayakan atau harus dikoreksi fiskal. Contoh dari biaya tersebut adalah biaya Administrasi bank. Dari sisi fiskus kemungkinan besar akan melakukan koreksi positif terhadap biaya ini karena dianggap sebagai biaya yang terjadi untuk mendapatkan penghasilan bunga bank dari deposito yang telah dikenakan PPh final. Wajib Pajak harus memiliki argumen dan bukti yang kuat untuk dapat menyakinkan fiskus bahwa biaya tersebut bukan merupakan biaya yang terkait 84

dengan penghasilan bunga bank sehingga tidak dilakukan koreksi positif yang akan menambah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Dari penelitian terhadap biaya-biaya ini, penulis melihat terdapatnya biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang sangat besar dan signifikan ke pusat. Biaya yang setiap tahun mendapatkan pembebanan dari pusat ini adalah biaya alokasi dari pusat. Atas pengeluaran biaya ini, PT BCI Asia di Indonesia sering mengalami kerugian baik secara komersial maupun secara fiskal. Karena adanya keterbatasan data dari perusahaan, penulis tidak dapat menguraikan rincian dari Biaya Alokasi pusat ini. Menurut Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE- 04/PJ.7/1993 menjelaskan tentang kekurang-wajaran alokasi biaya administrasi dan umum yang dialokasikan oleh pusat perusahaan di luar negeri dari badan usaha di Indonesia kepada badan usaha di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh penulis, biaya yang dialokasikan tersebut antara lain seperti: a. Biaya training karyawan PT. BCI Asia di Indonesia yang diselenggarakan kantor pusat di luar negeri. b. Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat yang merupakan biaya penyelenggaraan perusahaan seperti perolehan data informasi mengenai proyek-proyek yang lagi berkembang, bahan-bahan yang digunakan dalam konstruksi, serta model atau bentuk bangunan c. Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor pusat. Alokasi biaya tersebut diatas diperbolehkan sepanjang sebanding dengan manfaat yang diperoleh badan usaha di Indonesia dan bukan merupakan duplikasi biaya. Biaya kantor pusat yang boleh dialokasikan tidak termasuk bunga atas penggunaan dana kantor pusat. Oleh karena itu atas biaya alokasi 85

pusat tersebut tidak dilakukan koreksi fiskal dan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak perusahaan. IV.4 Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan PT BCI Asia Rekonsiliasi fiskal adalah usaha untuk mencocokkan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan UU No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Rekonsilasi fiskal yang dilakukan oleh PT BCI Asia belum sepenuhnya berdasarkan pada UU No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, masih ada beberapa pos biaya dan pendapatan yang harus dikoreksi. Hal ini terjadi karena PT. BCI Asia belum begitu memahami tentang ketentuan-ketentuan perpajakan dan kurangnya pengetahuan tentang peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, saya akan mencoba untuk memperbaiki rekonsiliasi fiskal dari PT. BCI Asia. 86

Komersil Tabel IV.3 Tahun Pajak 2005 PT. BCI ASIA LAPORAN RUGI/LABA Per 1 April 2005-31 Maret 2006 Koreksi Fiskal Wajib Pajak Fiskal Wajib Pajak Koreksi Fiskal Positif (Negatif) Perbedaan Perbedaan Waktu Tetap Fiskal Penulis PENDAPATAN USAHA Pendapatan 3.380.734.552 3.380.734.552 3.380.734.552 3.380.734.552 3.380.734.552 3.380.734.552 BIAYA OPERASIONAL Biaya Pengiriman dan Cetakan Cetakan Laporan Hard Copy 300.495.545 300.495.545 300.495.545 Laporan Pengiriman 76.287.753 76.287.753 76.287.753 Total Biaya Pengiriman dan Cetakan 376.783.298 376.783.298 376.783.298 Biaya Penjualan Gaji/Tunjangan 253.042.722 253.042.722 253.042.722 Komisi 224.660.511 224.660.511 224.660.511 Telepon/Handphone 108.262.303 108.262.303 1.672.890 106.589.413 Transport/Perjalanan Dinas 76.773.105 76.773.105 76.773.105 Pos/Kurir 10.039.741 10.039.741 10.039.741 Pemasaran 42.162.944 42.162.944 42.162.944 Direktori 2.884.038 2.884.038-2.884.038 Publikasi 2.161.080 2.161.080 2.161.080 Fotocopy 75.000 75.000 75.000 Lain-lain 6.312.023 6.312.023 6.312.023 87

Total Biaya Penjualan 726.373.467 723.489.429 724.700.577 Biaya Publikasi Seminar/Expo/Trend/Promosi 33.688.891 33.688.891 33.688.891 Transport/Perjalanan Dinas 1.138.500 1.138.500 1.138.500 Komisi 4.412.150 4.412.150 4.412.150 Makanan dan Kurir 67.241.219 67.241.219 67.241.219 Lain-lain 11.197.657 11.197.657 11.197.657 Total Biaya Publikasi 117.678.417 117.678.417 117.678.417 Biaya Penelitian Gaji/Tunjangan 232.403.912 232.403.912 232.403.912 Bonus 85.471.500 85.471.500 85.471.500 Telepon/Internet 139.745.708 139.745.708 2.278.375 137.467.333 Pos/Kurir/Berlangganan 43.176.437 43.176.437 43.176.437 Direktori 1.599.824 1.599.824-1.599.824 Promosi/ Even 90.740.023 90.740.023 90.740.023 Perjalanan Dinas, dll 31.589.840 31.589.840 31.589.840 Total Biaya Penelitian 624.727.244 623.127.420 622.448.869 Biaya Administrasi dan Umum Gaji/Bonus/Tunjangan 395.740.894 395.740.894 395.740.894 Sewa IT Server 586.976.472 586.976.472 586.976.472 Obligasi Pensiun 64.240.000 64.240.000-64.240.000 - Iuran Dana Pensiun 8.680.000 8.680.000 8.680.000 Sewa/Utiliti 57.500.000 57.500.000 57.500.000 Telepon/Internet 152.111.905 152.111.905 625.170 151.486.735 Listrik 42.826.952 42.826.952 42.826.952 Cetakan 1.440.000 1.440.000 1.440.000 Jasa Profesional 21.477.273 21.477.273 21.477.273 Counsulting Fee 300.000.000 300.000.000 300.000.000 88

Perawatan dan Perbaikan 9.896.013 9.896.013 9.896.013 Perjalanan Dinas 26.358.845 26.358.845 26.358.845 Alat Tulis Kantor 32.403.308 32.403.308 32.403.308 Renovasi Kantor 69.465.200 69.465.200 69.465.200 Pos/Pengiriman 12.795.740 12.795.740 12.795.740 Wages 6.454.542 6.454.542 6.454.542 Direktori 1.412.715 1.412.715-1.412.715 Fotocopy 563.000 563.000 563.000 Penyusutan 71.038.432 2.794.904 68.243.528 2.179.359 68.859.073 Pajak 2.235.965 2.235.965 2.235.965 RT Kantor/Groceries' 66.386.795 66.386.795-7.704.354 58.682.441 Lain-lain 19.314.968 19.314.968-19.314.968 - Total Biaya Administrasi dan Umum 1.949.319.019 1.795.169.637 1.855.255.168 TOTAL BIAYA OPERASIONAL 3.794.881.445 3.636.248.201 3.696.866.329 PENGHASILAN DARI OPERASIONAL (414.146.893) (255.513.649) (316.131.777) PENDAPATAN/BIAYA LAIN-LAIN Pendapatan Lain-lain Jasa Giro 4.440.359 (4.440.359) - (4.440.359) - Lain-lain 1.675.069 1.675.069 1.675.069 Total Pendapatan Lain-lain 6.115.428 1.675.069 1.675.069 Biaya Lain-lain Adm. Bank 7.986.429 7.986.429 7.986.429 Denda Pajak 14.928.805 14.928.805-14.928.805 - Lain-lain 1.656.548 1.656.548 1.656.548 Total Biaya Lain-lain 24.571.782 9.642.977 9.642.977 Total Pendapatan/Biaya Lain-lain (18.456.354) (7.967.908) (7.967.908) PENGHASILAN NETTO (432.603.247) 169.121.690 (263.481.557) 66.419.359 42.084.203 (324.099.685) 89

Tabel IV.4 Komersil Tahun Pajak 2006 PT. BCI ASIA LAPORAN RUGI/LABA FISKAL For The Year Ended 31 March 2007 Koreksi Fiskal Wajib Pajak Fiskal Wajib Pajak Koreksi Fiskal Positif (Negatif) Beda Waktu Beda Tetap Fiskal Penulis PENDAPATAN USAHA Pendapatan 4.575.172.189 4.575.172.189 4.575.172.189 Total Pendapatan 4.575.172.189 4.575.172.189 4.575.172.189 BIAYA OPERASIONAL Biaya Pengiriman dan Cetakan Cetakan Laporan Hard Copy 56.752.200 56.752.200 56.752.200 Laporan Pengiriman 7.745.000 7.745.000 7.745.000 Pengiriman International 26.586.186 26.586.186 26.586.186 Total Pengiriman dan Cetakan 91.083.386 91.083.386 91.083.386 Biaya Penjualan Gaji 374.638.455 374.638.455 374.638.455 Komisi 302.201.818 302.201.818 302.201.818 Penggantian Pengobatan 6.332.459 6.332.459 6.332.459 Telepon 36.261.721 36.261.721 615.325 35.646.396 Internet 22.222.879 471.641 21.751.238 471.641 21.751.238 Perjalanan Dinas 129.886.014 9.906.950 119.979.064 9.906.950 119.979.064 Pos/Kurir 137.208.451 137.208.451 137.208.451 Pemasaran 36.913.900 36.913.900 36.913.900 Direktori 100.000 100.000 100.000 90

Publikasi 2.500.000 2.500.000 2.500.000 Fotocopy 240.000 240.000 240.000 Lain-lain 2.292.404 343.000 1.949.404 343.000 1.949.404 Total Biaya Penjualan 1.050.798.101 1.040.076.510 1.039.461.185 Biaya Publikasi Seminar/Expo/Trend/Promosi 16.231.045 16.231.045 16.231.045 Perjalanan Dinas 4.083.000 4.083.000 4.083.000 Gaji 7.856.006 7.856.006 7.856.006 Komisi 6.831.620 6.831.620 6.831.620 Kurir dan Cetakan 170.594.269 170.594.269 170.594.269 Telepon dan Internet 1.861.400 1.861.400 1.861.400 Lain-lain 12.397.000 12.397.000 12.397.000 Total Biaya Publikasi 219.854.340 219.854.340 219.854.340 Biaya Penelitian Gaji 291.592.497 291.592.497 291.592.497 Bonus 115.201.615 115.201.615 115.201.615 Penggantian Pengobatan 4.039.701 4.039.701 4.039.701 Telepon/Internet 50.339.372 50.339.372 1.435.000 48.904.372 Pos/Kurir/Berlangganan 35.661.674 35.661.674 35.661.674 Fotocopy 230.000 230.000 230.000 Event Top Ten 118.657.785 118.657.785 118.657.785 Lain-lain 37.576.967 32.800 37.544.167 32.800 37.544.167 Total Biaya Penelitian 653.299.611 653.266.811 651.831.811 Biaya Administrasi dan Umum Gaji 373.661.345 373.661.345 373.661.345 THR 64.077.000 64.077.000 64.077.000 Bonus 55.844.451 55.844.451 55.844.451 Penggantian Pengobatan 23.125.411 23.125.411 23.125.411 91

Lembur 18.019.002 18.019.002 18.019.002 Depresiasi 56.258.275 (845.297) 57.103.572 (5.438.496) 61.696.771 Sewa/Utiliti 414.633.623 414.633.623 414.633.623 Telepon/Internet 382.034.355 382.034.355 3.930.125 378.104.230 Listrik 8.930.735 8.930.735 8.930.735 Cetakan 62.362.196 62.362.196 62.362.196 Jasa Profesional 166.657.999 1.445.000 165.212.999 166.657.999 Perbaikan dan Pemeliharaan 14.984.400 14.984.400 14.984.400 Perjalanan Dinas 31.849.329 31.849.329 31.849.329 Alat Tulis Kantor 50.007.837 50.007.837 50.007.837 Renovasi Kantor 54.003.000 54.003.000 54.003.000 Rumah Tangga 2.227.700 2.227.700-2.227.700 Groceries 10.699.304 10.699.304-1.670.800 9.028.504 Kurir 50.764.491 50.764.491 50.764.491 Upah 9.190.000 9.190.000 9.190.000 Iklan 5.285.000 5.285.000 5.285.000 Direktori 1.389.700 1.389.700 1.389.700 Obligasi Pensiun 76.554.000 67.275.250 9.278.750 67.275.250 9.278.750 Fotocopy 155.000 155.000 155.000 Umum 1.727.000 1.727.000 1.727.000 Pajak 32.181.957 32.181.957 32.181.957 Jasa Konsultan 402.000.000 402.000.000 402.000.000 Hadiah Pernikahan 5.500.000 5.500.000-5.500.000 - Makanan 10.051.625 10.051.625 10.051.625 Iuran Dana Pensiun 8.209.170 8.209.170 8.209.170 Alokasi Biaya dari Kantor Pusat 689.304.750 689.304.750 689.304.750 Amortisasi 4.698.320 4.698.320 4.698.320 92

Lain-lain 38.254.844 2.478.700 35.776.144 22.195.000 16.059.844 Total Biaya Administrasi dan Umum 3.124.641.819 3.035.861.162 3.029.509.140 TOTAL BIAYA OPERASIONAL 5.139.677.257 5.040.142.209 5.031.739.862 PENGHASILAN DARI OPERASIONAL (564.505.068) (464.970.020) (456.567.673) PENDAPATAN/BIAYA LAIN- LAIN Pendapatan Lain-lain Jasa Giro 8.005.730 (8.005.730) - (8.005.730) - Lain-lain 54.384.636 54.384.636 54.384.636 Total Pendapatan Lain-lain 62.390.366 54.384.636 54.384.636 Biaya Lain-lain Adm. Bank 11.300.002 11.300.002 11.300.002 Pajak Bunga 1.979.728 1.979.728 1.979.728 - Denda Pajak 30.669.327 30.669.327-30.669.327 - Lain-lain 22.630.861 22.630.861 22.630.861 Total Biaya Lain-lain 66.579.918 35.910.591 33.930.863 Total Pendapatan/Biaya Lainlain (4.189.552) 18.474.045 20.453.773 Total Koreksi Fiskal 122.198.645 61.836.754 70.743.966 PENGHASILAN NETTO (568.694.620) (446.495.975) (436.113.900) 93

Tabel IV.5 Komersil Tahun Pajak 2007 PT. BCI ASIA LAPORAN RUGI/LABA FISKAL For The Year Ended 31 March 2008 Koreksi Fiskal Wajib Pajak Firkal Wajib Pajak Koreksi Fiskal Positif (Negatif) Beda Waktu Beda Tetap Fiskal Penulis PENDAPATAN Project Lead 4.544.687.540 4.544.687.540 4.544.687.540 Iklan 403.757.722 403.757.722 403.757.722 Majalah Futurarc 422.456.538 422.456.538 422.456.538 Majalah Arc07 731.818 731.818 731.818 Majalah Arc08 152.351.135 152.351.135 152.351.135 Lain-lain 783.880.423 783.880.423 783.880.423 TOTAL PENDAPATAN 6.307.865.176 6.307.865.176 6.307.865.176 BIAYA OPERASI Biaya Penjualan Biaya Cetak 223.540.263 217.607 223.322.656 217.607 223.322.656 Biaya Komisi 290.287.709 290.287.709 290.287.709 Gaji Penjualan 450.332.219 450.332.219 450.332.219 Gaji riset 526.102.358 526.102.358 526.102.358 Transportasi dan akomodasi 244.734.924 244.734.924 244.734.924 Pemasaran 79.174.654 79.174.654 79.174.654 Sumber informasi 42.590.200 42.590.200 42.590.200 Lain-lain 1.497.550 888.550 609.000 888.550 609.000 Total Biaya Penjualan 1.858.259.877 1.857.153.720 1.857.153.720 94

Biaya Penelitian Cetak 475.997.600 475.997.600 475.997.600 Distribusi 5.780.700 5.780.700 5.780.700 Gaji 92.053.442 92.053.442 92.053.442 Pemasaran 123.652.750 123.652.750 123.652.750 Komisi 71.123.537 71.123.537 71.123.537 Lain-lain 198.223.739 4.600.124 193.623.615 4.600.124 193.623.615 Total Biaya Penelitian 966.831.768 962.231.644 962.231.644 Biaya Publikasi Cetak dan Distribusi 95.872.000 95.872.000 95.872.000 Komisi 13.360.420 13.360.420 13.360.420 Catering 8.646.350 8.646.350 8.646.350 Transportasi 36.792.657 36.792.657 36.792.657 Komisi 13.829.415 13.829.415 13.829.415 Total Biaya Publikasi 168.500.842 168.500.842 168.500.842 Biaya Administrasi Gaji 583.326.197 583.326.197 583.326.197 Telepon/internet 504.470.478 5.403.775 499.066.703 5.403.775 499.066.703 Sewa 446.090.116 28.165.722 417.924.394 28.165.722 417.924.394 Biaya komputer 83.744.160 83.744.160 83.744.160 Alat tulis kantor 79.349.150 79.349.150 79.349.150 Perjalanan dinas internasional 54.180.740 54.180.740 54.180.740 Akun/legal/pajak 25.432.149 6.606.168 18.825.981 6.606.168 18.825.981 Obligasi Pensiun 112.277.750 112.277.750 109.111.750 3.166.000 Kurior/pos 11.255.620 11.255.620 11.255.620 Penyusutan 50.510.989 8.265.675 42.245.314 (5.409.860) 55.920.849 Kendaraan 20.403.950 20.403.950 20.403.950 Alokasi biaya dari kantor pusat 952.862.032 952.862.032 952.862.032 95

Amortisasi 7.047.480 7.047.480 7.047.480 Lain-lain 268.283.808 37.160.414 231.123.394 23.455.613 244.828.195 Total Biaya Administrasi 3.199.234.619 3.113.632.865 3.031.901.451 TOTAL BIAYA OPERASI 6.192.827.106 6.101.519.071 6.019.787.657 PENDAPATAN OPERASI 115.038.070 206.346.105 288.077.519 PENDAPATAN LAIN-LAIN Selisih Kurs 8.503.110 8.503.110 8.503.110 Bunga 5.907.594 (5.907.594) - (5.907.594) - Lain-lain 63.945.899 63.945.899 63.945.899 TOTAL 78.356.603 72.449.009 72.449.009 BIAYA LAIN-LAIN Selisih Kurs 71.030 71.030 71.030 Bunga Pajak 1.242.687 1.242.687-1.242.687 - Biaya Konsultan 402.000.000 55.777.500 346.222.500 402.000.000 STP 10.017.464 10.017.464-10.017.464 - TOTAL 413.331.181 346.293.530 402.071.030 PENDAPATAN (BIAYA) Bersih (334.974.578) (273.844.521) (329.622.021) Total Koreksi Fiskal 152.438.092 103.701.890 74.690.116 LABA(RUGI) Sebelum Pajak (219.936.508) (67.498.416) (41.544.502) 96