BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%)

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB V ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI.

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

2.2.2 Keuntungan TPM Total Effectiveness (Keefektifan Total) Overall Equipment Effectiveness

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

Apakah ISO 9001 bermanfaat??

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001)

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Lampiran 1. Struktur Organisasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

PERANCANGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE MESIN JUMPING SAW DI PT. RAMA GOMBONG SEJAHTERA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS PENINGKATAN EFEKTIFITAS MESIN SEWING MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sistem Manajemen Maintenance

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKARTA

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERBAIKAN MESIN CNC MA-1 DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

I. BAB I PENDAHULUAN

Mempelajari Manajemen Pemeliharaan Mesin Filling Betadine Pada PT Mahakam Beta Farma. Disusun Oleh : Fazri Akbar ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era kompetisi global dan industrialisasi yang semakin canggih,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi full capacity serta dapat menghasilkan kualitas produk seratus persen.

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

TUGAS AKHIR ANALISA PENERAPAN TPM UNTUK PERBAIKAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PADA PROSES UNIT MOLDING DENGAN MENGGUNAKAN METODE OEE

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II LANDASAN TEORI

Berikut jenis training & materinyaa :

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

BAB V PEMBAHASAN.

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB V ANALISA HASIL. Tabel 5.1 Hasil Temuan Audit Internal. Summary Hasil Internal Audit No Plant/Dept. Temuan Audit NC OK Total 1 MARKETING

Maintenance and Reliability Decisions

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISIS HASIL

ISO 9001 : Pengendalian Kualitas

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pelayanan jasa kebersihan PT The Service Line (SOS Indonesia) ada

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR PADA LINI PRODUKSI

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING

ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN PRODUKSI PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI KABUPATEN ACEH TAMIANG

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan tingkat efisiensi dan efektifitas mesin/peralatan juga mengakibatkan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peragian yang ada di Brew house depart hingga proses packaging PT. MBI. produktivitas yang diinginkan perusahaan dapat tercapai.

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Efektivitas Mesin Batching Plant 1 dan Mesin Batching Plant 2 dengan Overall Equipment Effectiveness Pada PT. X

MEMPELAJARI PERAWATAN MESIN DB 800 V5 EX DALAM PEMBUATAN PRODUK CARRIER CAMSHAFT DI PT PROGRESS DIECAST

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI INVENTORY DI ASTI OFFSET

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar

BAB 3 TINJAUAN SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN

Transkripsi:

BAB V ANALISA Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data pada bab sebelumnya maka selanjutnya dilakukan analisa. Analisa yang dilakukan harus lebih terarah sehingga hasilnya menjadi baik dan benar. Atas dasar pengumpulan dan pengolahan data tersebut makan analisa yang dilakukan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat digunakan untuk mencari penyebab terjadi masalah atau akar permasalahan yang terjadi. Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi perlu diketahui akar penyebab dari masalah yang mengakibatkan terjadi permasalahan tersebut. Untuk dapat mengetahuui akar penyebab tersebut maka digunakan diagram sebab akibat (fishbone diagram). Pada penelitian ini diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisa dan mencari akar permasalahan yang terjadi di PT. XYZ yang menyebabkan nilai Availability pada line hanger rendah. Dari analisa diagram sebab akibat maka yang mengakibatkan rendahnya nilai Availability pada line hanger dapat dilihat pada gambar 5.1. 75

76 METODE Pemeliharaan tidak berjalan sesuai dengan prosedur yang ada MANUSIA Tidak menjalankan 5R dengan baik Alat bantu tidak tersedia Change Over alat Sistem pemeliharaan kurang baik Kompetensi dan skill yang masih kurang Kurang disiplin Kurang pengontrolan Teknik Skill yang tidak merata Mesin rusak Jumlah produksi yang padat Tidak teratur melakukan pengecheckan mesin Material kotor AVAILABILITY LINE HANGER RENDAH Sistem perawatan belum optimal Breakdown Bearing rusak Mengejar target produksi Preventive Maintenance tidak sesuai jadwal Tidak melalui proses precleaning MESIN MATERIAL Gambar 5.1 Diagram Fishbone 76

77 Berikut ini adalah penjelasan dari diagram Fishbone : a. Manusia Faktor manusia yang mengakibatkan nilai availability pada line hanger rendah antara lain adalah sebagai berikut : Kompetensi dan skill yang dimiliki masih kurang, hal ini terlihat pada saat operator melakukan persiapan. Waktu yang digunakan untuk melakukan persiapan terlalu lama karena skill yang dimiliki operator berbeda-beda sehingga tidak efisien dalam penggunaan waktu. Kurang pengontrolan yang dilakukan oleh Leader ataupun Foreman sehingga operator tidak melakukan pengecekan kondisi mesin secara teratur. Hal ini dapat diketahui dari checksheet harian perawatan mesin yang dilakukan setiap hari oleh operator sebelum memulai proses produksi. Pengecakan yang dilakukan terhadap point-point yang ada dalam checksheet tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh. Alat bantu untuk menjalankan kegiatan 5R khususnya untuk R (resik) tidak tersedia sehingga mengakibatkan operator tidak menjalankan 5R dengan baik. b. Material Faktor material yang mengakibatkan nilai availability pada line hanger rendah antara lain adalah sebagai berikut : Material langsung masuk ke proses treatment tanpa melalui proses pre cleaning terlebih dahulu yang mengakibatkan material terkadang masih kotor sehingga perlu dilakukan pengendapan minyak/oli terlebih dahulu agar

78 material siap diproses. Tidak dilakukannya proses pre-cleaning merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan. c. Metode Faktor metode yang mengakibatkan nilai Availability pada line hanger rendah antara lain adalah sebagai berikut : Pemeliharaan yang ada belum memenuhi prosedur yang ada, hal ini terlihat pada tindakan perawatan dan perbaikan mesin yang tidak sesuai dengan prosedur yang tertera pada ISO 9001 : 2008 yang terdiri dari Preventive Maintenance Mesin, Corrective Maintenance Mesin dan Over Houle Mesin. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada lampiran A. Change over alat memerlukan waktu yang cukup lama. Penggantian atau pengurasan larutan pada produk memerlukan waktu yang lama dikarenakan alat yang ada masih menggunakan handy pump manual. d. Mesin Faktor mesin yang mengakibatkan nilai Availability pada line hanger rendah antara lain adalah sebagai berikut : Sistem perawatan mesin yang belum optimal mengakibatkan kerusakan pada mesin yang dapat mengganggu jalannya proses produksi. Hal ini dapat diketahui dari checksheet perawatan mesin baik harian, mingguan atau bulanan.

79 Preventive Maintenance tidak dilakukan sesuai dengan jadwal karena mengejar target produksi akibat jadwal produksi yang padat. Hal ini dilakukan agar perusahaan tetap bisa mengirimkan produknya kepada pelanggan tepat waktu. Penggantian bearing roda carrier tidak dilakukan secara berkala dan tidak sesuai dengan jadwal sehingga mengakibatkan bearing roda carrier mengalami kerusakan. 5.2 Analisa Penyelesaian Masalah Setelah menemukan penyebab rendahnya nilai Availability pada line hanger dengan menggunakan diagram sebab akibat. Langkah selanjutnya adalah membuat penyelesaian. Penyelesaian masalah tersebut dapat dilakukan dengan bantuan analisa 5W + 1H, sehingga dapat menentukan program alternatif untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan nilai Availability pada line hanger. Berikut penjelasan penyelesaian masalah berdasarkan analisa 5W + 1H sebagaimana terlihat pada tabel 5.1. 5.3 Penyusunan Strategi Penyusunan strategi yang tepat dalam melakukan perbaikan, terutama untuk melakukan peningkatan terhadap nilai Availability pada line hanger di PT. XYZ dengan memperhatikan hasil analisa dan diagram sebab akibat serta analisa 5W + 1H.

80 Berdasarkan hasil pengolahan data dari Januari 2010 sampai November 2011. Nilai rata-rata dari Overall Equipment Effectiveness pada line hanger sebesar 39,88%. Untuk melakukan perbaikan maka nilai tersebut harus ditingkatkan dan target nilai Overall Equipment Effectiveness pada line hanger adalah sebesar 53,25%. Pencapaian tersebut dilakukan dengan meningkatkan nilai Overall Equipment Effectiveness pada line hanger yang terdiri dari Availability Performance Rate dan Quality Rate. Untuk meningkatkan nilai Overall Equipment Effectiveness maka dibutuhkan analisa yang tepat berdasarkan faktor-faktor yang mengakibatkan nilai Overall Equipment Effectiveness tersebut rendah. Faktor-faktor tersebut terdiri dari manusia, mesin, material dan metode. Usulan perbaikan yang diberikan ini hanya sebagai pertimbangan untuk perusahaan dalam melakukan peningkatan nilai dari Overall Equipment Effectivenees karena keputusan perbaikan melibatkan Top Management. Berikut ini adalah strategi yang diusulkan untuk meningkatkan nilai dari Overall Equipment Effectiveness pada line hanger : 5.3.1 Manusia a. Pengontrolan Kembali Kerja Operator Pengontrolan yang kurang dari leader ataupun foreman menyebabkan operator kurang disiplin dalam melakukan pengecekan terhadap kondisi mesin. Halhal yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

81 Melakukan check point secara teratur yang dilakukan oleh operator sebelum proses produksi dimulai. Pelaksanaan ini harus diawasi oleh leader ataupun foreman agar dalam pelaksanaannya bisa berjalan dengan teratur dan disiplin. Melakukan evaluasi terhadap hasil dari check point untuk kemudian dijadikan langkah perbaikan. Dengan melakukan evaluasi terhadap hasil dari check point dapat diketahui gangguan-gangguan apa saja yang terjadi pada peralatan atau mesin yang digunakan sehingga dapat diambil tindakan perbaikan untuk mengurangi gangguan tersebut. b. Penyediaan Alat Bantu 5R Khususnya R (Resik) Alat bantu yang tidak tersedia membuat operator tidak disiplin dalam menjalankan 5R khususnya R (Resik). Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : Melakukan pengadaan alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan 5R khususnya R (Resik) berupa vacuum cleaner dan pengadaan kabinet sebagai tempat untuk alat-alat produksi diletakkan setelah proses produksi selesai. Dengan melakukan pengadaan alat bantu diharapkan 5R dapat dijalankan dengan baik sehingga tercipta lingkungan kerja yang terpelihara dengan baik. Melakukan audit 5R yang dilakukan setiap bulan untuk melakukan pengecekan keseluruhan kondisi lingkungan kerja di PT. XYZ.

82 c. Peningkatan Kompetensi dan Skill Operator Skill yang tidak merata yang dimiliki oleh operator menyebabkan kemampuan yang berada dalam melakukan persiapan. Untuk itu operator perlu diberikan training berupa on the job training. 5.3.2 Material a. Pre Cleaning Material Incoming Material yang akan diproses langsung masuk ke proses treatment tanpa melalui proses pre-cleaning sehingga terkadang masih terdapat kotoran pada material dan harus dilakukan pembersihan terlebih dahulu, hal ini tentu saja menghambat jalannya proses produksi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan tersebut adalah sebagai berikut : Memastikan material yang akan diproses sudah bersih sebelum proses produksi berlangsung. Mengadakan on the job training. 5.3.3 Metode a. Pelaksanaan Perawatan Sesuai dengan Prosedur ISO 9001 : 2008 Perawatan yang berjalan saat ini belum memenuhi prosedur ISO 9001 : 2008 yang terdiri Preventive Maintenance mesin, Corrective Maintenance mesin dan Over Houle mesin. Prosedur yang belum berjalan di perusahaan saat ini adalah Over Houle mesin. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan adalah sebagai berikut :

83 Menyusun jadwal preventive secara terjadwal dan disesuaikan dengan kebutuhan proses produksi. Mengadakan training TPM bekerjasama dengan HRD untuk pelaksanaan jadwalnya. Training Total Preventive Maintenance ini merupakan salah satu alat perusahaan untuk mencapai target yang dikehendaki dengan cara meminimalkan tingkat masalah pada peralatan atau mesin sehingga dapat selalu mendukung proses produksi. Training ini dilakukan secara eksternal maupun internal yang bertujuan merubah sikap dan perilaku karyawan untuk melakukan perawatan sendiri terhadap mesinnya. Mengadakan training refresh ISO yang dilakukan secara eksternal maupun internal perusahaan. b. Pengadaan Alat Bantu Saat Change Over Penggantian larutan pada produk memerlukan waktu yang lama dikarenakan tidak adanya alat untuk penggantian larutan agar mendapatkan warna yang sempurna sesuai dengan permintaan dari customer. Untuk mengurangi waktu persiapan pada saat change over maka diusulkan untuk melakukan pengadaan alat bantu berupa handy pump elektrik. Dengan adanya penambahan alat bantu diharapkan dapat mengurangi waktu yang dihabiskan oleh operator untuk melakukan persiapan sehingga penggunaan peralatan atau mesin menjadi lebih optimal.

84 5.3.4 Mesin a. Penyusunan Jadwal Preventive Maintenance Jadwal produksi yang padat menyebabkan preventive maintenance tidak dijalankan sesuai dengan jadwal. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : Penyusunan jadwal preventive maintenance dan overhoul yang merupakan hasil diskusi dari manajer produksi, marketing, PPIC dan maintenance. Penyusunan jadwal tersebut harus sesuai dengan kebutuhan mesin sehingga tidak mengganggu jadwal produksi sehingga dalam pelaksanaannya dapat berlangsung sesuai dengan jadwal yang ditentukan. b. Mengoptimalkan Kinerja Mesin Sistem perawatan mesin yang belum optimal menyebabkan terjadinya breakdown pada peralatan atau mesin yang digunakan di line hanger sehingga menganggu jalannya proses produksi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : Melakukan pengecekan kondisi mesin sebelum, selama dan sesudah proses produksi dengan mengidentifikasikan kondisi yang tidak wajar. Melakukan pengadaan spare part (bearing roda carrier) yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan.

85 5.4 Program Kerja Perbaikan Penyusunan program kerja ini merupakan kelanjutan dari penyusunan strategi dalam meningkatkan nilai Overall Equipment Effectiveness pada line hanger di PT. XYZ. Penyusunan program kerja perbaikan ini merupakan usulan perbaikan yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan keinginan pihak perusahaan. Program kerja perbaikan menunjukkan kapan strategi tersebut dilaksanakan, siapa yang bertanggungjawab, sasaran ditujukan kepada siapa dan juga biaya yang dibutuhkan. Program kerja perbaikan ini terdiri dari dua jenis, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Program Kerja Perbaikan Tetap Merupakan program kerja yang sudah ada di PT. XYZ, hanya saja pelaksanaannya perlu ditekankan lagi sehingga program-program tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. b. Program Kerja Perbaikan Usulan Merupakan program kerja yang direncanakan oleh PT. XYZ untuk dilaksanakan pada tahun 2012. Dan diharapkan agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga memperoleh hasil yang optimal. Program kerja perbaikan yang telah dilaksanakan harus selalu dievaluasi pada akhir tahun, apakah masih relevan untuk tahun mendatang. Jika memang tidak mampu berjalan dengan baik serta tidak memberikan hasil yang optimal maka sebaiknya menyusun program kerja perbaikan baru. Program kerja perbaikan dalam peningkatan nilai Overall Equipment Effectiveness dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3.

86 5.5 Perencanaan Biaya Untuk Program Kerja Perbaikan Dalam melakukan rencana program kerja perbaikan di PT. XYZ yang diperlukan biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program kerja perbaikan yang disebut sebagai biaya perbaikan atau improvement. Dengan mengeluarkan biaya perbaikan maka PT. XYZ akan mendapatkan keuntungan yang nilainya lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perbaikan tersebut sehingga tidak membuat PT. XYZ mengalami kerugian. Adapun biaya yang dikeluarkan tersebut diantaranya adalah : Tabel 5.4 Biaya Perbaikan Dalam Jangka Waktu 1 Tahun Usulan Perbaikan Biaya Training Product Knowledge Rp. 27.500.000 Training TPM * Training Eksternal Rp. 89.700.000 * Training Internal Rp. 25.000.000 Training Refresh ISO * Training Eksternal Rp. 59.250.000 * Training Internal Rp. 14.500.000 Pengadaan Spare part yang berkualitas Rp. 25.500.000 Pengadaan alat bantu 5R Rp. 9.750.000 Pengadaan alat bantu produksi Rp. 80.000.000 Total Rp. 331.200.000 Pada perhitungan nilai Performance Rate saat ini sebesar 69% sedangkan target yang diusulkan adalah sebesar 94%. Dengan asumsi bahwa nilai dari Performance Rate akan berpengaruh pada biaya kehilangan maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

87 Harga rata-rata produk/unit = Rp. 8.750 Performance rate saat ini = 69% Performance rate saat ini (unit) = 1126080 unit/tahun Performance rate usulan = 94% Performance rate usulan (unit) = 1534080 unit/tahun Keuntungan Performance rate usulan (unit) = 1534080 Performance rate usulan (unit) = 1126080 408000 Keuntungan setelah perbaikan = Rp. 3.570.000.000 Keuntungan bersih = Keuntungan setelah perbaikan Biaya perbaikan = Rp. 3.238.800.000 Dengan demikian keuntungan bersih yang akan didapatkan oleh perusahaan dengan tercapainya target performansi yang diusulkan adalah sebesar Rp. 3.238.800.000