PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

= pemanen. Sistem Penunasan

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen Dengan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sumatera Utara

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Sei Batang Ulak, Kabupaten Kampar, Riau

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela, Sumatera Utara

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit, Kalimantan Timur

2013, No.217 8

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong

Ringkasan. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

MANAJEMEN TENAGA KERJA PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

BAB II KERANGKA TEORI

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA V KEBUN SEI ROKAN KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTPN IV PERSERO, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA MUHAMMAD DAHRI ZIKRI PURBA

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. TUNGAL MITRA PLANTATION PERKEBUNAN MANGGALA 2

DESAIN PEMBANGUNAN KEBUN DENGAN SISTEM USAHA TERPADU TERNAK SAPI BALESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

POTONG BUAH (PANEN) MANAGEMENT TRAINEE PT Bangkitgiat Usaha Mandiri. Palm Oil Plantation & Mill

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. sawit.pt. Sawit Asahan Indah salah satu anak perusahaan perkebunan dari grup

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI DADAP PTPN III ASAHAN SUMATERA UTARA BINA MANASEH SIANIPAR

Transkripsi:

45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan kriteria yang berlaku kemudian mengangkut hingga ke TPH. Tenaga kerja panen di SAH Estate terdiri dari seorang pemanen yang bertugas untuk memanen buah beserta penolong (pembantu pemanen) yang membantu memunguti brondolan yang tertinggal serta menganggkut buah ke TPH. Pembantu dipekerjakan serta dibayar oleh pemanen tanpa campur tangan pihak perusahaan. Dalam proses kegiatannya, dibutuhkan pengelolaan tenaga kerja panen yang baik sehingga kegiatan pemanenan dapat berjalan lancar. Pengelolaan tenaga kerja pemanen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actualizing) dan pengawasan (controlizing). Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja SAH estate memiliki 123 tenaga pemanen untuk tiga afdeling, Afdeling I memiliki 40 pemanen, Afdeling II memiliki 36 pemanen serta Afdeling III memiliki 45 pemanen. Masing-masing afdeling di SAH Estate memiliki dua kemandoran dengan jumlah tenaga kerja 20 25 orang per kemandoran. Setiap kemandoran dikepalai oleh mandor yang bertugas untuk menentukan jumlah pekerja dan mengawasi pemanen di lapang. Dalam satu adeling rata-rata membutuhkan 40 50 tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen per hari dapat ditetukan dari hasil perhitungan AKP dan taksasi panen, pada kenyataannya hasil perhitungan AKP dan taksasi panen tersebut selalu dalam kondisi under estimate dimana kondisi buah yang diperkirakan lebih tinggi daripada kondisi buah sebenarnya di lapangan, sehingga basis output yang ditetapkan tergolong tinggi. Jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak dipergunakan seluruhnya, yaitu tidak mencapai 40 tenaga per afdeling. Pemanen yang tidak melaksanakan panen pada hari tersebut

46 dialokasikan untuk mengerjakan pekerjaan harian lainnya seperti tunas pelepah, pemeliharaan jalan, sensus pokok, dan lain-lain. Rata rata per hari dibutuhkan 40 orang pemanen per afdeling atau 20 pemanen per kemandoran, jumlah pemanen yang tidak sesuai mengakibatkan pelaksanaan panen sering tidak sesuai sehingga mutu buah yang dihasilkan kurang baik. Berdasarkan pengamatan penulis, perhitungan AKP yaitu 1:7 sehingga taksasi hasil pada kapel I seluas 149 ha dengan bobot tandan rata-rata 24 kg, yaitu: Output yang harus dihasilkan oleh pemanen per hari terlalu tinggi, yaitu sebesar 3 000 kg/ pemanen, basis panen minimal (sesuai dengan upah rata-rata SKU) yaitu 800 kg per HK, serta berkisar antara 700 1 400 kg per HK bergantung pada umur pokok (Pahan, 2008). Basis output sebaiknya dikurangi setengahnya hingga mencapai angka 2 000 kg/ pemanen. Basis output yang ditetapkan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Basis Output Beberapa Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit No Kebun Basis Output (kg) 1. Mentawak PT Jambi Agro Wijaya, Bakrie Sumatera 800 Plantation, Jambi 2. PT Sari Lembah Subur, Astra Agro Lestari, Riau 1440 3. PT Cipta Futura Plantation, Sumatera selatan 1800 4. Sungai Bahaur, PT Bumitama Gunajaya Agro, 1800 Kalimantan Tengah 5. Mustika, PT Sajang Heulang Minamas Plantation, Kalimantan Selatan 1980 Sumber : Hasibuan (2010), Sinaga (2011), Nu man (2009), Nurmalisa (2011), Chairunisa (2008). Perbandingan perhitungan jumlah tenaga kerja berdasarkan output yang ditetapkan 3 000 kg/pemanen dengan output yang disarankan 1 800 kg/pemanen yaitu sebagai berikut:

47 1. Output 3 000 kg/pemanen 2. Output 1 800 kg/pemanen Basis output tinggi yang tidak sesuai dengan kondisi buah sebenarnya di lapangan, dan kurangnya alokasi tenaga kerja pemanen mengakibatkan banyak pemanen yang tidak mengindahkan SOP pemanenan dan hanya mengejar target output. Pengawasan Tenaga Kerja Pengawasan tenaga kerja dilakukan oleh mandor panen dan asisten afdeling tiap hari. Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan kinerja tenaga kerja dalam melaksanakan tugas, sehingga diperoleh kualitas dan kuantitas TBS yang baik. Pelaksanaan kegiatan panen harus berdasarkan SOP yang berlaku, baik selama proses kegiatan ataupun output yang dihasilkan. Tenaga kerja pemanen diharuskan menggunakan SOP kerja untuk keamanan kerja seperti AP boots, helm dan sarung egrek. Output yang dihasilkan harus memenuhi kriteria mutu buah yang telah ditentukan, berupa panjang gagang TBS, ada tidaknya buah mentah yang terpanen, buah matang tidak dipanen, serta kebersihan hanca panen dari brondolan. Rata-rata pemanen yang menurunkan buah kurang matang di SAH Estate mencapai presentase tertinggi yaitu mencapai 37.8% pemanen. Penurunan buah kurang matang oleh pemanen ini juga berkaitan dengan standar output yang harus dihasilkan oleh pemanen. Kondisi buah yang lebih sedikit dari hasil taksasi dan basis output yang tinggi menyebabkan banyak pemanen yang menurunkan buah kurang matang untuk memenuhi output per hari tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penambahan tenaga kerja, pengawasan yang lebih mendalam serta pemberlakuan sanksi yang berlaku atau menurunkan basis output per hari.

48 Profil Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam menjalankan kelangsungan produksi suatu perusahaan. Profil tenaga kerja mempengaruhi kinerja suatu perusahaan, khususnya perusahaan perkebunan. Jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja mempengaruhi prestasi kerja khususnya dalam kegiatan pemanenan. Untuk kegiatan pemanenan, tenaga kerja wanita tidak digunakan, karena kegiatan pemanenan memerlukan tenaga yang besar. Wanita hanya bekerja sebagai pembantu panen (pembantu pemanen) yang bertugas untuk mengumpulkan berondolan dan memuat TBS dari kebun ke TPH. Tabel 16 memperlihatkan komposisi pemanen SAH Estate berdasarkan kelompok usia hingga periode April tahun 2012. Tabel 17. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Kelompok Usia. Kelompok Usia Jumlah KHT (orang) Presentase (%) 17 25 tahun 16 13.01 26 35 tahun 64 52.03 36 45 tahun 41 33.33 46 55 tahun 2 1.63 55 tahun - - Total 123 100.00 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012) Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa komposisi kelompok usia terbanyak adalah usia 26 35 tahun dengan presentase sebesar 52.03% serta kelompok usia terkecil adalah usia 46-55 tahun dengan presentase 1.63%, kelompok usia 17 25 tahun sebanyak 13.01% serta kelompok usia 36 45 tahun sebanyak 33.33% tidak terdapat pekerja dengan usia >55 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerja berusia di atas 55 tahun dianggap sudak tidak produktif lagi. Perolehan premi pemanen berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Gambar 13.

49 2500000 Perolehan Premi (rata-rata premi Rp/bulan) 2000000 1500000 1000000 500000 0 17-25 26-35 36-45 46-55 55 Gambar 13. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Kelompok Usia Usia dalam banyak hal merupakan faktor dominan yang menentukan penempatan tenaga kerja untuk jenis pekerjaan yang banyak membutuhkan kekuatan fisik, tenaga kerja yang berusia muda lebih diutamakan. Pekerja kelompok usia muda 17 25 tahun mempunyai prestasi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok usia 26 35 tahun dan 36 45 tahun. Hal tersebut dapat terlihat dalam rata rata perolehan premi yang diperoleh perbulannya, premi menggambarkan output yang dihasilkan oleh seorang pekerja. Pada pekerja usia 46 55 tahun terlihat memperoleh rata rata premi tertinggi, hal tersebut disebabkan oleh pekerjaan pemanen diserahkan kepada anak pemanen yang masih berusia muda. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 13.83% pekerja tidak sekolah, 38.21% pekerja hanya tamat SD, 35.77% pekerja tamat SMP sederajat. Presentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pekerja di SAH Estate masih tergolong rendah. Dari 123 pekerja pekerja yang tamat hingga SMA sederajat hanya 15 orang atau 12.20% dari keseluruhan jumlah pekerja. Tabel 18. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah KHT (orang) Presentase (%) Tidak Sekolah 17 13.82 SD/ Sederajat 47 38.21 SMP/ Sederajat 44 35.77 SMA/ Sederajat 15 12.20 Total 123 100.00 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012)

50 Tingkat pendidikan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja dari pekerja, dimana pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki motivasi yang lebih baik serta tingkat pemahaman mengenai kegiatan pemanenan yang baik. Pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga lebih mudah memahami perintah yang diberikan oleh mandor ataupun asisten. Perolehan premi pemanen berdasarkan tingkat pendidikan dapat terlihat pada Gambar 14. 2,000,000 Perolehan Premi (rata-rata premi Rp/bulan) 1,500,000 1,000,000 500,000 Tidak Sekolah SD/ sederajat SMP/ sederajat SMA/ sederajat - Tingkat Pendidikan Gambar 14. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi juga prestasi yang diperoleh pemanen. Pemanen yang tidak bersekolah memiliki prestasi kerja yang paling rendah, sedangkan pemanen yang tamat SMA sederajat memiliki prestasi kerja yang paling tinggi. Pada umumnya tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung patuh dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan. Komposisi pemanen berdasarkan lama kerja di SAH estate sampai dengan April 2012 dapat dilihat pada Tabel 18. Pekerja dengan lama kerja 1 tahun berjumlah 14 pekerja atau 11.38%, lama kerja 1 5 tahun 49 pekerja atau 39.84%, lama kerja 6 10 tahun berjumlah 35 pekerja atau 28.46% serta pekerja dengan lama kerja > 10 tahun berjumlah 25 dengan presentase 20.32%. Lama kerja yang didata yaitu mulai dari pertama kali pemanen bekerja sebagai pemanen.

51 Tabel 19. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Lama Kerja Lama Kerja Jumlah KHT (orang) Presentase (%) 1 tahun 14 11.38 1 5 tahun 49 39.84 6 10 tahun 35 28.46 > 10 tahun 25 20.32 Total 123 100.00 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012) Pekerja yang lebih berpengalaman dengan lama kerja yang lebih lama menunjukkan prestasi kerja yang lebih baik. Pekerja yang telah bekerja lebih dari 10 tahun menghasilkan premi yang paling besar, dibandingkan pekerja yang bekerja < 10 tahun, sedangkan prestasi kerja yang terendah yaitu pekerja dengan lama kerja 1 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa lama kerja mempengaruhi kinerja dari pemanen, dimana pemanen menjadi lebih berpengalaman dan terampil dalam bekerja, selain itu pemanen lebih menguasai pekerjaannya dan lebih beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Perbandingan perolehan premi pemanen berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada Gambar 15. Perolehan Premi Rata - rata Premi Rp/bulan 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun - 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun Lama Kerja Gambar 15. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Lama Kerja Dalam pelaksanaan kegiatan, seorang pemanen dibantu oleh pembantu panen yang umumnya berasal dari keluarga, yaitu istri, anak, adik, ipar dan orang tua ataupun sengaja dipekerjakan oleh pemanen. Pembantu panen ini tidak dipekerjakan oleh perusahaan sehingga pemanen yang harus membayar upah

52 pembantu panen tersebut. Jumlah pembantu panen juga menentukan output yang dihasilkan oleh pemanen. Rata-rata pemanen di SAH Estate mempunyai 1 atau 2 pembantu panen. Pemanen yang mempunyai 1 pembantu panen berjumlah 106 pemanen atau 86.18%, serta pemanen yang mempunyai 2 pembantu panen berjumlah 17 pemanen atau 13.82%. Berdasarkan hasil pengamatan, pemanen yang mempunyai 2 pembantu panen memperoleh premi yang lebih tinggi dibandingkan hanya memiliki 1 pembantu panen, yaitu rata rata Rp 1 572 009,-/bulan untuk pemanen yang hanya memilik 1 pembantu panen dan Rp 2 072 302,-/bulan untuk yang memiliki 2 pembantu panen. Premi tersebut menunjukkan ouput rata rata yang dihasilkan pemanen perbulannya. Pemanen yang memiliki 2 pembantu panen dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat, lebih baik dan hanca panen lebih bersih dari brondolan. Namun, karena tenaga kerja pembantu panen tidak diupah oleh perusahaan, pemanen di SAH Estate lebih memilih hanya memiliki 1 pembantu panen dari pihak keluarga, yaitu istri atau anak-anak walaupun masih berumur di bawah 17 tahun. Perbedaan perolehan premi tersebut secara tidak langsung mengakibatkan pemanen telah memperkerjakan anak-anak di bawah usia, karena tidak adanya pengawasan atau penetapan batas usia pembantu panen oleh pihak perusahaan. Tenaga kerja pembantu panen dari pihak keluarga kurang baik, hal ini karena kinerja pembantu panen yang tidak mengindahkan SOP perusahaan baik dari pelaksanaan kerja dan keselamatan kerja. Di SAH Estate banyak ditemukan buah jatuh di parit yang tidak diangkat, juga banyak buah kurang matang yang dibenam dalam tanah ataupun buah kelewat matang yang diberondolkan. Selain itu pemungutan berondolan kurang bersih, hal ini dapat terlihat dari banyaknya anak sawit di kebun. Tenaga pemungut berondolan sebaiknya disediakan oleh pihak kebun, agar kegiatan panen menjadi maksimal. Tenaga kerja pemanen di SAH Estate terdiri atas tiga etnis bangsa yang utama yaitu etnis Jawa sebanyak 61.79%, etnis Nias sebanyak 17.07% dan etnis Batak sebanyak 13.82%, selain itu terdapat beberapa pekerja etnis Saklam (4.88%) etnis Sunda (2%), dan etnis Dayak (0.81%). Faktor etnis mempengaruhi prestasi kerja yang dicapai pemanen. Pemanen etnis Nias paling banyak

53 memperoleh premi per bulannya, selanjutnya secara berturut-turut yaitu pemanen etnis Batak, Jawa, Saklam, Dayak dan Sunda. Perolehan premi pemanen berdasarkan etnis dapat dilihat pada Gambar 16. 2,000,000 Perolehan Premi Rata - rata premi Rp/bulan 1,500,000 1,000,000 500,000 Jawa Batak Nias Sunda Saklam (NTB) Dayak - Jawa Batak Nias Sunda Saklam (NTB) etnis Dayak Gambar 16. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Etnis Tingkat kesukaan pekerjaan pemanen antar beberapa etnis tersebut berbeda-beda, hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi output yang diperoleh pemanen, dimana pemanen yang sangat suka pekerjaan panen akan menghasilkan output yang tinggi. Data presentase tingkat kesukaan pekerja pada beberapa jenis pekerjaan di kebun dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 20. Premi Pemanen Berdasarkan Etnis dan Tingkat Kesukaan Kerja Etnis Jenis pekerjaan Total Premi Panen Tunas Pemeliharaan Lainnya (%) Rp/bulan (%) (%) (%) Jawa 57.90 22.37 5.26 14.47 100 1 612 867 Batak 61.91 9.52 4.76 23.81 100 1 625 400 Nias 82.35 5.88-11.77 100 1 861 536 Sunda 50.00 - - 50.00 100 735 554 Saklam 100.00 - - - 100 1 185 501 Dayak - - - 100.00 100 974 751 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012) Pemanen etnis Jawa, sebagian besar menyukai pekerjaan panen yaitu sebanyak 57.90%, sedangkan pekerjaan tunas 22.37%, pemeliharaan 5.26%, serta

54 menyukai pekerjaan lainnya 14.47%. Begitu juga dengan pemanen etnis Batak, sebanyak 61.91% lebih menyukai pekerjaan panen dibandingkan pekerjaan lainnya, 9.52% menyukai pekerjaan tunas, 4.76% menyukai pemeliharaan, dan sebanyak 23.81% menyukai kegiatan lainnya. Pemanen etnis Nias sebanyak 82.35% menyukai kegiatan panen, 5.88% menyukai kegiatan tunas, 11.77% menyukai kegiatan lainnya, tidak terdapat pemanen etnis Nias yang menyukai kegiatan pemeliharaan. Pemanen etnis Sunda hanya menyukai pekerjaan panen dan kegiatan lainnya, pemanen etnis Saklam semua menyukai kegiatan panen, serta pemanen etnis Dayak tidak meyukai kegiatan panen. Upah pemanen di SAH Estate dalam bentuk uang adalah Rp 1 282 200,- per bulan atau Rp 42 740,- per hari. Upah tersebut telah memenuhi standar Upah Minimum Regional (UMR) Rokan Hulu tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1 265 000,-. Dari jumlah rata rata premi yang didapat perbulannya, dapat terlihat bahwa pemanen etnis Nias dengan tingkat kesukaan terhadap pekerjaan panen yang tinggi menghasilkan jumlah premi yang paling banyak, yaitu sebesar Rp 1 861 536,-/ bulan. Selanjutnya, pemanen etnis Batak rata-rata memperoleh premi Rp 1 625 400,-/ bulan, kemudian pemanen etnis Jawa sebanyak Rp 1 612 867,-/ bulan, pemanen etnis Saklam Rp 1 185 501,-/ bulan, pemanen etnis Dayak Rp 974 751,-/ bulan serta pemanen etnis Sunda Rp 735 554,-/ bulan.