45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan kriteria yang berlaku kemudian mengangkut hingga ke TPH. Tenaga kerja panen di SAH Estate terdiri dari seorang pemanen yang bertugas untuk memanen buah beserta penolong (pembantu pemanen) yang membantu memunguti brondolan yang tertinggal serta menganggkut buah ke TPH. Pembantu dipekerjakan serta dibayar oleh pemanen tanpa campur tangan pihak perusahaan. Dalam proses kegiatannya, dibutuhkan pengelolaan tenaga kerja panen yang baik sehingga kegiatan pemanenan dapat berjalan lancar. Pengelolaan tenaga kerja pemanen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actualizing) dan pengawasan (controlizing). Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja SAH estate memiliki 123 tenaga pemanen untuk tiga afdeling, Afdeling I memiliki 40 pemanen, Afdeling II memiliki 36 pemanen serta Afdeling III memiliki 45 pemanen. Masing-masing afdeling di SAH Estate memiliki dua kemandoran dengan jumlah tenaga kerja 20 25 orang per kemandoran. Setiap kemandoran dikepalai oleh mandor yang bertugas untuk menentukan jumlah pekerja dan mengawasi pemanen di lapang. Dalam satu adeling rata-rata membutuhkan 40 50 tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja pemanen per hari dapat ditetukan dari hasil perhitungan AKP dan taksasi panen, pada kenyataannya hasil perhitungan AKP dan taksasi panen tersebut selalu dalam kondisi under estimate dimana kondisi buah yang diperkirakan lebih tinggi daripada kondisi buah sebenarnya di lapangan, sehingga basis output yang ditetapkan tergolong tinggi. Jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak dipergunakan seluruhnya, yaitu tidak mencapai 40 tenaga per afdeling. Pemanen yang tidak melaksanakan panen pada hari tersebut
46 dialokasikan untuk mengerjakan pekerjaan harian lainnya seperti tunas pelepah, pemeliharaan jalan, sensus pokok, dan lain-lain. Rata rata per hari dibutuhkan 40 orang pemanen per afdeling atau 20 pemanen per kemandoran, jumlah pemanen yang tidak sesuai mengakibatkan pelaksanaan panen sering tidak sesuai sehingga mutu buah yang dihasilkan kurang baik. Berdasarkan pengamatan penulis, perhitungan AKP yaitu 1:7 sehingga taksasi hasil pada kapel I seluas 149 ha dengan bobot tandan rata-rata 24 kg, yaitu: Output yang harus dihasilkan oleh pemanen per hari terlalu tinggi, yaitu sebesar 3 000 kg/ pemanen, basis panen minimal (sesuai dengan upah rata-rata SKU) yaitu 800 kg per HK, serta berkisar antara 700 1 400 kg per HK bergantung pada umur pokok (Pahan, 2008). Basis output sebaiknya dikurangi setengahnya hingga mencapai angka 2 000 kg/ pemanen. Basis output yang ditetapkan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Basis Output Beberapa Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit No Kebun Basis Output (kg) 1. Mentawak PT Jambi Agro Wijaya, Bakrie Sumatera 800 Plantation, Jambi 2. PT Sari Lembah Subur, Astra Agro Lestari, Riau 1440 3. PT Cipta Futura Plantation, Sumatera selatan 1800 4. Sungai Bahaur, PT Bumitama Gunajaya Agro, 1800 Kalimantan Tengah 5. Mustika, PT Sajang Heulang Minamas Plantation, Kalimantan Selatan 1980 Sumber : Hasibuan (2010), Sinaga (2011), Nu man (2009), Nurmalisa (2011), Chairunisa (2008). Perbandingan perhitungan jumlah tenaga kerja berdasarkan output yang ditetapkan 3 000 kg/pemanen dengan output yang disarankan 1 800 kg/pemanen yaitu sebagai berikut:
47 1. Output 3 000 kg/pemanen 2. Output 1 800 kg/pemanen Basis output tinggi yang tidak sesuai dengan kondisi buah sebenarnya di lapangan, dan kurangnya alokasi tenaga kerja pemanen mengakibatkan banyak pemanen yang tidak mengindahkan SOP pemanenan dan hanya mengejar target output. Pengawasan Tenaga Kerja Pengawasan tenaga kerja dilakukan oleh mandor panen dan asisten afdeling tiap hari. Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan kinerja tenaga kerja dalam melaksanakan tugas, sehingga diperoleh kualitas dan kuantitas TBS yang baik. Pelaksanaan kegiatan panen harus berdasarkan SOP yang berlaku, baik selama proses kegiatan ataupun output yang dihasilkan. Tenaga kerja pemanen diharuskan menggunakan SOP kerja untuk keamanan kerja seperti AP boots, helm dan sarung egrek. Output yang dihasilkan harus memenuhi kriteria mutu buah yang telah ditentukan, berupa panjang gagang TBS, ada tidaknya buah mentah yang terpanen, buah matang tidak dipanen, serta kebersihan hanca panen dari brondolan. Rata-rata pemanen yang menurunkan buah kurang matang di SAH Estate mencapai presentase tertinggi yaitu mencapai 37.8% pemanen. Penurunan buah kurang matang oleh pemanen ini juga berkaitan dengan standar output yang harus dihasilkan oleh pemanen. Kondisi buah yang lebih sedikit dari hasil taksasi dan basis output yang tinggi menyebabkan banyak pemanen yang menurunkan buah kurang matang untuk memenuhi output per hari tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penambahan tenaga kerja, pengawasan yang lebih mendalam serta pemberlakuan sanksi yang berlaku atau menurunkan basis output per hari.
48 Profil Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam menjalankan kelangsungan produksi suatu perusahaan. Profil tenaga kerja mempengaruhi kinerja suatu perusahaan, khususnya perusahaan perkebunan. Jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja mempengaruhi prestasi kerja khususnya dalam kegiatan pemanenan. Untuk kegiatan pemanenan, tenaga kerja wanita tidak digunakan, karena kegiatan pemanenan memerlukan tenaga yang besar. Wanita hanya bekerja sebagai pembantu panen (pembantu pemanen) yang bertugas untuk mengumpulkan berondolan dan memuat TBS dari kebun ke TPH. Tabel 16 memperlihatkan komposisi pemanen SAH Estate berdasarkan kelompok usia hingga periode April tahun 2012. Tabel 17. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Kelompok Usia. Kelompok Usia Jumlah KHT (orang) Presentase (%) 17 25 tahun 16 13.01 26 35 tahun 64 52.03 36 45 tahun 41 33.33 46 55 tahun 2 1.63 55 tahun - - Total 123 100.00 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012) Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa komposisi kelompok usia terbanyak adalah usia 26 35 tahun dengan presentase sebesar 52.03% serta kelompok usia terkecil adalah usia 46-55 tahun dengan presentase 1.63%, kelompok usia 17 25 tahun sebanyak 13.01% serta kelompok usia 36 45 tahun sebanyak 33.33% tidak terdapat pekerja dengan usia >55 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerja berusia di atas 55 tahun dianggap sudak tidak produktif lagi. Perolehan premi pemanen berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Gambar 13.
49 2500000 Perolehan Premi (rata-rata premi Rp/bulan) 2000000 1500000 1000000 500000 0 17-25 26-35 36-45 46-55 55 Gambar 13. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Kelompok Usia Usia dalam banyak hal merupakan faktor dominan yang menentukan penempatan tenaga kerja untuk jenis pekerjaan yang banyak membutuhkan kekuatan fisik, tenaga kerja yang berusia muda lebih diutamakan. Pekerja kelompok usia muda 17 25 tahun mempunyai prestasi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok usia 26 35 tahun dan 36 45 tahun. Hal tersebut dapat terlihat dalam rata rata perolehan premi yang diperoleh perbulannya, premi menggambarkan output yang dihasilkan oleh seorang pekerja. Pada pekerja usia 46 55 tahun terlihat memperoleh rata rata premi tertinggi, hal tersebut disebabkan oleh pekerjaan pemanen diserahkan kepada anak pemanen yang masih berusia muda. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 13.83% pekerja tidak sekolah, 38.21% pekerja hanya tamat SD, 35.77% pekerja tamat SMP sederajat. Presentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pekerja di SAH Estate masih tergolong rendah. Dari 123 pekerja pekerja yang tamat hingga SMA sederajat hanya 15 orang atau 12.20% dari keseluruhan jumlah pekerja. Tabel 18. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah KHT (orang) Presentase (%) Tidak Sekolah 17 13.82 SD/ Sederajat 47 38.21 SMP/ Sederajat 44 35.77 SMA/ Sederajat 15 12.20 Total 123 100.00 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012)
50 Tingkat pendidikan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja dari pekerja, dimana pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki motivasi yang lebih baik serta tingkat pemahaman mengenai kegiatan pemanenan yang baik. Pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga lebih mudah memahami perintah yang diberikan oleh mandor ataupun asisten. Perolehan premi pemanen berdasarkan tingkat pendidikan dapat terlihat pada Gambar 14. 2,000,000 Perolehan Premi (rata-rata premi Rp/bulan) 1,500,000 1,000,000 500,000 Tidak Sekolah SD/ sederajat SMP/ sederajat SMA/ sederajat - Tingkat Pendidikan Gambar 14. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi juga prestasi yang diperoleh pemanen. Pemanen yang tidak bersekolah memiliki prestasi kerja yang paling rendah, sedangkan pemanen yang tamat SMA sederajat memiliki prestasi kerja yang paling tinggi. Pada umumnya tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung patuh dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan. Komposisi pemanen berdasarkan lama kerja di SAH estate sampai dengan April 2012 dapat dilihat pada Tabel 18. Pekerja dengan lama kerja 1 tahun berjumlah 14 pekerja atau 11.38%, lama kerja 1 5 tahun 49 pekerja atau 39.84%, lama kerja 6 10 tahun berjumlah 35 pekerja atau 28.46% serta pekerja dengan lama kerja > 10 tahun berjumlah 25 dengan presentase 20.32%. Lama kerja yang didata yaitu mulai dari pertama kali pemanen bekerja sebagai pemanen.
51 Tabel 19. Komposisi Pemanen SAH Estate Berdasarkan Lama Kerja Lama Kerja Jumlah KHT (orang) Presentase (%) 1 tahun 14 11.38 1 5 tahun 49 39.84 6 10 tahun 35 28.46 > 10 tahun 25 20.32 Total 123 100.00 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012) Pekerja yang lebih berpengalaman dengan lama kerja yang lebih lama menunjukkan prestasi kerja yang lebih baik. Pekerja yang telah bekerja lebih dari 10 tahun menghasilkan premi yang paling besar, dibandingkan pekerja yang bekerja < 10 tahun, sedangkan prestasi kerja yang terendah yaitu pekerja dengan lama kerja 1 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa lama kerja mempengaruhi kinerja dari pemanen, dimana pemanen menjadi lebih berpengalaman dan terampil dalam bekerja, selain itu pemanen lebih menguasai pekerjaannya dan lebih beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Perbandingan perolehan premi pemanen berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada Gambar 15. Perolehan Premi Rata - rata Premi Rp/bulan 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun - 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun Lama Kerja Gambar 15. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Lama Kerja Dalam pelaksanaan kegiatan, seorang pemanen dibantu oleh pembantu panen yang umumnya berasal dari keluarga, yaitu istri, anak, adik, ipar dan orang tua ataupun sengaja dipekerjakan oleh pemanen. Pembantu panen ini tidak dipekerjakan oleh perusahaan sehingga pemanen yang harus membayar upah
52 pembantu panen tersebut. Jumlah pembantu panen juga menentukan output yang dihasilkan oleh pemanen. Rata-rata pemanen di SAH Estate mempunyai 1 atau 2 pembantu panen. Pemanen yang mempunyai 1 pembantu panen berjumlah 106 pemanen atau 86.18%, serta pemanen yang mempunyai 2 pembantu panen berjumlah 17 pemanen atau 13.82%. Berdasarkan hasil pengamatan, pemanen yang mempunyai 2 pembantu panen memperoleh premi yang lebih tinggi dibandingkan hanya memiliki 1 pembantu panen, yaitu rata rata Rp 1 572 009,-/bulan untuk pemanen yang hanya memilik 1 pembantu panen dan Rp 2 072 302,-/bulan untuk yang memiliki 2 pembantu panen. Premi tersebut menunjukkan ouput rata rata yang dihasilkan pemanen perbulannya. Pemanen yang memiliki 2 pembantu panen dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat, lebih baik dan hanca panen lebih bersih dari brondolan. Namun, karena tenaga kerja pembantu panen tidak diupah oleh perusahaan, pemanen di SAH Estate lebih memilih hanya memiliki 1 pembantu panen dari pihak keluarga, yaitu istri atau anak-anak walaupun masih berumur di bawah 17 tahun. Perbedaan perolehan premi tersebut secara tidak langsung mengakibatkan pemanen telah memperkerjakan anak-anak di bawah usia, karena tidak adanya pengawasan atau penetapan batas usia pembantu panen oleh pihak perusahaan. Tenaga kerja pembantu panen dari pihak keluarga kurang baik, hal ini karena kinerja pembantu panen yang tidak mengindahkan SOP perusahaan baik dari pelaksanaan kerja dan keselamatan kerja. Di SAH Estate banyak ditemukan buah jatuh di parit yang tidak diangkat, juga banyak buah kurang matang yang dibenam dalam tanah ataupun buah kelewat matang yang diberondolkan. Selain itu pemungutan berondolan kurang bersih, hal ini dapat terlihat dari banyaknya anak sawit di kebun. Tenaga pemungut berondolan sebaiknya disediakan oleh pihak kebun, agar kegiatan panen menjadi maksimal. Tenaga kerja pemanen di SAH Estate terdiri atas tiga etnis bangsa yang utama yaitu etnis Jawa sebanyak 61.79%, etnis Nias sebanyak 17.07% dan etnis Batak sebanyak 13.82%, selain itu terdapat beberapa pekerja etnis Saklam (4.88%) etnis Sunda (2%), dan etnis Dayak (0.81%). Faktor etnis mempengaruhi prestasi kerja yang dicapai pemanen. Pemanen etnis Nias paling banyak
53 memperoleh premi per bulannya, selanjutnya secara berturut-turut yaitu pemanen etnis Batak, Jawa, Saklam, Dayak dan Sunda. Perolehan premi pemanen berdasarkan etnis dapat dilihat pada Gambar 16. 2,000,000 Perolehan Premi Rata - rata premi Rp/bulan 1,500,000 1,000,000 500,000 Jawa Batak Nias Sunda Saklam (NTB) Dayak - Jawa Batak Nias Sunda Saklam (NTB) etnis Dayak Gambar 16. Perolehan Premi Pemanen Berdasarkan Etnis Tingkat kesukaan pekerjaan pemanen antar beberapa etnis tersebut berbeda-beda, hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi output yang diperoleh pemanen, dimana pemanen yang sangat suka pekerjaan panen akan menghasilkan output yang tinggi. Data presentase tingkat kesukaan pekerja pada beberapa jenis pekerjaan di kebun dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 20. Premi Pemanen Berdasarkan Etnis dan Tingkat Kesukaan Kerja Etnis Jenis pekerjaan Total Premi Panen Tunas Pemeliharaan Lainnya (%) Rp/bulan (%) (%) (%) Jawa 57.90 22.37 5.26 14.47 100 1 612 867 Batak 61.91 9.52 4.76 23.81 100 1 625 400 Nias 82.35 5.88-11.77 100 1 861 536 Sunda 50.00 - - 50.00 100 735 554 Saklam 100.00 - - - 100 1 185 501 Dayak - - - 100.00 100 974 751 Sumber : Data Pengamatan lapang (April, 2012) Pemanen etnis Jawa, sebagian besar menyukai pekerjaan panen yaitu sebanyak 57.90%, sedangkan pekerjaan tunas 22.37%, pemeliharaan 5.26%, serta
54 menyukai pekerjaan lainnya 14.47%. Begitu juga dengan pemanen etnis Batak, sebanyak 61.91% lebih menyukai pekerjaan panen dibandingkan pekerjaan lainnya, 9.52% menyukai pekerjaan tunas, 4.76% menyukai pemeliharaan, dan sebanyak 23.81% menyukai kegiatan lainnya. Pemanen etnis Nias sebanyak 82.35% menyukai kegiatan panen, 5.88% menyukai kegiatan tunas, 11.77% menyukai kegiatan lainnya, tidak terdapat pemanen etnis Nias yang menyukai kegiatan pemeliharaan. Pemanen etnis Sunda hanya menyukai pekerjaan panen dan kegiatan lainnya, pemanen etnis Saklam semua menyukai kegiatan panen, serta pemanen etnis Dayak tidak meyukai kegiatan panen. Upah pemanen di SAH Estate dalam bentuk uang adalah Rp 1 282 200,- per bulan atau Rp 42 740,- per hari. Upah tersebut telah memenuhi standar Upah Minimum Regional (UMR) Rokan Hulu tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1 265 000,-. Dari jumlah rata rata premi yang didapat perbulannya, dapat terlihat bahwa pemanen etnis Nias dengan tingkat kesukaan terhadap pekerjaan panen yang tinggi menghasilkan jumlah premi yang paling banyak, yaitu sebesar Rp 1 861 536,-/ bulan. Selanjutnya, pemanen etnis Batak rata-rata memperoleh premi Rp 1 625 400,-/ bulan, kemudian pemanen etnis Jawa sebanyak Rp 1 612 867,-/ bulan, pemanen etnis Saklam Rp 1 185 501,-/ bulan, pemanen etnis Dayak Rp 974 751,-/ bulan serta pemanen etnis Sunda Rp 735 554,-/ bulan.