BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

Psikologi Terapan UI ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan

TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam tumbuh kembang anak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

PERAN IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

THE APPLICATION OF TOILET TRAINING PARENTS WITH CHILDREN AGED 2-3 YEARS IN EDUCATION 21 KULIM PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN. disampaikan dalam kuliah IKD 2 oleh nurul aini

EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER

Membangun Sosial Emosi Anak. di Usia 4-6 tahun SERI BACAAN ORANG TUA

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

2015 PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER YANG MEMAKAI PAMPERS PAMPERS DI LINGKUNGAN 1WILAYAH PUSKESMAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODUL 25 TYPE A UMUR 4 6 BULAN (3 BULAN 16 HARI 6 BULAN 15 HARI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki

STRATEGI PENGEMBANGAN ESTETIKA, JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN


BAB II KAJIAN PUSTAKA

6 KEBIASAAN BAYI YANG MASIH TERBAWA SAMPAI BATITA

ASKEP KELUARGA DENGAN BALITA TIM KEPERAWATAN KELUARGA PSIK FK UNAIR

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB III TINJAUAN KASUS

Oleh : SRI FITDIYAH NINGSIH

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 4 No. 1 Pebruari 2012

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada saat akan berpengaruh atau kecendrungan untuk memberi respon ( Salometo, 2003 ). Toilet training adalah kontrol valunter sfingter anal dan uretra terkadang di capai kira-kira setelah anak berjalan, mungkin antara usia 18 dan 24 bulan. Namun di perlukan faktor psikologis kompleks untuk kesiapan.anak harus mampu mengenali urgensi untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu mengomunikasikan sensasi ini kepada orang tua. Selain itu, mungkin ada berbagai motivasi yang penting untuk memuaskan orang tua dengan menahan, dari pada memuaskan diri dengan mengeluarkan eliminasi ( Wong, 2009 ) 2.1.2. Tingkat kesiapan toilet training. Tingkat kesiapan toilet training pada anak ada 2 yaitu, kesiapan fisik, mental dan psikologis, dengan penjelasan yaitu: kesiapan fisik, dimana kesiapan ini biasanya pada usia 18 sampai 24 bulan, mampu tidak mengompol selama 2 jam, jumlah popok yang basah berkurang, tidak mengompol selama tidur siang 7

8 defekasi teratur, dimana motorik kasar yaitu duduk, berjalan, dan berjongkok, sedangkan motorik halus yaitu membuka pakaian, Ksesiapan mental dimana kesiapan ini mengenai urgensi defekasi atau berkemih, keterampilan komunikasi verbal atau nonverbal untuk menunjukkan saat basah atau memiliki urgensi defekasi atau berkemih, keterampilan koknitif untuk menirukan perilaku yang tepat dan mengikuti perintah. Kesiapan psikologis mengespresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua mampu duduk di toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa bergoyang atau terjatuh, keingintahuan mengenai kebiasaan toilet orang dewasa atau kakak. Ketidak sabaran akibat popok yang kotor oleh feses atau basah ingin untuk segera di ganti. ( Wong 2009) 2.1.3 Cara toilet training pada anak Cara latihan toilet training pada anak toddler merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan latihan itu di harapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehinga anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai tumbuh kembang anak. Banyak cara yang di lakaukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan buang air kecil, di antaranya: Teknik lisan, merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan intruksi pada anak dengan kata kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan buang air besar. Cara ini kadang kadang merupakan hal biasa yang di lakukan

9 pada orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar. Sedangakan teknik yang kedua yaitu teknik modeling merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat di lakukan dengan memberikan contoh contoh buang air besar dan buang air kecil atau membiasakan buang air kecil dan besar secara benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apaila contoh yang di berikan salah sehingga akan dapat di perlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah (Wong 2009) 2.1.4 Tanda yang menunjukkan anak siap untuk melakukan toilet training. Tanda anak siap untuk melakukan toilet training ada 5 yaitu: jika celana atau popok anak bisa tetap kering hingga beberapa jam dalam sehari, jika anak menunjukkan keterkaitan saat kita, ayahnya, atau kakaknya menggunakan toilet, jika anak mempunyai kebiasaan buang air kecil dan buang air besar secara teratur dalam waktu tertentu, misalnya pada waktu pagi, jika anak bisa menunjukkan tanda tanda ingin buang air besar atau buang air kecil, misalnya perut yang berbunyi dan sebagainya,tanda yang kelima jika anak memberikan pada ibu saat popoknya basah ( Sudilarsih F, 2010 ).

10 Namun, adakalanya orang tua harus menunggu waktu yang tepat untuk mengajarkan anak untuk Toilet Training. Jagan memaksakan anak bertoilet training jika anak sedang dalam tertekan atau stres, seperti pada keadaan tersebut yaitu kehadiran adik bayi baru dalam keluarga, pola pengasuhan baru dari kita, kita atau baby sister nya,baru saja pindah dari bayinya ke tempat tidur, saat pindah rumah, ada masalah dalam keluarga, saat ada anggota keluarga yang sakit (Sudilarsih F, 2010) 2.1.5 Program stimulasi dalam toilet training Menurut Wong (2009 ) program stimulasi toilet training usia mulai 1-2,5 tahun sampai usia 3,5-4 tahun yaitu: Usia anak 1 2,5 tahun, perilaku anak yaitu, mampu untuk duduk, jalan dan berdiri, bisa jalan maju dan mundur, menaiki kursi, menahan buang air kecil sampai 2 jam, mampu menyatakan keinginan untuk berkemih, kegiatan orang tua yaitu, kaji perilaku dan aspek psikologis yang menunjukkan kesiapan anak dalam toilet training, ajarkan pada anak untuk buang air kecil pada waktu yang rutin (pada saat bangun, setelah makan, sebelum tidur), dampingi anak pada saat di toilet, mulai belajarkan anak untuk memakai celana, jangan lagi menggunakan pampers, pergunakan kata-kata konsisten yang menandakan keinginan untuk berkemih, berikan pujian bila anak berhasil dalam toilet training, hindari pemberian hukuman atau pemaksaan. Anak usia 3 tahun, perilaku anak, hilangnya kebiasaan mengompol, mampu duduk sendiri atau jongkok di toilet. Kegiatan orang tua yaitu, ajarkan kepada anak untuk berkemih sebelum tiur, jangan berikan minuman yang

11 berlebihan sebelum tidur, ajarkan kebiasaan untuk menggunakan toilet di banding menggunakan potty chair. Anak usia 3 3,5 tahun, perilaku anak, mampu berkemih sambil berdiri (pada laki-laki), mampu mencuci tangan sendiri. Kegiatan orang tua, ajarkan pada anak laki-laki untuk berkemih sambil berdiri terutama oleh ayahnya, ajarkan kebersihan diri sesudah berkemih. Anak usia 3,5 4 tahun, perilaku anak, berusaha untuk cebok sendiri walaupun gagal, mampu utuk memakai atau melepas baju sendiri, mampu mengguyur toilet setelah digunakan, mampu menjaga kebersihan diri dalam berkemih, kegiatan orang tua, tawarkan untuk menggunakan tissue atau dicebok setelah berkemih, ajarkan cara mencebok yang benar, gunakan baju yang mudah dipakai dan dilepaskan, ingatkan untuk mengguyur toilet setelah digunakan,berikan kebebasan untuk membersihkan dirinya setelah berkemih. 2.1.6. Cara bagi ibu untuk melatih anak melakukan toilet training. Cara bagi ibu untuk melatih anak melakukan toilet training,ada beberapa cara bagi ibu untuk melatih anak toilet training yaitu: Tetaplah berpikir positif pada si kecil. Jadikan acara ganti popok menjadi saat yang menyenangkan, berikan pujian pada saat si kecil saat si kecil bisa menahan pipis atau buang air besarnya hingga ke toilet. Jangan terburu buru,tidak ada salah nya memulainya agak telat, justru semakin besar usianyaanak semakin mudah di ajarkan menggunakan toilet. Belajar menggunakan toilet sama seperti kemampuan laiannya yang sedang di pelajari si kecil. Jadi, wajar jika anak beberapa kali gagal terlebih

13 dahulu sebelum akhirnya berhasil.pakaian yang mudah di buka, agar pada saat waktunya buang air kecil anak mudah membuka sendiri bajunya. Jangan memaksakan anak untuk duduk di toilet, karena sikap memaksakan justru akan membuat mereka kesal dan tidak akan membuatnya belajar lebih cepat. Ajaklah anak saat memilih toilet tnya.beberapa anak takut mendengar suara toilet flusbing atau tidak suka melihat pup nya di flusbhing. Toilet training untuk malam hari lebih sulit di bandingkan siang hari. Usahakan untuk tidak marah saat anak sesekali masik mengompol Berilah kepercyaan pada anak bahwa lain waktu pasti bisa melakukannya ( sudiralsih F,2010) 2.1.5 Dampak Toilet raining Dampak toilet training adalah seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anak nya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat retentive dimana anak cenderung bersifat keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat di lakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air kecil atau besar, atau melarang anak saat berpergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara gar, emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari hari (Wong, 2009).

14 2.2 Usia Toddler 2.2.1. Defenisi Toddler adalah periode usia 12 sampai 36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusia mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana cara mengontrol orang lain melalui prilaku temper tantrum, negativism,dan keras kepala. Meskipun bisa menjadi saat yang sangat menantang bagi orang tua dan anak karena masing masing belajar untuk mengetahui satu sama lain dengan lebih baik, masa ini merupakan periode yang sangat penting untuk pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual (Wong, 2009). 2.2.2 Perkembangan dan pertumbuhan pada usia tiddler yaitu: Perkembangan dan pertumbuhan pada usia toddler ada 9 yaitu: Perkembangan biologis, perkembangan motorik kasar dan halus, perkembangan psikososial, perkembangan rasa autonomi, perkembangan kognitif, spiritual, citra tubuh, seksualitas, dan peerkembangan sosial dengan penjelasannya yaitu: Perkembangan biologis,pertumbuhan melambat selama masa toddler. Ratarata pertambahan berat badan adalah 1,8 sampai 2,7 kg per tahun, berat rata- rata usia 2 tahun adalah 12 kg. berat badan menjadi empat kali berat badan baru lahir pada usia 2 setengah tahun. Perkembangan motorik kasar dan halus, keterampilan motorik kasar mayor selama masa toddler adalah perkembangan lokomosi. Antara usia 2-3 tahun

15 posisi tegak dengan dua kaki menunjukkan peningkatan koordinasi dan keseimbangan. Perkembangan psikososial dimana Toddler di hadapkan pada penguasaan beberapa tugas penting.apabila kebutuhan untuk membentuk dasar kepercayaan telah terpuaskan, mereka siap meninggalkan ketergantungan memiliki kontrol, mandiri dan anatomi. Perkembangan ras autonomi, Menurut erikson, tugas perkembangan pada masa toddler adalah menguasai sensasi autonomi sementara mengatasi sensasi ragu dan malu. Perkembangan kognitif, Periode 12 sampai 24 bulan adalah kelanjutan dari dua tahap akhir fase sensori motor. Selama masa ini proses kognitif berkembang cepat terkadang tampak mirip dengan pemikiran orang dewasa. perkembangan spiritual dimana Toddler hanya memiliki ide yang samar tentang tuhan dan pelajaran agama karena proses kognitif mereka yang masih belum matang. Namun, rutinitas seperti mengucapkan doa sebelum makan atau tidur bisa sangat penting dan menenangkan. Perkembangan citra tubuh dimana menjelaskan tentang Perkembangan citra tubuh hampir beriringan dengan perkembangan kognitif.dengan meningkatnya motorik, toddler mulai mengenali kegunaan bagian tubuh dan secara bertahap mempelajari namanya. Perkembangan seksualitas, tepat ketika toddler mengesplorasi lingkungan, mereka juga mengesplorasi tubuh dan menemukan bahwa menyentuh beberapa

16 bagian tubuhnya dan menemukan bahwa menyentuh beberapa bagian tubuh tertentu terasa nikmat. Sedangkan perkembangan yang terakhir yaitu menyatakan tentang Perkembangan sosial dimana Tugas mayor periode toddler adalah diferensiasi 12 diri dan orang lain, terutama ibu. Proses diferensiasi terdiri dari dua fase yaitu: perpisahan, kemunculan anak dari kesatuan simbosis ibunya, dan individualisasi, pencapaian tersebut yang menandai asumsi anak mengenai karakteristik individual mereka di dalam lingkungan (Wong, 2009).