BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam tumbuh kembang anak terjadi

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Periode penting dalam tumbuh kembang anak terjadi pada lima tahun pertama anak tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh-kembang anak pada masa selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung cepat dengan kemajuan yang menakjubkan sehingga masa ini dikenal dengan masa keemasan atau golden age (Hurlock, 2003). Pada masa ini, tumbuh kembang anak harus diperhatikan oleh orang tua dengan baik agar tidak terjadi keterlambatan yang dapat mempengaruhi masa selanjutnya. Anak usia 1 3 tahun juga dikenal dengan toddler (Santrock, 2011). Erikson (dalam Papalia, dkk., 2008) mengidentifikasi periode toddler sebagai tahap perkembangan kepribadian, otonomi versus malu-malu dan ragu yang ditandai dengan pergeseran dari kontrol eksternal kepada kontrol diri. Apabila kebutuhan untuk membentuk dasar kepercayaan telah terpuaskan mereka siap meninggalkan ketergantungan menjadi memiliki kontrol, mandiri dan otonomi (Wong, dkk., 2008). Toilet training merupakan langkah penting menuju otonomi dan 1

2 2 kontrol diri pada usia toddler (Papalia, dkk., 2008). Hal ini juga didukung oleh Freud (2006) bahwa tahap perkembangan pada usia toddler adalah fase anal, yaitu rangsangan pada daerah anus yang menjadi kenikmatan. Pada fase ini, pengeluaran kotoran merupakan kegiatan otot-otot pada daerah anus dan menjadi sumber kepuasan bagi anak (Gunarsa, 1997). Oleh karena itu, pada tahap ini merupakan waktu yang sangat tepat bagi orang tua untuk mengajarkan anak mengontrol buang air besar dan buang air kecil atau toilet training. Handayani (2006) mengemukakan bahwa toilet training adalah latihan mengontrol buang air besar pada anak yang harus dilakukan pada anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya. Usia yang tepat untuk berlatih berkisar antara bulan, namun sangat bergantung pada perkembangan beberapa otot tertentu, minat dan kesadaran anak yang bersumber dari anak tersebut. Wong, dkk. (2008) juga menjelaskan bahwa usia tersebut dianggap tepat untuk toilet training karena anak telah menguasai mayoritas keterampilan motorik kasar yang penting, mampu berkomunikasi dengan pintar, jarang mengalami konflik dan menyadari kemampuan untuk mengontrol tubuh dan memuaskan orang tua. Dengan pertumbuhan fisik yang memungkinkan anak dapat mengontrol buang air besar dan

3 3 buang air kecil, munculya rasa ingin menyenangkan hati orang tua dan perkembangan bahasa toddler yang bisa dimengerti orang tua ketika menyatakan keinginan untuk buang air besar dan buang air kecil, maka toddler siap untuk memulai toilet training. Keberhasilan dari perkembangan anak dapat dilihat dari tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada periode tertentu. Keberhasilan menguasai tugas-tugas perkembangan pada anak usia toddler sangat bergantung pada bimbingan dari orang lain, dalam hal ini adalah orang tua khususnya ibu (Suryabudhi, 2003). Ibu merupakan sosok yang paling penting dalam tumbuh-kembang anak karena Ibu yang selalu mendampingi dan merawat anak. Merawat anak bukanlah hal yang mudah, sehingga dibutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis yang matang bagi ibu. Dalam pelaksanaan toilet training, anak tidak selalu langsung berhasil dalam waktu yang singkat. Ada banyak reaksi yang akan muncul pada anak dan mengakibatkan timbulnya kecemasan bagi ibu dalam toilet training, khususnya bagi Ibu yang baru memiliki anak pertama. Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang terjadi saat individu mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin terhadap suatu perubahan lingkungan (Daradjat, 1985). Dalam

4 4 hal ini kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang terjadi saat Ibu mengalami tekanan perasaan terhadap pengalaman pertama dalam toilet training. Menurut Nevid., dkk (2005), kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatnya tidak sesuai dengan proporsi ancaman. Berdasarkan hasil penelitian Untari dan Rohmawati (2014), tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat kecemasan, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat kecemasan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Jatman (2000), bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Hal sebaliknya ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Lutfa dan Maliya (2008), bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada tingkat kecemasan. Hingga saat ini peneliti belum menemukan publikasi penelitian sebelumnya tentang tingkat kecemasan ibu dalam toilet training. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, Kecamatan Getasan terdiri dari 13 Desa, yakni Desa Getasan, Batur, Polobogo, Wates, Kopeng, Tolokan, Ngrawan, Nogosaren, Sumogawe, Tajuk, Jetak, Manggia dan Samirono. Ketika

5 5 diwawancarai, ibu D yang baru memiliki anak pertama mengatakan bahwa anaknya berusia 2 tahun sudah bisa memberitahunya ketika timbul rasa hendak buang air besar dan buang air kecil karena selalu dilatih dan dibiasakan sejak usia sekitar 1 tahun. Ibu D juga mengatakan bahwa ia merasa cemas dalam melatih anak pertamanya buang air besar dan buang air kecil di toilet. Ibu lain yang diwawancarai adalah Ibu M yang berusia 30 tahun. Ibu M mengatakan bahwa awalnya karena sibuk bekerja anaknya selalu dipakaikan popok. Hasilnya, anak selalu buang air besar dan buang air kecil di popok. Ibu M merasa takut apabila anaknya terus memakai popok hingga besar, akhirnya Ibu M memutuskan untuk hanya kerja di rumah agar bisa melatih anaknya buang air besar dan buang air kecil, hasilnya anaknya yang berusia 3 tahun itu sudah mulai bisa buang air besar dan buang air kecil di toilet dengan bantuan ibu. Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa penting untuk diketahui tingkat kecemasan Ibu yang baru memiliki anak pertama usia toddler dalam toilet training untuk mencegah terjadinya kecemasan yang berlebihan pada Ibu. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan tingkat kecemasan ibu dalam toilet training kepada anak pertama usia toddler ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu

6 6 di Kecamatan Getasan. Latar belakang tingkat pendidikan ibu yang akan dibandingkan tingkat kecemasan dalam toilet training dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Ibu yang tidak lulus pendidikan dasar dan Ibu yang lulus pendidikan menengah. Hal ini berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa mayoritas Ibuibu yang memiliki anak pertama usia toddler di Kecamatan Getasan mempunyai latar belakang tingkat pendidikan yang terdiri dari tidak lulus pendidikan dasar dan lulus pendidikan menengah Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah yang telah dikemukakan di atas maka persoalan penelitian yang dirumuskan adalah apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan ibu dalam toilet training pada anak usia toddler ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu di Kecamatan Getasan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur perbedaan tingkat kecemasan ibu dalam toilet training pada anak usia toddler ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu di Kecamatan Getasan.

7 Manfaat Penelitian Manfaat Praktis a. Bagi Ibu-ibu di Desa Getasan Untuk menambah pengetahuan ibu tentang toilet training agar dapat mengurangi kecemasan dalam melakukan toilet training pada anak mereka dengan baik. b. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Sebagaimana salah satu tugas perawat sebagai edukator, calon perawat dapat menambah wawasan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada komunitas tentang toilet training. c. Bagi Instansi Kesehatan (Rumah Sakit/ Puskesmas) Instansi Kesehatan dapat memberi penyuluhan, pendidikan kesehatan ataupun promosi kesehatan kepada ibu-ibu di Kecamatan Getasan ataupun ibu-ibu melalui posyandu untuk peningkatan pelayanan kesehatan anak, khususnya tentang toilet training. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai referensi untuk meneliti tentang toilet training pada anak usia toddler dari aspek yang berbeda.

8 Manfaat Teoritis Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan pediatrik atau keperawatan anak serta dapat menjadi referensi dan landasan penelitian selanjutnya untuk meneliti aspek lain tentang toilet training.