REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN 2018 BOEDIARSO TEGUH WIDODO DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN BALIKPAPAN, 7 MARET 2017
OUTLINE KONDISI KALIMANTAN TIMUR Sosial, Ekonomi dan Layanan Publik DANA TRANSFER KHUSUS Evaluasi 2016 PELAKSANAAN DANA TRANSFER KHUSUS Tahun 2017 KEBIJAKAN PENGELOLAAN Dana Transfer Khusus Tahun 2018 2
Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Layanan Publik (1) : Pertumbuhan, Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan Antarwilayah KALIMANTAN: 7,9% thd PDB Pertambangan, Industri, Pertanian 4,3% 11,1% 5,2% SUMATERA: 22,0% thd PDB Pertanian, Industri pengolahan, pertambangan 5,6 % 2,0% 1,2% 10,1% 5,9% JAWA: 58,5% thd PDB Industri pengolahan, perdagangan, konstruksi 6,5% SULAWESI: 6,0% thd PDB Pertanian, konstruksi, perdagangan 3 3% 7,4% 5,9% 14,7% 11,0% BALI & NUSRA: 13,1% thd PDB Pertanian, pariwisata, perdagangan 3,8% 5,5% 7,5% Pertumbuhan PDRB, 2016, YoY 22,0% Tingkat Kemiskinan Daerah, per September 2016 Source: BPS PAPUA: 2,5% thd PDB Pertambangan, pertanian, dan administrasi pemerintahan Tingkat pengangguran 2016
Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Layanan Publik (2) : Gini Ratio, PDRB perkapita, dan Tingkat Kemiskinan Antardaerah PDRB perkapita Prov. Kalimantan Timur termasuk empat besar PDRB tertinggi di Indonesia, dengan Gini Ratio dan Tingkat Kemiskinan dibawah rata-rata nasional. (1) (3) 0,32 (2) 32,9 (4) 6 Rata-rata Nasional: Tingkat Kemiskinan 10,7% Pendapatan perkapita Rp45,18 jt 4
Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Layanan Publik (3) : Pertumbuhan, Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan se-provinsi Kalimantan Timur 5,7% 5,3% 5,1% 4,7% 10,5% 3,1% -10,7% 8,0% 10,2% 5,1% 9,3% 1,3% 5,1% 12,1% 5,8% 11,7% 8,3% -1,4% 4,8% 5,6% 0,0% 2,9% -1,3% Pertumbuhan PDRB 2015 2,6% 5,9% 7,5% Tingkat pengangguran 2015 8,8% 9,2% 1,9% -1,0% 7,3% 7,9 6,2% Tingkat Kemiskinan Daerah 2015 Source: BPS 5
Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Layanan Publik (4) : Ketimpangan Layanan Publik Antar Kab/Kota di Kalimantan Timur Masih terjadi ketimpangan layanan publik antardaerah di Kalimantan Timur Akses Air Minum Layak 352.9 PDRB per Kapita Persalinan dgn Tenaga Kesehatan 95,1% Kota Balikpapan 145.7 100% Kota Balikpapan & Kab. Mahakam Ulu 69,2% Kab. Paser 4% Kab. Mahakam Ulu Kota Bontang Kab. Penajam Paser Utara 48.1 Kab. Berau Juta Rupiah 79,8 Kab. Paser Akses Sanitasi Kota Bontang 89,9% Kab. Penajam Paser Utara 36% Indeks Pembangunan Manusia Partisipasi Sekolah hingga SMP Kab. Berau 88% Kab. Kutai Barat Sumber : BPS 20,7% 64,9 Kab. Majakam Ulu 71,8 Kab. Kutai Kartanegara 78,8 Kota Balikpapan Kab. Kutai Barat 79,4% 62,1% Kab. Mahakam Ulu SMP 6
Peningkatan kualitas perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai bukti penguatan Nawacita dan Desentralisasi Sebagai implementasi Nawacita ke 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka NKRI Total TKDD Belanja K/L 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0 2013 LKPP 513,3 573,7 623,1 710,9 764,9 582.9 577.2 732.1 677.6 763.6 0 20.8 513.3 573.7 602.3 2014 LKPP 2015 LKPP Dana Desa 2016 Realisasi 46.7 664.2 704.9 2017 APBN 7 60 Kebijakan dan Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai salah satu instrument penting desentralisasi fiskal berperan strategis untuk: Perbaikan pelayanan dasar publik yang lebih berkualitas. Penurunan kesenjangan antar daerah. Pengentasan kemiskinan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Setiap Dana Transfer memiliki fungsi yang berbeda: DBH: Mengatasi Ketimpangan Fiskal antara Pusat dan Daerah. DAU: Mengatasi Ketimpangan Fiskal antardaerah. DAK FISIK: Mengatasi ketimpangan infrastruktur layanan publik. DAK Nonfisik: Mendukung operasionalisasi layanan publik. DID: memberikan reward utk daerah berkinerja baik. Dana Desa: untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Evaluasi Pelaksanaan APBN 2016 (1): Realisasi Sementara APBN 2016 Realisasi mencapai Rp710,9 T, lebih tinggi dari realisasi belanja K/L Rp680,8 T Realisasi tahun 2016 terhadap realisasi tahun 2015: secara nominal lebih tinggi Rp87,2 T (13,99%) secara persentase (91,5%) lebih rendah 2,3%, terutama berkaitan dengan: Lebih rendahnya realisasi DBH Rp18,5 T dari pagu APBN-P 2016 (Penundaan Tw. IV Rp11,5 T dan penghematan alamiah Rp7 T), Lebih rendahnya realisasi Dana Transfer Khusus Rp47,1 T dari pagu APBN-P 2016, terutama karena: Penghematan alamiah DAK Non Fisik Rp32,5 T, Penyerapan DAK Fisik yang belum optimal Rp14,6 T. 8
Evaluasi Pelaksanaan APBN 2016 (2): Penghematan DAK Fisik Rp14,6 T, karena penyerapan belum optimal (dalam miliar Rp) TIDAK SALUR* % NO URAIAN Pagu Salur TW/ TW/ TW/ TIDAK TW IV JUMLAH TAHAP I TAHAP II TAHAP III SALUR 1 Reguler 51.996,39 44.835,11 0 337,37 1.570,25 5.246,73 7.154,35 14% 2 IPD 24.861,40 21.786,66 0 85,67 691,23 2.297,84 3.074,74 12% 3 Affirmasi 2.605,73 2.113,01 0 33,83 127,41 338,39 499,64 19% 4 Tambahan 10.345,85 6.472,72 141,20 587,43 3.144,51 3.873,15 37% Total 89.809,37 75.207,50 141,20 1.044,30 5.533,40 7882,96 14.601,87 16% DAK Fisik sebagian tidak tersalurkan, karena daerah belum memenuhi syarat penyaluran: Tidak menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana dan capaian output. Menyampaikan laporan melampaui batas waktu pelaporan. Menyampaikan laporan, namun tidak lengkap/tidak sesuai. Kebiasaan daerah utk menumpuk permintaan penyaluran pada akhir tahun, dan belum tertib sesuai triwulan/tahapannya. Kekurangan pembayaran DAK Fisik direncanakan di-carry over pada APBN-P 2017. Usulan Kriteria Daerah untuk rencana carry over DAK Fisik: Bidang DAK Fisik yang output kegiatannya telah mencapai 100%. Bidang DAK Fisik yang telah menyampaikan laporan pada 2016. Telah mendapatkan rekomendasi hasil verifikasi secara fisik dan administrasi atas laporan pelaksanaan DAK Fisik TA 2016. 9
450.0 400.0 350.0 300.0 250.0 200.0 150.0 100.0 50. 0 0.0 120.0% 100.0% 80. 0% 60. 0% 40. 0% 20. 0% % Evaluasi Pelaksanaan APBN 2016 (3): Pelaksanaan DAK Fisik Tahun 2016 di Kalimantan Timur Miliar rupaih 385.2 347.0 90.1% 108.2 64.5 71.4 82.4 81.7 79.2 85.0 61.8 49.2 76.8 95.8% 68.9% 99.1% 96.9% 78.5% 74.4 65.1 87.6% 165.9 145.6 129.1 139.7 77.8% 96.0% 78.0 76.6 57.4 23.1 73.6% 30.2% 0.0 ALOKASI REALISASI Secara keseluruhan, realisasi DAK Fisik 2016 untuk wilayah Kalimantan Timur mencapai 83,8% dari pagu total Rp1,3 triliun. Daerah dengan realisasi terendah adalah Kab. Mahakam Ulu yang hanya mencapai 30,2%, sementara yang tertinggi adalah Kab. Kutai Barat mencapai 99,1%. 10
Evaluasi Pelaksanaan APBN 2016 (4): Realisasi penyaluran DAK Nonfisik berdasarkan pada kebutuhan riil di daerah URAIAN 2015 2016 triliun rupiah Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi % Dana Alokasi Khusus Non Fisik 102,7 97,4 94,82% 121,2 89,3 73,64% 1) Bantuan Operasional Sekolah 31,3 31,3 99,99% 43,9 43,9 100,00% 2) Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD - - - 2,3 2,3 100,00% 3) Tunjangan Profesi Guru PNSD 70,3 65,2 92,86% 69,8 39,2 56,14% 4) Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD 1,1 0,8 75,62% 1,0 0,8 80,36% 5) Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi 0,1 0,1 58,56% 0,4 0,2 49,83% 6) BOK dan BOKB - - - 3,6 2,6 73,90% 7) Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM, dan Ketenagakerjaan - - - 0,3 0,2 89,84% Penghematan alamiah Dana Alokasi Khusus Nonfisik pada TA 2016, terutama dari penghematan Tunjangan Profesi Guru (TPG) sebagai akibat dari: (i) berkurangnya jumlah guru bersertifikasi yang berhak memperoleh TPG, dari sekitar 1,3 juta guru menjadi 1,2 juta guru; dan (ii) adanya sisa dana TPG tahun-tahun sebelumnya yang masih berada di kas daerah sebesar Rp19,7 triliun. 11
800.0 700.0 600.0 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0 0.0 110.0% 100.0% 90. 0% 80. 0% 70. 0% 60. 0% 50. 0% 40. 0% 30. 0% 20. 0% Evaluasi Pelaksanaan APBN 2016 (5): Pelaksanaan DAK Nonfisik Tahun 2016 di Kalimantan Timur 100.0% 674.1 674.1 60.3% 282.6 57.8% 40.2% 83.9 64.0 48.5 25.7 57.3% 170.3 86.3 49.5 42.5% 2.4 1.0 57.5% 62.9% 84.6 48.6 61.3 38.5 132.6 60.3% 79.9 63.7% 183.9 59.1% 117.1 35.6 21.0 Alokasi Realisasi % Secara keseluruhan, realisasi DAK Nonfisik 2016 untuk wilayah Kalimantan Timur mencapai 75,3% dari pagu total Rp1,7 triliun atau sebesar Rp1,3 triliun. Daerah dengan realisasi terendah adalah Kab. Kutai Barat yang hanya mencapai 40,2%, sementara yang tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Timur mencapai 100%. 12
140 0 120 0 100 0 800 600 400 200 0 92% 90% 88% 86% 84% 82% 80% 78% 76% 74% 72% Pelaksanaan DAK Fisik TA 2017 (1): Kebijakan dan Alokasi Milyar 89.5% 190 211 170 167 79.1% 260 224 86.2% 82.8% 232 192 583 516 88.5% 1331 1116 83.8% 1038 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Pagu Realisasi % Pada tahun 2017, alokasi DAK Fisik se-prov. Kaltim sebesar Rp1,04 triliun. Mempertajam fokus bidang/sub bidang DAK Fisik untuk mendukung pencapaian prioritas nasional. Mengalokasikan DAK Fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional. Memberikan afirmasi untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi. Melakukan sinkronisasi rencana kegiatan dalam pengalokasian DAK: antar bidang/subbidang DAK, antardaerah, dan antara DAK dengan pendanaan selain DAK. dengan mengoptimalkan peran Provinsi. Mempercepat penetapan petunjuk teknis DAK dan pemberlakuan petunjuk teknis min 3 tahun yang ditetapkan dalam Perpres. 13
Pelaksanaan DAK Fisik TA 2017 (2): Perbaikan Mekanisme Penyaluran berdasarkan kinerja penyerapan & capaian output 14
Pelaksanaan DAK Fisik TA 2017 (3): Transisi Penyaluran Melalui KPPN mulai 2017 JAN MINGGU 3 JAN MINGGU 3-4 FEB MINGGU 1-4 JAN - MARET FEB - MARET MARET APRIL PENYUSUNAN POKJA DJPK & DJPB PENYUSUNAN PROSES BISNIS PENYIAPAN REGULASI: REVISI PMK 187/2016 PENYUSUNAN SOP LINK PENYIAPAN PERANGKAT (APLIKASI) SOSIALISASI KEPADA SELURUH KPPN & PEMDA PENYALURAN TRIWULAN I 1. PELAKSANAAN PENYALURAN MELALUI KPPN DITARGETKAN MULAI BULAN APRIL 2017 (TRIWULAN 1) 2. PERLU MEMPERHITUNGKAN MASA TRANSISI: PERALIHAN KPA DARI DJPK KE DJPB PERALIHAN DIPA, PPSPM (Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar), DAN PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) 15
Pelaksanaan DAK Fisik TA 2017 (4): Percepatan Pelaksanaan Melalui Perpres No.123 Tahun 2016 Tentang Juknis DAK Fisik TUJUAN: Memberikan informasi yang cepat kepada pemerintah daerah mengenai ruang lingkup menu kegiatan dan sasaran/target DAK Fisik per bidang sebagai dasar penyusunan APBD; Mempercepat penetapan Juknis tepat waktu sebelum TA dimulai; Memberikan panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan/mengelola kegiatan DAK Fisik. MANFAAT: Memberikan kepastian bagi Pemda dalam melaksanakan DAK Fisik; Mempercepat pelaksanaan DAK Fisik di daerah dengan penetapan juknis yang tepat waktu; Memperkuat landasan hukum pelaksanaan DAK Fisik. PENETAPAN DAN MASA BERLAKU: Perpres No. 123 Tahun 2016 tentang Juknis DAK Fisik telah ditetapkan 30 Desember 2016 (1 bulan sejak Perpres Rincian APBN 2017 ditetapkan); Perpres berlaku 3 tahun untuk memberikan panduan yang bersifat jangka menengah bagi Pemda; Perubahan atas ketentuan Perpres diatur dengan Peraturan Menteri. MATERI JUKNIS, antara lain: Ketentuan umum pelaksanaan DAK; Tatacara pelaksanaan DAK masingmasing bidang; Tatacara pelaksanaan sisa DAK; Penetapan target/sasaran output kegiatan perbidang/subbidang; Tatacara pelaporan teknis/capaian output kegiatan. 16
Pelaksanaan DAK Nonfisik 2017: Kebijakan dan Alokasi 697.5 46.3 798.4 23.1 DAK NONFISIK SE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017 Rp1,76 triliun 59.8 124.2 3.0 11.7 BOS BOP PAUD TPG TAMSIL TKG BOKB KOP & UKM ADMINDUK Pengalokasian DAK Nonfisik berdasarkan atas biaya satuan (unit cost) dikalikan jumlah kebutuhan berdasarkan data dari K/L teknis terkait Memberikan Tunjangan Khusus kepada Guru PNSD di desa sangat tertinggal untuk memberikan kompensasi atas kesulitan hidup dalam melaksanakan tugas. Mengalokasikan dana administrasi kependudukan yang ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan program dan kegiatan administrasi kependudukan. 17
Kebijakan Umum DAK Fisik Tahun 2018 Penyempurnaan Jenis & Bidang DAK Fisik sesuai prinsip money follows program, berbasis proposal, serta sinkronisasi DAK dg belanja K/L. Pengalokasian DAK berbasis target output per bidang, kebutuhan daerah, dan kinerja penyerapan dana dan capaian output/outcome. Penguatan peran Propinsi dalam sinkronisasi usulan DAK Fisik daerah. Pelaksanaan penyaluran DAK Fisik melalui KPPN, dengan meningkatkan kualitas pelaporan output DAK Fisik (berbasis spatial) digunakan sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan (rewards and punishment pengalokasian DAK Fisik). 18
Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Bappeda 1. Penentuan Jenis/Bidang/Subbidang/Menu Kegiatan DAK Fisik 2. Sinkronisasi Belanja K/L dengan DAK Fisik 3. Penentuan target output DAK Fisik secara Nasional 4. Penentuan Lokus dan output DAK Fisik untuk mendukung prioritas nasional 5. Penentuan Juknis/Standar Teknis Kegiatan DAK 6. Penyiapan aplikasi (e-planning) 7. Verifikasi dan Penilaian Proposal usulan DAK Sebagai koordinator dalam pelaksanaaankegiatan DAK: 1. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan prioritas pembangunan daerah (RKPD) Provinsi 2. Mengkoordinasikan penyusunan proposal usulan DAK 3. Melakukan Sinkronisasi Usulan DAK dengan RPJMD dan RKPD 4. Mengkoordinasikan Penentuan target dan lokasi output DAK Fisik yang mendukung prioritas nasional dan prioritas daerah Sebagai wakil pemerintah pusat: 1. Melakukan sinkronisasi Usulan DAK dari Kabupaten/kota diwilayahnya dengan Prioritas Nasional (RPJMN, RKP) & RPJMD dan RKPD Provinsi 2. Membuat rekomendasi atas usulan DAK dari Kabupaten/Kota Pemerintah Kab/Kota 1. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan prioritas Bappeda Kebijakan DAK Fisik Tahun 2018 (1): Tahap Perencanaan pembangunan daerah (RKPD) Kab./Kota 2. Mengkoordinasikan penyusunan proposal kegiatan DAK dari semua SKPD 3. Melakukan sinkronisasi Usulan DAK semua SKPD dg RPJMD dan RKPD Kab./Kota 4. Mengkoordinasikan penentuan target dan lokasi output DAK Fisik Kab./ Kota yang mendukung prioritas nasional dan prioritas daerah 19
Kebijakan DAK Fisik Tahun 2018 (2): Prinsip-Prinsip Pengalokasian DAK Fisik Usulan kegiatan harus: 1. Menjadi kewenangan daerah; 2. Bagian dari RPJMD dan RKPD yang telah disinkronisasi dengan prioritas nasional; dan 3. Kegiatannya harus menghasilkan output/ outcome yang bermanfaat langsung bagi masyarakat Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Prinsip Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Daerah Pengalokasian DAK diprioritaskan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah yang terkait dengan: 1. pelayanan dasar untuk pemenuhan SPM; 2. pengembangan industri, perdagangan, pariwisata, sektor perekonomian lainnya Usulan kegiatan harus disinkronisasikan antara: 1. Bidang yang satu dengan bidang lainnya; 2. Daerah yang satu dengan daerah lainnya, termasuk antara kabupaten/kota dengan provinsi; dan 3. Kegiatan DAK dengan kegiatan yang didanai dari non DAK Prinsip Sinkronisasi Pendanaan Pembangunan Daerah Prinsip Pengalokasian DAK Berbasis Kinerja Penyerapan Pengalokasian DAK memperhitungkan tingkat penyerapan DAK dan capaian output/outcome tahun sebelumnya, dengan tujuan agar: 1. Daerah punya komitmen untuk melaksanakan apa yang telah diusulkan; 2. Daerah melaksanakan DAK sesuai dengan terget output dan lokasi kegiatan serta batas waktu yang ditetapkan. 20
Kebijakan DAK Fisik Tahun 2018 (3): Rancangan Jenis dan Bidang DAK Fisik Berbasis kebutuhan per bidang (sector based), untuk urusan wajib layanan dasar DAK REGULER 1. Pendidikan 2. Kesehatan dan KB 3. Jalan 4. Air Minum 5. Sanitasi 6. Perumahan dan Permukiman 7. Pasar 8. IKM 9. Pertanian 10. Kelautan dan Perikanan 11. Pariwisata Berbasis kewilayahan (area based), untuk Lokpri pada kategori daerah perbatasan, kepulauan dan tertinggal DAK AFIRMASI 1. Kesehatan (Puskesmas) 2. Perumahan dan Permukiman 3. Transportasi 4. Pendidikan 5. Air Minum 6. Sanitasi Berbasis program prioritas nasional (program based), sesuai Rencana Kerja Pemerintah tahun 2018 DAK PENUGASAN 1. Pendidikan (SMK) 2. Kesehatan (RS Rujukan dan RS Pratama) 3. Air Minum 4. Sanitasi 5. Jalan 6. Irigasi 7. Pasar 8. Energi Skala Kecil 9. Lingkungan Hidup dan Kehutanan 21
Kebijakan DAK Fisik Tahun 2018 (4): Peran Strategis BAPPEDA Dalam Penyusunan Proposal DAK Menyusun usulan awal DAK & Data Pendukung sesuai prioritas dalam RKPD/RPJMD mengacu pada prioritas nasional dalam RKP/RPJMN Verifikasi & pembahasan berdasarkan kriteriakriteria a.l.: Bappeda a. Kesesuaian thd RKPD/RPJMD; b. Kesesuaian thd RKP/RPJMN; c. Sinkronisasi usulan kegiatan antar SKPD; d. Urutan prioritas kegiatan per bidang. Sekda mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Bappeda, BPKAD, dan SKPD USULAN AWAL DAK & DATA PENDUKUNG SKPD a. Kesesuaian usulan kegiatan thd SPM; b. Kewajaran target output kegiatan; c. Lokasi pelaksanaan kegiatan. BPKAD a. Standar biaya daerah; b. Mempertimbangkan kinerja pelaksanaan DAK (penyerapan dan capaian output) SKPD 3 th. sebelumnya; c. Menilai kewajaran nilai usulan dari SKPD. USULAN DAK FINAL PERBIDANG/SUBBIDANG dan DATA PENDUKUNG a. Menyusun rekapitulasi Usulan DAK semua bidang/subbidang/ subjenis DAK; b. Menyusun surat pengantar kepala daerah c. Mengajukan usulan DAK perbidang/subbidang, rekapitulasi usulan DAK, dan surat pengantar usulan DAK kepada kepala Daerah BERKAS USULAN DAK 22
Kebijakan DAK Fisik Tahun 2018 (5): Mekanisme Pengalokasian Penilaian mengacu pada: a. data teknis Usulan DAK; b. perbandingan data teknis usulan daerah dengan data teknis K/L; c. tingkat pencapaian SPM; d. target output dan outcome: jangka menengah; per tahun secara nasional; dari dana TP dan KP. PENILAIAN DAN HASIL PENILAIAN USULAN DAK DI PUSAT K/L Teknis Bappenas Kemenkeu Menilai usulan skala prioritas per bidang/subbidang mengacu pada: a. Data teknis Usulan DAK; b. lokasi prioritas; c. Sinkronisasi kegiatan sesuai RKPD dan RPJMD dengan prioritas nasional dalam RKP dan RPJMN. Menilai satuan biaya: a.standar Biaya Masukan; b.standar Biaya Keluaran usulan K/L; c. Indeks kemahalan konstruksi. d.kinerja penyerapan DAK dan tingkat capaian output fisik tahun sebelumnya. Provinsi a.rekomendasi atas kegiatan dari usulan DAK Fisik Kabupaten/Kota b.sinkronisasi kegiatan antara Kab./Kota dengan Provinsi dan antar Kab./Kota dalam lingkup Provinsi 23
Kebijakan DAK Fisik Tahun 2018 (6): Rencana dan Arah Kebijakan Pelaksanaan DAK 2018 Pelaksanaan berdasarkan pada Target Output yang ditetapkan. Acuan pelaksanaan adalah Perpres tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan DAK Fisik. Penyaluran didasarkan pada kinerja penyerapan dana dan ketercapaian output per bidang DAK Fisik. Penyaluran dilakukan oleh KPPN untuk efisiensi, efektivitas, dan governance. 24
Kebijakan DAK Fisik Tahun 2018 (7): Tahap Monev Pemerintah Pusat 1. Mengetahui capaian target output DAK Fisik secara nasional dalam pemenuhan prioritas nasional; 2. Sebagai dasar pengambilan kebijakan RKP dan DAK Fisik tahun berikutnya. Pemerintah Provinsi Bappeda Sebagai koordinator pelaksanaan kegiatan DAK: 1. Mengetahui capaian target output DAK Fisik dari Kab/Kota dalam wilayahnya dan target output yang menjadi kewajiban provinsi dalam pemenuhan prioritas nasional; 2. Sebagai dasar dalam mengkoordinasikan penyusunan RKPD tahun berikutnya; 3. Sebagai dasar dalam mengkoordinasikan penyusunan proposal DAK Fisik tahun berikutnya. Sebagai wakil pemerintah pusat: Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar pemberian rekomendasi usulan proposal DAK Fisik dari Kab/Kota di wilayahnya pada tahun berikutnya. Pemerintah Kab/Kota Bappeda 1. Mengetahui capaian target output DAK Fisik setiap SKPD di Kab./Kota; 2. Sebagai dasar dalam mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan prioritas daerah dalam RKPD tahun berikutnya; 3. Sebagai dasar dalam mengkoordinasikan penyusunan proposal DAK Fisik semua SKPD kab./kota tahun berikutnya 25
Arah Kebijakan DAK Nonfisik 2018 Pengalokasian berdasarkan kebutuhan riil dan kapasitas daerah Peningkatan kebijakan afirmasi terhadap daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (perbatasan) Peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui penerapan performance based dan pemantauan penggunaan DAK Nonfisik JENIS DAK FISIK 2018 a. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) b. Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD c. Tunjangan Profesi Guru PNSD d. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD e. Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus f. BOK dan BOKB g. Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM & Ketenagakerjaan h. Bantuan Pelayanan Administrasi Kependudukan 26
Sinergi antar Organisasi Perangkat di Daerah untuk Mendukung Pelaksanaan Kebijakan DAK Fisik yang Optimal BAPPEDA SEKDA BPKAD Sinergi Pembangunan di Daerah DPRD SKPD APIP Bappeda mengkoordinasikan, mensinergikan, dan mengharmonisasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DAK Fisik di daerah. BPKAD Pengelola DAK Fisik di RKUD, dan sebagai koordinator dalam penyusunan pelaporan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik di daerah, baik dari sisi penggunaan dana dan pencapaian output/outcome. 27
Urgensi memahami kebutuhan daerah dalam penyusunan usulan DAK Fisik: Data Infrastruktur dan Kondisi Sosial, Ekonomi & Layanan Publik Daerah Total Panjang Kondisi Tidak Mantap Jumlah Puskesmas Jumlah Sekolah* Akses Terhadap* Rasio Gini** Jalan Rawat Non Rawat Km Km (%) SD SMP Sanitasi Air Minum Inap Inap Kab. Berau 1.288,93 519,69 40,3% 9 8 156 44 68,2% 70,3% 0,32 Kab. Kutai Kartanegara 2.193,02 812,67 37,1% 17 13 456 131 59,7% 68,9% 0,31 Kab. Kutai Barat 1.635,15 455,44 27,9% 13 5 208 52 20,7% 67,2% 0,28 Kab. Kutai Timur 1.105,764 343,41 31,1% 18 1 202 78 42,0% 58,0% 0,30 Kab. Paser 1.005,192 389,972 38,8% 9 8 215 64 54,3% 69,2% 0,30 Kota Balikpapan 501,18 17,3 3,5% 9 18 174 60 83,4% 95,1% 0,34 Kota Bontang 195,337 10,316 5,3% 1 5 56 33 90,0% 94,5% 0,35 Kota Samarinda 691,465 120,728 17,5% 6 18 226 91 87,7% 90,0% 0,31 Kab. Penajam Paser Utara 940,76 197,11 21,0% 9 2 104 29 63,1% 62,0% 0,32 Kab. Mahakam Ulu 233,693 62,676 26,8% 4 1 36 11 51,8% 12,7% #NA Provinsi Kalimantan Timur 1.640,07 637,06 38,8% Daerah Pendapatan/kapita Pertumbuhan Persalinan dg Tenaga Anak 12-23 bln dapat APM* IPM* Penduduk Juta rupiah* Ekonomi* Kesehatan* imunisasi campak* SD SMP Miskin* Kab. Berau 145,70 5,1% 97,72% 79,18% 97,45% 87,96% 72,72 5,33% Kab. Kutai Kartanegara 179,07-10,7% 99,53% 84,63% 99,47% 76,89% 71,78 7,99% Kab. Kutai Barat 144,60-1,4% 83,41% 85,53% 97,91% 79,44% 69,34 8,33% Kab. Kutai Timur 292,06 1,3% 83,77% 82,53% 98,80% 83,95% 70,76 9,31% Kab. Paser 145,92-1,0% 79,79% 97,60% 96,70% 67,18% 70,30 8,76% Kota Balikpapan 120,32 2,6% 100,0% 80,08% 97,52% 76,97% 78,18 2,91% Kota Bontang 352,88 5,8% 99,37% 91,21% 93,33% 79,68% 78,78 5,06% Kota Samarinda 63,00 0,0% 95,65% 86,07% 93,63% 84,96% 78,69 4,82% Kab. Penajam Paser Utara 48,13 1,9% 94,94% 96,39% 98,80% 73,91% 69,26 7,92% Kab. Mahakam Ulu 74,65 3,1% 100% 89,53% 94,02% 62,09% 64,89 10,50% Provinsi Kalimantan Timur 146,46-1,3% 94,83% 84,94% 97,00% 79,06% 74,17 6,23% Keterangan: ** tahun 2014 dan * tahun 2015 Jumlah sekolah berdasarkan data rekapitulasi penerima BOS. Data jumlah puskesmas dari Pusdatin Kemenkes. KEMENTERIAN Data jalan bersumber KEUANGAN dari KemenPUPERA Data lainnya bersumber dari BPS. 28
Terima Kasih 29
Milyar DANA ALOKASI KHUSUS FISIK se-kalimantan TIMUR 2011-2017 berdasarkan Tiga dimensi pembangunan 1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 131 111 83 68 77 88 79 92 38 46 50 29 49 42 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Pembangunan Manusia Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan Pembangunan Sektor Unggulan Konektivitas/Transportasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Prasarana Pemerintahan Daerah Sapras Daerah Tertinggal Sapras Kawasan Perbatasan Sarana Perdagangan, Industri Kecil dan Menengah, dan Pariwisata Tambahan DAK 493 264 Jalan Perhubungan Transportasi Perdesaan Kehutanan Lingkungan Hidup Pemadam Kebakaran Prasarana Pemda Sapras Damkar Sapras Satpol PP Satpol PP Sapras Daerah Tertinggal Sapras Kawasan Perbatasan 919 Sarana Perdagangan Sarana Perdagangan-Gudang Sarana Perdagangan-Metrologi Sarana Perdagangan-Pasar Jalan Sarana Perdagangan 149 541 311 187 Infrastruktur Perumahan, Permukiman, Air Minum & Sanitasi Kesehatan & KB Pendidikan Tambahan DAK Energi Skala Kecil Kedaulatan Pangan Air Minum Perumahan dan Permukiman Sanitasi Kelautan dan Perikanan Sarana Perdagangan, Industri Kecil dan Menengah, dan Pariwisata Tambahan DAK Keluarga Berencana Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Kefarmasian Pelayanan Kesehatan Rujukan RS Rujukan dan Pratama Sarpras Penunjang Kesehatan Pendidikan Pendidikan SD Pendidikan SMA Pendidikan SMK Pendidikan SMP Kesehatan Energi Skala Kecil Irigasi Pertanian Kelautan dan Perikanan Industri Kecil dan Menengah Pariwisata Irigasi 30
DR. BOEDIARSO TEGUH WIDODO, M.E. DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tempat, tanggal lahir : Rembang, 23 Agustus 1958 Alamat Kantor : Gedung Radius Prawiro Lt. 9 Jalan Dr. Wahidin No.1, Jakarta Pusat Riwayat Pendidikan 1970 SD Negeri Kutohardjo V, Rembang 1973 SMP Negeri II Rembang 1976 SMA Negeri II Rembang 1982 Sarjana Ekonomi Ekonomi Umum Universitas Diponegoro 2005 Magister Ekonomi Keuangan Publik (Perencanaan dan Kebijakan Publik) Universitas Indonesia 2012 Doktor Ilmu Ekonomi Ekonomi Publik Universitas Indonesia Riwayat Pekerjaan 2000-2001 Kepala Pusat Analisa Belanja Negara, Badan Analisa Fiskal, Kemenkeu 2001-2004 Kepala Pusat Analisa Pendapatan Negara dan Pembiayaan Anggaran, Badan Analisa Fiskal, Kemenkeu 2004-2012 Direktur Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran, Kemenkeu 2012-2013 Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara, Kemenkeu Sep 2013- Nov 2013 Plt. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kemenkeu 2013- Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu