BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan bahasa kita dapat mengartikan maksud yang dituturkan oleh penutur kepada lawan tutur. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan untuk dapat menuturkan apa yang kita inginkan dan apa yang kita rasakan, sehingga dalam lingkungannya mereka bisa berinteraksi lebih baik dari makhluk lainnya. Di lingkungan anak-anak mereka memiliki cara tersendiri untuk mengatakan apa yang mereka inginkan. Karena anak-anak memiliki imajinasi sendiri, untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Ketika kita menginginkan sesuatu, kita punya cara sendiri dengan bahasa dan kata-kata yang mereka miliki. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan orang tua yang membimbing mereka. Buku-buku bacaan yang kita baca atau tontonan yang kita lihat atau dengar, juga dapat mempengaruhi cara kita bertutur dan menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Pada buku cerita anak-anak, kalimat yang digunakan oleh seorang penulis adalah kalimat yang sederhana dengan kata-kata yang mudah dipahami. Ceritanya pun sederhana dan komunikatif serta mengandung nilai moral. 1
2 Walaupun kalimat-kalimat yang digunakan tersebut sederhana, kalimat-kalimat tersebut hendaknya dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan dapat pula dipahami oleh penutur, dalam hal ini anak-anak juga dapat memahami secara jelas. Gagasan-gagasan yang dimaksud tersebut dituangkan dalam bentuk tindak tuturr yang disampaikan oleh teori Searle dalam bukunya Speech Act: An Essay in the Philisophy of Language (1969:23-24) mengatakan pragmatisc basis at least three types of actions that can be realized by a speaker, which is locutionary act, illocutionary act and perlocutionary act. Secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Selain John Searle, Austin (1975) juga menyatakan bahwa nations of perlocutionary acts, illocutionary acts, and perhaps to a lesser extent locutionary acts belong to the most ubiquitous term of art in pragmatics. Pengertian di atas mengungkapkan bahwa tindak perlokusi, tindak ilokusi dan pada tingkat lebih rendah tindak lokusi merupakan istilah yang digunakan di seni pragmatik. Selain berfungsi untuk menyampaikan dan menginformasikan sesuatu yang tersirat, tuturan juga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu tersurat. Tindak tutur inilah yang dinamakan tindak tutur ilokusi. Menurut Austin...performing an act by uttering a sentence (dalam Grundy, 2000:51). Tindak lokusi merupakan inti dari tindak pertuturan itu sendiri, adalah menunjukan sebuah aksi dengan cara menuturkan sebuah kalimat. Kemudian Yule (1996:48) menyatakan illocutionary act is performed via the communicative force of an utterance. We might utter to make statement, an offer an explanation, of for some
3 other communicative purpose. Tindak tutur ilokusi dilakukan melalui ungkapan suatu pernyataan berupa tuturan. Ungkapan tersebut dapat digunakan untuk membuat sebuah pernyataan, penawaran, kemudian dapat digunakan juga untuk tujuan komunikasi lainnya. Jadi penggunaan tindak ilokusi dapat dicapai oleh penuturnya pada saat berkomunikasi menuturkan sesuatu dan sekaligus tindakan sebagaimana tindakan terima kasih (thanking), mengucapkan selamat (congrulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), berbelasungkawa (condoling), menyambut (welcome), dan lain-lain. Tindakan tersebutlah yanng dinamakan ilokusi ekspresif. Menurut Parera (2004:271)...expressions of a psychological state. Artinya tindak ilokusi ekspresif mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Yule (1996:53) juga menjelaskan bahwa they illocutionary for expressive express phsycological states and can be statement of pleasure, pain, likes, dislike, joy or sorrow. Maksudnya tindak tutur tersebut mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan gembira, sulit, suka, benci, senang, atau sengsara. Salah satu fungsi yang terdapat pada ilokusi adalah bagaimana menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri yang dikenal dengan nama ilokusi ekspresif. Bahasa sebagai alat ekspresi diri adalah sarana untuk mengungkapkan atau perasaan agar kita bisa mengetahui perasaan atau memahami kehendak orang lain. Tujuannya antara lain seseorang ingin dipahami oleh orang lain, seseorang ingin mengungkapkan perasaannya terhadap orang lain, seseorang ingin mempengaruhi pandangan orang lain, dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
4 Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan keinginannya atau perasaannya kepada lawan tuturnya yang tetap, yaitu kepada ayah dan ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak hanya menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah beranjak dari anak-anak menjadi dewasa, bahasa digunakan untuk mengekspresikan diri dan untuk berkomunikasi dalam kehidupan seharihari. Pada penggunaannya, bahasa digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan diri. Penutur bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengar, pembaca, atau lawan tuturnya. Penutur menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Selain itu, bahasa juga dapat berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi agar menarik perhatian orang lain terhadap lawan tutur dan keinginan penutur untuk membebaskan diri mengungkapkan perasaannya. Buku cerita anak Tales for Creative Children merupakan karya Watiek Ideo. Di dalam buku cerita tersebut terdapat banyak sekali tuturan-tuturan yang dilakukan oleh para tokoh yang diceritakan dalam buku cerita tersebut. Bahasanya pun dapat mudah dipahami secara cermat dan terdapat hal-hal menarik terutama pada bahasa yang dituangkan oleh penulis buku tersebut. Penulis akan mengambil buku cerita anak berbahasa Inggris dengan judul Tales for Creative Children karya Watiek Ideo yang memiliki beberapa tindak tutur ilokusi ekspresif yang bervariasi yang dapat di deskripsikan. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk menganalisis tindak tutur ekspresif dari buku cerita
5 anak tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif pada buku cerita anak Tales for Creative Children karya Watiek Ideo (Kajian Pragmatis). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan pada latar belakang, penulis merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif yang terdapat pada buku cerita anak Tales for Creative Children? 2. Verba apa yang digunakan pada ilokusi ekspresif dalam buku cerita anak Tales for Creative Children? 1.3 Batasan Masalah Merujuk kepada judul penelitian, yaitu Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif pada buku cerita anak Tales for Creative Children karya Watiek Ideo (Kajian Pragmatis) dan untuk tidak meluasnya pembahasan, penulis membatasi permasalahan hanya pada Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif saja. Topik penelitian dikaji dan dianalisis berdasarkan teori John Searle pada buku Speech Act: An Essay in the Philosophy of Language dan Austin (1975) How to do things with words dalam bidang kajian pragmatis sebagai teori utama dan teori-teori lain yang relevan antara lain teori Grundy (2000:51), Thomas (1995:49), Parera (2004:271), dan lain lain.
6 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. mendeskripsikan fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif yang terdapat pada buku cerita anak Tales for Creative Children. 2. mendeskripsikan verba apa yang digunakan pada ilokusi ekspresif dalam buku cerita anak Tales for Creative Children. 1.5 Objek dan Metode Penelitian Objek penelitian, pada skripsi ini adalah tuturan atau ujaran berupa tindak tutur ilokusi ekspresif. Data diambil dari buku cerita anak berbahasa Inggris Tales for Creative Children karya Watiek Ideo. Berdasarkan bahasa kalimat yang digunakan sebagai tindak tutur. Buku cerita anak tersebut diambil sebagai sumber data karena buku cerita tersebut mengandung tindak tutur ilokusi ekspresif, tuturan-tuturan tersebut tidak semuanya digunakan sebagai data melainkan hanya yang relevan dengan topik penelitian penulis. Dalam pengumpulan data, penulis mengambil beberapa tindak tutur berupa tuturan-tuturan yang dituturkan oleh para tokoh dalam buku cerita Tales for Creative Children karya Watiek Ideo. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan teori Bryman (2004:542) an approach to documents that emphasizes the role of the investigator in the construction of the meaning of and in texts. There is an emphasis on allowing categories to emerge out of data and on recognizing the significance for understanding the meaning of the context in which an item being analyzed (and the categories derived from it) appeared. Sebuah pendekatan untuk data yang menekankan peran peneliti dalam
7 pembuatan makna dan naskah. Ada pun penekanan memungkinkan kategori muncul dari data dan mengenali pentingnya untuk memahami makna dari konteks di mana data yang dianalisis tersebut muncul. Pendekatan berkaitan dengan data yang tidak berupa angka tetapi berupa kualitas bentuk-bentuk variabel yang berwujud tuturan sehingga data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala, dari kelompok tertentu yang diamati. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data penelitian berupa bentuk-bentuk verbal bahasa yaitu berupa tuturan yang dilakukan oleh para tokoh yang terdapat dalam buku cerita Tales for Creative Children karya Watiek Ideo. Selain pendekatan kualitatif penulis juga menggunakan pendekatan deskriptif pada penelitian ini. Menurut Linda Gerot dan Peter Wignell (1995) descriptive is to describe a particular person, place, or thing. Pendekatan ini menggambarkan terutama orang, tempat, atau hal. Pada penelitian ini, penulis berupaya mengungkapkan sesuatu secara apa adanya yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa bahasa yang biasa dilakukan sifatnya. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah paparan tindak tutur ilokusi ekspresif yang dilakukan oleh para tokoh dalam buku cerita anak Tales for Creative Children karya Watiek Ideo.
8 1.6 Sistematika Penulisan Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini, penulis menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek dan metode penelitian, serta sistematika penulisan skripsi ini. BAB II : Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori-teori mengenai pragmatik, tindak tutur dalam tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), tindak perlokusi (perlocutionary act), tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi ekspresif, verba dalam ilokusi ekspresif. BAB III : Analisis Data Dalam bab ini, penulis menjelaskan, mendeskripsikan, menganalisis data-data yang diperoleh terutama yang berkaitan dengan tindak tutur ilokusi ekspresif. BAB IV : Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis bab III dan berisi saran yang diharapkan dapat bermanfaat.