BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat permintaan, melakukan ancaman, menyampaikan peringatan, membuat taruhan, mengungkapkan kebahagiaan, rasa senang ataupun sebaliknya, memberi nasihat dan berbagai maksud lainnya yang tidak mampu disampaikan hanya dengan melalui tindakan. Berbagai hal dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa dengan tujuan agar penutur dapat mencapai tujuan yang diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam kegiatan sehari-hari, seperti yang diungkapkan Yule (1996: 47) Actions performed via utterances are generally called speech acts. Menurut Yule dijelaskan bahwa tindak tutur berarti tindakan yang dilakukan melalui tuturan. Artinya, setiap tuturan yang diucapkan memiliki makna dan tujuan yang berbeda tergantung konteks pada saat tuturan tersebut dituturkan. Lebih lanjut Hymes dalam Thomas (1996: 188) mengungkapkan bahwa The best framework for describing context is the one proposed by Hymes in his ethnography of speaking. With his SPEAKING mnemonic he offers a comprehensive checklist for the description of what the terms speech event. These are the summarized below: Situation-Participant-Ends-Act sequences-key-instrumentalities- Norms-Genre Hymes mengungkapkan bahwa kerangka terbaik untuk menjabarkan konteks adalah dengan menggunakan proporsi yang diajukan Hymes melalui etnografi 1

2 2 tuturannya. Dengan metode hafalan SPEAKING, ia menawarkan pengertian secara mendalam mengenai pengertian istilah peristiwa tutur, yang merupakan ringkasan situasi, partisipan, tujuan tuturan, kesempatan bertutur, nada suara dan ragam bahasa, alat untuk menyampaikan pesan, aturan dan jenis situasi tuturan, yang semuanya merupakan aspek dari peristiwa tutur untuk mendukung tercapainya suatu tuturan yang dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh penutur dan mitra tutur. Dalam pragmatik tuturan terbagi menjadi 3 jenis yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tuturan lokusi menurut Austin adalah uttering a sentence with determinate sense in non ambiguous meaning and reference (Grundy, 2000:51). Austin mengungkapkan bahwa dalam tuturan lokusi memliki makna tuturan yang tetap, tidak ambigu dan memiliki acuan yang pasti. Sedangkan tuturan ilokusi menurut Austin merupakan performing act by uttering a sentence (Grundy, 2000:51) yaitu tuturan yang mewakili tindakan itu sendiri atau tindakan yang dilakukan melalui tuturan. Tuturan perlokusi menurut Austin seperti yng diungkapkan oleh Grundy dalam Doing Pragmatics (2000:5) the effect the utterance might have. Artinya perlokusi merupakan akibat yang dapat disebabkan oleh sebuah tutuan. Berdasarkan uraian penulis di atas, tuturan ilokusi adalah salah satu dari tiga jenis tuturan yang menjadi alat penutur untuk mencapai tujuan tertentu melalui sebuah tuturan. Tuturan ilokusi dapat dibedakan menjadi lima jenis tindak tutur berdasarkan fungsinya yaitu: deklaratif, representatif, ekpresif, direktif dan komisif, seperti yang dikemukakan oleh Yule (1996:53) One general

3 3 classification system list five types of general function performed by speech acts: declarations, representatives, expressives, directives and commisives Yule mengungkapkan bahwa sistem klasifikasi secara general mendata lima jenis fungsi umum yang membentuk tindak tutur yaitu, deklarasi, representasi, ekpresif, direktif dan komisif. Secara singkat fungsi tuturan tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut, tindak tutur deklaratif merupakan tuturan yang mengandung informasi, tindak tutur representatif merupakan tindak tutur yang menyajikan kebenaran dari sebuah tuturan yang diungkapkan, tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan perasaaan penutur, tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang berupaya agar orang lain melakukan sesuatu, dan tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang menunjukkan komitmen penutur terhadap mitra tuturnya. Jenis tindak tutur yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tindak tutur direktif dalam tuturan ilokusi. Tindak tutur direktif digunakan penutur agar melalui tuturannya dapat mencapai kondisi tertentu yang diinginkan. Directives are those kind of speech acts that speakers used to get someone else to do something. They express what the speakers wants Yule (1996:54). Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics menjelaskan bahwa direktif adalah jenis tindak tutur yang penuturnya menginginkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Direktif merupakan jenis tindak tutur yang mengekpresikan keinginan penutur. Dalam percakapan, tuturan melibatkan penutur dan mitra tutur yang terdiri dari dua orang atau lebih. Seperti yang telah penulis sebutkan bahwa salah satu jenis tuturan adalah tuturan ilokusi yang merupakan jenis tuturan yang lazim

4 4 digunakan dalam percakapan sehari-hari. Tuturan ini mengandung arti bahwa setiap penutur dalam berkomunikasi melalui tuturannya membutuhkan adanya respon dari mitra tutur baik itu secara verbal ataupun nonverbal melalui tindakan. Tindak tutur ilokusi direktif seperti yang disampaikan oleh Yule merupakan tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk dilakukan oleh mitra tutur. Disisi lain, Leech (1982:13) menyatakan Pragmatics studies meaning in relation to speech situation, reference to one or more of the following aspects of the speech situation will be a criterion (i) Addressers or addressees, (ii) The context of an utterance, (iii) The goal of an utterance, (iv) The utterance as a form of act or activity, (v) The utterance as a product of a verbal act. Leech menyatakan bahwa pragmatik mempelajari makna yang berhubungan dengan situasi tutur, merujuk pada salah satu atau lebih aspek situasi tutur berikut ini (i) penutur atau mitra tutur, (ii) konteks tuturan, (iii) tujuan tuturan, (iv) tuturan sebagai bentuk tindakan, dan (v) tuturan sebagai produk tindak verbal. Tindak tutur ilokusi merupakan sarana penutur untuk dapat memenuhi peristiwa tutur dari situasi tutur yang sedang terjadi. Dengan tanpa menyampaikan maksudnya secara langsung, penutur mengharapkan mitra tutur untuk mengerti tujuan dari tuturannya. Dengan kata lain tindak tutur merupakan ujaran yang mengandung tindakan yang digunakan untuk menghadapi situasi tertentu melalui proses komunikasi peristiwa tutur yang mempertimbangkan aspek situasi tutur. Namun, pada prakteknya seringkali setiap tuturan yang diucapkan oleh si penutur dapat diterima dengan arti yang berbeda-beda oleh mitra tutur. Pemahaman tuturan ini antara lain dipengaruhi oleh persepsi pengetahuan penutur dan mitra

5 5 tutur yang dapat terjadi dalam lingkup peristiwa tutur ketika tuturan tersebut dikemukakan. Tuturan ilokusi direktif tidak selalu tersaji dalam format deklaratif. Pada praktek, tuturan ini juga terdapat dalam bentuk interogatif dan imperatif. Imperatif dalam tuturan deklaratif memiliki fungsi agar mitra tutur melakukan perintah dari penutur, sedangkan bentuk interogatif yang dimaksud dalam tuturan direktif adalah untuk menyatakan permintaan penutur dalam tingkat yang lebih sopan dan dapat pula dalam situasi menyarankan sesuatu. Deklaratif dalam tuturan direktif adalah ujaran yang menggambarkan pendapat mengenai sesuatu hal yang diungkapkan oleh penutur terhadap mitra tuturnya. Tindak tutur ilokusi direktif akan terdapat pada setiap situasi sepanjang penutur dan mitra tutur memiliki kepentingan untuk dipenuhi, begitu pula seperti dalam percakapan pada film UP (Disney Pixar, 2009). Untuk menganalis tindak tutur ilokusi direktif, penulis menjadikan tuturan dalam film UP sebagai sumber data karena percakapan pada film ini banyak terdapat tindak tutur ilokusi direktif. Film UP ini merupakan film keluarga yang laris di seluruh dunia. Film ini juga mengandung nilai moral, kekeluargaan, saling tolong-menolong dan bekerja keras dan konsekuensi memegang teguh ucapan untuk mencapai tujuan sehingga dapat menjadi media pembelajaran yang sangat menarik dan baik untuk ditonton seluruh keluarga. Film ini bermula dari Carl kecil yang bercita-cita menjadi petualang seperti idolanya Charlez Muntz. Carl adalah seorang anak pendiam yang karena kesamaaan idola mempertemukannya dengan Ellie kecil yang periang. Mereka kemudian bersahabat dan berbagi petualangan sampai akhirnya mereka menikah pada saat dewasa. Dari kecil hinnga dewasa mereka selalu bersama, berbagi

6 6 petualangan dan bermimpi akan berpetualangan ke Amerika Selatan seperti yang dilakukan oleh Chares Muntz, idola mereka. Namun, tuntutan hidup menghambat perjalan mereka, seiring dengan banyaknya permasalahan mengenai kesehatan dan keuangan di keluarga kecil mereka. Sampai pada akhirnya Ellie meninggal dan Carl berusaha untuk mewujudkan impian mereka untuk berpetualang ke Amerika Selatan dengan membawa kenangan manis tentang Ellie dan dibantu oleh seorang anak pramuka bernama Russel yang periang dan pemberani. Dengan menganalisis data mengenai tindak tutur ilokusi direktif, penulis berharap dapat mengetahui penggunaan dan peranan tindak tutur ilokusi direktif dalam percakapan sehari-hari dan mengelompokkannya ke dalam jenis imperatif, interogatif dan deklaratif, selain itu penulis berharap untuk mengetahui pengaruh pengunaan tindak tutur ilokusi direktif terhadap tercapai atau tidaknya tujuan dari penutur melalui tuturan tersebut dalam kegiatan sehari-hari ditinjau dari lima aspek situasi tutur Leech. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tindak tutur ilokusi direktif yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti yang terjadi dalam film UP ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Direktif pada Film UP: Kajian Pragmatis. 1.2 Identifikasi Masalah Kajian data dalam penelitian ini dibatasi dari segi pragmatik saja. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Tindak tutur ilokusi direktif apa saja yang terdapat pada film UP? 2. Ditinjau dari lima aspek situasi tutur Leech, apakah

7 7 penggunaan tindak tutur ilokusi direktif mempengaruhi tercapainya tujuan penutur terhadap mitra tutur? 1.3 Batasan Masalah Penulis membuat batasan-batasan objek penelitian dalam penyusunan skripsi untuk mencegah meluasnya permasalahan. Objek yang diteliti dalam skripsi ini berupa tindak tutur yaitu tuturan ilokusi direktif yang terdapat pada percakapan dalam film UP. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan kajian pragmatik dengan sumber teori yang mengacu pada Austin (1962), Searle (1969), Leech (1982) dan Yule (1996) 1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai peranan tindak tutur ilokusi direktif dalam aktivitas sehari-hari, yaitu dengan: 1. Mengidentifikasi jenis tindak tutur ilokusi direktif yang terdapat Film UP. 2. Menganalisis penggunaan tindak tutur ilokusi direktif untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan penutur terhadap mitra tutur ditinjau dari aspek situasi tutur Leech (1996). Harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengguna bahasa, terutama penutur, agar dapat menyampaikan maksud dari sebuah tuturan secara tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan agar tidak

8 8 terjadi penggunaan kata-kata yang berlebihan hanya untuk menyampaikan sebuah wacana sehingga dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh mitra tutur tanpa membuat kondisi menjadi membingungkan. Kemudian, kepada para penonton film UP agar dapat menikmati film ini dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai setiap percakapannya. 1.5 Objek dan Metode Penelitian Objek pada penelitian ini adalah tuturan ilokusi direktif yang terdapat dalam percakapan pada Film UP. Data yang dijadikan objek tersebut diambil dari skrip film yang terdapat pada internet movie database atau IMDb.com. Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah kualitatifdeskriptif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2004:31), sedangkan penelitian deskriptif adalah metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat suatu deskripsi, gambaran, atau lukisan, secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2000: 63,64). Menurut Milles dan Humberman (1992:16) analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data dengan tahapan sebagai berikut: penulis menggunakan teknik dokumentasi dan observasi dalam mengumpulkan data tindak tutur ilokusi direktif dari yang terdapat pada skrip film UP, kemudian melakukan reduksi dengan cara menganalisis,

9 9 menggolongkan, mengorganisasikan data agar mempermudah penulis untuk mengakses data tersebut apabila diperlukan kembali. Langkah selanjutnya adalah penyusunan data yang telah dikumpulkan agar dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Verifikasi kesimpulan melalui keputusan berdasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang diangkat dari masalah yang menjadi fokus dalam penelitian.