Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB 2. Landasan Teori

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. bahasa sopan di Jepang, yang dikenal dengan istilah keigo 敬語, yang

BJ システムについて Mengenai BJ System

BAB 2. Tinjauan Pustaka

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB 2 LANDASAN TEORI. budaya dan masyarakat yang bersangkutan. Keterkaitan ini tidak dapat dipisahkan satu

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa hormat dalam bahasa Jepang. Ragam bahasa hormat itu dikenal dengan sebutan keigo 敬語. Ragam

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

Bab 2. Tinjauan Pustaka

POLA HONORIFIK UNDAK-USUK KEIGO BAHASA JEPANG YANG MENCERMINKAN NILAI UCHI-SOTO SEBAGAI WUJUD IDENTIFIKASI KELOMPOK

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB IV KESIMPULAN. Dari analisis kontrastif verba tingkat tutur dalam 敬語 bahasa Jepang dan

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut :

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Margaretha Argadian Asmara, 2015

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

Bab 3. Analisis Data. terdapat dalam drama serial televisi Bara No Nai Hanaya episode 1-5 dan

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul

DIKTAT KULIAH. Penjelasan Pemakaian Tata Kalimat 日本語研究者教材開発室

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam.

EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan mendekripsikan hasil analisis data mengenai kesalahan

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

Bab2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori yang penulis gunakan

Bab 3. Analisis Data. diterima yang dihubungkan dengan teori yang ada pada bab 2. Dalam analisis

BAB II LANDASAN TEORITIS

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu

Dhiar Rachma Diyanthi, Melia Dewi Judiasri 1, Dianni Risda 2. Abstrak

Keyword : Speech Act, Refusal,Keigo

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

BAB 2. Landasan Teori. Kesopanan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bahasa.

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Di antaranya teori mengenai konsep kemampuan berbahasa, penerjemahan dan Keigo. Teori teori tersebut akan digunakan untuk mendukung analisa data pada bab 3. 2.1 Konsep Kemampuan Berbahasa Mempelajari suatu bahasa dibutuhkan kemampuan untuk menyampaikan atatupun mengkomunikasikan pesan yang terkandung dalam bahasa tersebut. Menurut Alwi, Moeliono (2002: 202) Keterampilan berkomunikasi menuntut kemampuan pemahaman. Maka, aspek pemahaman, yang meliputi keterampilan menyimak (ragam bahasa lisan) dan keterampilan membaca (ragam bahasa tulis) menjadi tujuan pembelajaran bahasa pada pendekatan komunikatif, sedangkan aspek penggunanya yang mencakup keterampilan berbicara (ragam bahasa lisan) dan keterampilan menulis (ragam bahasa tulis) menjadi sasaran utama pendekatan komunikatif. Pencapaian ketiga aspek (kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan) itu dilakukan melalui empat kegiatan belajar (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis) tersebut secara terpadu. Kegiatan belajar menyimak dan berbicara merupakan upaya penguasaan dan kemampuan menggunakan bahasa lisan. Sementara itu, kegiatan belajar dan menulis merupakan penguasaan dan kemampuan menggunakan bahasa tulis. Dengan demikian, keempat aspek belajar bahasa tersebut memenuhi tuntutan penguasaan kebahasaan lisan dan tulis. 7

2.1.1 Kompetensi Komunikatif Istilah Kompetensi Komunikatif diciptakan oleh Dell Hymes, seorang pakar sosiolinguistik. Hymes menyebut Kompetensi Komunikatif sebagai aspek kompetensi yang memungkinkan kita menyampaikan dan menafsirkan pesan antarpersonal dalam konteks-konteks tertentu (Douglas, 2002: 241). Canale dan Swain dalam Douglas (2002: 241), mengatakan bahwa ada empat komponen, atau sub kategori yang berbeda yang membangun konsep kompetensi komunikatif. Menurut Canale dan Swain dalam Douglas (2002: 241-242), dua sub kategori pertama mencerminkan penggunaan sistem linguistik itu sendiri : (a) Kompetensi Gramatikal adalah aspek kompetensi komunikatif yang meliputi pengetahuan tentang item-item leksikal dan kaidah morfologi, sintaksis, semantic kalimat-tata bahasa, dan fonologi. (b) Kompetensi Wacana adalah kemampuan yang kita punyai untuk mengaitkan kalimat-kalimat dalam rentang wacana dan untuk membentuk keseluruhan dari serangkaian ujaran. Wacana berarti apa saja dari pembicaraan sederhana hingga teks tertulis panjang lebar. Jika kompetensi gramatikal berfokus pada tata bahasa tarafkalimat, kompetensi wacana berurusan dengan hubungan antarkalimat. Menurut Canale dan Swain dalam Douglas (2002: 241-242), dua sub kategori yang terakhir mendefinisikan aspek-aspek fungsional komunikasi: (a) Kompetensi Sosiolinguistik adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah sosial budaya bahasa dan wacana. Tipe kompetensi ini mensyaratkan pemahaman tentang konteks sosial di mana 8

bahasa digunakan: peran para partisipan, informasi yang mereka bagi, dan fungsi interaksi. (b) Kompetensi Strategis adalah strategi komunikasi verbal dan non-verbal yang bisa dipakai untuk mengimbangi kemacetan dalam komunikasi karena variabelvariabel performa atau karena kompetensi yang tidak memadai. Kompetensi inilah yang mendasari kemampuan kita untuk melakukan perbaikan, mengatasi kekurangan pengetahuan, dan menopang komunikasi dengan penyederhanaan, penyampaian tidak langsung, pengulangan, keraguan, penghindaran, dan terkaan, maupun pergeseran register dan gaya. Menurut Moeliono (2000: 728-730), Mekanisme psikofisiologis mengacu pada proses neurologis dan psikologis yang terlibat dalam pengimplementasian bahasa sebagai suatu fenomena fisik. Karena kegiatan berbahasa dapat dilakukan secara produktif maupun reseptif, keterampilan berbahasa yang berbeda diperlukan untuk setiap salurannya atau keperluannya. Didalam penggunaan bahasa reseptif, keterampilan auditoris dan visual digunakan, sedangkan dalam penggunaan produktif, keterampilan yang memerlukan gerak otot dan syaraf (neuromuscular) diperlukan. Berikut ini terlampir skema komponen kemampuan bahasa komunikatif dalam penggunaan bahasa komunikatif. Skema tersebut menunjukkan hubungan antara struktur pengetahuan (pengetahuan tentang dunia) dan kompetensi bahasa (pengetahuan tentang bahasa) yang menciptakan Kompetensi strategis. Kompetensi strategis memiliki hubungan timbal balik dengan Mekanisme Psikofisiologis. Selain dengan kompentensi strategis, mekanisme psikofisiologis juga memiliki hubungan timbal balik dengan konteks situasi. 9

Skema 2.1 Komponen Kemampuan Bahasa Komunikatif dalam Penggunaan Bahasa Komunikatif STRUKTUR PENGETAHUAN Pengetahuan tentang Dunia KOMPETENSI BAHASA Pengetahuan tentang Bahasa KOMPETENSI STRATEGIS MEKANISME PSIKOFISIOLOGIS KONTEKS SITUASI Sumber : Bachman dalam Douglas (2002: 244) Tujuan seseorang mempelajari bahasa Jepang dibagi menjadi 2, yaitu: (a) memiliki tujuan yang berhubungan dengan isi pengetahuan Jepang dan bahasa Jepang, (b) bertujuan untuk mengembangkan intelektual dalam pembelajaran. Tujuan yang berhubungan dengan isi pengetahuan Jepang dan bahasa Jepang dibagi lagi menjadi 2 yaitu: mempelajari tentang Jepang dan mempelajari bahasa Jepang. Apabila seseorang memiliki tujuan belajar yaitu mempelajari bahasa Jepang, maka orang tersebut bertujuan memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa Jepang dan memiliki tujuan 10

mendapatkan kemampuan menggunakan bahasa Jepang. Kemampuan tersebut akan diterapkan untuk menerima dan berinteraksi. Penjelasan mengenai hal ini agar lebih jelas terlihat pada bagan dibawah ini. Bagan 2.1 Tujuan Pembelajaran 学習の目的 (gakushu no mokuteki)/ Tujuan Pembelajaran 日本 日本語に関する知識内容を目的とする Bertujuan dengan isi pengetahuan Jepang-Bahasa Jepang 日本について学習する / Mempelajari tentang Jepang 日本語を学習する / Mampelajari Bahasa Jepang 日本語に関する知識を得ることを目的とする Bertujuan memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan Bahasa Jepang 日本語の運用能力を目的とする Bertujuan kemampuan penggunaan Bahasa Jepang 受容を目的とする Bertujuan untuk menerima インターアクションを目的とする Bertujuan untuk berinteraksi Sumber : Naoko Aoki, et al (2003: 19) 11

2.2 Teori Terjemahan Dalam penerjemahan terdapat dua bahasa yaitu bahasa sumber (disingkat BSu) dan bahasa sasaran (disingkat BSa). げんぶん Miyagawa dan Takaoka (2000: 115) mengatakan bahwa 翻訳というのは 原文 かいせきを解析 じぜんし その意味を自然 もな表現に盛 さぎょうる作業なのです yang diterjemahkan menjadi penerjemahan adalah menganalisa bahasa sumber, menjabarkan arti bahasa sumber tersebut dengan ungkapan yang alami. Kemudian Menurut Murakami (2000: 16) penerjemahan adalah : 翻訳というのはテキストが必ず外部にあるわけです だから外部の定点との きょり距離 くずをうまくとってさえいけば 道に迷ったり 自己のバランスを崩 したり というようなことはまずない こつこつとやっていれば ほとんどの部分はかいしょう論理的に解消できます Penerjemahan adalah teks yang harus berada di bagian luar. Karena itu apabila nilai dan jarak dari bagian luar itu tidak tepat, maka anda akan tersesat dan kehilangan keseimbangan diri. Apabila dilakukan sedikit demi sedikit, bagian yang sebenarnya secara teori bisa hilang. 2.2.1 Proses Penerjemahan Menurut Suyawinata dan Hariyanto (2003: 17), proses penerjemahan memiliki dua tahap yaitu: 1. Analisis teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli. 12

2. Pengungkapan kembali makna atau pesan tersebut di dalam BSa dalam kata-kata atau kalimat yang berterima di dalam Bsa. Skema 2.2 Proses Penerjemahan Bahasa Sumber Teks yang akan diterjemahkan Bahasa Sasaran Teks hasil Terjemahan Leksikon (kata) Struktur Gramatikal Konteks Situasi Konteks Budaya Konteks Situasi Konteks Budaya Leksikon (kata) Sturktur Gramatikal Analisis Makna Pengungkapan Makna kembali Pemahaman Makna Pengungkapan Makna Kembali Makna Sumber: Said dalam Suryawinata (2003: 21) Penjelasan atas skema diatas: teks asli yang akan diterjemahkan terlebih dahulu dianalisis segi leksikon, struktur gramatikal, konteks situasi, konteks budaya. Dari 13

hasil analisis teks asli diperoleh makna. Makna ini kemudian diungkapkan kembali dengan mempertimbangkan segi-segi leksikon, struktur gramatikal, konteks situasi dan konteks budaya bahasa sasaran sehingga didapatkan teks hasil terjemahan. Menurut Soesilo dalam Purwo (1990: 187-188), langkah-langkah yang harus ditempuh penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang dapat mencapai tujuannya secara maksimal adalah sebagai berikut : 1. Mencoba memahami makna yang terkandung dalam naskah sumber. Sehingga penerjemah harus menganalisis pesan yang terkandung di dalam teks yang akan diterjemahkannya. Penerjemah harus menafsirkan apa yang dimaksudkan penulis dalam naskah sumber menurut konteks sejarah dan kebudayaan aslinya. 2. Mengalihkan unsur-unsur bahasa yang terkandung di dalam makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. 3. Unsur-unsur yang sudah dialihkan tadi disusun kembali menurut kosa kata, tata bahasa, dan stilistika yang umum dan wajar dalam bahasa sasaran. Menurut Effendi (2004: 25), ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang penerjemah untuk dapat menangani pekerjaan terjemahan dengan baik, yaitu: 1. Kemampuan menangkap pesan dari teks bahasa sumber. 2. Kemampuan mentransformasi pesan. 3. Kemampuan mengedit dalam bahasa target. 14

Nida dan Savory dalam Suryawinata (2003: 153), mengatakan bahwa seorang penerjemah karya sastra harus membekali diri dengan (a) memahami bahasa sumber hamper sempurna, (b) menguasai dan mampu memahami bahasa sasaran dengan baik, benar dan efektif, (c) mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra, serta teori terjemahan, (d) mempunyai kepekaan terhadap karya sastra, (e) memiliki keluwesan kognitif dan sosiokultural, dan (f) memiliki keuletan dan motivasi yang kuat. 2.3 Teori Keigo Keigo adalah ungkapan penghormatan yang digunakan oleh orang Jepang untuk menghormati lawan bicaranya dan menghormati orang lain yang menjadi topik pembicaraan. Menurut Hirabayashi dan Hama (1992: 1) Keigo adalah : 敬語というのは 話し手と聞きて および話題の人物との間のさまざまな 関係にもとづいてことばを使い分け その人間関係を明らかにする表現形 式のことである Ungkapan penghormatan adalah penutur dan petutur yang membagi penggunaan kata berdasarkan macam-macam hubungan yang ada diantara orang yang menjadi topik pembicaraan, merupakan ungkapan formalitas untuk menerangkan hubungan orang tersebut. Syarat penggunaan keigo Menurut Hirabayashi dan Hama (1992: 2-3): 1 使う相手 (Tsukau Aite atau Lawan Bicara) 敬語は親しくない人 ( よく知らない人 自分のグループに属さない人 ) や 目上の人 尊敬すべき人 ( 地位 身分 年齢が上の人 ) を相手として そ 15

の人達や話者自身などについて話すときに使う ただし 普通には尊敬す べき人と考えられる場合でも 親しい相手であれば敬語を使わないことも ある Ungkapan penghormatan digunakan pada saat penutur berbicara dengan orang yang tidak akrab (orang yang tidak begitu dikenal, orang yang berada di luar kelompok penutur), orang yang harus dihormati penutur (kedudukan, status, usia orang yang lebih tua) sebagai lawan bicara, mengenai orang-orang tersebut dan penutur itu sendiri. Tetapi, umumnya keigo tidak digunakan apabila terdapat orang yang akrab dengan penutur, meskipun dalam situasi bertukar pikiran dengan orang yang dihormati. 2 使う場 (Tsukau Ba atau Situasi Penggunaan) 敬語は目上の人を対象とする場合だけでなく改まった場 ( 会議 学会 発 表会 スピーチ 手紙など ) でも使用する その場では親しい人にも敬語 を使う 親しい人同土で話す場合には 目上の人がその場にいれば改まっ てその人に対して敬語を使い 目上の人がいなければその人を話題として も使わないことがよくある Ungkapan penghormatan tidak hanya digunakan pada saat orang yang dihormati menjadi objek atau sasaran pembicaraan saja, melainkan digunakan juga dalam situasi formal misalnya rapat, pertemuan sekolah, acara pidato, speech, surat dan lain-lain. Dalam situasi tersebut, keigo digunakan meskipun kepada orang yang akrab dengan penutur. Dalam situasi pembicaraan dengan sesama orang yang akrab, keigo digunakan pada saat orang yang dihormati berada dalam situasi formal tersebut, banyak hal yang tidak digunakan walaupun orang yang dihormati tidak berada dalam situasi formal akan tetapi orang tersebut menjadi topik pembicaraan. 3 内 と 外 の関係 (Hubungan Uchi atau Dalam dan Soto atau Luar) 内 の人間 ( 家族 自分の会社の人 自分の属するグループの人など ) が 外 の人間 ( 親しくない人 他人 他会社の人 他グループの人な ど ) と話し合ったり その人達を話題にするとき 自分を含む 内 の人 16

間に対しては謙譲語 外 の人間に対しては尊敬語を使う したがって 尊敬語が使われているか 謙譲語が使われているかにより 行為者が明示 されていなくても 人間関係が明らかになる Bukan hanya saat saling berbicara dengan orang Dalam (keluarga, orang dalam perusahaan sendiri, orang yang termasuk dalam kelompok sendiri) dan juga orang Luar (orang yang tidak akrab, orang lain, orang dari perusahaan lain, orang dari kelompok lain), pada saat orang-orang tersebut menjadi topik pembicaraan, terhadap diri sendiri yang termasuk orang dalam digunakanlah ungkapan kerendahan hati (kenjougo), terhadap orang luar digunakanlah kata penghormatan (sonkeigo), Maka dari itu dengan melihat apakah sonkeigo yang sedang digunakan atau kenjougo yang sedang digunakan, hubungan manusia menjadi lebih jelas walaupun tidak dinyatakan secara jelas oleh pelaku atau pembicara. Manfaat yang diperoleh dari ungkapan penghormatan (keigo) oleh Hama (1992: 3-4) dibagi menjadi empat, yaitu : 1. Manfaat ungkapan penghormatan: mengungkapkan perasaan hormat terhadap orang yang dituakan, orang yang usia dan status kedudukannya lebih tinggi, guru dan lainya. 2. Manfaat resmi sebagai sopan santun dalam pergaulan, misalnya: banyak terlihat pada pembicaraan antar rekan kerja wanita, pembicaraan ditempat resmi saat duduk bersama orang yang dituakan, dalam rapat. 3. Manfaat penempatan jarak dengan lawan bicara: mengungkapkan kesadaran bahwa (lawan bicara adalah orang lain), (lawan bicara belum terlalu akrab) bersamaan dengan kesadaran bahwa ingin berbicara dengan sopan terhadap lawan bicara yang belum akrab. Terhadap orang-orang ini, walaupun pada awalanya menggunakan ungkapan penghormatan, karena tidak akrab kemudian 17

menjadi berbicara dengan bentuk biasa (yang biasanya diakhiri dengan ダ dan lainnya). 4. Manfaat pemberian martabat atau wibawa kepada penutur: terhadap penutur yang dapat menguasai ungkapan penghormatan secara bebas memiliki martabat. Oleh karena itu ungkapan penghormatan banyak juga mengungkapkan level pendidikan dan tingginya lapisan dari masyarakat, ada juga wanita yang banyak menggunakan ungkapan penghormatan untuk manfaat seperti ini. 5. Manfaat lelucon, ejekan, sindiran: saat berbicara dengan rekan kerja yang akrab, terlihat waktu lawan bicara tiba-tiba menggunakan pengungkapan rasa hormat yang tinggi. 15) : Ungkapan penghormatan dibagi menjadi tiga (Hirabayashi dan Hama, 1992: 4, 14-1. Kata Sopan-santun atau teineigo ( 丁寧語 ). 2. Kata Penghormatan atau sonkeigo ( 尊敬語 ). 3. Ungkapan Kerendahan Hati atau kenjougo ( 謙譲語 ). 2.3.1 Teori Teineigo atau Kata Sopan-santun( 丁寧語 ) 丁寧体 ( デス マスの形 ) 18

丁寧体というのは 聞き手に対する敬意を表す形である したがって 親 しくない人や 外 の人と話すときに使う また丁寧体を尊敬語や謙譲語 といっしょに使うことにより さらに敬意を高めることもできる Bentuk Sopan-santun (bentuk desu atau masu) Bentuk sopan-santun adalah bentuk ungkapan rasa hormat terhadap petutur. Oleh karena itu, digunakan pada saat berbicara dengan orang yang tidak akrab dan orang diluar kelompok. Selain itu apabila bentuk sopan-santun digunakan bersamaan dengan kata penghormatan dan ungkapan perendahan hati, dapat lebih lagi mempertinggi rasa hormat. 2.3.2 Teori Sonkeigo atau Kata Penghormatan( 尊敬語 ) 尊敬語というのは 目上の人 敬意を表すべき人 ( 親しくない人 外 の人 尊敬すべき人 ) が聞き手だったり話題の人であるとき その人所有 所属のもの また その人の行為や性質 状態に関して それを高めて敬 意を表すことばである Kata penghormatan adalah kata yang ketika orang yang dituakan, orang yang harus dihormati (orang yang tidak akrab, orang diluar kelompok, orang yang harus dihormati) menjadi penutur maupun topik pembicaraan, kepunyaan, posisi, selain itu sifat dan perilaku orang tersebut yang dihubungkan oleh keadaan, hal tersebut diungkapkan dengan rasa hormat yang tinggi. Terdapat 4 tata cara penggunaan sonkeigo atau kata penghormatan Menurut Hirabayashi dan Hama (1992: 14) : 1. Cara mengucapkan sebutan pihak lawan bicara: お母さ (okaasan), こちらの方 (kochira no kata). 2. Cara mengucapkan sebutan kepemilikan, kepunyaan pihak lawan bicara: お宅 (otaku), お考え (okangae), ご両親 (goryoushin). 19

3. Cara mengucapkan ungkapan keberadaan dan perilaku pihak lawan bicara: いら っしゃる (irassharu), なさる (nasaru). 4. Cara mengucapkan ungkapan keadaan dan sifat pihak lawan bicara: おきれい (okirei), ご立派 (gorippa). 2.3.3 Teori Kenjougo atau Ungkapan Kerendahan Hati ( 謙譲語 ) 謙譲語 1 (Ungkapan Kerendahan Hati 1) 話者や 内 の人が話題のとき その人を低めることによって聞き手に敬 意を表す丁寧語に近いものである Pada saat penutur dan orang dalam kelompok menjadi topik pembicaraan, merendahkan orang tersebut terhadap petutur sama dengan pengungkapan rasa hormat pada kata sopan. 謙譲語 2 (Ungkapan Kerendahan Hati 2) 自分方の人 ( 話者や 内 の人 ) の行為などが 敬意を表すべき相手方 ( 親しくない人 外 の人 尊敬すべき人 ) にかかわりがあったり 影響を及ぼす際に 自分方を低めることにより相手方を高めるものである したがって 相手に関係のない自分方の行為や所名には この謙譲語表現は使えない Perilaku dan hal lain dari orang pihak sendiri (penutur dan orang dalam) yang ada hubungannya dengan pihak lawan bicara, saat membawa pengaruh, pihak sendiri 20

merendah sedangkan pihak lawan bicara ditinggikan. Maka dari itu, dengan lawan bicara yang tidak ada hubungannya dengan pihak sendiri, ungkapan kerendahan hati ini tidak dapat digunakan. Terdapat 3 cara penggunaan Kenjougo (ungkapan kerendahan hati) Menurut Hirabayashi dan Hama (1992: 15-16) : 1. Cara mengucapkan sebutan pihak sendiri: わたくしども (watakushidomo), 母 (haha). 2. Cara mengucapkan sebutan kepemilikan dan nama tempat pihak sendiri: 拙宅 (settaku), 弊社 (heisha). 3. Cara mengucapkan ungkapan tutur kata dan tingkah laku pihak sendiri: いたす (itasu), 申し上げる (moushiageru). Berdasarkan penjelasan di atas mengenai kata penghormatan (sonkeigo) dan ungkapan kerendahan hati (kenjougo), dibawah ini terdapat tabel penggunaan verba kata penghormatan (sonkeigo) dan ungkapan kerendahan hati (kenjougo). 21

Tabel 2.1 Penggunaan Verba Sonkeigo dan Kenjougo 普通語尊敬語謙譲語 するなさるいたす 来る いらっしゃる おいでに まいる ( 目上の所へ ) なる 見える お見えに 伺う / 上がる なる お越しになる 行く いらっしゃる おいでに まいる ( 目上の所へ ) なる 伺う / 上がる ~ てくる ~ ていく ~ ていらっしゃる ~ まいる ( 目上の所 へ )~ 上がる 持ってくる / いく持っていらっしゃる持ってまいる ( 目上の 所へ ) 持って上がる いる いらっしゃる おいでに おる なる ~ ている ~ ていらっしゃる ~ ておる 22

言うおっしゃる申す ( 目上に ) 申し上 げる 思う 存じる 知っているご存じです存じている / おる ( 目 上を ) 存じ上げている / おる 食べる 飲むあがる 召し上がるいただく 聞く (~ が ) お耳に入る ( 目上の話を ) 伺う / 承 る / 拝承する 会う ( 目上に ) お目にかかる 見せる ( 目上に ) お目にかける / ご覧に入れる 見るご覧になる ( 目上の物を ) 拝見する ~ てみる ~ てごらんになる 23

もらう ( 目上から ) いただく / ちょうだいする / 賜る ( 敬度が高い ) くれる 下さる ~ てくれる ~ てくださる Sumber: Hirabayashi dan Hama (1992: 16-18) 24