HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK GENOTIPE HIBRIDA HUNA BIRU (Cherax albertisii) DENGAN HUNA CAPITMERAH (Cherax quadricarinatus)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK FENOTIPE HIBRIDA HUNA BIRU (Cherax albertisii) DENGAN HUNA CAPITMERAH (Cherax quadricarinatus)

KARAKTERISTIK FENOTIPE DAN GENOTIPE HIBRIDA ANTARA HUNA BIRU (Cherax albertisii) DENGAN HUNA CAPITMERAH (Cheraxquadricarinatus) IRIN IRIANA KUSMINI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Udang merupakan komoditas unggul Indonesia. Udang windu (Penaeus

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

PENGARUH TIPE PERSILANGAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN POPULASI BENIH UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

VARIASI GENETIK HASIL PERSILANGAN NILA BEST DENGAN RED NIFI DAN NIRWANA MENGGUNAKAN PENANDA RAPD

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

EFEK HETEROSIS DARI HIBRIDA IKAN LELE UNGGUL DI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN

VARIASI GENETIK HIBRIDA IKAN GURAME DIANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN MARKER RAPD

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

BAB 7. Analisis Polimorfisme Gen GHUntuk ProduktivitasTernak Sapi PO

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

Arief Vrahmana, Fajar Basuki*, Sri Rejeki

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

BAB I PENDAHULUAN. Segara Anakan merupakan ekosistem mangrove dengan laguna yang unik dan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

DAFTAR PUSTAKA. Beaumont AR, and Hoare K Biotechnology and genetics in fisheries and aquaculture. Blackwell Publishing Inc USA. p

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

KERAGAMAN GENOTIPE TIGA GENERASI IKAN RAINBOW KURUMOI (Melanotaenia parva) HASIL DOMESTIKASI BERDASARKAN RAPD

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. ikan, sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENINGKATAN PERFORMA DAN PRODUKSI KARKAS ITIK MELALUI PERSILANGAN ITIK ALABIO DENGAN CIHATEUP

Kata Kunci : Heterosis; Ikan Nila (Oreochromis niloticus); Pertumbuhan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

EVALUASI KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN NILAI HETEROSIS PADA PERSILANGAN DUA STRAIN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Itik Alabio

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN SLEMAN TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

EVALUASI RAGAM GENETIK IKAN NILA HASIL SELEKSI BEST F4, F5 DAN NIRWANA II BERDASARKAN ANALISIS RAPD DAN TRUSS MORFOMETRIK PENI PITRIANI

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Pertumbuhan Turunan Hibrid Huna Pertumbuhan bobot tubuh turunan hibrid antara huna capitmerah dengan huna biru sampai umur 4 bulan relatif sama, pada umur 5 bulan mulai tumbuh lebih cepat daripada yang non hibrid (Gambar 4). Efek Heterosis Nilai efek heterosis huna AR dan RA pada umur 5 bulan dan 9 bulan umumnya positif, kecuali lebar capit pada RA memiliki nilai heterosis negatif pada umur 5 bulan dan AR pada umur 9 bulan (Tabel 6). Tabel 6. Nilai efek heterosis (%) AR dan RA dalam hal pertumbuhan bobot tubuh (g), panjang tubuh, panjang kepala, panjang capit dan lebar capit (cm) turunan (F1) antara huna biru dan huna capitmerah pada umur 5 bulan dan 9 bulan. Umur 5 Bulan AA rata-rata Huruf superscrift yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) Rata-rata bobot tubuh pada umur 5 bulan perlakuan AR & RA lebih tinggi daripada RR & AA, antara perlakuan AR &RA berbeda nyata dengan RR &AA. Sedangkan pada umur 9 bulan rata-rata bobot tubuh AR paling tinggi diantara perlakuan namun tidak berbeda nyata dengan RA (p>0,05). Nilai efek heterosis untuk RA pada umur 5 bulan maupun 9 bulan menghasilkan efek heterosis sekitar 25 % pada kenaikan bobot badannya. AR RA RR rata-rata heterosis rata-rata heterosis rata-rata Bobot tubuh 21,3 + 6,24 a 26,6 + 8,32 b 25,01 24,4 + 9,99 ab 14,82 21,2 + 8,16 a Panjang total 10,1 + 0,88 b 10,5 + 1,08 b 9,22 10,2 + 1,46 b 6,57 9,0 + 1,17 a Panjang standar 7,6 + 0,96 bc 8,0 + 0,83 c 10,35 7,5 + 1,24 b 3,49 6,9 + 0,90 a Panjang kepala 4,9 + 0,52 b 4,9 + 0,50 b 5,56 4,8 + 0,75 b 3,86 4,4 + 0,56 a Panjang capit 6,1 + 1,18 ab 6,8 + 1,10 b 14,60 6,4+1,29 ab 7,99 5,8+1,02 a Lebar capit 0,6 + 0,18 a 0,8 + 0,24 b 10,20 0,6+0,20 a -17,99 0,8+0,19 b Umur 9 Bulan AA rata-rata AR RA RR rata-rata heterosis rata-rata heterosis rata-rata Bobot tubuh 40,4 + 12,05 a 55,2 + 20,95 b 26,1 48,9 + 20,43 b 11,8 47,1 + 14,02 ab Panjang total 11,7 + 1,20 a 12,6 + 1,48 b 7,3 12,3 + 0,94 ab 4,7 11,8 + 1,82 a Panjang standar 8,6 + 0,97 b 9,3 + 0,97 c 7,3 10,1 + 0,66 a 16,1 8,8 + 1,37 b Panjang kepala 5,5 + 0,79 a 6,2 + 0,82 c 10,8 6,6 + 0,44 b 18,9 5,6 + 0,85 a Panjang capit 7,6 + 1,32 b 7,9 + 2,04 b 5,2 8,8+1,52 a 16,6 7,5+1,89 b Lebar capit 0,8 + 0,33 a 0,9 + 0,69 ab -5,6 0,9+0,30 ab 0,0 1,0+0,61 b 22

Gambar 4. Perkembangan bobot tubuh, panjang (total, standar, kepala) F1 hasil hibridisasi antara huna biru dengan huna capitmerah sampai umur 9 bulan 23

Rata-rata panjang tubuh pada umur 5 bulan relatif sama antara perlakuan, hanya RR yang mempunyai nilai lebih kecil, sedangkan pada umur 9 bulan panjang tubuh yang hibrid (AR & RA) lebih tinggi daripada non hibrid (AA &RR) namun relatif tidak berbeda nyata. Panjang tubuh pada umur 5 bulan perlakuan AR mempunyai nilai heterosis yang lebih tinggi dari pada RA, tetapi pada umur 9 bulan nilai heterosis panjang standar RA lebih tinggi daripada AR. Rata-rata panjang kepala pada umur 5 bulan relatif sama antar perlakuan kecuali RR, sedangkan pada umur 9 bulan yang hibrid lebih tinggi daripada yang non hibrid. Nilai heterosis untuk panjang kepala pada umur 5 bulan AR lebih tinggi daripada RA, sebaliknya pada umur 9 bulan nilai heterosis pajang kepala RA lebih tinggi daripada AR. Rata-rata panjang capit baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan yang hibrid lebih tinggi dari pada yang non hibrid namun relatif tidak berbeda nyata, sedangkan rata-rata lebar capit pada umur 5 bulan perlakuan AR dan RR berbeda nyata dengan AA dan RA, pada umur 9 bulan rata-rata lebar capit RR lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai heterosis panjang capit pada umur 5 bulan AR jauh lebih tinggi daripada RA, sebaliknya pada umur 9 bulan RA jauh lebih tinggi daripada AR. Demikian juga untuk lebar capit RA memiliki nilai heterosis negatif pada umur 5 bulan dan AR pada umur 9 bulan. Nilai efek heterosis huna yang jantan untuk bobot tubuh dan lebar capit menunjukkan yang jantan lebih tinggi dari pada yang betina (Tabel 7). 24

Tabel 7. Nilai efek heterosis (%) AR dan RA dalam hal perbedaan pertumbuhan jantan dan betina F1 huna Huruf superscrift yang berbeda pada baris dan perlakuan yang sama untuk jantan dan betina menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) Berdasarkan Tabel 7, dapat terlihat untuk semua parameter dalam perlakuan yang jantan relatif tidak berbeda nyata dengan yang betina kecuali panjang capit betina RR lebih kecil dan lebar capit untuk semua perlakuan yang jantan berbeda nyata dengan yang betina.nilai heterosis terutama untuk parameter bobot tubuh dan lebar capit yang jantan lebih tinggi dari pada yang betina. AR Parameter jantan heterosis betina heterosis jantan betina Bobot tubuh (g) 26,6+9,41 a 25,6 25+7,51 a 23,1 21,0+9,17 a 19,1+7,43 a Panjang total (cm) 10,3+1,01 a 9,0 10,4+1,19 a 8,9 8,9+1,41 a 8,9+1,26 a Panjang standar (cm) 7,8+0,73 a 7,6 8+0,98 a 11,9 6,9+1,12 a 6,7+0,85 a Panjang kepala (cm) 4,9+0,56 a 6,5 4,8+0,49 a 5,5 4,3+0,85 a 4,2+0,5 a Panjang capit (cm) 6,8+1,34 a 10,6 6,8+16,67 a 18,3 6,1+0,86 a 5,5+0,88 b Lebar capit (cm) 0,9+0,29 a 12,5 0,7+0,21 b 0,0 0,9+0,14 a 0,8+0,15 b RA Parameter jantan heterosis betina heterosis jantan betina Bobot tubuh (g) 24,5+12,24 a 22,1 24,3+8,51 a 13,4 22,2+ 7,68 a 20,7 + 5,33 a Panjang total (cm) 10,0+1,67 a 5,8 10,4 +1,32 a 8,9 10,0+1,03 a 10,2 + 0,79 a Panjang standar (cm) 7,3+1,43 a 0,7 7,6+1,11 a 6,3 7,6+1,12 a 7,6 +0,87 a Panjang kepala (cm) 4,8+0,93 a 4,3 4,7+0,64 a 3,3 4,9+0,57 a 4,9+0,49 a Panjang capit (cm) 6,7+1,53 a 8,9 6,2+1,1 a 7,8 6,2 + 1,51 a 6 +0,98 a Lebar capit (cm) 0,7+0,27 a -12,5 0,6+0,14 b - 14,3 0,7+0,19 a 0,6+0,16 b RR AA Tabel 8. Sintasan dan rasio kelamin jantan dan betina turunan (F1) hasil hibridisasi antara huna biru dengan huna capitmerah. AA AR RA RR Sintasan (n = 160) 32 ekor (n= 240) 49 ekor ( n=240) 55 ekor (n=240) 55 ekor (20 %) (20,41 %) (22,92%) (22,92%) Jantan 12 (37,5 %) 23 (46,93%) 21 (38,18%) 30 (54,54%) Betina 20(62,5 %) 26 (53,07%) 34 (61,82%) 25 (45,46%) Keterangan: n = Jumlah populasi awal 25

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa sintasan untuk perlakuan hibrid dengan nonhibrid sekitar 20-23 %. Rasio jenis kelamin jantan dengan betina AR hampir sama dengan RR mendekati perbandingan 1 : 1, sedangkan AA dan RA rasio betina lebih tinggi daripada yang jantan diduga dengan persilangan induk betina dari huna biru akan menghasilkan lebih banyak yang betina dibandingkan dengan yang jantan. Heterozigositas dan Polimorfisme Dari 4 primer yang dicoba hanyai 1 primer menunjukkan hasil PCR yang baik. Primer OPA-8 urutan basa 5 GTG ACG TAG G 3 mempunyai fragmen yang dapat digunakan sebagai pembeda diantara populasi huna yang diuji. Hasil perhitungan RAPD (Lampiran 2) dapat terlihat bahwa untuk penciri dari Huna panjang molekulnya ada diantara 275 bp sampai 1400 bp. Panjang molekul hibrida huna RA dan hibrida huna AR mendapat kontribusi panjang molekul baik dari huna AA maupun huna RR. Tabel 9. Heterozigositas dan presentase polimorfisme hibrida hasil hibridisasi antara huna capitmerah & huna biru dengan RAPD menggunakan primer OPA-08 AA RR AR RA Heterozigositas 0,2211 0,0997 0,1871 0,2907 Polimorfisme (%) 56,25 25,00 62,50 87,50 Keragaman genetik ditentukan oleh nilai rata-rata heterozigositas dan presentase lokus polimorfik. Hasil hibrid menunjukkan nilai heterozigositas dan presentase lokus polimorfik lebih tinggi dibandingkan dengan huna nonhibrid, nilai hetorozigositas dan polimorfik dari hibrid yang terpaut dengan asal induk betinanya memiliki nilai yang tinggi. Secara berurutan yang mempunyai nilai heterozigositas dan lokus polimorfik yang paling tinggi adalah perlakuan RA, kemudian AA, AR dan RR (Tabel 10). 26

Tabel 10. Jarak genetik F1 hibrida hasil hibridisasi antara huna biru (AA) dengan huna capitmerah (RR) AA RR AR RA AA xxxxxxxx RR 0,4816 xxxxxxxx AR 0,2966 0,0983 xxxxxxxx RA 0,1012 0,1705 0,0691 xxxxxxxx Berdasarkan perhitungan jarak genetik dari empat perlakuan diperoleh nilai jarak genetik terjauh antara AA dengan RR, diikuti dengan AA dengan AR dan RR dengan RA, AA dengan RA, sedangkan jarak yang terdekat adalah antara AR dengan RA dan antara RR dengan AR. Dendrogram yang dibentuk berdasarkan jarak genetik digambarkan dalam tiga kluster utama. Hibrida AR dengan RA mempunyai jarak genetik yang relatif rendah (0,0691) sehingga memiliki kluster yang sama dengan RA menunjukkan adanya jarak kekerabatan yang lebih dekat antara keduanya dibandingkan RA dengan RR atau RR dengan AA yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih jauh (Gambar 5). AR RA RR AA Gambar 5. Dendrogram F1 hibrida hasil hibridisasi antara huna biru (AA) dengan huna capitmerah (RR) 27

PEMBAHASAN Pertumbuhan turunan hibrida antara huna capitmerah dengan huna biru sampai umur 4 bulan relatif sama, pada umur 5 bulan mulai tumbuh lebih cepat daripada yang non hibrida. Hal ini diduga variasi dominan untuk pertumbuhan huna baru terlihat mulai umur 5 bulan. Nilai efek heterosis hibrida jantan huna biru dengan betina huna capitmerah (AR) baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan menghasilkan efek heterosis sekitar 25 % pada pertumbuhan bobot badannya, betina capitmerah menyebabkan positif untuk bobot tubuh. Menurut Tave (1993), hibridisasi dapat memperbaiki produktivitas karena eksploitasi vd (variasi dominan). Variasi dominan adalah keragaman genetik yang dihasilkan oleh interaksi masing-masing alel pada lokus atau kombinasi alel berbeda pada suatu lokus (Beaumont & Hoare 2003). Nilai efek heterosis tinggi ditunjang juga dengan hasil heterozigositas hibrida (AR & RA) yang lebih tinggi dari pada nonhibrida (AA & RR). Hibridisasi bermaksud menggabungkan karakter-karakter dari tetuanya yang akan dimunculkan pada turunan sebagai efek heterosis atau sifat unggul dari hasil hibridisasi (Falconer, 1996). Tujuan hibridisasi adalah untuk menemukan satu atau lebih dari galur rekombinasi lebih baik dari galur kedua induknya (Falconer, 1996). Persilangan antara betina Cherax roduntus x jantan Cherax albitus menghasilkan turunan jantan semua, dengan pertumbuhan 4,8 kali lebih cepat setelah dipelihara selama 424 hari (Lawrence,2005). Hasil penelitian Gustiano & Kristanto (2007), bahwa hibrida antara betina P. hypophthalmus dengan jantan P. jambal menujukkan rata-rata pertumbuhannya lebih baik daripada kedua spesies induknya. Menurut Frankham (1999) berkurangnya keragaman genetik akan mengurangi kemampuan spesies tersebut untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu dengan keragaman genetik yang tinggi akan mempunyai komponen fitness yang besar yang meliputi laju pertumbuhan, fekunditas, viabilitas, dan daya tahan terhadap perubahan lingkungan dan stress. Menurut Ryman & Utter (1987), anak-anak hibrid mengekspresikan suatu kombinasi karakteristik yang terletak diantara kedua spesies induknya. Dari tipe DNA juga terlihat bahwa RR (huna capitmerah) yang telah lebih lama dibudidayakan mempunyai tipe DNA monomorpik jika dibandingkan dengan AA (huna biru) yang baru mulai dibudidayakan mempunyai 28

tipe dna lebih polimorpik. Menurut Ricardo dan Taniguchi (1999), rata-rata polimorfisme berasal dari lingkungan budidaya lebih rendah dibanding dengan populasi yang terdapat di alam. Heterozigositas RA lebih tinggi daripada AR, disebabkan adanya kontribusi gen dari induk betina AA yang mempunyai nilai heterozigositas lebih tinggi jika dibandingkan dengan RR. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman genetik didapat dari huna AA menunjukkan tingginya nilai rata-rata heterozigositas, presentase polimorfisme dan jarak genetik. Keragaman genetik juga dipengaruhi oleh perpindahan materi genetik antar dua populasi yang berbeda tempat (Soelistyawati, 1996). Jarak genetik terjauh antara huna AA dengan huna RR hal ini dapat disebabkan antara kedua huna tersebut berbeda spesies. Hibrida ada kontribusi dari induk betinanya lebih dekat jarak genetiknya. Sedangkan AR dengan RA masih dekat jarak genetiknya karena masing-masing mempunyai kontribusi dari kedua induknya. Hal ini menunjukkan bahwa selain adanya kontribusi diantara kedua induknya, juga menunjukkan bahwa adanya kontribusi dari induk betina (maternal effect) relatif kuat dibandingkan dengan dari induk jantannya. Menurut Saavedra, et al. 2005 bahwa penyebab maternal effect dapat disebabkan oleh lingkungan dan genetik, selain itu bahwa ekspresi dari beberapa gen dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Panjang tubuh dan kepala pada umur 9 bulan hibrid lebih tinggi daripada non hibrid, sedangkan nilai heterosisnya baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan panjang tubuh perlakuan AR lebih tinggi dari pada RA, hal ini menunjukkan adanya kontibusi gen dari induk betina huna capitmerah sehingga AR mempunyai nilai heterosis yang lebih tinggi dari pada RA. Menurut Tim Cherax (2006 b ), Ukuran tubuh huna capitmerah lebih besar dibandingkan dengan huna biru. Sedangkan nilai heterosis panjang kepala pada umur 5 bulan AR lebih tinggi dari RA dan sebaliknya pada umur 9 bulan. Menurut Falconer (1996), hibridisasi bermaksud menggabungkan karakter-karakter dari tetuanya yang akan dimunculkan pada turunan sebagai efek heterosis atau sifat unggul. Nilai heterosis untuk panjang capit baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan menunjukkan nilai positif, sedangkan untuk lebar capit ada yang menunjukkan nilai heterosis negatif, hal ini juga menunjukkan bahwa kontribusi 29

gen indukan betina lebih mendominasi dibandingkan dengan indukan jantan RR yang mempunyai lebar capit lebih besar daripada AA. Betina huna biru menyebabkan pleotropik yaitu yang menyebabkan lebar capit menjadi kecil (negatif). Menurut Tim Cherax (2006 b ) ukuran capit huna capitmerah lebih besar dibandingkan dengan huna biru, ukuran capit huna capitmerah ( 2-3 kali lebar tangkai capit). Bila ada dua gen saling berpengaruh secara berlawanan, maka kedua pengaruh tersebut dapat akan saling mengurangi. Sebaliknya apabila kedua gen saling mempengaruhi yang sama, maka semua pengaruhnya akan bersifat menambah. Heterosis adalah keunggulan beberapa sifat yang semula terdapat dalam bangsa yang berbeda disatukan melalui persilangan, heterosis akan timbul pada sifat yang banyak dikendalikan oleh gen non-aditive (Hardjosubroto 2001). Nilai heterosis untuk bobot tubuh dan lebar capit menunjukkan huna jantan lebih tinggi dari pada betina, untuk panjang capit perlakuan AR betina mempunyai nilai heterosis tinggi dibandingkan dengan jantan. Beberapa jenis Cherax pertumbuhan jantan lebih cepat pada tahap dewasa daripada pada tahap awal. Pertumbuhan Cherax betina lebih lambat pada tahap dewasa karena banyaknya energi dibutuhkan untuk reproduksi. Namun secara keseluruhan parameter untuk semua perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05) antara pertumbuhan jantan dan betina, kecuali lebar capit dan panjang capit, sesuai dengan pernyataan Merrick (1993) bahwa Cherax destructor pada kondisi yang terkontrol tidak menunjukkan perbedaan nyata antara laju pertumbuhan jantan dan betina. Rata-rata pertumbuhan Cherax quadricarinatus jantan (0,31±0,41 g/hari) menunjukkan signifikansi yang lebih tinggi dari pada yang betina (0,18± 0,09 g/hari), (Manor et al. 2002). Rasio jenis kelamin dan sintasan tidak mempunyai nilai heterosis signifikan, karena mempunyai nilai hampir sama dengan nonhibrida. Menurut Lawrence et al. (2006) persilangan antara jantan Cherax destructor albitus dengan betina Cherax destructor destructor menghasilkan F1 dengan sex ratio jantan : betina 1 :1, sedangkan jantan Cherax destructor destructor yang disilangkan dengan betina Cherax destructor albitus menghasilkan F1 3 dari 4 famili dengan rasio 3 jantan :1 betina, dan famili yang ke 4 dengan rasio 100 % jantan. Rasio dari persilangan antara yabbie tidak berbeda nyata untuk tiap-tiap populasi 30

menghasilkan F1 dengan perbandingan 1 betina : 1 jantan. Berdasarkan penelitian Akhmad, et al. (2007) pemeliharaan huna capitmerah dengan bobot awal 4-7g dan huna biru 2-4g setelah dipelihara selama 3 bulan, sintasan untuk huna capitmerah sekitar 51%, sedangkan huna biru 30%. Rodgers et al., (2006) menyatakan hasil pengamatan terhadap huna capitmerah dengan padat penebaran 4-6 ekor/m2, pemeliharaan selama 145 hari sintasannya antara 41%-52%. Timbulnya sifat kanibalisme disamping faktor internal seperti faktor genetik, juga faktor eksternal seperti lingkungan. 31