HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Pertumbuhan Turunan Hibrid Huna Pertumbuhan bobot tubuh turunan hibrid antara huna capitmerah dengan huna biru sampai umur 4 bulan relatif sama, pada umur 5 bulan mulai tumbuh lebih cepat daripada yang non hibrid (Gambar 4). Efek Heterosis Nilai efek heterosis huna AR dan RA pada umur 5 bulan dan 9 bulan umumnya positif, kecuali lebar capit pada RA memiliki nilai heterosis negatif pada umur 5 bulan dan AR pada umur 9 bulan (Tabel 6). Tabel 6. Nilai efek heterosis (%) AR dan RA dalam hal pertumbuhan bobot tubuh (g), panjang tubuh, panjang kepala, panjang capit dan lebar capit (cm) turunan (F1) antara huna biru dan huna capitmerah pada umur 5 bulan dan 9 bulan. Umur 5 Bulan AA rata-rata Huruf superscrift yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) Rata-rata bobot tubuh pada umur 5 bulan perlakuan AR & RA lebih tinggi daripada RR & AA, antara perlakuan AR &RA berbeda nyata dengan RR &AA. Sedangkan pada umur 9 bulan rata-rata bobot tubuh AR paling tinggi diantara perlakuan namun tidak berbeda nyata dengan RA (p>0,05). Nilai efek heterosis untuk RA pada umur 5 bulan maupun 9 bulan menghasilkan efek heterosis sekitar 25 % pada kenaikan bobot badannya. AR RA RR rata-rata heterosis rata-rata heterosis rata-rata Bobot tubuh 21,3 + 6,24 a 26,6 + 8,32 b 25,01 24,4 + 9,99 ab 14,82 21,2 + 8,16 a Panjang total 10,1 + 0,88 b 10,5 + 1,08 b 9,22 10,2 + 1,46 b 6,57 9,0 + 1,17 a Panjang standar 7,6 + 0,96 bc 8,0 + 0,83 c 10,35 7,5 + 1,24 b 3,49 6,9 + 0,90 a Panjang kepala 4,9 + 0,52 b 4,9 + 0,50 b 5,56 4,8 + 0,75 b 3,86 4,4 + 0,56 a Panjang capit 6,1 + 1,18 ab 6,8 + 1,10 b 14,60 6,4+1,29 ab 7,99 5,8+1,02 a Lebar capit 0,6 + 0,18 a 0,8 + 0,24 b 10,20 0,6+0,20 a -17,99 0,8+0,19 b Umur 9 Bulan AA rata-rata AR RA RR rata-rata heterosis rata-rata heterosis rata-rata Bobot tubuh 40,4 + 12,05 a 55,2 + 20,95 b 26,1 48,9 + 20,43 b 11,8 47,1 + 14,02 ab Panjang total 11,7 + 1,20 a 12,6 + 1,48 b 7,3 12,3 + 0,94 ab 4,7 11,8 + 1,82 a Panjang standar 8,6 + 0,97 b 9,3 + 0,97 c 7,3 10,1 + 0,66 a 16,1 8,8 + 1,37 b Panjang kepala 5,5 + 0,79 a 6,2 + 0,82 c 10,8 6,6 + 0,44 b 18,9 5,6 + 0,85 a Panjang capit 7,6 + 1,32 b 7,9 + 2,04 b 5,2 8,8+1,52 a 16,6 7,5+1,89 b Lebar capit 0,8 + 0,33 a 0,9 + 0,69 ab -5,6 0,9+0,30 ab 0,0 1,0+0,61 b 22
Gambar 4. Perkembangan bobot tubuh, panjang (total, standar, kepala) F1 hasil hibridisasi antara huna biru dengan huna capitmerah sampai umur 9 bulan 23
Rata-rata panjang tubuh pada umur 5 bulan relatif sama antara perlakuan, hanya RR yang mempunyai nilai lebih kecil, sedangkan pada umur 9 bulan panjang tubuh yang hibrid (AR & RA) lebih tinggi daripada non hibrid (AA &RR) namun relatif tidak berbeda nyata. Panjang tubuh pada umur 5 bulan perlakuan AR mempunyai nilai heterosis yang lebih tinggi dari pada RA, tetapi pada umur 9 bulan nilai heterosis panjang standar RA lebih tinggi daripada AR. Rata-rata panjang kepala pada umur 5 bulan relatif sama antar perlakuan kecuali RR, sedangkan pada umur 9 bulan yang hibrid lebih tinggi daripada yang non hibrid. Nilai heterosis untuk panjang kepala pada umur 5 bulan AR lebih tinggi daripada RA, sebaliknya pada umur 9 bulan nilai heterosis pajang kepala RA lebih tinggi daripada AR. Rata-rata panjang capit baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan yang hibrid lebih tinggi dari pada yang non hibrid namun relatif tidak berbeda nyata, sedangkan rata-rata lebar capit pada umur 5 bulan perlakuan AR dan RR berbeda nyata dengan AA dan RA, pada umur 9 bulan rata-rata lebar capit RR lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai heterosis panjang capit pada umur 5 bulan AR jauh lebih tinggi daripada RA, sebaliknya pada umur 9 bulan RA jauh lebih tinggi daripada AR. Demikian juga untuk lebar capit RA memiliki nilai heterosis negatif pada umur 5 bulan dan AR pada umur 9 bulan. Nilai efek heterosis huna yang jantan untuk bobot tubuh dan lebar capit menunjukkan yang jantan lebih tinggi dari pada yang betina (Tabel 7). 24
Tabel 7. Nilai efek heterosis (%) AR dan RA dalam hal perbedaan pertumbuhan jantan dan betina F1 huna Huruf superscrift yang berbeda pada baris dan perlakuan yang sama untuk jantan dan betina menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) Berdasarkan Tabel 7, dapat terlihat untuk semua parameter dalam perlakuan yang jantan relatif tidak berbeda nyata dengan yang betina kecuali panjang capit betina RR lebih kecil dan lebar capit untuk semua perlakuan yang jantan berbeda nyata dengan yang betina.nilai heterosis terutama untuk parameter bobot tubuh dan lebar capit yang jantan lebih tinggi dari pada yang betina. AR Parameter jantan heterosis betina heterosis jantan betina Bobot tubuh (g) 26,6+9,41 a 25,6 25+7,51 a 23,1 21,0+9,17 a 19,1+7,43 a Panjang total (cm) 10,3+1,01 a 9,0 10,4+1,19 a 8,9 8,9+1,41 a 8,9+1,26 a Panjang standar (cm) 7,8+0,73 a 7,6 8+0,98 a 11,9 6,9+1,12 a 6,7+0,85 a Panjang kepala (cm) 4,9+0,56 a 6,5 4,8+0,49 a 5,5 4,3+0,85 a 4,2+0,5 a Panjang capit (cm) 6,8+1,34 a 10,6 6,8+16,67 a 18,3 6,1+0,86 a 5,5+0,88 b Lebar capit (cm) 0,9+0,29 a 12,5 0,7+0,21 b 0,0 0,9+0,14 a 0,8+0,15 b RA Parameter jantan heterosis betina heterosis jantan betina Bobot tubuh (g) 24,5+12,24 a 22,1 24,3+8,51 a 13,4 22,2+ 7,68 a 20,7 + 5,33 a Panjang total (cm) 10,0+1,67 a 5,8 10,4 +1,32 a 8,9 10,0+1,03 a 10,2 + 0,79 a Panjang standar (cm) 7,3+1,43 a 0,7 7,6+1,11 a 6,3 7,6+1,12 a 7,6 +0,87 a Panjang kepala (cm) 4,8+0,93 a 4,3 4,7+0,64 a 3,3 4,9+0,57 a 4,9+0,49 a Panjang capit (cm) 6,7+1,53 a 8,9 6,2+1,1 a 7,8 6,2 + 1,51 a 6 +0,98 a Lebar capit (cm) 0,7+0,27 a -12,5 0,6+0,14 b - 14,3 0,7+0,19 a 0,6+0,16 b RR AA Tabel 8. Sintasan dan rasio kelamin jantan dan betina turunan (F1) hasil hibridisasi antara huna biru dengan huna capitmerah. AA AR RA RR Sintasan (n = 160) 32 ekor (n= 240) 49 ekor ( n=240) 55 ekor (n=240) 55 ekor (20 %) (20,41 %) (22,92%) (22,92%) Jantan 12 (37,5 %) 23 (46,93%) 21 (38,18%) 30 (54,54%) Betina 20(62,5 %) 26 (53,07%) 34 (61,82%) 25 (45,46%) Keterangan: n = Jumlah populasi awal 25
Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa sintasan untuk perlakuan hibrid dengan nonhibrid sekitar 20-23 %. Rasio jenis kelamin jantan dengan betina AR hampir sama dengan RR mendekati perbandingan 1 : 1, sedangkan AA dan RA rasio betina lebih tinggi daripada yang jantan diduga dengan persilangan induk betina dari huna biru akan menghasilkan lebih banyak yang betina dibandingkan dengan yang jantan. Heterozigositas dan Polimorfisme Dari 4 primer yang dicoba hanyai 1 primer menunjukkan hasil PCR yang baik. Primer OPA-8 urutan basa 5 GTG ACG TAG G 3 mempunyai fragmen yang dapat digunakan sebagai pembeda diantara populasi huna yang diuji. Hasil perhitungan RAPD (Lampiran 2) dapat terlihat bahwa untuk penciri dari Huna panjang molekulnya ada diantara 275 bp sampai 1400 bp. Panjang molekul hibrida huna RA dan hibrida huna AR mendapat kontribusi panjang molekul baik dari huna AA maupun huna RR. Tabel 9. Heterozigositas dan presentase polimorfisme hibrida hasil hibridisasi antara huna capitmerah & huna biru dengan RAPD menggunakan primer OPA-08 AA RR AR RA Heterozigositas 0,2211 0,0997 0,1871 0,2907 Polimorfisme (%) 56,25 25,00 62,50 87,50 Keragaman genetik ditentukan oleh nilai rata-rata heterozigositas dan presentase lokus polimorfik. Hasil hibrid menunjukkan nilai heterozigositas dan presentase lokus polimorfik lebih tinggi dibandingkan dengan huna nonhibrid, nilai hetorozigositas dan polimorfik dari hibrid yang terpaut dengan asal induk betinanya memiliki nilai yang tinggi. Secara berurutan yang mempunyai nilai heterozigositas dan lokus polimorfik yang paling tinggi adalah perlakuan RA, kemudian AA, AR dan RR (Tabel 10). 26
Tabel 10. Jarak genetik F1 hibrida hasil hibridisasi antara huna biru (AA) dengan huna capitmerah (RR) AA RR AR RA AA xxxxxxxx RR 0,4816 xxxxxxxx AR 0,2966 0,0983 xxxxxxxx RA 0,1012 0,1705 0,0691 xxxxxxxx Berdasarkan perhitungan jarak genetik dari empat perlakuan diperoleh nilai jarak genetik terjauh antara AA dengan RR, diikuti dengan AA dengan AR dan RR dengan RA, AA dengan RA, sedangkan jarak yang terdekat adalah antara AR dengan RA dan antara RR dengan AR. Dendrogram yang dibentuk berdasarkan jarak genetik digambarkan dalam tiga kluster utama. Hibrida AR dengan RA mempunyai jarak genetik yang relatif rendah (0,0691) sehingga memiliki kluster yang sama dengan RA menunjukkan adanya jarak kekerabatan yang lebih dekat antara keduanya dibandingkan RA dengan RR atau RR dengan AA yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih jauh (Gambar 5). AR RA RR AA Gambar 5. Dendrogram F1 hibrida hasil hibridisasi antara huna biru (AA) dengan huna capitmerah (RR) 27
PEMBAHASAN Pertumbuhan turunan hibrida antara huna capitmerah dengan huna biru sampai umur 4 bulan relatif sama, pada umur 5 bulan mulai tumbuh lebih cepat daripada yang non hibrida. Hal ini diduga variasi dominan untuk pertumbuhan huna baru terlihat mulai umur 5 bulan. Nilai efek heterosis hibrida jantan huna biru dengan betina huna capitmerah (AR) baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan menghasilkan efek heterosis sekitar 25 % pada pertumbuhan bobot badannya, betina capitmerah menyebabkan positif untuk bobot tubuh. Menurut Tave (1993), hibridisasi dapat memperbaiki produktivitas karena eksploitasi vd (variasi dominan). Variasi dominan adalah keragaman genetik yang dihasilkan oleh interaksi masing-masing alel pada lokus atau kombinasi alel berbeda pada suatu lokus (Beaumont & Hoare 2003). Nilai efek heterosis tinggi ditunjang juga dengan hasil heterozigositas hibrida (AR & RA) yang lebih tinggi dari pada nonhibrida (AA & RR). Hibridisasi bermaksud menggabungkan karakter-karakter dari tetuanya yang akan dimunculkan pada turunan sebagai efek heterosis atau sifat unggul dari hasil hibridisasi (Falconer, 1996). Tujuan hibridisasi adalah untuk menemukan satu atau lebih dari galur rekombinasi lebih baik dari galur kedua induknya (Falconer, 1996). Persilangan antara betina Cherax roduntus x jantan Cherax albitus menghasilkan turunan jantan semua, dengan pertumbuhan 4,8 kali lebih cepat setelah dipelihara selama 424 hari (Lawrence,2005). Hasil penelitian Gustiano & Kristanto (2007), bahwa hibrida antara betina P. hypophthalmus dengan jantan P. jambal menujukkan rata-rata pertumbuhannya lebih baik daripada kedua spesies induknya. Menurut Frankham (1999) berkurangnya keragaman genetik akan mengurangi kemampuan spesies tersebut untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu dengan keragaman genetik yang tinggi akan mempunyai komponen fitness yang besar yang meliputi laju pertumbuhan, fekunditas, viabilitas, dan daya tahan terhadap perubahan lingkungan dan stress. Menurut Ryman & Utter (1987), anak-anak hibrid mengekspresikan suatu kombinasi karakteristik yang terletak diantara kedua spesies induknya. Dari tipe DNA juga terlihat bahwa RR (huna capitmerah) yang telah lebih lama dibudidayakan mempunyai tipe DNA monomorpik jika dibandingkan dengan AA (huna biru) yang baru mulai dibudidayakan mempunyai 28
tipe dna lebih polimorpik. Menurut Ricardo dan Taniguchi (1999), rata-rata polimorfisme berasal dari lingkungan budidaya lebih rendah dibanding dengan populasi yang terdapat di alam. Heterozigositas RA lebih tinggi daripada AR, disebabkan adanya kontribusi gen dari induk betina AA yang mempunyai nilai heterozigositas lebih tinggi jika dibandingkan dengan RR. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman genetik didapat dari huna AA menunjukkan tingginya nilai rata-rata heterozigositas, presentase polimorfisme dan jarak genetik. Keragaman genetik juga dipengaruhi oleh perpindahan materi genetik antar dua populasi yang berbeda tempat (Soelistyawati, 1996). Jarak genetik terjauh antara huna AA dengan huna RR hal ini dapat disebabkan antara kedua huna tersebut berbeda spesies. Hibrida ada kontribusi dari induk betinanya lebih dekat jarak genetiknya. Sedangkan AR dengan RA masih dekat jarak genetiknya karena masing-masing mempunyai kontribusi dari kedua induknya. Hal ini menunjukkan bahwa selain adanya kontribusi diantara kedua induknya, juga menunjukkan bahwa adanya kontribusi dari induk betina (maternal effect) relatif kuat dibandingkan dengan dari induk jantannya. Menurut Saavedra, et al. 2005 bahwa penyebab maternal effect dapat disebabkan oleh lingkungan dan genetik, selain itu bahwa ekspresi dari beberapa gen dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Panjang tubuh dan kepala pada umur 9 bulan hibrid lebih tinggi daripada non hibrid, sedangkan nilai heterosisnya baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan panjang tubuh perlakuan AR lebih tinggi dari pada RA, hal ini menunjukkan adanya kontibusi gen dari induk betina huna capitmerah sehingga AR mempunyai nilai heterosis yang lebih tinggi dari pada RA. Menurut Tim Cherax (2006 b ), Ukuran tubuh huna capitmerah lebih besar dibandingkan dengan huna biru. Sedangkan nilai heterosis panjang kepala pada umur 5 bulan AR lebih tinggi dari RA dan sebaliknya pada umur 9 bulan. Menurut Falconer (1996), hibridisasi bermaksud menggabungkan karakter-karakter dari tetuanya yang akan dimunculkan pada turunan sebagai efek heterosis atau sifat unggul. Nilai heterosis untuk panjang capit baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan menunjukkan nilai positif, sedangkan untuk lebar capit ada yang menunjukkan nilai heterosis negatif, hal ini juga menunjukkan bahwa kontribusi 29
gen indukan betina lebih mendominasi dibandingkan dengan indukan jantan RR yang mempunyai lebar capit lebih besar daripada AA. Betina huna biru menyebabkan pleotropik yaitu yang menyebabkan lebar capit menjadi kecil (negatif). Menurut Tim Cherax (2006 b ) ukuran capit huna capitmerah lebih besar dibandingkan dengan huna biru, ukuran capit huna capitmerah ( 2-3 kali lebar tangkai capit). Bila ada dua gen saling berpengaruh secara berlawanan, maka kedua pengaruh tersebut dapat akan saling mengurangi. Sebaliknya apabila kedua gen saling mempengaruhi yang sama, maka semua pengaruhnya akan bersifat menambah. Heterosis adalah keunggulan beberapa sifat yang semula terdapat dalam bangsa yang berbeda disatukan melalui persilangan, heterosis akan timbul pada sifat yang banyak dikendalikan oleh gen non-aditive (Hardjosubroto 2001). Nilai heterosis untuk bobot tubuh dan lebar capit menunjukkan huna jantan lebih tinggi dari pada betina, untuk panjang capit perlakuan AR betina mempunyai nilai heterosis tinggi dibandingkan dengan jantan. Beberapa jenis Cherax pertumbuhan jantan lebih cepat pada tahap dewasa daripada pada tahap awal. Pertumbuhan Cherax betina lebih lambat pada tahap dewasa karena banyaknya energi dibutuhkan untuk reproduksi. Namun secara keseluruhan parameter untuk semua perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05) antara pertumbuhan jantan dan betina, kecuali lebar capit dan panjang capit, sesuai dengan pernyataan Merrick (1993) bahwa Cherax destructor pada kondisi yang terkontrol tidak menunjukkan perbedaan nyata antara laju pertumbuhan jantan dan betina. Rata-rata pertumbuhan Cherax quadricarinatus jantan (0,31±0,41 g/hari) menunjukkan signifikansi yang lebih tinggi dari pada yang betina (0,18± 0,09 g/hari), (Manor et al. 2002). Rasio jenis kelamin dan sintasan tidak mempunyai nilai heterosis signifikan, karena mempunyai nilai hampir sama dengan nonhibrida. Menurut Lawrence et al. (2006) persilangan antara jantan Cherax destructor albitus dengan betina Cherax destructor destructor menghasilkan F1 dengan sex ratio jantan : betina 1 :1, sedangkan jantan Cherax destructor destructor yang disilangkan dengan betina Cherax destructor albitus menghasilkan F1 3 dari 4 famili dengan rasio 3 jantan :1 betina, dan famili yang ke 4 dengan rasio 100 % jantan. Rasio dari persilangan antara yabbie tidak berbeda nyata untuk tiap-tiap populasi 30
menghasilkan F1 dengan perbandingan 1 betina : 1 jantan. Berdasarkan penelitian Akhmad, et al. (2007) pemeliharaan huna capitmerah dengan bobot awal 4-7g dan huna biru 2-4g setelah dipelihara selama 3 bulan, sintasan untuk huna capitmerah sekitar 51%, sedangkan huna biru 30%. Rodgers et al., (2006) menyatakan hasil pengamatan terhadap huna capitmerah dengan padat penebaran 4-6 ekor/m2, pemeliharaan selama 145 hari sintasannya antara 41%-52%. Timbulnya sifat kanibalisme disamping faktor internal seperti faktor genetik, juga faktor eksternal seperti lingkungan. 31