BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB III BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c)

BAB III BAHAN DAN METODE

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MORTALITAS LARVA 58 JAM

BAB I PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan jenis ikan air tawar yang banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon makan. Perubahan yang terjadi setelah dilakukan penginfeksian Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 10 8 cfu/ml yaitu ikan terlihat stres, megap-megap dan berada/bergerak di sekitar aerasi. Kerusakan organ tubuh ikan timbul pertama kali setelah 24 jam. Gejala klinis yang terlihat berupa hilangnya nafsu makan, peradangan kulit, tingkah laku ikan berubah, tidak responsif, bergerak lamban, diam atau mengapung di permukaan air. Kelainan lainnya adalah mata ikan yang agak menonjol. Setelah gejala klinis muncul pada ikan uji segera dilakukan perendaman dengan ekstrak daun nangka sesuai perlakuan selama 48 jam. Setelah proses perendaman selesai, air akuarium diganti dengan air normal kemudian dilakukan pengamatan lanjutan. (a) (b) Gambar 4. Gejala klinis benih ikan mas (a) Peradangan dan mata menonjol (b) Kerusakan sirip (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Kerusakan organ tubuh ikan disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hemolisis dan pecahnya pembuluh darah yang menimbulkan warna kemerahan pada tubuh ikan. Menurut Fujaya (2004) darah membawa substansi 27

28 dari tempatnya dibentuk ke semua bagian tubuh dan menjaga tubuh dapat melakukan fungsinya dengan baik. Sel darah merah mengandung haemoglobin yang dapat mengikat oksigen, sel darah putih menjaga serangan tubuh dari serangan patogen, sedangkan kombinasi trombosit dan faktor pembeku, berperan menyumbat pendarahan tanpa menghambat aliran. Sehingga apabila jumlah patogen berlebih dan memiliki tingkat patogenitas tinggi akan mengakibatkan kerusakan sel darah berupa lisis. Berdasarkan pengamatan ikan yang masih bertahan hidup menunjukan adanya perubahan ke arah penyembuhan dimana pendarahan dan luka semakin mengecil, dan mengalami penutupan dengan jaringan baru. Penyembuhan pada benih ikan mas yang mengalami perendaman terjadi baik secara total (tidak terlihat gejala klinis lagi) maupun parsial (masih terlihat gejala klinis seperti sisik yang masih rontok) sudah mengalami perbaikan seperti respon refleks dan makan ikan menjadi normal kembali. Hal ini semakin menguatkan pendugaan bahwa ekstrak daun nangka dapat menghambat seranagan bakteri Aeromonas hydrophila pada benih ikan mas karena setelah dilakukan perendaman ekstrak daun nangka ikan memperoleh pertahanan tambahan yang diperoleh dari luar. Bahan aktif yang berfungsi sebagai antibakteri dan antimikroba bekerja di dalam jaringan tubuh ikan. Membantu sel leukosit mengurangi jumlah dan patogenitas bakteri Aeromonas hydrophila. Penyembuhan terus berlangsung sampai hari terakhir pengamatan. (a) (b) Gambar 5. Penyembuhan Pada Benih Ikan Mas (a) Pendarahan pada benih ikan mas. (b) Pendarahan hilang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

29 Proses penyembuhan yang terjadi pada benih ikan mas yang telah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila disebabkan karena adanya kandungan zat antibakteri yang terdapat di dalam ekstrak daun nangka yaitu flavonoid, saponin dan tanin. Mekanisme kerja antibakteri ini secara umum adalah dengan merusak dinding sel bakteri, mengganggu permeabilitas sel, dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat bakteri. Sehingga pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Benih ikan mas yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila mengalami penurunan respon terhadap kejutan. Uji refleks terhadap benih ikan mas dilakukan dengan mengetuk dinding akuarium pada setiap perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa pada hari pertama dan kedua ikan pada seluruh perlakuan tidak menunjukkan respon, hal ini disebabkan karena penginfeksian dari bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan ikan menjadi stres. Benih ikan mas perlakuan A (0 ppm) menunjukkan respon yang kurang terhadap kejutan sampai akhir pengamatan. Sedangkan pada benih ikan mas dengan perlakuan perendaman menunjukkan adanya peningkatan refleks terhadap kejutan lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan A (0 ppm). Hal ini diduga karena zat antibakteri yang terdapat pada ekstrak daun nangka sudah masuk dan berekasi di dalam tubuh benih ikan mas sehingga pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila mulai terhambat. Seluruh ikan pada setiap perlakuan menunjukkan respon positif yaitu ditandai dengan gerakan ikan yang menjauhi sumber tepukan. Respon kejutan benih ikan mas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Respon Benih Ikan Mas Terhadap Kejutan Perlakuan Hari ke- A (0 ppm) B (20 ppm) C (30 ppm) D (40 ppm) E (50 ppm) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 - - - - - - - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - - - - - - 3 - - - + + + + + + + + + + + + 4 - - - + + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 5-14 + + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ Keterangan : (-) Respon terhadap kejutan tidak ada (+) Respon terhadap kejutan kurang (++) Respon terhadap kejutan baik

30 Suatu jenis bahan pengganggu seperti suhu ekstrim, tekanan osmotik, racun, infeksi bakteri, atau stimulasi lingkungan dapat mengakibatkan stress (Affandi dan Usman 2002). Stres yang dialami oleh benih ikan mas akibat dari infeksi bakteri Aeromonas hydrophila menimbulkan respon penolakan terhadap makanan. Respon makan pada ikan menjadi faktor yang penting dalam menunjang upaya pengobatan ikan sakit. Semakin baik respon makan ikan maka semakin cepat pula terjadi proses penyembuhan. Respon makan benih ikan mas tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Hari ke- Tabel 5. Respon Makan Benih Ikan Mas Tiap Perlakuan Perlakuan A (0 ppm) B (20 ppm) C (30 ppm) D (40 ppm) E (50 ppm) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 - - - - - - - - - - - - - - - 2 - - - + + + + + + + + + + + + 3 - - - + + + ++ ++ + ++ ++ ++ ++ + ++ 4 + + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 5 + + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 6 + + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 7-14 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ Keterangan : (-) tidak ada respon makan (+) respon makan kurang (++) respon makan normal Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa respon makan benih ikan mas tanpa perendaman ekstrak daun nangka perlakuan A (0 ppm) tidak merespon pakan yang diberikan (-) hingga hari ketiga setelah perlakuan. Namun peningkatan respon makan ikan perlakuan ini kurang responsif dibandingkan dengan benih ikan mas yang diberi perlakuan perendaman. Hal ini ditunjukan dengan adanya sisa pakan yang banyak di permukaan air. Namun respon makan ikan perlakuan A (0 ppm) yang masih bertahan hidup mulai mengalami peningkatan dari hari keempat hingga akhir pengamatan. Hal ini disebabkan karena antibodi ikan yang masih bertahan hidup mulai bekerja menghambat bakteri yang masuk kedalam tubuh ikan. Pada benih ikan mas yang diberikan perlakuan perendaman mulai menunjukkan respon makan pada hari kedua setelah perendaman namun masih

31 rendah. Respon makan ikan pada perlakuan B (20 ppm) belum mengalami peningkatan hingga hari ketiga, sedangkan untuk benih ikan mas pada perlakuan C (30 ppm), perlakuan D (40 ppm) dan perlakuan E (50 ppm) mengalami peningkatan respon makan yang normal (++) pada hari ketiga sampai hari terakhir pengamatan. Respon makan benih ikan mas yang diberi perlakuan perendaman lebih cepat meningkat dibandingkan dengan respon makan benih ikan mas tanpa perendaman, kondisi ini diduga setelah pengobatan melalui perendaman dengan ekstrak daun nangka selama 48 jam, zat antibakteri yaitu flavonoid, saponin dan tanin sudah diserap oleh tubuh benih ikan mas dan sudah mulai bekerja menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Hal ini didukung oleh pernyataan Ersam (2001) bahwa kandungan flavonoid yang terdapat di dalam daun nangka memiliki potensi sebagai antiinflamasi yaitu dapat mengurangi peradangan dan membantu mengurangi rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan serta mampu meningkatkan kerja sistem imun karena leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat bekerja dan sistem limpa lebih cepat diaktifkan sehingga berpengaruh pada kesembuhan ikan sehingga menyebabkan peningkatan nafsu makan. 4.2 Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari dengan 3 kali ulangan menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun nangka untuk mengobati infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada benih ikan mas melalui perendaman selama 48 jam, memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas pada masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut.

Kelangsungan Hidup (%) 32 Grafik Kelangsungan Hidup 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 68,89 60,00 55,56 35,56 8,89 0 20 30 40 50 Konsentrasi (ppm) Gambar 6. Grafik Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Pada Gambar 6 terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan D (40 ppm) sebesar 68,89 % dan terendah pada A (0 ppm) sebesar 8,89 %. Tingkat mortalitas pada perlakuan A (0 ppm) lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat mortalitas perlakuan yang diberi perendaman oleh ekstrak daun nangka. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan A (0 ppm), ikan mas hanya dapat mempertahankan diri dari serangan bakteri Aeromonas hydrophila melalui antibodi yang dihasilkan oleh tubuh benih ikan mas pada kondisi normal saja. Antibodi tersebut tidak mampu untuk menghambat serangan bakteri Aeromonas hydrophila sehingga menyebabkan kematian. Sedangkan untuk benih ikan mas yang mengalami perendaman memperoleh antibodi tambahan berupa masuknya zat antibakteri ke dalam tubuh benih ikan mas yang berasal dari ekstrak daun nangka sehingga kelangsungan hidup ikan lebih tinggi. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan perendaman dengan ekstrak daun nangka berpengaruh nyata terhadap rata-rata tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. Hasil uji Duncan pada taraf kepercayaan 95 % memperlihatkan bahwa rata-rata tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas pada perlakuan C (30 ppm) dengan perlakuan E (50 ppm) tidak berbeda nyata, pada perlakuan B (20 ppm) dan perlakuan D (40 ppm) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Perlakuan C (30 ppm) dan

33 perlakuan E (50 ppm) jika dibandingkan dengan perlakuan B (20 ppm) dan perlakuan D (40 ppm) terdapat perbedaan yang nyata. Namuan jika keempat perlakuan dibandingkan dengan perlakuan A (0 ppm) menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 6). Tabel 6. Rata-rata Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Konsentrasi Ekstrak Daun Nangka Kelangsungan Hidup (%) Hasil Transformasi ke- Arcsin 0 ppm 8,89 5,10 a 20 ppm 35,56 20,84 b 30 ppm 60,00 36,97 c 40 ppm 68,89 43,94 d 50 ppm 55,56 33,95 c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata menurut uji Duncan Pada Tabel 6 terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas pada perlakuan A (0 ppm) paling rendah dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan B (20 ppm), C (30 ppm), D (40 ppm), dan E (50 ppm), hal ini menyatakan bahwa kandungan antibakteri dalam daun nangka yang terdiri dari flavonoid, saponin dan tanin dapat mengobati infeksi Aeromonas hydrophila. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan A (0 ppm), disebabkan oleh daya tahan tubuh ikan mas mengalami penurunan akibat dari serangan bakteri Aeromonas hydrophila, yang berakibat pada sistem metabolisme ikan terganggu dan akhirnya mengalami kematian. Metabolisme benih ikan mas terganggu karena sifat dari bakteri Aeromonas hydrophila mampu menghasilkan enzim eksotoksin dan endotoksin yang menyebabkan terjadinya hemolisis pada sel inang. Eksotoksin yang diproduksi oleh Aeromonas hydrophila seperti hemolisin merupakan enzim yang mampu melisiskan sel-sel darah merah serta protease yaitu enzim proteolitik yang berfungsi untuk melawan pertahanan tubuh inang dan mengambil persediaan nutrien inang untuk berkembangbiak (Angka 2001a). Sedangkan endotoksin yang terdapat pada bakteri Aeromonas hydrophila berupa lipopolisakarida (LPS). LPS dapat menyebabkan peradangan dan stres pada inang (Angka 2001a).

34 Semakin besar konsentrasi ekstrak menunjukkan bahwa semakin tinggi pula kelangsungan hidup benih ikan mas. Hal ini disebabkan oleh kandungan antibakteri yang terdapat di dalam ekstrak daun nangka juga semakin meningkat. Namun kelangsungan hidup pada perlakuan E (50 ppm) mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan karena konsentrasi yang diberikan untuk membunuh bakteri Aeromonas hydrophila melebihi ambang batas yang dapat membahayakan benih ikan mas. Kematian ikan dapat juga disebabkan oleh keracunan kandungan saponin yang terdapat di dalam ekstrak daun nangka, karena saponin jika digunakan dalam jumlah banyak dapat menimbulkan keracunan bagi ikan (Sugoro dkk. 2004). Diantara perlakuan tersebut, perlakuan D (40 ppm) merupakan konsentrasi yang efektif dalam pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada benih ikan mas karena cenderung memberikan nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi yaitu 68,89% dibandingkan dengan perlakuan lainnya, selain itu pada konsentrsi tersebut benih ikan mas mengalami penyembuhan dilihat dari luka yang semakin mengecil setiap harinya serta respon terhadap pakan dan kejutan kembali normal sampai akhir pengamatan. Pengamatan kualitas air digunakan sebagai parameter pendukung selama penelitian berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan, kisaran suhu adalah 24 0 C, dengan ph 7,55 7,74 dan kandungan DO 4,1 4,8 mg/l serta dengan kadar amonia pada kisaran 0,25 0,50 mg/l (Lampiran 11). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian menunjukkan bahwa nilai kualitas air yang diperoleh berada dalam kisaran yang optimum untuk pemeliharaan benih ikan mas. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kualitas air selama penelitian memenuhi persyaratan optimum untuk budidaya ikan mas sehingga kematian benih ikan mas bukan disebabkan oleh kualitas air tetapi oleh serangan Aeromonas hydrophila.