BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi
|
|
- Hadi Hendra Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Darah Gambaran darah merupakan salah satu parameter yang menjadi indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi (mikroorganisme) atau karena faktor non infeksi (oleh lingkungan, nutrisi, genetik). Gambaran darah ikan penting karena dapat membantu dalam diagnosa suatu penyakit (Dopongtonung 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data gambaran darah yang meliputi jumlah eritrosit, jumlah leukosit dan kadar hematokrit. Data gambaran darah diperoleh dengan pengambilan sampel darah pada hari ke-15 (Zuhrawati, 2013). Tabel 2. Gambaran Darah Ikan Nila Setelah Pemberian Perlakuan Konsentrasi Temulawak Perlakuan Jumlah eritrosit (/μl) Jumlah leukosit (/μl) Kadar Hematokrit (%) P1 80x x ,9 P2 40x x10 2 4,0 P3 50x x10 2 4,8 P4 76x x ,5 P5 121x x ,5 Keterangan : P1 = 0% temulawak P2 = 5% temulawak P3 = 9% temulawak P4 = 13% temulawak P5 = 17% temulawak 1. Eritrosit Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada 23
2 digilib.uns.ac.id 24 ikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Berdasarkan hasil penelitian jumlah eritrosit pada ikan nila setelah diberi perlakuan pakan campuran terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Jumlah eritrosit setelah pemberian pakan campuran Keterangan : P1 = 0% temulawak P2 = 5% temulawak P3 = 9% temulawak P4 = 13% temulawak P5 = 17% temulawak Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah eritrosit dari perlakuan kontrol yang selanjutnya terjadi kenaikan dari setiap perlakuan dengan kenaikan tertinggi pada perlakuan P5 yaitu 121x10 4 μ/l. Terjadinya peningkatan jumlah eritrosit menandakan bahwa temulawak dapat meningkatkan jumlah eritrosit setelah pemberian konsentrasi 17% air rebusan temulawak. Jika dibandingkan dengan penelitian Bailone et al. (2010) tentang efek vaksinasi polivalen dan serum aglutinasi A.hydrophila pada ikan nila jumlah eritrosit lebih tinggi berkisar 1,12-1,19x10 6 /μl, sedangkan menurut Hardi dkk. (2011) jumlah eritrosit ikan nila ukuran 15g normal berkisar antara 1,05-3,0x10 6
3 digilib.uns.ac.id 25 sel/mm 3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah eritrosit ikan nila hasil penelitian pada perlakuan P5 mempunyai jumlah eritrosit pada kisaran normal dan pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 jumlah eritrosit lebih rendah dari kisaran normal, yaitu antara 1,05-3,0x10 6 sel/mm 3 (Irianto, 2005). Untuk perlakuan kontrol, perlakuan P2, P3 dan P4 jumlah eritrosit lebih rendah dari kisaran normal dikarenakan faktor lingkungan yang buruk serta anemia yang disebabkan oleh rendahnya jumlah oksigen dalam air sehingga jumlah eritrosit dalam darah menurun. Faktor lingkungan yang buruk bisa dikarenakan kondisi akuarium yang digunakan untuk pemeliharaan ikan kurang steril, dimana sebelumnya dipakai oleh peneliti lain dengan penelitian menggunakan bakteri meskipun sudah beberapa kali dilakukan pencucian akuarium. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu: jenis kelamin, umur, kondisi badan, aktivitas harian dan stres (Soetrisno, 1987). Menurut Oktavia (2011) faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organik, kondisi lingkungan, umur dan musim. Peningkatan jumlah eritrosit disebabkan karena terdapat kurkumin dalam temulawak yang dapat meningkatkan kerja organ pencernaan sehingga nafsu makan ikan meningkat. Mekanisme meningkatnya nafsu makan yaitu dengan mempercepat sekresi empedu sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang dapat menimbulkan rasa lapar dan meregulasi peningkatan nafsu makan. Peningkatan jumlah eritrosit pada ikan dilakukan untuk mengurangi keadaan stres sehingga ikan dapat menyesuaikan kondisi fisiologisnya dengan
4 digilib.uns.ac.id 26 meningkatkan jumlah eritrosit dalam sirkulasi. Hal ini juga dikarenakan kandungan zat aktif yang terdapat dalam temulawak terutama curcumin dan minyak atsiri dapat digunakan sebagai anti oksidan dan detoksifikasi dalam hati. Curcumin juga mampu untuk mengurangi toksisitas ginjal dan hematotoksisitas melalui efek antioksidan yang dimilikinya dengan cara menghambat injuri oksidatif dan mengembalikan profil enzim antioksidan pada ginjal (Kertia dkk., 2011), dimana ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam pembentukan sel darah merah dengan mengeluarkan hormon eritropoietin. Kurkumin pada rimpang temulawak diketahui bersifat anti bakteri dan anti inflamasi sementara komponen seperti pati, serat, abu dan zat-zat gizi lain yang akan membatasi proses metabolisme dan fisiologi organ tubuh guna memulihkan kondisi tubuh. Rimpang temulawak mengandung zat berwarna kuning (kurkumin), serat, pati, kalium oksalat, minyak atsiri, dan flavonoid, zatzat tersebut berfungsi sebagai antimikroba/antibakteri, mencegah penggumpalan darah, anti peradangan, melancarkan metabolisme dan fungsi organ tubuh (Ditjen POM, 2000). Kurkumin mempunyai daya anti hepatotoksik, meningkatkan sekresi empedu dan pancreas, menurunkan kadar kolesterol darah serta mampu menurunkan tekanan darah, bersifat anti bakteri serta mampu mencegah timbulnya perlemakan dalam sel hati (Liang dkk., 1985). Beberapa grup senyawa kimia utama yang bersifat anti mikroba adalah fenol dan senyawa fenoli, alkohol, logam berat dan senyawanya, zat warna dan deterjen, senyawa ammonium khemosterilan. Kurkumin adalah suatu persenyawaan fenolitik maka mekanisme kerjanya sebagai anti mikroba akan mirip dengan sifat persenyawaan fenol
5 digilib.uns.ac.id 27 lainnya (Pelezer dkk, 1997). Lebih lanjut Darwis (1991) menyatakan bahwa kurkumin mempunyai khasiat anti bakteri dan dapat merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim lipase, amilase dan protease untuk meningkatkan aktifitas pencernaan bahan pakan karbohidrat, lemak dan protein. 2. Leukosit Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Leukosit membantu membersihkan tubuh dari benda asing, termasuk invasi patogen melalui sistem tanggap kebal. Ikan yang sakit akan menghasilkan banyak leukosit untuk memfagosit bakteri dan mensintesis antibodi (Moyle dan Cech, 2004). Berdasarkan hasil penelitian terlihat jumlah leukosit ikan nila setelah pemberian pakan campuran (Gambar 5). Gambar 5. Jumlah leukosit setelah pemberian pakan campuran Keterangan : P1 = 0% temulawak P2 = 5% temulawak P3 = 9% temulawak P4 = 13% temulawak P5 = 17% temulawak
6 digilib.uns.ac.id 28 Berdasarkan Gambar 5 terjadi kenaikan jumlah leukosit tertinggi yaitu pada P2 dengan jumlah 3000x10 2 /μl yang selanjutnya terjadi penurunan jumlah leukosit dan meningkat kembali pada P5 dengan 1265x10 2 /μl meskipun tidak setinggi perlakuan kontrol atau P1 yaitu 1765x10 2 /μl. Jika dibandingkan dengan penelitian Boilone et al. (2010) tentang efek vaksinasi polivalen dan serum aglutinasi A.hydrophila pada ikan nila jumlah leukosit lebih rendah berkisar 17,46-37,66x10 2 /μl dan menurut Moyle dan Cech (1988) jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara sel/mm 3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukosit ikan nila hasil penelitian lebih tinggi dari kisaran normal jumlah leukosit ikan. Menurut Arry (2007) bahwa peningkatan jumlah total leukosit terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit. Penurunan jumlah leukosit disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi organ ginjal dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan oleh infeksi penyakit. Pemberian temulawak dapat meningkatkan tanggap kebal non spesifik ikan dengan meningkatnya total leukosit dikarenakan kandungan zat aktif kurkumin dan minyak atsiri pada temulawak yang merupakan anti bakteri, anti inflamasi dan juga anti kapang (Surharman, 1984 dan Ardiansyah, 2007). Pada penelitian Sari dkk. (2012) tentang perendaman ikan mas pada larutan temulawak yang di infeksi Aeromonas hydrophilla menunjukkan larutan temulawak dapat meningkatkan ketahanan terhadap infeksi bakteri dan menunjukkan efek imun dan penelitian Dayanti dkk. (2013) tentang ketahanan non spesifik ikan mas yang
7 digilib.uns.ac.id 29 diberi larutan temulawak terhadap A. hydrophilla juga menunjukkan larutan temulawak dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap infeksi A. hydrophilla. Keberadaan ekstrak temulawak yang dapat meningkatkan sintasan (persentase ikan yang hidup atau survival rate) dan juga meningkatkan sistem imunitas dalam tubuh karena selain mengandung minyak atsiri, yang di dalamnya mengandung bahan-bahan senyawa fenol yang bersifat anti bakteri. Senyawasenyawa fenol membunuh bakteri dengan merusak membran selnya (Siagian, 2014). 3. Kadar Hematokrit Hematokrit merupakan salah satu indikator untuk menduga efek stress lingkungan bagi kesehatan ikan (Kuswardani, 2006). Menurut Nabib dan Pasaribu (1989) bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar 5%-60%. Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Kuswardani, 2006). Berikut grafik kadar hematokrit yang diperoleh setelah pemberian pakan campuran (Gambar 6).
8 digilib.uns.ac.id 30 Keterangan : P1 = 0% temulawak P2 = 5% temulawak P3 = 9% temulawak P4 = 13% temulawak P5 = 17% temulawak Gambar 6. Kadar hematokrit ikan perlakuan Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Gambar 6 bahwa kadar hematokrit pada perlakuan kontrol P1 yaitu 10,9% lebih tinggi daripada perlakuan P2 dan P3 dengan 4% dan 4,8%. Pada perlakuan P4 terjadi kenaikan yaitu 10,5% dan pada perlakuan P5 terjadi kenaikan tertinggi yaitu 12,5%. Penurunan kadar hematokrit pada perlakuan P2 dan P3 terjadi karena jumlah eritrosit dalam darah menurun. Penurunan jumlah eritrosit berhubungan dengan kenaikan jumlah leukosit yang terjadi pada perlakuan P2 dan P3 dimana pada perlakuan tersebut ikan mengalami infeksi. Penurunan jumlah eritrosit juga terjadi karena ikan mengalami anemia yang dikarenakan kurangnya oksigen dalam air sehingga ikan mudah terkena infeksi. Terjadinya penurunan kadar hematokrit berbanding lurus dengan penurunan jumlah eritrosit. Jika jumlah eritrosit dalam darah menurun maka kadar hematokrit dalam darah juga ikut menurun. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain eritrosit (jumlah, ukuran, bentuk, perbandingan antikoagulan dengan darah, tempat penyimpanan dan homogenitas),
9 digilib.uns.ac.id 31 lingkungan, jenis kelamin, spesies dan umur ikan ketika dilakukan pengambilan darah (Suhermanto dkk., 2013). Pemeriksaan hematokrit ikan berguna untuk melihat kondisi kesehatan ikan. Apabila kadar hematokrit menurun dari kadar hematokrit normal berkisar 5-60% (Nabib dan Pasaribu, 1989) maka ikan mengalami anemia (kurang dari 5%), sedangkan apabila kadar hematokrit diatas normal (lebih dari 60%) menunjukkan ikan mengalami stres. Pada perlakuan P2 dan P3 kadar hematokrit mengalami penurunan yaitu 4,8% dan 4% yang menunjukkan bahwa ikan mengalami anemia sedangkan pada perlakuan P1, P4 dan P5 kadar hematokrit ikan berada dikisaran normal. Bila dibandingkan dengan penelitian Yulistia dkk. (2015) tentang pemberian pakan yang mengandung larutan temulawak selama pemeliharaan 30 hari kadar hematokritnya lebih tinggi berkisar 13,8-18,5% dan penelitian Dayanti (2013) tentang perendaman ikan pada larutan temulawak selama 5 menit yang dilakukan selama 30 hari pada ikan mas kadar hematokritnya lebih tinggi berkisar 24,48-29,35%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hematokrit ikan dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta dapat berubah tergantung pada musim, suhu dan pemberian pakan dan dampak pemberian immunostimulan (Lukistyowati dkk., 2007). Kadar hematokrit pada ikan nila yang pakannya diberi air rebusan temulawak mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa air rebusan temulawak mengandung bahan imunostimulan yang dapat meningkatkan kadar hematokrit dalam tubuh ikan. Anderson (1992) menyatakan bahwa terjadinya
10 digilib.uns.ac.id 32 mekanisme peningkatan nilai hematokrit sesudah pemberian immunostimulan disebabkan oleh rangsangan makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan membuat limfosit membelah menjadi limfosit-t dan limfosit-b serta membuat limfosit-b menjadi lebih aktif dalam memproduksi antibodi. Limfosit-T memproduksi interferon yang mengaktifkan kembali (meningkatkan kemampuan) makrofag sehingga dapat memakan dan membunuh banyak bakteri, virus dan partikel asing lainnya yang masuk kedalam tubuh. B. Pertumbuhan Menurut Effendi (1997), pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot, maupun volume dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan dengan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein. Dalam badan ikan, energi dan protein yang berasal dari makanan berperan untuk pemeliharaan hidupnya, yaitu untuk tumbuh, berkembang dan bereproduksi (Yuliana, 2001). Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran baik panjang maupun berat yang dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon serta lingkungan (Fujaya, 2004). Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ikan nila yang ditentukan dengan mengukur panjang dan berat ikan.
11 digilib.uns.ac.id 33 Tabel 3. Hasil Penghitungan Pertumbuhan Ikan Nila Perlakuan Wt (g) Wo (g) W (g) Pt (cm) Po (cm) P (cm) P1 81,30 40,07 41,23 18,03 11,73 6,30 P2 75,23 35,37 39,86 17,00 11,27 5,73 P3 80,33 39,70 40,63 17,67 12,40 5,27 P4 81,57 43,76 37,81 18,33 12,10 6,23 P5 81,20 42,40 38,80 18,23 12,23 6,00 Keterangan : P1 = 0% temulawak P2 = 5% temulawak P3 = 9% temulawak P4 = 13% temulawak P5 = 17% temulawak Wt = Rata-rata berat hewan uji akhir penelitian (g) Wo = Rata-rata berat hewan uji awal penelitian (g) W = pertumbuhan rata-rata berat ikan (g) Pt = Rata-rata panjang hewan uji akhir penelitian (cm) Po = Rata-rata panjang hewan uji awal penelitian (cm) P = pertumbuhan rata-rata panjang ikan (cm) Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila yang diberi pakan perlakuan P4 (13% temulawak) memiliki pertambahan berat yang paling rendah yaitu 37,81g dalam waktu 30 hari. Sedangkan untuk pertambahan panjang paling rendah yaitu pada pemberian pakan perlakuan P3 (9% temulawak) yaitu 5,27cm dalam waktu 30 hari. Hasil pertambahan berat dan panjang tertinggi adalah pada ikan nila yang diberi perlakuan P1 (kontrol), yaitu 41,23g (untuk berat) dan 6,3cm (untuk panjang) dalam waktu 30 hari. Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 6) pada ukuran berat ikan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan. Hal ini dikarenakan hampir dari setiap perlakuan pertambahan berat ikan nila cenderung menurun. Untuk ukuran panjang, hasil uji ANOVA (Lampiran 5) menunjukkan perubahan yang signifikan serta hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pada perlakuan A (kontrol), perlakuan B (5% temulawak) dan perlakuan C (9% temulawak) tidak
12 digilib.uns.ac.id 34 ada beda nyata tetapi perlakuan A (kontrol), perlakuan B (5% temulawak) dan perlakuan C (9% temulawak) berbeda nyata terhadap perlakuan D (13% temulawak) dan perlakuan E (17% temulawak). Gambar 7. Rata-rata berat ikan nila setelah 30 hari Keterangan : P1 = 0% temulawak P2 = 5% temulawak P3 = 9% temulawak P4 = 13% temulawak P5 = 17% temulawak Gambar 8. Rata-rata panjang ikan nila setelah 30 hari Keterangan : P1 = 0% temulawak P2 = 5% temulawak P3 = 9% temulawak P4 = 13% temulawak P5 = 17% temulawak
13 digilib.uns.ac.id 35 Pada Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat dan rata-rata pertambahan panjang ikan dari pakan perlakuan dan dengan pemberian pakan tanpa perlakuan terdapat penurunan dan peningkatan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P1 (kontrol) mempunyai pertumbuhan yang lebih baik daripada perlakuan P2, P3, P4 dan P5. Hal ini bisa dikarenakan adanya aroma yang mempengaruhi ikan untuk memakan pakan yang dicampur air rebusan temulawak. Pakan yang dicampur air rebusan temulawak cenderung berbau temulawak karena dalam temulawak terdapat minyak atsiri yang berbau khas serta rasa pahit. Adanya bau dan rasa pahit mempengaruhi nafsu makan ikan sehingga pakan yang masuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan pakan kontrol yang tidak dicampur air rebusan temulawak. Kurangnya nafsu makan ikan ini mempengaruhi pertumbuhan ikan yang seharusnya meningkat menjadi tetap atau menurun selain juga disebabkan oleh faktor lingkungan, anemia dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu penambahan bahan yang dapat meningkatkan aroma amis pada pakan ikan serta dapat mengurangi rasa pahit yang terdapat pada air rebusan temulawak sehingga ikan mau memakan pakan campuran. Anemia pada ikan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pada perlakuan P2 dan P3 terjadi penurunan panjang ikan. Hal ini juga terjadi pada jumlah eritrosit dan kadar hematokrit perlakuan P2 dan P3 yang mengalami penurunan karena anemia. Anemia pada ikan dapat menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Anemia yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah kerusakan eritrosit atau berkurangnya pelepasan eritrosit dalam sirkulasi darah
14 digilib.uns.ac.id 36 mengakibatkan suplai makanan kedalam sel, jaringan dan organ berkurang sehingga metabolisme terhambat dan pertumbuhan menjadi menurun. Jika dibandingkan dengan penelitian Belseran dkk. (2015) tentang pemanfaatan jahe untuk pertumbuhan ikan nila pada pertumbuhannya menunjukkan adanya beda nyata dan penelitian Novriadi dkk. (2010) mengenai aplikasi ekstrak temulawak pada pakan terhadap pertumbuhan Lutjanus johni dan Lutjanus argentimaculatus pertambahan berat dan panjang ikan setiap minggu mengalami kenaikan yang signifikan. Temulawak mengandung kurkumin yang dapat meningkatkan nafsu makan ikan, disamping itu juga terdapat adanya minyak atsiri (Sastroamidjojo, 2001). Kurkumin berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan dan berperan meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding empedu mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan karbohidrat, lemak dan protein, sehingga daya tahan tubuh ikan meningkat dan ikan tidak stress (Dayanti dkk., 2013). Kurkumin memiliki khasiat yang dapat mempengaruhi nafsu makan (Purwanti, 2008). Menurut Purwanti (2008) mekanisme kurkumin dapat meningkatkan nafsu makan adalah kurkumin dapat mempercepat proses pengosongan isi lambung sehingga nafsu makan akan meningkat, selain itu kurkumin akan menstimulasi proses pengeluaran empedu sehingga aktivitas saluran pencernaan akan meningkat. Kurkumin mempunyai peranan sebagai antibakteri dan dapat merangsang dinding kantung empedu, dimana cairan
15 digilib.uns.ac.id 37 empedu tersebut dapat memperlancar metabolisme lemak. Cairan empedu adalah cairan garam yang berwarna kuning kehijauan yang mengandung kolesterol, fosfolifid, lesitin dan pigmen empedu. Kandungan garam yang terdapat di dalam empedu merupakan hasil dari pencampuran antara natrium dan kalium dengan asam-asam empedu. Garam tersebut akan bercampur dengan lemak di dalam usus halus membentuk micelles. Terbentuknya micelles akan dapat menurunkan permukaan lemak dan gerakan mencampur pada saluran pencernaan berangsurangsur akan memecah globules lemak menjadi partikel yang halus sehingga lemak dapat dicerna dan akan berkurang (Darwis dkk., 1991). Pertumbuhan ikan nila akan mengalami peningkatan apabila pakan yang dikonsumsi secara kuantitas (jumlah pakan yang dikonsumsi sesuai yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan) dan kualitas (mengandung protein, karbohidrat, lemak yang optimal untuk pertumbuhan ikan) terpenuhi. Untuk penurunan rata-rata panjang dan rata-rata berat ikan, hal ini disebabkan karena ikan belum beradaptasi dengan baik dari pakan perlakuan yang diberikan. Adanya faktor lain seperti faktor lingkungan (suhu, DO, ph dan lain-lain), tingkat kelaparan dan lain-lain mampu mempengaruhi pertumbuhan ikan sehingga ikan yang seharusnya dapat tumbuh dengan baik apabila diberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan (jumlah protein tinggi) justru akan mengalami penurunan atau tetap (tidak tumbuh) dalam hal pertumbuhannya. Tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan), sisanya digunakan untuk aktifitas, pertumbuhan, dan reproduksi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh (Cortunix- cortunix japonica) Puyuh merupakan jenis aves yang tidak dapat terbang, ukuran tubuhnya relatif kecil, berkaki pendek. Puyuh pertama kali diternakkan di Amerika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan broiler dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler modern
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Broiler Perkembangan broiler dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler modern dan broiler klasik. Broiler modern mempunyai pertumbuhan yang cepat dan bobot tubuh pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. produk yang bernilai gizi dan ekonomis tinggi. Pertambahan berat badan yang. maupun kuantitasnya (Supratman dan Iwan, 2001).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua jenis ternak memerlukan pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi. Ternak ruminansia seperti sapi memiliki kemampuan memanfaatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan
Lebih terperinciBAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Setelah 112 hari pemeliharaan benih ikan selais (Ompok hypophthalmus) didapatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang
Lebih terperinciIMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciGambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah pangan yang berasal dari sisa-sisa pengolahan makanan merupakan salah satu sumber bahan pakan alternatif yang sering digunakan dalam dunia peternakan. Penggunaan
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan
I. PENDAHULUAN Stamina adalah kemampuan daya tahan lama organisme manusia untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu, dimana aktivitas dilakukan dengan intensitas tinggi (tempo tinggi, frekuensi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi sehingga digemari banyak orang. Selain itu telur mudah diperoleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak ditemukannya antibiotik oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, antibiotik telah memberikan kontribusi yang efektif dan positif terhadap kontrol infeksi bakteri pada manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Soygurt Sari Tempe Medium susu tempe yang dipergunakan mempunyai ph awal 6, setelah diinokulasi dengan bakteri L. plantarum, 10 jam kemudian ph turun menjadi 4. Penurunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciGambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan fungsinya memberikan kesadaran masyarakat akan memenuhi gizi terutama daging dan berpengaruh terhadap perkembangan industri peternakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan marigold (Tabel 7) dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciNutrisi Pakan pada Pendederan kerapu
Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,
Lebih terperincixanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nafsu makan adalah keinginan psikologis untuk makan dan hal ini berkaitan dengan perasaan senang terhadap makanan (Insel et al, 2010). Mekanisme rasa lapar
Lebih terperinciOHM PELANGSING OBAT HERBAL MAMI PELANGSING
OHM PELANGSING OBAT HERBAL MAMI PELANGSING Rp 195.000,- per botol @ 625 ml Rp 100.000,- per botol @ 300 ml Kombinasi khasiat 10 tanaman herbal khas Indonesia menurunkan berat badan. Anjuran minum 2x sehari:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Puyuh terus
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh jepang yang disebut japanese quail
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis
Lebih terperincidapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nafsu makan merupakan keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya untuk makan selain rasa lapar (Guyton, 1990; Hall, 2011). Gangguan nafsu makan sendiri
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh
21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh jumlah penduduk yang pesat, pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang pesat, peningkatan pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Parameter pada penelitian pembesaran ikan lele ini meliputi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, perhitungan jumlah bakteri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan
TINJAUAN PUSTAKA Daging Kerbau Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan mempunyaikebiasaan berendam di sungai dan lumpur. Ternak kerbau merupakan salah satu sarana produksi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Bali Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena badannya yang tegak saat berjalan mirip dengan burung penguin (Rasyaf,1992).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan patin siam (P. hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis penting karena beberapa kelebihan yang dimiliki seperti
Lebih terperinciSri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract
Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani menjadi hal penting yang harus diperhatikan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi dari produk peternakan
Lebih terperinciGambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan tawes (Barbonymus gonionotus) termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian diperoleh hasil kadar ikan kembung yang diawetkan dengan garam dan khitosan ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya
Lebih terperinci