HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA TERHADAP KARYAWAN DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI LAHENDONG KOTA TOMOHON. Herry Kurnia Pondaag*, Paul A. T. Kawatu*, Nancy S.H. Malonda* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Latar Belakang: Kelelahan adalah suatu keluhan umum yang sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Sekitar 20% pekerja memiliki gejala kelelahan kerja. Faktor fisik dan psikologi yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja yaitu shift kerja dan stres kerja.tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara shift kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. PLTP Lahendong Kota Tomohon. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan April - Juni tahun 2016 di PT. PLTP Lahendong Dengan total responden sebesar 42 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner, alat ukur kelelahan kerja yaitu Reaction timer Tipe L.77 Model MET/3001-MED-95 dan aplikasi komputer. Pengolahan data dengan uji Fisher Exact dengan α= 0,05. Hasil: Shift Kerja tidak teratur sebesar 83,3% dan Shift Kerja teratur sebesar 16,7%, Mengalami Stres kerja sebesar 47,6% dan tidak mengalami stres sebesar 52,4%, Kelelahan kerja normal sebesar 47,6% dan kelelahan kerja ringan sebesar 52,4%, serta hasil uji menunjukkan bahwa Terdapat hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja (ρ = 0,029) pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kota Tomohon. Selanjutnya pada hasil uji menunjukkan bahwa Terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja (ρ = 0,027) pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kota Tomohon. Kesimpulan: Terdapat Hubungan antara Shift kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon dan Terdapat Hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kota Tomohon. Kata Kunci : Shift Kerja, Stres Kerja, Kelelahan Kerja ABSTRACT Background: Fatigue is a common complaint that affects of employees the performance. Approximately 20% of workers have symptoms of fatigue. Physical and psychological factors that can affect the fatigue that shift work and work stress. The purpose of this research knowing Relationship Between Shift Work and Work Stress with fatigue of work to employees at PT. Geothermal Lahendong Tomohon city. Methods: This research uses observational analytic with the cross sectional approach, on Mei September 2015 at the PT. Geothermal Lahendong Tomohon city with 42 person. This research uses questionnaire, stationery, tools work fatigue Reaction timer Tipe L.77 Model MET/3001-MED-95 and Computer Application. Processing the data with the Fisher Exact Test with α= 0,05. Result: irregular shift Work of 83.3% and Shift Work of 16.7%. experience work stress of 47,6% and not experience work stress of 52,4%. normal fatigue work of 47,6 % and fatique light work of 52,4%. then test results show There is a relationship between shift work with fatigue of work to employees (ρ = 0,029) in PT. Geothermal Lahendong Tomohon city. There is a relationship between work stress with fatigue of work to employees (ρ = 0,027) in PT. Geothermal Lahendong Tomohon city. Conclusion: There is a relationship between shift work with fatigue of work to employees in PT. Geothermal Lahendong Tomohon city. And There is a relationship between work stress with fatigue of work to employees in PT. Geothermal Lahendong Tomohon city. Keywords : Shift Work, Work Stress, Fatigue Work
PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. keselamatan dan kesehatan kerja maka para pekerja diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Unsur yang ada dalam keselamatan dan kesehatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Sucipto, 2014). Kelelahan adalah suatu keluhan umum yang sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Sekitar 20% pekerja memiliki gejala kelelahan kerja. Faktor yang fisik dan psikologi yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja yaitu shift kerja dan stres kerja. Faktor psikologi menyebabkan kelelahan kerja sebesar 64%, lebih dari 50% (Kodrat, 2011). Data dari ILO yang menunjukkan bahwa hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Peneliti tersebut menyatakan dari 58.155 sampel, sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan yaitu sekitar 32,8 % dari keseluruhan sampel peneliti (Baiduri, 2008). Pekerja pada shift malam memiliki risiko 28% lebih tinggi mengalami cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi, gangguan tidur dan kelelahan kerja menjadi dua faktor yang paling penting dari kesalahan manusia. Salah satu resiko dari kelelahan kerja yaitu stres kerja. Stres kerja adalah suatu ketidakmampuan pekerja untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam bekerja. Stres dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai pada dideritanya suatu penyakit (Tarwaka, 2010). Stres biasanya muncul pada situasi-situasi yang kompleks, menuntut sesuatu di luar kemampuan individu, dan munculnya situasi yang tidak jelas. Dalam konteks pekerjaan biasanya stres dapat timbul dari beban tugas yang tinggi, kerumitan tugas, tidak tersedianya fasilitas untuk mengerjakan tugas, kebijakan perusahaan, atasan yang otoriter, kondisi fisik lingkungan yang panas, bising dan berbau. Stres bisa muncul dari hubungan yang tidak harmonis antara atasan dan bawahan, adanya konflik antara rekan kerja, kekaburan peran dan tanggung jawab dalam pekerjaan, adanya persaingan yang tidak sehat antar sesama rekan kerja (Gobel, 2014). Northwestern National Life Insurance melakukan penelitian tentang dampak stres ditempat kerja, kesimpulannya yaitu satu juta absensi ditempat kerja berkaitan dengan masalah stres, 27% mengatakan bahwa aspek pekerjaan menimbulkan stres paling tinggi dalam hidup para pekerja, 46% menganggap tingkat stres kerja sebagai tingkat stres yang sangat tinggi, satu pertiga pekerja berniat untuk langsung mengundurkan diri karena stres dalam pekerjaan dan 70% berkata stres kerja telah merusak kesehatan fisik dan mental pekerja (Lousyk, 2007). Hasil penelitian Firmana (2011) menunjukkan bahwa shift kerja malam lebih
beresiko untuk terjadinya stres sedang dibandingkan shift kerja pagi. Karyawan yang bekerja pada shift pagi mengalami stress ringan lebih tinggi karena mempunyai waktu istirahat yang lebih banyak dan penerangan saat bekerja yang cukup sehingga beban kerja tidak terlalu berat. Shift malam mengalami stres yang lebih tinggi karena pekerjaan pada shift malam banyak terdapat kegiatan kerja lembur sehingga waktu istirahat sedikit. Penelitian ini mengambil objek penelitian pada PT PLTP Lahendong yang merupakan perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pembangkit listrik. Perusahaan ini sangat membutuhkan kinerja karyawan yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, oleh karena itu salah satu cara untuk mewujudkannya yaitu dengan memperhatikan dan meminimalisir kelelahan kerja yang timbul akibat shift kerja dan stres para pekerja (Setyawati, 2010). Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis terhadap tenaga kerja lapangan di bagian operator, terlihat bahwasanya tenaga kerja di lapangan bekerja dengan sistem shift, yang terbagi menjadi 3 shift yaitu shift I dimulai dengan waktu kerja pukul 08.00-15.00 WITA, shift II dimulai dengan waktu kerja pukul 15.00-22.00 WITA dan, shift III dimulai dengan waktu kerja pukul 22.00-08.00 WITA. Karyawan yang ada di bagian operator berjumlah 40 orang yang dibagi dalam tiga shift kerja, 10 orang pada shift pagi, 15 orang pada shift sore dan 15 orang pada shift malam. Setiap karyawan mengalami satu shift dengan tidak memberikan waktu libur bagi pekerja karena tenaga kerja yang terbatas yang harus dihasilkan cukup besar dan tergolong membutuhkan waktu yang cepat. Tujuan umum mengetahui hubungan antara shift kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Untuk Menganalisis Penelitian ini dilakukan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon pada bulan April- Juni tahun 2016. Populasi berjumlah 74 orang dan jumlah sampel adalah 42 orang. Adapun responden yang diambil untuk memenuhi kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi responden dan hadir pada saat penelitian. Selanjutnya kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden izin/cuti. Penelitian ini menggunakan kuesioner, Kelelahan kerja di ukur menggunakan Reaction timer Tipe L.77 Model MET/3001-MED-95, cara pengukuran kecepatan waktu reaksi dengan rangsang cahaya dan suara dan program Aplikasi Komputer sebagai instrumen penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua macam analisis, yaitu analisis univariat variabel bebas adalah shift kerja dan stres kerja, Variabel Terikat adalah kelelahan kerja. dan analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan, dan
hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon, dengan menggunakan Uji Chi- Square test dengan α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukan bahwa Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin bahwa responden dengan jenis kelamin Laki- Laki yang memiliki distribusi terbanyak yaitu 41 responden dan jenis kelamin Perempuan yang memiliki distribusi sedikit yaitu 1 responden. Berdasarkan umur bahwa responden dengan kelompok umur 21 30 Tahun yang memiliki distribusi terbanyak yaitu 23 responden dan kelompok umur 51 60 Tahun yang memiliki distribusi sedikit yaitu 2 responden. Berdasarkan tingkat pendidikan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA yang memiliki distribusi terbanyak yaitu 29 responden dan tingkat pendidikan D-1 yang memiliki distribusi sedikit yaitu 2 responden. Berdasarkan lama kerja bahwa responden dengan lama kerja 8 jam/perhari yang memiliki distribusi terbanyak yaitu 35 responden dan lama kerja 9 jam/perhari yang memiliki distribusi sedikit yaitu 2 responden. Berdasarkan masa kerja bahwa responden dengan masa kerja 6 10 Tahun yang memiliki distribusi terbanyak yaitun 18 responden dan masa kerja 1 tahun yang memiliki distribusi sedikit yaitu 2 responden. Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja menunjukkan bahwa stres kerja dibagi dua kategori yaitu mengalami stres dan tidak mengalami stres, dimana responden dengan kategori stres berjumlah 20 responden (47,6%) dan kategori tidak mengalami stres berjumlah 22 responden (52,4%). Distribusi Responden Berdasarkan Shift Kerja menunjukkan bahwa responden yang bekerja dengan shift kerja yang teratur adalah sebanyak 7 responden (16,7%) dan responden yang bekerja dengan shift kerja yang tidak teratur adalah 35 responden (83,3%). Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja menunjukkan bahwa kelelahan kerja dibagi dua kategori yaitu Normal dan Kelelahan Kerja Ringan dimana responden dengan kategori Normal berjumlah 20 responden (47,6%) dan kategori kelelahan kerja Ringan berjumlah 22 responden (52,4%). Hubungan Antara Shift Karyawan di PT Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 1 dibawah ini melalui hasil uji Chi Square terlihat nilai ρ sebesar 0,027 (< 0,05). Hal ini berarti bahwa Terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada Karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. Shift kerja pada dasarnya merupakan merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas
kerja pagi, sore dan malam (Prismayanti, 2010). Shift Kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Shift Kerja dapat bersifat permanen atau temporer menurut kebutuhan tempat kerja bersangkutan yang bahkan sangat sering tidak beraturan. Para pekerja shift termasuk yang bekerja dalam tim yang berotasi yaitu pekerja dapat bekerja pada pagi hari, atau siang hari, atau malam hari dan dapat pula pekerja bekerja pada jam - jam yang tidak lazim (Maurits, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon bahwa responden yang memiliki shift kerja tidak teratur dan mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak (60%). Responden yang memiliki shift kerja tidak teratur dan mengalami kelelahan kerja normal sebanyak (40%) dan responden yang memiliki shift kerja teratur dan kelelahan kerja ringan yaitu (14,3%). Responden yang memiliki shift kerja teratur dengan kelelahan kerja normal yaitu (85,7%). Berdasarkan hasil uji Chi Square terlihat nilai ρ sebesar 0,027 (< 0,05). Hal ini berarti bahwa Terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada Karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. Hasil Penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Liana (2012) yang menyimpulkan adanya pengaruh kelelahan kerja dengan shift kerja dengan hasil signifikan (p = 0,000). Hasil uji koefisien kontingensi antara shift, diketahui bahwa shift yang paling berpengaruh terhadap kelelahan kerja adalah shift malam. Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan akibat kerja pada perawat wanita shift pagi, siang dan malam di bagian kelas III RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun mental. Salah satu penyebab kelelahan adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada ritme sirkadian akibat jet lag atau shift kerja. (Setyawati, 2010) menyatakan bahwa pekerja pada shift malam memiliki risiko 28% lebih tinggi mengalami cedera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi, gangguan tidur dan kelelahan kerja menjadi dua faktor yang paling penting dari kesalahan manusia. Kelelahan merupakan masalah yang dapat mengancam kualitas hidup, karena kelelahan dapat menyebabkan konsentrasi menurun Perbedaan Tingkat Kelelahan Antara Shift Pagi, Sore dan Malam pada saat bekerja yang nantinya akan mengakibatkan kecelakaan kerja terjadi (Aisbett and Nichols, 2007). Menurut Suma mur (2009) pegawai yang bekerja bergilir pada malam hari paling berpotensial menyebabkan kelelahan, waktu istirahat yang diberikan setelah bekerja dengan rotasi kerja bergilir, khususnya untuk kerja malam, belum cukup untuk memulihkan tenaga.
Tabel 1. Hubungan antara Shift Kerja dan Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. Kelelahan Kerja ρ value Variabel Ringan Normal Total n % n % n % Shift Kerja Tidak Teratur 21 60 14 40 35 100 Teratur 1 14,3 6 85,7 7 100 0,027 Total 22 54,5 20 47,6 42 100 Stres Kerja Mengalami Stres 14 70 6 30 20 100 Tidak Mengalami Stres 8 36,4 14 63,6 22 100 0,029 Total 22 54,5 20 47,6 42 100 *uji Chi Square Hubungan Antara Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hasil uji Berdasarkan hasil uji Chi Square terlihat nilai ρ sebesar 0,029 (< 0,05). Hal ini berarti bahwa Terdapat hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja pada Karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. Stres akibat kerja adalah stres yang terjadi karena suatu ketidak mampuan pekerja dalam menghadapi tuntutan tugas yang mengakibatkan ketidaknyamanan dalam kerja. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stress kerja tersebut akan mengakibatkan menurunnya performansi, efisiensi dan produktivitas kerja tenaga kerja yang bersangkutan (Tarwaka, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Lahendong Kota Tomohon yaitu bahwa responden yang mengalami stres kerja dan kelelahan kerja ringan sebanyak (70%). Responden yang mengalami stres kerja dan kelelahan kerja normal sebanyak (30%) dan responden yang tidak mengalami stres kerja dan kelelahan kerja ringan yaitu (36,4%). Responden yang tidak mengalami stres kerja dengan kelelahan kerja normal yaitu (63,6%). Berdasarkan hasil uji Chi Square terlihat
nilai ρ sebesar 0,029 (< 0,05). Hal ini berarti bahwa Terdapat hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja pada Karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. Hasil penelitian ini didukungan oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyasari (2010), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kelelahan kerja dengan stress kerja pada perawat. Artinya semakin berat kelelahan kerja yang dialami perawat di tempat kerja semakin tinggi pula tingkat stres kerja pada perawat. Kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi kerja yang menurun. Kelelahan kerja terbukti memberikan kontribusi lebih dari 60% dalam kejadian kecelakaan di tempat kerja (Maurits, 2010). Berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan ada dua macam yaitu: kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kronis, tejadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Dalam hal ini kelelahan terjadi berlanjut bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai sesuatu pekerjaan. (Maurits, 2010). 1. Terdapat Hubungan antara Shift kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. 2. Terdapat Hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan di PT. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Kota Tomohon. SARAN Adapun saran yang diberikan yaitu : 1. Sebaiknya Karyawan memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin, dan bisa mengatur sendiri waktu istirahat dan waktu tidur untuk meminimalisir terjadinya kelelahan kerja. 2. Sebaiknya perusahan memiliki pekerja/ ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang baik dan berkompeten Untuk mengontrol kelelahan kerja dan juga masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja lainnya. 3. Bagi para karyawan sebaiknya memperhatikan kondisi tubuh, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mendapat istrirahat yang cukup sebelum melakukan pekerjaan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitan, maka dapat disimpulkan bahwa :
DAFTAR PUSTAKA Aisbett & Nichols. 2007. Fighting Fatigue whilst Figting Bushfire: an overview of Factors Contributing to Firefegter Fatgue During Bushfi re Suppression. The Australian Journal of Emergency Management, Vol. 22 No. 3. Baiduri, W. 2008. Fatigue Assesment Pt. Pama Persada Nusantara. Jakarta. Firmana, A. S. & Hariyono, W. 2011. Hubungan shift kerja dengan stres kerja pada karyawan bagian operation PT. Newmont Nusa Tenggara Di Kabupaten Sumbawa Barat. Gobel R. S. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stress kerja pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Skripsi tidak diterbitkan. Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado. Kodrat, K. M. 2011. Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan pekerja pabrik kelapa sawit di PT. X Labuhan Batu. Jurnal teknik industri, Medan; 12(2): 110-1. Liana, K. 2012. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Perawat Wanita Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta.[Skripsi Ilmiah]. Surakarata: Fakultas Kedotekteran Universitas Sebelas Maret. Losyk, B. 2007. Kendalikan Stres Anda. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Maurits, L. S. K. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Amara Books. Prismayanti F. I, Alifin dan Suratmi. 2010. Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat. Lamongan: STIKES Muhammadiyah Lamongan. (online). Vol.03, No.VII, Desember 2010. Putri 2013. Perbedaan Tingkat Stres Akibat Kerja Antara Shift Pagi, Siang, dan Malam Pada Perawat Bagian Kelas III Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Setyawati, 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta:Amara Books. Sucipto C. D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Suma mur, P. K. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung Tarwaka. S.S. 2010. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press. Widyasari, 2010. Hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit islam yarsis surakarta.