INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

Analisis Perkembangan Industri

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

SURVEI PENJUALAN ECERAN

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

Kondisi Perekonomian Indonesia

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

SURVEI PENJUALAN ECERAN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

3. Analisis Eksternal

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BERITA RESMI STATISTIK

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

ii Triwulan I 2012

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

B O K S. I. Gambaran Umum

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Transkripsi:

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga. Sementara secara bulanan, penjualan minyak diesel mengalami pertumbuhan tertinggi dan ekspor kayu lapis mengalami kontraksi terbesar. Secara kumulatif, hampir seluruh indikator ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami peningkatan kecuali ekspor besi dan baja. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas mengalami pertumbuhan positif. Produksi kendaraan non niaga mengalami pertumbuhan tertinggi (48,23%), sementara produksi minyak mentah tumbuh paling rendah (7,96%). Selama Februari 29 Februari 21, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis yaitu mencapai 131,4% yang terjadi pada Januari 21. Sementara itu, ekspor besi dan baja mengalami kontraksi terbesar yaitu -65,24% pada Juli 29 (Grafik 1). Bulanan Secara bulanan, penjualan minyak diesel mengalami pertumbuhan tertinggi (18,94%). Sementara kontraksi terbesar terjadi pada ekspor kayu lapis (-18,41%). Selama periode Februari 29 Februari 21, pertumbuhan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator ekonomi yang sama yaitu ekspor besi dan baja. Indikator ini tumbuh sebesar 73,55% (Maret 29) dan kontraksi sebesar -47,4% (April 29) (Grafik. 2). (% ) 15 1-5 -1 Grafik 1 Pertumbuhan Tahunan s.d Februari 21 Grafik 2 Pertumbuhan Bulanan s.d Februari 21 Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif dalam periode Januari-Februari 21, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tiga indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah ekspor kayu lapis (53,89%), produksi kendaraan niaga (53,81%) dan produksi kendaraan non niaga (52,75%). Satusatunya indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas yang mengalami penurunan adalah ekspor besi dan baja (-9,15%). Metodologi 5 Produksi Minyak Mentah (% ) 15 1 5-5 -1 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kondensat Feb 29 - Feb 21 Tertinggi Feb 21 Feb 29 - Feb 21 Terendah Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Produksi Sepeda Motor Konsumsi Semen Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Feb 29 - Feb 21 Tertinggi Feb 21 Feb 29 - Feb 21 Terendah Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) disusun berdasarkan data sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun dari pihak eksternal diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Kunj. Wisman 1

ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS) Rata-rata pertumbuhan subsektor pertambangan non migas selama tahun 21-29 sebesar 5,8%, dan rata-rata share terhadap total PDB sebesar 3,45%, dengan kecenderungan semakin meningkat. Pangsa dengan trend meningkat dan pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dimana subsektor tersebut memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDB dibandingkan subsektor lain dalam sektor pertambangan & penggalian yaitu sebesar,17%. Sementara itu, kontribusi subsektor penggalian terhadap PDB hanya sebesar 6%, bahkan subsektor pertambangan migas memberikan kontribusi negatif sebesar -,16%. Meskipun subsektor pertambangan non migas memberikan sumbangan positif terhadap PDB, namun peran perbankan terhadap subsektor ini relatif kecil sebagaimana terlihat dari rata-rata pangsa kredit yang diterima kelompok pertambangan hanya sebesar 1,72% terhadap total kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB Pertumbuhan subsektor pertambangan non migas cukup besar. Secara rata-rata (21-29) subsektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 5,8%. Pertumbuhan tersebut masih jauh diatas pertumbuhan sektor pertambangan & penggalian yang hanya sebesar,82%. Pada triwulan I-21 subsektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 8,36% (yoy), atau mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-29 (5,83%; yoy). Sebagai informasi, pertumbuhan sektor pertambangan & penggalian cenderung lebih kecil dibandingkan pertumbuhan subsektor pertambangan non migas, terutama disebabkan fluktuasi pertumbuhan di subsektor pertambangan migas. Tabel 1. Pertumbuhan, Distribusi, dan Kontribusi Subsektor dalam Sektor Pertambangan dan Penggalian (%) RINCIAN 2 21 22 23 24 25 26 27 28 29 a. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian Rata-rata (2-29) Q1-21,33 1, (1,37) (4,48) 3,2 1,7 1,93,68 4,37,82 3,54 1) Minyak dan gas bumi (4,87) (2,98) (4,66) (4,32) (1,77) (1,7) (1,15),45 7 (2,26) (,18) 2) Pertambangan tanpa migas 14,7 9,72 3,96 (7,96) 12,24 4,84 5,27 (1,1) 1,56 5,8 8,36 3) Penggalian 4,57 5,48 6,8 7,46 7,69 8,33 8,53 7,51 7,4 6,97 6,83 b. Distribusi/Share thd PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian 12,7 11,5 8,83 8,32 8,94 11,14 1,98 11,15 1,92 1,54 1,39 11,22 1) Minyak dan gas bumi 8,43 7,1 5,11 4,73 5,16 6,4 5,99 5,93 5,7 4,51 5,9 4,62 2) Pertambangan tanpa migas 2,81 3,19 2,81 2,65 2,84 3,77 3,91 4,6 3,95 4,54 3,45 5,9 3) Penggalian,83,85,91,95,94,97 1,7 1,17 1,27 1,49 1,4 1,5 c. Kontribusi thd PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian 4,12 (,15) (,48),31,16,18 6,36 7,29 1) Minyak dan gas bumi (,41) (,23) (,34) (,28) (,11) (6) (6) 2 (,16) (1) 2) Pertambangan tanpa migas,41,3,13 (,26),35,15,16 (3),29,17,23 3) Penggalian 4 5 5 6 7 7 8 7 7 6 7 Sumber : BPS diolah Share subsektor pertambangan non migas terhadap total PDB cukup tinggi, dengan kecenderungan meningkat. Rata-rata share subsektor pertambangan non migas terhadap total PDB tahun 2-29 adalah sebesar 3,45%, atau merupakan share tertinggi kedua setelah share subsektor pertambangan migas (5,9%). Share subsektor pertambangan non migas terhadap total PDB mengalami peningkatan dan secara rata-rata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada triwulan I-21, 2

share subsektor pertambangan non migas mencapai 5,9% (yoy), atau lebih besar dibandingkan share pada triwulan I-29 (4,32%) (Tabel 1). Jika dilihat secara sektoral, rata-rata pangsa subsektor pertambangan non migas terhadap sektor pertambangan & penggalian sebesar 33,26%. Secara rata-rata 2-29, pangsa subsektor pertambangan non migas terhadap sektor pertambangan & penggalian adalah sebesar 33,26%, atau merupakan pangsa tertinggi kedua setelah pangsa subsektor pertambangan migas (56,59%). Pangsa subsektor pertambangan non migas cenderung meningkat sementara pangsa subsektor pertambangan migas semakin menurun (Grafik 3). Subsektor pertambangan non migas memberikan andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana subsektor tersebut memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan subsektor lain dalam sektor pertambangan & penggalian. Sejalan dengan pertumbuhan dan pangsa subsektor pertambangan non migas yang cenderung meningkat, subsektor tersebut telah memberikan sumbangan tertinggi terhadap pertumbuhan PDB dibandingkan sumbangan subsektor lain dalam sektor pertambangan & penggalian. Rata-rata kontribusi subsektor pertambangan non migas terhadap pertumbuhan PDB tahun 2-29 sebesar,17% (Tabel 1). Grafik 3. Pangsa Subsektor Terhadap Sektor Pertambangan & Penggalian 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 2 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Penggalian Pertambangan tanpa migas Minyak dan gas bumi Sumber : BPS diolah B. Keterkaitan dengan Sektor Lain Keterkaitan output kelompok penambangan batubara & bijih logam dengan sektor ekonomi lain relatif erat. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel I-O, komoditas dalam subsektor pertambangan non migas tercermin dari kelompok penambangan batubara & bijih logam. Kelompok tersebut memiliki indeks derajat kepekaan yang besar yaitu sebesar 1,46. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk menghasilkan 1 unit output kelompok tersebut maka dibutuhkan input dari sektor ekonomi lainnya sebesar 1,46 unit. Sementara derajat penyebaran kelompok penambangan batubara & bijih logam adalah sebesar,85 yang berarti bahwa 1 unit output kelompok tersebut akan mendorong output komoditas sektor ekonomi lainnya sebesar,85 unit. C. Pembiayaan Peran perbankan terhadap subsektor pertambangan non migas masih relatif kecil. Meskipun subsektor pertambangan non migas telah memberikan sumbangan positif terhadap PDB, namun peran perbankan terhadap subsektor tersebut masih relatif kecil. Secara rata-rata tahun 2-29 pangsa kredit yang diterima kelompok pertambangan hanya sebesar 1,72% terhadap total kredit seluruh sektor 3

ekonomi. Rendahnya rata-rata pangsa kredit kepada kelompok pertambangan mengindikasikan bahwa kredit yang diterima kelompok pertambangan non migas lebih kecil dari rerata tersebut. BOKS : Subsektor Pertambangan Non Migas KOMODITAS BATUBARA Batubara merupakan salah satu komoditas utama dalam subsektor pertambangan non migas dan masuk dalam 1 komoditas ekspor utama di Indonesia. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi 1. Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. 1. Produksi dan Konsumsi Domestik Komoditi Batubara Pada tahun 29 produksi komoditas batubara tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Rata-rata produksi batubara tahun 23-29 sebesar 164 juta ton, atau tumbuh rata-rata sebesar 1,97%. Pada tahun 29 total produksi komoditas batubara mencapai 28 juta ton, atau tumbuh sebesar 1,25% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 28 (5,52%) (Grafik 4). Berdasarkan data dari BP Statistical Review 2, selama tahun 199-28 produksi batubara nasional tumbuh sebesar 18,5% per tahun dan jauh melampaui pertumbuhan produksi batubara dunia. Peningkatan produksi batubara yang cukup tinggi tersebut ditengarai disebabkan oleh permintaan dan harga batubara yang cukup tinggi. Permintaan yang dimaksud adalah ekspor sebagaimana tercermin dari kecenderungan meningkatnya volume ekspor batubara dan turunannya (kokas dan briket) sebesar 18,35% pada tahun 29 dibandingkan tahun sebelumnya. Kecenderungan peningkatan produksi batubara tidak diimbangi dengan peningkatan konsumsi domestik, konsumsi domestik komoditas batubara masih relatif kecil. Secara rata-rata konsumsi domestik batubara yang tercermin dari penjualan domestik tahun 23-29 adalah sebesar 41 juta ton, atau tumbuh rata-rata sebesar 1,18%. Pada tahun 29, konsumsi domestik batubara mencapai 5 juta ton, atau tumbuh 1,8% dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi domestik tersebut sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,14%. 1 Survei Pemetaan Sektor Ekonomi Sektor Pertambangan 2 Sumber : www.tekmira.esdm.go.id/currentissues 4

Grafik 4. Produksi dan Penjualan Domestik Komoditi Batubara (juta ton) 225 2 175 15 125 1 75 5 25 23 24 25 26 27 28 29 Produksi Growth penjualan Penjualan domestik Growth produksi (%, yoy) 35 3 25 2 15 1 5 5 1 Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dari 39 perusahaan penghasil batubara di Indonesia, PT. Adaro Indonesia menguasai sebanyak 19,51% dari total produksi batubara, diikuti oleh PT. Kaltim Prima Coal (18,34%), PT. Kideco Jaya Agung (11,87%), PT. Arutmin Indonesia (9,28%), PT. Berau Coal (6,89%), PT. Indominco Mandiri (5,96%), PT. Bukit Asam (5,21%), dan lainnya (22,94%) (Grafik 5). Grafik 5. Rata-rata Pangsa Produksi per Perusahaan (Tahun 29) 32 perusahaan lainnya, 22.94 Adaro Indonesia, PT, 19.51 Grafik 6. Rata-rata Pangsa Produksi per Regional (Tahun 29) Sumatera Barat,.1 Riau,.61 Sumatera Selatan, 5.21 Jambi,.44 Bukit Asam, 5.21 Kalimantan Selatan, 36.39 Indominco Mandiri, PT, 5.96 Kaltim Prima Coal, PT, 18.34 Berau Coal, PT, 6.89 Arutmin Indonesia, PT, 9.28 Kideco Jaya Agung, PT, 11.87 Kalimantan Timur, 56.8 Kalimantan Tengah,.55 Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Batubara mayoritas berasal dari Kalimantan Timur. Jika dilihat secara regional, batubara mayoritas berasal dari Kalimantan Timur (56,8%) dan diikuti oleh Kalimantan Selatan (36,39%), Sumatera Selatan (5,21%), Riau (,61%), Kalimantan Tengah (,55%), Jambi (,44%), serta Sumatera Barat (1%) (Grafik 6). 2. Harga Komoditi Batubara Pergerakan harga batubara sangat bergantung pada perkembangan harga minyak mentah, karena batubara merupakan barang substitusi dari minyak. Harga batubara cenderung berfluktuasi seiring dengan perkembangan harga minyak mentah. Jika harga minyak mengalami kenaikan harga batubara juga akan mengalami kenaikan. Pada saat terjadi memuncaknya resesi global pada triwulan IV-28 harga batubara mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun, seiring dengan membaiknya perekonomian global harga batubara kembali mengalami peningkatan. Sejak Maret 29 harga batubara sebesar USD65,36 per metric 5

ton, terus mengalami kenaikan hingga mencapai nilai sebesar USD17,3 per metric ton pada April 21 (Grafik 7 dan 8). Grafik 7. Perkembangan dan Pertumbuhan Harga Batubara Grafik 8. Perkembangan Harga Batubara dan Crude Oil (USD/metric ton) 25 (%, mtm) 5 (USD/metric ton) 25 (USD/barrel) 16 2 4 3 2 14 12 15 2 15 1 1 8 1 1 6 5 1 2 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 28 29 21 28 29 21 Batubara Growth Batubara Crude Oil WTI Sumber : IMF, diolah Sumber : IMF dan Bloomberg, diolah 3. Perkembangan Neraca Perdagangan Data ekspor impor komoditas batubara tercermin dari data ekspor impor batubara, kokas, & briket. a) Perkembangan Ekspor Rata-rata nilai ekspor tahun 24-29 sebesar USD7.477 juta atau setara dengan 179,8 juta ton. Rata-rata pangsa nilai ekspor batubara, kokas, & briket terhadap total ekspor non migas adalah sebesar 8,58%. Pada tahun 29, nilai ekspor batubara, kokas, & briket mencapai nilai tertinggi selama 6 tahun terakhir. Nilai ekspor pada tahun 29 tercatat sebesar USD13.779 juta, atau tumbuh sebesar 33,6% (yoy). Nilai ekspor pada tahun 29 merupakan nilai tertinggi selama 6 tahun terakhir. Pertumbuhan nilai ekspor pada tahun 29 didorong oleh peningkatan volume ekspor dan harga komoditas 3 yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 18,35% dan 12,88%. Sampai dengan triwulan I-21 nilai ekspor batubara, kokas, & briket mencapai USD4.98 juta atau setara dengan 72,2 juta ton (Grafik 9 dan 1). (juta USD) 16, Grafik 9. Perkembangan Nilai Ekspor Batubara, Kokas dan Briket (%, yoy) 6 (ribu ton) 25 Grafik 1. Perkembangan Volume Ekspor Batubara, Kokas dan Briket (%, yoy) 5 14, 12, 1 5 4 2 15 4 3 8, 3 2 6, 4, 2, 2 1 1 5 1 24 25 26 27 28 29 24 25 26 27 28 29 1 Nilai Ekspor Growth Volume Ekspor Growth Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Negara tujuan utama ekspor adalah negara di kawasan Asia terutama negara Jepang, Taiwan, Korea Selatan, India, dan Cina. Berdasarkan nilai ekspor, negara utama tujuan ekspor produk batubara, kokas, & briket adalah negara di kawasan Asia dengan pangsa sebesar 85,17% terhadap total ekspor komoditas batubara, kokas, & briket, terutama Jepang, Taiwan, Korea Selatan, India, dan Cina. Rata-rata 3 Harga komoditas dihitung dari nilai ekspor dibagi volume ekspor 6

pangsa tahun 24-29 untuk kelima negara tersebut masing-masing adalah Jepang (24,8%), Taiwan (17,21%), Korea Selatan (13,56%), India (12,88%), dan Cina (6,7%) terhadap ekspor batubara, kokas, & briket di Asia. b) Perkembangan Impor Nilai impor batubara, kokas, & briket relatif kecil. Rata-rata nilai impor batubara, kokas, & briket tahun 24-29 sebesar USD34.946 ribu, atau tumbuh rata-rata sebesar 34,84% (yoy) dan dengan rata-rata pangsa sebesar 5% terhadap total impor non migas. Pada tahun 29 nilai impor mencapai USD37.735 ribu ton, atau turun -38,81% dibandingkan periode sebelumnya. Sebagai informasi, nilai impor mencapai pertumbuhan tertinggi selama 6 tahun terakhir pada tahun 28 yaitu tumbuh sebesar 216,44%. Pada tahun 29, nilai impor mengalami penurunan sebesar -38,81% dibandingkan periode sebelumnya dan tercatat sebesar USD37.735 ribu ton. Penurunan nilai impor tersebut terutama disebabkan oleh penurunan volume impor (-41,21%; yoy). Sampai dengan triwulan I-21, nilai impor mencapai USD8.598. Nilai impor batubara, kokas, & briket sampai dengan triwulan I-21 mencapai USD8.598 juta atau mengalami penurunan sebesar - 8,76% (yoy). Jika dilihat secara volume sampai dengan triwulan I-21 volume impor turun lebih tajam yaitu sebesar -1,34% sehingga volume impor tercatat sebesar 26 ribu ton (Grafik 11 dan 12). (ribu USD) 7 Grafik 11. Perkembangan Nilai Impor Batubara, Kokas dan Briket (%, yoy) 25 (ribu ton) 25 Grafik 12. Perkembangan Volume Impor Batubara, Kokas dan Briket (%, yoy) 8 6 5 2 15 2 6 4 4 1 15 2 3 5 1 2 1 5 5 2 4 24 25 26 27 28 29 1 24 25 26 27 28 29 6 Nilai Impor Growth Volume Impor Growth Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Negara asal impor batubara, kokas, & briket mayoritas berasal dari kawasan Asia terutama negara Cina dan Vietnam. Berdasarkan nilai impor, negara asal produk batubara, kokas, & briket mayoritas adalah negara di kawasan Asia dengan rata-rata pangsa tahun 24-29 sekitar 97,3% terhadap total impor komoditas tersebut. Secara rinci, negara asal impor komoditas batubara, kokas, & briket adalah Cina dan Vietnam. Neraca perdagangan batubara, kokas, & briket selama 6 tahun terakhir mengalami net ekspor. Selama tahun 24-29, neraca perdagangan batubara, kokas, & briket menunjukkan nilai net ekspor dengan rata-rata sebesar USD7,4 juta atau tumbuh rata-rata sebesar 34,17% dibandingkan periode sebelumnya. Sampai dengan triwulan I-21 net ekspor mencapai USD4, juta, atau naik 62,9% dari triwulan I-29 (Grafik 13). 7

Grafik 13. Trade Balance Batubara, Kokas, & Briket (ribu USD) 14, 12, 1 8, (ribu USD) 7 6 5 4 6, 4, 2, 3 2 1-24 25 26 27 28 29 - Nilai Ekspor (sb kiri) Net Ekspor (sb kiri) Nilai Impor (sb kanan) 4. Pembiayaan Sumber : Bank Indonesia, diolah Rata-rata kredit yang diterima kelompok batubara sebesar Rp4.3 miliar/tahun. Selama periode 2-29 rata-rata penyaluran kredit ke sektor pertambangan adalah sebesar Rp14.325 miliar/tahun, sementara kredit yang diterima kelompok batubara rata-rata sebesar Rp4.3 miliar/tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pangsa kredit kelompok batubara terhadap kredit sektor pertambangan cukup besar (37,26%), atau berada dibawah pangsa kredit kelompok minyak bumi & gas (44,54%). Namun, jika dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi rata-rata pangsa kredit kelompok batubara hanya sebesar,55%. Posisi kredit yang diterima kelompok batubara pada triwulan I-21 adalah sebesar Rp9.257 miliar, atau naik 9,39% dibandingkan triwulan I-29 (Grafik 14). Pertumbuhan kredit yang disalurkan ke kelompok batubara masih rendah. Selama periode 21-29, kredit kelompok batubara mengalami pertumbuhan sebesar 3,7%, atau merupakan pertumbuhan kredit terendah dibandingkan kelompok lain di sektor pertambangan. Secara berturut-turut pertumbuhan rata-rata kelompok bijih logam sebesar 63,82%, kelompok minyak bumi & gas (55,63%), dan kelompok lainnya (33,88%). Bahkan pertumbuhan kredit kelompok batubara lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan ke sektor pertambangan (33,2%). Mengingat karakteristik investasi bidang pertambangan yang padat modal, beresiko tinggi, dan tingkat pengembalian modal yang lama, perbankan nasional kurang berminat membiayai sektor ini. Hal ini ditengarai akibat dari pemahaman terhadap prospek pembiayaan sektor ini masih kurang 1. Grafik 14. Rata-rata Pangsa Kredit Kelompok Batubara Bijih logam, 7.88 Grafik 15. Pembiayaan Kredit Kelompok Batubara miliar Rp 45, (%) 12 Lainnya, 1.33 Minyak dan gas bumi, 44.54 4 35, 3 25, 1 8 6 2 4 15, 2 1 5, Batubara, 37.26-2 21 22 23 24 25 26 27 28 29 4,673 2,8 3,785 5,61 7,73 7,873 13,896 25,335 3,54 41,559 Total Kredit Pertambangan -2 Kredit Kelompok Batubara 967 1,93 2,188 2,174 3,115 3,359 4,45 5,674 7,357 9,164 Growth Kredit Kelompok Batubara 96.68 15.1 -.66 43.32 7.83 31.13 28.8 29.67 24.56 Sumber: LBU, Bank Indonesia Sumber: LBU, Bank Indonesia 8

5. Daya Saing Daya saing komoditas batubara yang tercermin dari nilai RCA/Revealed Comparative Advantage lebih dari 1 yaitu sebesar 8,91. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas batubara merupakan komoditas yang berdaya saing kuat. Sebagai informasi, mineral dan batubara merupakan bahan galian strategis, baik sebagai sumber pasokan energi nasional maupun sebagai komoditi ekspor untuk pembangunan nasional jangka panjang. Apabila dilihat dari volume produksi dan cadangannya, batubara merupakan komoditas yang paling mendominasi dibandingkan komoditas subsektor pertambangan non migas lainnya 1. 6. Permasalahan dan Kebijakan Beberapa permasalahan terkait komoditas batubara, antara lain: a. Permasalahan aspek sosial dan lingkungan hidup. Usaha pertambangan mineral dan batubara akan mengubah bentang alam menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Kondisi ini menimbulkan permasalahan dengan lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan di sekitar pertambangan antara lain: mengenai larangan membuang limbah padat termasuk limbah berwujud lumpur (PP82/21). Misalnya pembuangan sisa kegiatan penambangan berupa tailing ke dalam air atau sumber air 1. b. Pasokan batubara untuk pembangkit energi dan industri lokal sering bermasalah bahkan terhambat. Produsen ditengarai lebih memilih mengekspor komoditas tambang karena harganya lebih mahal 4. Beberapa alternatif/rekomendasi pemecahan masalah tersebut adalah: a. Diperlukan percepatan pengesahan RUU mineral dan batubara, sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan seluruh produk hukum yang berkenaan dengan sektor pertambangan yang sifatnya lintas sektoral baik pusat maupun daerah serta peningkatan local expenditure dengan meningkatkan pemanfaatkan produk dari industri penunjang dalam negeri termasuk mendorong pertumbuhan industri pengolahan produk mineral dalam negeri 5. b. Diperlukan lembaga seperti Badan Pengelolaan Sektor Hulu Migas (BP Migas) khusus untuk batu bara untuk mendorong agar Domestic Market Obligation/DMO terpenuhi dan mengatur masalah distribusi batubara 6. c. Dari sisi perbankan, mengingat margin usaha di sektor pertambangan cukup tinggi, diharapkan peluang tersebut dapat dimanfaatkan oleh sektor perbankan dalam negeri untuk membiayai sektor pertambangan khususnya pertambangan batubara 1. d. Kebijakan pemerintah di sektor pertambangan perlu terus diupayakan agar mendorong investasi. Dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk sektor pertambangan dengan cara 1 : Mengurangi pungutan baik pajak maupun non pajak yang jumlahnya cukup banyak Menciptakan kepastian hukum terutama menyelesaikan di tingkat tinggi, yaitu ketentuan yang tumpang tindih antara kehutanan dan pertambangan dan mengurangi kebijakan otonomi daerah yang menghambat kegiatan dan investasi di sektor pertambangan. Meningkatkan peran pemerintah daerah agar dapat mendorong terciptanya hubungan baik antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat sekitarnya sehingga keberadaan pertambangan dapat berdampak positif terhadap pembangunan masyarakat sekitarnya dan konflik dapat dihindari Pemerintah dalam hal ini DESDM diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi ketentuan pemerintah mengenai kegiatan pertambangan agar interpretasi yang salah atas kewenangan pemerntah daerah tidak terjadi. Dan untuk menjamin ketentuan dapat berjalan dengan baik maka perlu ada tindakan tegas terhadap kesalahan pemerintah daerah oleh pemerintah pusat. Memberikan insentif bagi investor minyak yang mau melakukan investasi di lapangan-lapangan yang sudah tua mengingat biaya teknologinya sangat mahal. 4 Sumber : Republika, 1/21/21 5 Sumber : ESDM, 5/7/21 6 Sumber : Kompas, 2/8/21 9

Pemerintah telah menetapkan Kebijakan Batubara Nasional (KBN) sebagai pedoman dalam pengelolaan, pengusahaan, pemanfaatan, dan pengembangan batubara. 7. Proyeksi ke Depan Produksi batubara dunia baik di negara non OECD, Asia, China, OECD, dan India cenderung mengalami trend peningkatan. Di Indonesia, produsen batubara nasional menyiapkan sebanyak 68 juta metric ton (MT) produk tambang tersebut untuk penjualan di pasar dalam negeri atau DMO pada 21. Porsi penjualan produk dalam negeri tersebut meningkat dibandingkan tahun 29 7. Pelaku usaha industri pertambangan dalam negeri optimis tahun depan adalah saat menguntungkan bagi sektor pertambangan, seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dunia. Bisnis pertambangan akan meningkat sekitar 3-4%. Pada tahun 21 diperkirakan akan terjadi kenaikan investasi di sektor pertambangan yang mencapai USD 8 s.d 1 miliar. Di sisi lain, potensi bisnis batubara dalam negeri sedang cukup bagus dimana dalam jangka waktu ke depan Indonesia akan membangun pembangkit listrik berdaya 38. megawaat yang membutuhkan batubara sebagai energy dalam jumlah cukup besar 8. International Energy Agency (IEA) dalam World Energy Outlook yang dirilis Mega Capital Indonesia pertengahan April 21, memproyeksikan kenaikan permintaan batubara akan jauh lebih besar dari kenaikan permintaan minyak bumi dan gas alam. Untuk 21 harga batubara diproyeksikan akan berada pada level USD128,81/ton, dan pada tahun 23 harga batubara diproyeksikan naik ke level USD186,7/ton. 7 Sumber : Media Indonesia, Februari 21 8 Sumber : Kontan, 1/6/29 1

Tabel 2 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 29 21 Pertumbuhan (%) Indikator Satuan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Feb-1 y-t-d* Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel 23.664 26.175 24.65 25.579 24.929 25.498 25.29 24.534 25.644 24.882 25.944 25.271 25.547 7,96 1,9 2,43 - Produksi Kondensat ribu barel 3.48 3.551 3.47 3.52 3.51 3.847 3.776 3.846 3.697 3.587 3.74 4.3 4.185 22,8 3,85 13,78 Non Migas 27.72 29.726 28.119 29.8 28.439 29.345 29.66 28.38 29.341 28.469 29.685 29.31 - Produksi Kendaraan Non Niaga unit 23.348 25.248 26.72 25.24 27.35 28.623 32.25 26.254 35.63 32.722 46.53 36.839 34.68 48,23-6,6 52,75 - Produksi Kendaraan Niaga unit 8.888 8.8 9.194 9.234 1.346 1.196 9.541 7.39 11.798 1.19 1.478 11.429 12.763 43,6 11,67 53,81 - Produksi Sepeda Motor unit 49.665 442.222 377.877 455.585 486.475 547.582 627.831 422.272 624.823 556.67 539.594 515.962 528.32 28,96 2,39 33 - Ekspor Besi dan Baja ton 18.678 188.67 99.889 86.411 98.63 82.911 17.825 18.894 111.534 114.774 12.281 133.171 12.568 1,94-9,46-9,15 - Konsumsi Semen ton 2.636.672 2.667.435 2.85.36 3.52.917 3.395.717 3.512.245 3.565.168 2.545.349 3.793.55 3.542.132 3.825.165 3.362.322 2.989.762 13,39-11,8 13,32 - Ekspor Kayu Lapis ton 124.89 126.897 142.63 14.784 15.563 139.328 143.45 118.391 175.465 147.61 153.34 165.928 135.384 9,1-18,41 53,89 - Ekspor Kayu Gergajian ton 24.91 24.222 24.983 29.342 29.33 31.678 32.95 25.653 37.473 32.891 36.23 33.68 31.63 31,18-4,43 36,62 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter 11.117 11.975 6.97 1.527 1.816 11.126 12.75 1.776 12.525 12.244 1.678 1.24 12.136 9,17 18,94 16, - Penjualan Listrik ke Sektor Industri ribu KWH 3.566.771 3.423.848 3.741.76 3.776.972 4.22.794 4.15.933 4.83.537 4.157.2 3.388.36 4.24.76 4.47.214 4.144.546 4.262.799 19,51 2,85 21,52 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan ribu KWH 1.792.4 1.78.986 1.849.339 1.923.924 1.962.235 1.958.62 1.955.457 1.977.683 1.877.291 2.3.566 1.98.942 2.61.23 2.1.441 11,69-2,9 12,39 - Penjualan Listrik Total ribu KWH 1.41.128 1.11.438 1.754.268 11.69.647 11.466.428 11.49.339 11.496.453 11.642.951 1.821.866 11.865.882 11.71.115 11.986.552 11.685.755 12,35-2,51 13,86 - Kunjungan Wisman orang 356.471 434.11 413.51 446.646 472.85 515.265 487.365 417.376 468.251 445.892 521.63 511.314 523.135 46,75 2,31 37,11 Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton 24 292 179 179 388 17 233 195 229 35 221 35 218 6,75-28,47 11,28 - Batubara ribu ton 13.539 14.47 13.47 17.566 27.387 22.935 2.862 2.62 23.459 2.668 27.72 24.235 23.759 75,48-1,96 94,65 - Biji Tembaga ribu ton 112 373 28 253 22 26 149 238 24 119 349 12 14-7,34 2,26-42,21 - Peralatan Listrik ribu ton 44 49 51 55 56 61 66 54 7 64 57 55 54 24,8-1,42 3,41 - Makanan Olahan ribu ton 14 143 12 114 178 218 218 122 197 185 177 139 13 25,5-6,69 31,83 - Karet Olahan ribu ton 175 25 199 227 29 247 218 191 227 182 211 27 214 22,25 3,39 29,99 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 52 539 517 541 562 52 515 472 588 529 65 478 521,15 9,1-9,7 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton 139 146 142 159 149 158 157 13 154 14 169 152 158 13,46 3,42 2,35 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 61 49 57 75 56 32 27 29 63 71 5 53 5-19,9-6,12-24,59 - Minyak Nabati ribu ton 1214 1383 1329 1825 1133 1173 2161 1487 1957 1524 261 98 1243 2,37 26,85-12,64 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : *) Pertumbuhan kumulatif (y-t-d) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 28. - Data ekspor 1 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih sejak edisi Mei 29. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari-Desember 28. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (mtm), tahunan (yoy) dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. 11

GRAFIK PERTUMBUHAN 14 INDIKATOR TERPILIH 24, Grafik 16 Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 12, 25, Grafik 17 Produksi Kondensat (% ) (% ) 15, 2 16, 12, 8, 8, 4, 2 15, 1 5, 1 5, 4, -4, -8, 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2-4, -8, -12, -5, -1-15, -2 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2-5, -1-15, Grafik 18 Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 19 Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) (% ) (% ) 12 5 35 8 1 8 6 4 2-2 -4-6 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 4 3 2 1-1 -2-3 3 25 2 15 1 5-5 -1 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 6 4 2-2 -4-6 Grafik 2 Produksi Sepeda Motor Grafik 21 Ekspor Besi dan Baja (% ) (% ) 8 6 4 2-2 -4 6 5 4 3 2 1-1 -2-3 -4 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 (% ) (% ) 12 14 1 12 8 1 6 8 4 6 2 4 2-2 -4-6 -2-8 -4-1 -6 111121 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2 12

Grafik 22 Konsumsi Semen Grafik 23 Ekspor Kayu Lapis (% ) (% ) 8 8 6 6 4 4 2 2-2 -2 (% ) 15 125, 1 75, 5 25, -25, -5 (% ) 1 75, 5 25, -25, -5-4 111121 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2-4 -75, 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2-75, Grafik 24 Ekspor Kayu Gergajian Grafik 25 Penjualan Minyak Diesel (% ) (% ) 75, 5 25, -25, -5-75, -1 1 75, 5 25, -25, -5 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 (% ) (% ) 1 75, 1 5 75, 25, 5 25, -25, -5-75, -25, -1-5 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 (% ) 25, 2 15, 1 5, -5, -1-15, -2 Grafik 26 Penjualan Listrik ke Sektor Industri 11112123456789111121234567891111212 (% ) 25, 2 15, 1 5, -5, -1-15, -2 (% ) 25, 2 15, 1 5, -5, -1-15, -2-25, Grafik 27 Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 (% ) 15, 1 5, -5, -1 13

(% ) 18, 16, 14, 12, 1 8, 6, 4, 2, -2, -4, Grafik 28 Penjualan Listrik Total 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 (% ) 15, 1 5, -5, -1 Grafik 29 Kunjungan Wisman (% ) (% ) 5 4 3 2 1-1 -2 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 4 3 2 1-1 -2-3 14