3. Analisis Eksternal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. Analisis Eksternal"

Transkripsi

1 3. Analisis Eksternal 3.1. Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Dunia Ekspansi ekonomi dunia diperkirakan tetap berlanjut meski tidak merata. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan terbatas, sementara negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik. IMF, dalam publikasinya di World Economic Outlook bulan Juni 2011 memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju di 2011 mencapai 2,2%. Sementara itu, negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh tinggi sebesar 6,6% yang dimotori oleh China, India, dan negara-negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 4,3%. Selanjutnya, pada tahun 2012, kondisi ekonomi Negara. maju diperkirakan semakin membaik karena meningkatnya investasi, membaiknya permintaan domestik, dan membaiknya sektor tenaga kerja seiring kebijakan moneter yang masih akomodatif. Sementara itu, negara-negara berkembang diperkirakan tetap mencatat pertumbuhan yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia dapat mencapai 4,5% pada tahun Tabel 3.1. Perkembangan Makro Ekonomi Dunia (%) PDB Dunia Negara Maju USA Kawasan EURO Jepang Negara Maju Lainnya Negara Berkembang Eropa Timur dan Tengah Negara Persemakmuran Negara Berkembang Asia China India Asean Amerika Latin & Karibia Afrika Utara & Timur Tengah Sumber: Bank Indonesia 3.2. Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan mencapai 6,5% (yoy). Selain konsumsi domestik pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih didorong oleh kinerja ekspor dan membaiknya kinerja investasi. Di sisi lapangan usaha, kinerja pada triwulan II diperkirakan ditopang oleh membaiknya kinerja beberapa sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor bangunan. III-1

2 Grafik 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%) Sumber : Bank Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Permintaan Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan mencapai 6,5% dengan kontribusi utama ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi volume perdagangan dunia yang meningkat mendorong ekspor tetap tumbuh positif. Demikian pula dengan impor, dia diperkirakan tumbuh cukup tinggi sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekspor dan investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tumbuh tinggi dengan diiringi keyakinan konsumen yang cukup tinggi. Pertumbuhan investasi diperkirakan meningkat meskipun terjadi perlambatan apresisasi dan rendahnya realisasi proyek infrastruktur serta belanja modal pemerintah. Grafik 3.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Agregat Permintaan (%) Sumber : Bank Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Penawaran Kinerja sektoral pada triwulan II diperkirakan ditopang oleh membaiknya kinerja beberapa sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor bangunan. Sementara itu, kinerja sektor lainnya diperkirakan tumbuh terbatas. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan pada dua triwulan tersebut adalah kondisi permintaan eksternal yang masih baik dan permintaan domestik yang masih terjaga. Selain itu, perbaikan cuaca juga berpengaruh positif terutama pada sektor pertanian. Terdapat risiko pada kinerja subsektor alat angkut terkait gempa Jepang yang mengganggu pasokan bahan baku, namun produksi mulai kembali normal mulai Juni III-2

3 Grafik 3.3 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Agregat Penawaran (%) Sumber: Bank Indonesia Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing (USD) Penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut. Di tengah meningkatnya risiko global terkait dengan penanganan krisis di Eropa, rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II 2011 terapresiasi sebesar 3,58% ke level Rp per dolar AS Pada akhir triwulan laporan, rupiah ditutup pada level Rp per dolar AS, menguat 1,53% (ptp) dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut diikuti oleh meningkatnya volatilitas nilai tukar rupiah yang menurun menjadi 0,3% dari 0,35% pada triwulan sebelumnya. Grafik 3.4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing (USD) Sumber: Bank Indonesia Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial tersebut di atas, Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada akhir Juni 2011 tercatat sebesar 119,7 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. III-3

4 Grafik 3.5 Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia (Miliar USD) Sumber: Bank Indonesia Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia Tekanan inflasi sampai dengan triwulan II 2011 masih cukup terkendali. Baik secara triwulanan maupun tahunan, inflasi IHK pada triwulan II 2011 tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya yakni sebesar 0,36% (qtq) dan 5,54% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok volatile food yang mengalami deflasi. Sementara itu, tekanan dari kelompok inti meningkat yang antara lain didorong oleh peningkatan harga komoditas global, namun masih terkendali. Grafik 3.6 Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia (%) Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Suku Bunga / BI Rate Indonesia Suku bunga perbankan pada triwulan II 2011 mengalami peningkatan. Data sampai dengan Mei 2011 menunjukkan rata-rata suku bunga deposito 1 bulan sedikit meningkat menjadi 6,85% dari 6,83% pada triwulan sebelumnya. Di sisi suku bunga kredit, berdasarkan data sementara, suku bunga untuk kredit modal kerja (KMK), diindikasi mengalami peningkatan, sedangkan suku bunga untuk kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) masing-masing diindikasi mengalami penurunan. III-4

5 Suku Bunga (%) Tabel 3.2. Perkembangan Berbagai Suku Bunga (%) Triwulan I-2010 Triwulan II-2010 Triwulan III-2010 Triwulan IV-2010 Triwulan I Triwulan II Jan Feb Mar Apr Jan Jan Jan Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun BI Rate 6,50 6,50 6,50 6, ,50 6,50 6,50 6,50 n.a n.a Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7, ,00 7,00 7,00 7,00 n.a n.a n.a Dep 1 bulan (Weighted Average) 7,09 6,93 6,77 6, ,75 6,72 6,81 6,78 n.a Na n.a Base Lending Rate 12,64 12,66 12,58 12, ,38 12,21 12,07 11,98 n.a n.a n.a Kredit Modal Kerja (KMK) 13,75 13,68 13,54 13, ,19 13,00 13,01 12,96 n.a n.a n.a n.a Kredit Investasi (KI) 13,24 13,21 12,72 12, ,40 12,41 12,38 12,35 n.a n.a n.a n.a Kredit Konsumsi (KK) 16,32 16,36 15,42 15, ,83 14,75 14,65 14,53 n.a n.a n.a n.a Sumber: Bank Indonesia 3.3. Prospek Ekonomi Kedepan Pertumbuhan aktivitas perdagangan dunia diperkirakan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang juga cenderung membaik. Dengan kondisi eksternal tersebut, perekonomian Indonesia ke depan diperkirakan cenderung membaik disertai dengan sumber pertumbuhan yang semakin seimbang. Pada tahun 2011 dan 2012,pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masing-masing berkisar 6,3%-6,8% dan 6,4% - 6,9%. Dengan kondisi permintaan yang cenderung meningkat, baik yang berasal dari eksternal maupun domestik, pertumbuhan impor diperkirakan juga meningkat Perkembangan Industri Nikel Dunia Perkembangan Produksi Nikel Dunia Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di Indonesia, bersama Kanada dan Australia. Berdasar data terakhir yang diperoleh, Indonesia berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New Caledonia. Keempat negara ini menguasai sekitar 65% supply dunia. Produksi dan konsumsi Nikel dunia berdasarkan data International Nickel Study Group (INSG) meningkat dari tahun ke tahun, sebelum akhirnya menurun setelah tahun Pada tahun 2008 produksi nikel dunia mencapai ton atau turun dibandingkan produksi tahun 2007 sebesar ton, dan tahun 2009 turun dibanding 2008 yaitu menjadi sebesar ton. Pertumbuhan rata-rata produksi nikel dunia dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mencapai 1,26% per tahun. Pada tahun 2010 produksi nikel dunia mencapai 1,33 juta ton, naik dibanding produksi tahun Tabel 3.3. Produksi Nikel Dunia Tahun ( 000 ton) Primary Africa Nickel 57 55,5 54,5 49,1 42,1 36,4 34,24 29,99 America Production 312,3 307,6 317,6 324,7 304,8 239,2 258,6 246,4 Asia 249,4 270,6 303,5 379,4 378,6 432,3 394,5 411,3 Europe 468,3 462,9 511,6 513,7 510,2 453,6 489,7 490,6 Oceania 166,3 177,5 162,6 156,2 141,9 167,6 161,1 160,8 World Total 1.253, , , , , , , ,14 Sumber : International Nickel Study Group Ket : 2011 Angka Proyeksi III-5

6 Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia Sedangkan konsumsi nikel dunia pada tahun 2008 menurun dibanding tahun 2007 yaitu menjadi sebesar ton dan tahun 2009 mencapai ton. Pertumbuhan rata-rata konsumsi nikel dunia dari tahun 2004 hingga 2009 menurun 0,05% per tahun. Tabel 3.4. Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia (`000 ton) Primary Nickel Usage Africa 45, , ,3 25,8 23,1 America 164,6 174,3 180,4 171,4 160,5 121,8 152,0 149,1 Asia 579,6 592,2 683,7 690,9 688,3 760,3 686,1 691,9 Europe 454,3 447,2 492,1 423,9 399,6 315,6 410,0 406,5 Oceania 2,8 2,8 2,9 2,9 2,9 2,7 2,8 2,8 World Total 1.246, , , , , , , ,5 Sumber : International Nickel Study Group Ket : 2011 Angka Proyeksi Pada tahun 2010 konsumsi nikel meningkat hal ini dipicu oleh kenaikan konsumsi stainless steel dunia. Nikel dalam industri sebagian besar digunakan untuk memproduksi stainless steel. Berikut ini komposisi penggunaan nikel dunia di industri. Grafik 3.7 Komposisi Penggunaan Nikel Dunia Sumber : International Nickel Study Group Pembuatan baja saat ini menyerap sebanyak 65 persen produksi nikel dunia 8 persen digunakan untuk elektroplating, 5 persen untuk bahan kimai dan sisianya 22% digunakan untuk paduan lainya. Realisasi produksi stainless steel dunia tahun 2009 sebesar 24,6 juta MT menurun sebesar 5.2% dibanding produksi 2008 sebesar 25,9 juta MT. Namaun produksi tahun 2009 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi, dimana produksi stainless steel dunia 2009 diekspektasikan turun 14% dibanding Hal tersebut menunjukan telah terjadi proses pemulihan kondisi perekonomian global pasca krisis keuangan global. Permintaan stainless steel dunia pada 2010 mengalami kenaikan 6%. Berdasarkan data internasional Stainless Steel Forum (ISSF), produksi stainless steel dunia pada 3 bulan pertama 2010 berada pada level 7,47 juta MT. Pada level produksi kuartal I 2010 tersebut, produksi stainless steel dunia pada 2010 diekspektasikan bisa mencapai kenaikan 11%-12% dibandingkan produksi III-6

7 Perkembangan Harga Nikel Dunia Harga nikel mengalami harga tertinggi pada Mei 2007 yaitu mencapai USD ,33 per ton, setelah itu harga nikel mengalami penurunan sampai titik terendah pada Maret 2009 sebesar USD 9.710,73 per ton. Secara perlahan harga nikel mulai meningkat sejak April 2009, sampai pada Februari 2011 harga nikel telah mencapai USD ,18 per ton. Menurut estimasi Mega Capital Securities, setelah naik 34% tahun lalu, harga nikel sampai akhir tahun 2011 ini diproyeksikan kembali naik sebesar 27%. Dalam lima tahun terakhir dari , harga rata-rata nikel naik sebesar CAGR 8,10%, dari US D per metrik ton pada 2005 ke level US D per metrik ton. Harga rata-rata nikel akan mencapai USD per metrik ton atau naik dengan CAGR sebesar 6,6%. Kenaikan harga dipicu tingginya permintaan dari China, yang diperkirakan meningkat 8,4% tahun ini dan 9,5% tahun depan. Grafik 3.8 Perkembangan Harga Nikel Dunia (USD / Metric Ton) Sumber : Perkembangan Industri Nikel Indonesia Produksi Nikel di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2004 sampai tahun Tahun 2004 tercatat produksi nikel Indonesia sebesar ton sampai pada tahun 2007 mencapai ton. Namun setelah tahun 2007 mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 produksi nikel turun 8% dari tahun 2007 yaitu menjadi sebesar ton, dan tahun 2009 turun menjadi ton. Tahun 2010 produksi nikel mencapai sebesar ton dan diproyeksikan mencapai ton pada tahun Grafik 3.9 Perkembangan Produksi Nikel Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik III-7

8 Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. Aneka Tambang (ANTM) dan PT Inco (INCO). Selain ini masih ada beberapa perusahaan kecil lainnya yang juga memproduksi nikel namun jumlahnya tidak signifikan. Antara ANTM dan INCO memiliki perbedaan dalam pengolahan hasil tambang nikel. INCO mengolah nikel menjadi bahan baku untuk produk turunan selanjutnya. Sementara itu ANTM mengolah nikel menjadi feronikel (paduan besi dengan nikel) dan dipakai oleh industri elektronik maupun rumah tangga. Pemakaian terbesar nikel adalah industri stainless steel dan logam campuran. Keduanya menyerap hampir 90% dari pasokan nikel. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia saat ini memiliki cadangan nikel 3,2 miliar ton atau berada di peringkat delapan dunia. Produksi nickelmatte tahun lalu (2010) sekitar 79 ribu ton dan bijih nikel 6,6 juta ton. Adapun produksi feronikel 18 ribu ton dari target 15 ribu ton. Produksi nikel Indonesia menyumbang 8,6% produksi dunia atau berada di peringkat ke empat. Cadangan nikel Indonesia masih bisa digali hingga 50 tahun ke depan. Daerah-daerah penghasil nikel di Indonesia diantaranya: * Bengkalis : Sumatra * Bolaang Mangondow : Sulawesi Utara. * Cikotok : Jawa Barat. * Logas : Riau * Meuleboh : DI Aceh * Rejang Lebong : Bengkulu * Morowali : Sulawesi Tengah Secara total, nikel di Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi atau diolah dalam negeri. Perkembangan ekspor nikel di Indonesia pada tahun 2008 mencapai ton atau turun 39% dari tahun 2007, hal ini disebabkan menurunnya baik volume maupun harga/nilai satuan. Tahun 2009 ekspor nikel semakin turun hingga ton, namun pada tahun 2010 sejak Januari Oktober tercatat ekspor nikel meningkat mencapai ton. Jika dibandingkan dengan ekspor nikel sejak Januari Oktober 2009 maka ekspor nikel tahun sejak Januari Oktober 2010 meningkat 108%. Grafik 3.10 Perkembangan Ekspor Nikel Indonesia (000 Ton) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan III-8

9 3.6. Perkembangan Industri Nikel di Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Sulawesi yang mempunyai sumber daya alam yang cukup besar, baik berupa tanah dan kandungan mineral yang terpendam didalamnya, air dan segala isinya, flora dan fauna yang beraneka ragam. Namun sebagian besar potensi dan kekayaan alam yang melimpah tersebut belum diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Luas wilayah daratan sulawesi Tengah mencapai Km 2 dan luas wilayah teritorial lautan sekitar ,75 Km 2. Nikel merupakan hasil tambang yang dihasilkan oleh propinsi Sulawesi Tengah, nikel merupakan hasil pelapukan dari batuan ultra basa (endapan residual). Bermanfaat untuk pembuatan logam campuran (kuningan, perunggu, dll), industri perlistrikan, alat-alat transfortasi, pembuatan plat-plat nikel. Nikel di propinsi Sulawesi Tengah terdapat di kecamatan Petasia, Bungku Tengah, Bungku Selatan Kabupaten Morowali dengan luas wilayah tambang Ha. Sektor pertambangan nikel memberikan kontribusi ke pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada 2010 sebesar Rp 4 miliar, belum termasuk dana pengembangan kemasyarakatan yang diterima rakyat mencapai miliaran rupiah. Pemerintah Kabupaten Morowali sampai saat ini telah menerbitkan lebih dari 100 izin eksplorasi penambangan nikel, namun baru sekitar 30 perusahaan yang mulai melakukan eksploatasi Peluang Industri Nikel Indonesia Sebagai produk yang sebagian besar digunakan di industri pembuatan stainless steel, pada 2011 diprediksi akan terjadi kenaikan permintaan nikel seiring dengan prediksi kenaikan industri stainless steel. Produksi dan konsumsi nikel dunia berdasarkan data International Nickel Study Group (INSG) meningkat dari tahun ke tahun yang mana ini merupakan peluang bagi industri nikel Indonesia. Produksi nikel Indonesia menyumbang 8,6% produksi dunia atau berada di peringkat ke empat. Cadangan nikel Indonesia masih bisa digali hingga 50 tahun ke depan. Sebagian besar nikel Indonesia diekspor dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi atau diolah dalam negeri. Ekspor nikel Indonesia sejak Januari Oktober 2010 meningkat 108% dibanding tahun 2009, ini juga merupakan peluang bagi industri nikel Indonesia Kesimpulan Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai pada akhir tahun 2011 diperkirakan mencapai kisaran 6,0%-6,5% dan pada tahun 2012 diperkirakan terakselerasi mencapai kisaran 6,1%-6,6%. Pertumbuhan rata-rata produksi nikel dunia dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mencapai 1,26% per tahun. Pada tahun 2010 produksi nikel dunia diperkirakan naik 5,33% dibanding tahun Pertumbuhan rata-rata konsumsi nikel dunia dari tahun 2004 hingga 2009 menurun 0,05% per tahun. III-9

10 Pada tahun 2010 konsumsi nikel meningkat hal ini dipicu oleh kenaikan konsumsi stainless steel dunia. Harga nikel untuk pengiriman Februari 2011 berada di posisi USD per metrik ton dan akan terus meningkat karena kebutuhan nikel dunia yang diprediksi naik lebih tinggi dari peningkatan kapasitas produksi. Hal ini menunjukkan bahwa prospek nikel cukup bagus kedepannya. III-10

11 3. Analisis Eksternal Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Dunia Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Permintaan Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Agregat Penawaran Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing (USD) Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia Perkembangan Suku Bunga / BI Rate Indonesia Prospek Ekonomi Kedepan Perkembangan Industri Nikel Dunia Perkembangan Produksi Nikel Dunia Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia Perkembangan Harga Nikel Dunia Perkembangan Industri Nikel Indonesia Perkembangan Industri Nikel di Sulawesi Tengah Peluang Industri Nikel Indonesia Kesimpulan... 9 Tabel 3.1. Perkembangan Makro Ekonomi Dunia (%)... 1 Tabel 3.2. Perkembangan Berbagai Suku Bunga (%)... 5 Tabel 3.3. Produksi Nikel Dunia Tahun ( 000 ton)... 5 Tabel 3.4. Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia (`000 ton)... 6 III-11

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global... Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 2009 1.1 Pendahuluan... 1.2 Ekonomi Global... 1.3 Dampak pada Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA April 2015 Tim Riset SPMD Overview The Fed siap menaikan suku bunga acuan kapan saja yang berpotensi menarik dana tiba-tiba (sudden reversal) dari emerging market termasuk

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita

BAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang signifikan pada industri dunia, diantaranya industri otomotif, konstruksi, elektronik dan industri lainnya pada beberapa dasawarsa terakhir

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN 2016 Vol. 2 INDONESIA PASCA BREXIT Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pendahuluan T ahun 2016 disambut dengan penuh optimisme dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks 94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam negeri biasa sering dikenal sebagai kurs atau nilai tukar. Menurut Bergen, nilai tukar mata uang

Lebih terperinci

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI Triwulan II 2017 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 Diperkirakan Membaik Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) Bank Indonesia periode triwulan II-2017 mengindikasikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

PDB Dunia (rhs) Jan-02 May-02 Sep-02 Jan-03 May-03 Sep-03 Jan-04 May-04 Sep-04 Jan-05 May-05 Sep-05 Jan-06 May-06 Sep-06 Jan-07 May-07 Sep-07 Jan-08 May-08 Sep-08 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10

Lebih terperinci