INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI"

Transkripsi

1 INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan niaga. Secara bulanan, seluruh indikator migas dan sebagian besar indikator non migas tumbuh positif pada Juli 211. Memasuki bulan pertama pada triwulan III-211, secara kumulatif sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi subsektor tanaman bahan makanan terhadap PDB pada tahun 21 mencapai,12% (), namun dengan perkiraan melambatnya kenaikan produksi padi pada tahun 211, maka kontribusi subsektor tanaman bahan makanan juga diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan. Dari 3 (tiga puluh) indikator, sebanyak 2 (dua puluh) diantaranya menunjukkan pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada penjualan kendaraan niaga (45,57%). Penjualan kendaraan niaga jenis truk dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pengiriman barang khusunya pada wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua yang memiliki banyak perusahaan pertambangan/perkebunan 1. Peningkatan permintaan untuk kendaraan niaga di daerah tersebut memunculkan dugaan adanya peningkatan produksi hasil tambang/kebun. Berdasarkan data Juli 211, indikasi tersebut terkonfirmasi dengan salah satu indikator yang tersedia yaitu perkembangan ekspor batubara yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 35,45% (). Menangkap masih tingginya permintaan kendaraan niaga kedepan, perusahaan otomotif merespon dengan memacu lini produksinya untuk jenis kendaraan tersebut. Secara tahunan pertumbuhan produksi kendaraan niaga pada bulan Juli 211 tercatat sebesar 32,49%. Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 1 Kontan Online, 19 Agustus 211 Metodologi 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor tanaman bahan makanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya.

2 Dalam kurun waktu Juli 21 s.d Juli 211, secara rata-rata indikator produksi kendaraan niaga mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 5,44% diikuti oleh penjualan kendaraan niaga 46,28%, ekspor besi & baja 29,32% dan ekspor alat angkutan & bagiannya (25,3%). Sebaliknya empat indikator menunjukkan pertumbuhan negatif selama periode tersebut yaitu: indikator ekspor biji tembaga (-6,16%), produksi kondensat (-5,51%), produksi minyak mentah (-3,54%) dan ekspor kayu lapis (-1,72%). Dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama Juli 21 s.d Juli 211, sebagian besar pertumbuhan indikator aktivitas ekonomi pada Juli 211 () berada dibawahnya. Namun demikian, enam indikator memiliki kinerja diatas rata-ratanya. Keenam indikator tersebut adalah produksi kondensat, konsumsi semen, tingkat hunian hotel berbintang di Bali, ekspor batubara, ekspor makanan olahan dan ekspor bahan kertas & kertas (Grafik. 1). Bulanan Secara bulanan, seluruh indikator migas dan sebagian besar indikator non migas tumbuh positif pada Juli 211. Pada kelompok migas, seluruh indikatornya mengalami peningkatan terutama penjualan minyak diesel (37,53%; ). Untuk kelompok non migas sebagian besar indikatornya meningkat secara bulanan. Pertumbuhan yang tinggi masih terjadi pada indikator otomotif yang terdiri dari produksi & penjualan kendaraan niaga masing-masing tumbuh sebesar 36,71% & 35,88%, produksi & penjualan penjualan kendaraan non niaga (masing-masing 25,8% & 24,35%) dan produksi & penjualan sepeda motor (masingmasing 11,8% & 11,92%). Sementara itu indikator pada kelompok ekspor non migas utama pada bulan Juli 211 mengalami pertumbuhan yang bervariasi. Ekspor makanan olahan tercatat tumbuh paling tinggi (17,23%; ), sebaliknya ekspor minyak nabati turun paling dalam (-58,18%; ) Selama periode Juli 21 s.d Juli 211, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor biji tembaga (18,59%) diikuti oleh ekspor besi & baja (9,3%), ekspor minyak nabati (8,99%) dan ekspor makanan jadi (7,63%). Sementara itu, satu-satunya indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut adalah produksi minyak mentah (-,17%). Dengan membandingkan kondisi Juli 211 terhadap rata-rata selama Juli 21 s.d Juli 211, terlihat kinerja mayoritas indikator berada diatas rata-ratanya terutama pada seluruh indikator dalam kelompok migas dan sebagian besar indikator dalam kelompok non migas (Grafik. 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Kumulatif Memasuki bulan pertama pada triwulan III-211, secara kumulatif sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan terbesar berasal dari ekspor makanan olahan (29,58%), penjualan kendaraan niaga (26,49%) dan produksi kendaraan niaga (24,52%). Sebaliknya, indikator ekspor biji tembaga tumbuh terendah (-28,25%). 2

3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Pertumbuhan (%) Indikator Satuan Jul Des Mar Apr Mei* Jun* Jul* Juli 211 ytd 1) Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel ,67 2,63-5,2 - Produksi Kondensat ribu barel ,13 21,97-7,69 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter ,6 37,53,25 Non Migas - Konsumsi Semen ribu ton ,7 6,76 15,14 - Produksi Kendaraan Non Niaga unit ,48 25,8 11,38 - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit ,93 24,35 9,49 - Produksi Kendaraan Niaga unit ,49 36,71 24,52 - Penjualan Kendaraan Niaga unit ,57 35,88 26,49 - Produksi Sepeda Motor ribu unit ,77 11,8 11,16 - Penjualan Sepeda Motor ribu unit ,52 11,92 11,67 - Penjualan Listrik ke Industri juta KWH ,56-2,62 6,48 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH ,33-1,72 11,59 - Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH ,69 1,15 8,6 - Penjualan Listrik Total juta KWH ,31 -,74 6,82 - Kunjungan Wisman ribu orang ,21 1,54 7,6 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen ,72 3,79 3,31 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen ,21 1,8 9,36 Ekspor Non Migas Utama - Batubara ribu ton ,45 6,66 14,2 - Biji Tembaga ribu ton ,38-8,92-28,25 - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton ,74-21,27,28 - Makanan Olahan ribu ton ,63 17,23 29,58 - Minyak Nabati ribu ton ,69-58,18 6,32 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton ,96 6,1 -,78 - Kayu Lapis ribu ton ,34-2,5-1,42 - Kayu Gergajian ribu ton ,89 1,53 4,52 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton ,96-1,68 9,67 - Karet Olahan ribu ton ,95 8,14 1,29 - Besi dan Baja ribu ton ,11-4,39 18,79 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton ,54-24,4-13,42 - Peralatan Listrik ribu ton ,98 5,13-3,3 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - - Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 21 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 21 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan denga n periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 28. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 3

4 GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 8, Grafik 3. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 1 2 Grafik 4. Produksi Kondensat (% ) (% ) 2 6, 4, 2, , -4, -6, , Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel Grafik 6. Konsumsi Semen (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) 8 8 Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% )

5 Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik 11. Produksi Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 1. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik 12. Penjualan Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% ) (% ) 3 6 (% ) (% ) , , , 1 6, , 5

6 2 Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga (% ) (% ) 4 2 Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% ) (% ) Grafik 17. Kunjungan Wisman Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% ) , 3 48, 2 32, 1 16, -1-16, (% ) (% ) Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% ) (% )

7 ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN ) Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan memiliki pangsa terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Dalam 3 tahun terakhir, pangsa sektor pertanian tersebut mengalami penurunan secara bertahap dari 26,4% (1981) menjadi 19,3% (1991), kemudian pada tahun 21 turun lagi menjadi 15,29% dan mengalami sedikit peningkatan pada tahun 21 menjadi 15,34% serta pada semester I-211 kembali meningkat (15,48%). Dari 5 subsektor komponennya, subsektor tanaman bahan makanan mempunyai pangsa terbesar, yaitu mencapai 7,53% pada tahun 21 dan pada semester I- 211 sebesar 8,9%. Pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan pada tahun 29 dan 21 menunjukan perlambatan antara lain disebabkan oleh peningkatan produktivitas dan penambahan luas lahan padi yang semakin melambat. Ketidakseimbangan antara produksi dan kebutuhan nasional tercermin dari kenaikan impor bahan makanan pada tahun 21 yang mencapai 36,1% (), dan semakin meningkat pada tahun 211 (sd. bulan Juli) menjadi 57,6% (). Selain itu, inflasi bahan makanan pada tahun 21 juga cukup tinggi yaitu sebesar 15,5%,, meskipun kemudian melambat pada tahun 211 (sd. Agustus) menjadi sebesar 1,9%, ytd. A. Peranan Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam PDB Pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan diperkirakan semakin melambat. Subsektor tanaman bahan makanan mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kentang sagu dan lain-lain. Setelah pada tahun 21 hanya tumbuh sebesar 1,8% (), pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan kembali meningkat pada triwulan I dan II tahun 211. Meskipun demikian, menurut Angka Ramalan (ARAM) II BPS tahun 211, trend perlambatan kenaikan produksi padi nasional diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 211 seiring dengan semakin rendahnya kenaikan tingkat produktivitas dan penambahan luas panen. Produksi padi tahun 211 diperkirakan sebanyak 68,6 juta ton atau naik 2,4% (), namun semakin melambat dibandingkan kenaikan produksi tahun 29 dan 21 yang mencapai 6,8% dan 3,2% (). Pada tahun 21, kontribusi subsektor tanaman bahan makanan mencapai,12% () terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, kemudian seiring dengan meningkatnya level pertumbuhan pada triwulan I dan II tahun 211, maka kontribusi subsektor tanaman bahan makanan meningkat menjadi,22% dan,17% (). Namun dengan perkiraan melambatnya kenaikan produksi padi pada tahun 211 (ARAM II), maka kontribusi subsektor tanaman bahan pangan juga diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik 2. Pertumbuhan Tahunan Grafik 21. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB (, %) 12 Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan 1 Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Q1 211 Q2 Sumber: BPS, diolah (%) Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Q1 211 Q2 7

8 Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (%) SEKTOR/SUB SEKTOR Semester I- 211 Rata-rata A. Distribusi/Share Terhadap PDB (%) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan B. Distribusi/Share Terhadap Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas (%) - Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan C. Pertumbuhan (% ) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan (1.47) (2.85) (.83) (.3) Perikanan D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (% ) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan (.2) (.3) (.1) (.) Perikanan Sumber: BPS, diolah B. Produksi Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan data 1 tahun terakhir, tanaman padi mempunyai porsi terbesar dibandingkan produksi 5 komoditi tanaman bahan makanan lainnya, yaitu rata-rata sebesar 62,3%. Produksi padi nasional pada tahun 211 diperkirakan meningkat 2,4% () menjadi 68,6 juta ton atau setara 42,88 juta ton beras (ARAM II 211, BPS), melambat dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya (3,2%, ). Perlambatan tersebut disebabkan oleh perkiraan menurunnya jumlah produksi padi pada subround bulan September-Desember 211 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan asumsi konsumsi beras perkapita per orang 139 kg per tahun dan jumlah penduduk sebanyak 24,1 juta, maka konsumsi beras tahun 211 diperkirakan sebanyak 33,48 juta ton, atau akan terjadi surplus sekitar 9,4 juta ton. Meskipun secara keseluruhan mengalami surplus, namun sesuai dengan pola musim panen di Indonesia, dalam satu tahun rata-rata 6 bulan mengalami surplus dan 6 bulan mengalami defisit (Kementan). Disisi lain, produksi beras dunia pada tahun 211 menurut perkiraan The Food and Agricultur Organization/FAO akan mengalami peningkatan sebesar 1,8% () menjadi 463,8 juta ton seiring dengan membaiknya iklim dan meningkatnya dukungan pemerintah setempat. Peningkatan produktivitas dan penambahan luas lahan padi semakin melambat. Pada tahun 29 produktivitas padi mencapai 48,99 ku/ha, atau meningkat 1,5 ku/ha dibandingkan tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 21 meningkat sebesar,16 ku/ha dan pada tahun 211 diperkirakan hanya mengalami kenaikan sebanyak 2 ku/ha menjadi 5,17 ku/ha. Sementara itu, penambahan luas lahan pada tahun 21 sebesar 2,87% dan pada 211 diperkirakan hanya 2,36% (). Penambahan luas lahan tersebut tidak setinggi penambahan luas lahan yang terjadi pada tahun 29 (4,51%, ). 8

9 Grafik 22. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional (juta ton) (juta ton) 5 1 Surplus - sumbu kanan 45 Produksi Beras - sumbu kiri 8 Konsumsi Beras - sumbu kiri 4 * ARAM II Grafik 23. Produktivitas dan Luas Lahan Padi (ku/ha) (juta ha) Produktivitas Padi - sumbu kiri Luas Panen Padi - sumbu kanan * * 11. Sumber: BPS, diolah (ARAM II-211) C. Peranan Kelompok Bahan Makanan Terhadap Inflasi Dalam tiga tahun terakhir, rata-rata inflasi kelompok bahan makanan mencapai 11,9% (), lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi umum (6,8%, ). Sementara itu, sd. bulan Agustus 211 (inflasi bahan makanan masih cukup rendah, yaitu hanya sebesar 1,9% (ytd) sejalan dengan tekanan harga pangan internasional yang juga menunjukan trend penurunan mulai bulan Juli 211. Bobot kelompok bahan makanan dalam penghitungan inflasi nasional mencapai 19,57% (SBH 27), dan dari 283 komoditi kelompok bahan makanan, bobot terbesar berasal dari beras yang mencapai 4,2%. Tekanan inflasi bahan makanan diperkirakan semakin menguat pada triwulan IV-211 seiring dengan semakin terbatasnya pasokan dalam negeri. Kontribusi inflasi kelompok bahan makanan dalam tiga tahun terakhir rata-rata sebesar 2,4%, atau mencapai 35,93% dari inflasi umum, jauh lebih tinggi dibandingkan kontribusi 6 kelompok komoditi inflasi lainnya. Dalam tiga tahun terakhir, penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok bahan makanan berasal dari beras yaitu rata-rata sebesar,6%. Seiring dengan rendahnya inflasi beras sd. bulan Agustus 211, kontribusi inflasi beras terhadap inflasi umum juga masih relatif rendah, yaitu sebesar,21%. Grafik 24. Inflasi Tahunan Kelompok Komoditi (YOY, %) 2 IHK Umum Bahan makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan 15 Pendidikan Transpor * sd. Bln Agustus (YOY, %) Grafik 25. Kontribusi Inflasi Tahunan Inflasi Umum Kontr. Inf. Bahan Makanan Kontr. Inf. Beras * sd. Bln Agustus * 28 * Sumber: BPS, diolah 9

10 D. Perkembangan Neraca Perdagangan Data ekspor impor subsektor tanaman bahan makanan tercermin dari data ekspor impor cereal & cereal preparations (SITC 3 digit), yaitu komoditi beras, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, gandum, tanaman pangan lainnya, dan hortikultura. Pada tahun 211 (sd. bulan Juli), ekspor cereal & cereal preparations sebesar USD 185,3 juta, naik 6,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impor cereal & cereal preparations mencapai USD 3.18,8 juta atau naik 171,% dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan tersebut juga semakin menguat dibandingkan kenaikan nilai impor tahun sebelumnya (43,7%, ). Dengan demikian, net impor cereal & cereal preparations tahun 211 mencapai USD 2.923,4 juta, meningkat 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama akibat tingginya impor gandum (USD 1.33, juta atau 1,3 juta ton gandum) dan beras (USD 81,2 juta atau 1,54 juta ton beras). Hal tersebut menunjukan bahwa ketergantungan pasokan bahan makanan dalam negeri terhadap impor semakin meningkat. Grafik 26. Ekspor Impor Bahan Makanan Grafik 27. Impor Gandum dan Beras (juta USD) (juta USD) 4, 3, Net Impor Ekspor Impor * sd. bulan Juli 211 2,5 Impor Beras Impor Gandum * sd. bulan Juli 211 2, 2, 1, 1,5-1, -2, -3, 28 * -1,574-2,347-2,231-2,923 1, 5-4, Sumber: Data EXIM BI 28 * E. Pembiayaan Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan kredit sektor pertanian pada tahun 21 dan 211 (sd. bulan Agustus) rata -rata lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit. Setelah mengalami peningkatan sebesar 19,55% pada tahun 21 (), penyaluran kredit tahun 211 (sd. bulan Agustus) baru tumbuh sebesar 12,7% () menjadi Rp1.679 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan total penyaluran kredit yang tumbuh masing-masing sebesar 23,28% dan 23,85% pada periode yang sama. Berdasarkan subsektornya, pangsa subsektor tanaman bahan makanan hanya 3,7% dari total kredit pertanian, sedangkan pangsa kredit subsektor perkebunan dan subsektor peternakan masing-masing mencapai 83,4% dan 1,1%. Pada tahun 211 (sd. bulan Agustus), kredit subsektor tanaman bahan makanan mengalami penurunan sebesar 36,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebaliknya pertumbuhan kredit pada 4 subsektor lainnya masih mengalami peningkatan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II-211 menunjukan bahwa menurut responden sektor pertanian khususnya subsektor tanaman bahan makanan, masalah yang dihadapi dalam memperoleh kredit dari perbankan adalah kebijakan bank yang kurang mendukung penyaluran kredit pada subsektor tersebut, dan juga persyaratan kredit yang menurut responden masih cukup rumit. Meskipun pertumbuhan kredit sektor pertanian masih mengalami peningkatan, namun pangsa penyaluran kredit terhadap sektor pertanian pada periode yang sama (s.d. Agustus) semakin menurun dari 7,5% pada tahun 21 menjadi 7,1% ditahun 211. Pangsa tersebut lebih rendah dibandingkan sektor perdagangan (25,8%), sektor industri pengolahan (23,1%) dan sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan (14,7%). Hal tersebut sejalan dengan hasil Survei Perbankan Bank Indonesia pada triwulan II-211 yang mengungkapkan bahwa orientasi pemberian kredit tahun 211 lebih difokuskan 1

11 ke sektor perdagangan, kemudian sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan. Grafik 28. Pangsa Kredit Tahun (sd. bulan Agustus) Grafik 29. Pembiayaan Kredit Sektor Pertanian Total dan 3.8% 8.9% 7.1% 25.8% 5.2% 14.7% 7.5% 12.2% 4.9% 11.1% 22.3% 23.1% 6.1% 6.3% 5.1% % 5.% 28.1% Sumber: LBU, Bank Indonesia Pertanian Pertambangan Ind. Pengolahan Perdagangan Listrik Gas Air Konstruksi Peng. & Kom. Keuangan Jasa-jasa (Miliar Rp) (YOY, %) ,828 Kredit Pertanian Pertumbuhan Kredit - Total Pertumbuhan Kredit - Pertanian 92,525 * sd. bulan Agustus ,394 1, * F. Keterkaitan dengan Sektor Lain Keenam kelompok komoditi dalam subsektor tanaman bahan makanan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam Tabel Input Output Indonesia Updating 28, komoditas dalam subsektor tanaman bahan makanan tercermin dari padi, tanaman kacang-kacangan, jagung, tanaman umbi-umbian, dan tanaman bahan makanan lainnya. Berdasarkan Tabel Input Output Indonesia Updating 28, komoditi padi memiliki derajat daya penyebaran (power of dispersion) sebesar 1,24, lebih tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Sementara itu, komoditas padi dan jagung memiliki derajat kepekaan (degree of sensitivity) tertinggi sebesar,81. Hal tersebut mencerminkan bahwa output padi dan jagung memiliki indeks derajat kepekaan yang lebih tinggi dari komoditas lainnya. Tabel 3. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan Keterangan Derajat Kepekaan Derajat Penyebaran Padi Jagung Tanaman umbi-umbian Tanaman kacang-kacangan Tanaman bahan makanan lainnya Sumber: Data I-O Updating 28 BPS, diolah Input utama komoditi tanaman bahan makanan adalah benih komoditas tabama kemudian diikuti oleh pupuk dan pestisida. Berdasarkan alokasi outputnya, produksi tabama adalah hasil produksi komoditas tabama dan indutri pengolahan (penggilingan padi, industri makananan lainnya, industri tepung, dan industri minuman dan industri makanan lainnya). Berdasarkan komoditas padi, pengembangan padi dapat membangkitkan sektor-sektor di belakangnya untuk memenuhi kebutuhan input antara, yaitu padi itu sendiri, kemudian industri pupuk dan pestisida, tanaman lainnya serta peternakan. Sedangkan sektor yang didorong adalah padi itu sendiri, kemudian mendorong industri penggilingan padi berupa bahan baku gabah, selanjutnya restoran, hotel dan jasa sosial kemasyarakatan juga menggunakan input beras atau bahan baku yang berasal dari beras. 11

12 Tabel 4. Input Utama dan Alokasi Output Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan % Input Utama Komoditi % Alokasi Output 78.8 Padi 51.4 Padi 4.9 Industri pupuk dan pestisida 36.3 Industri penggilingan padi Padi 3.7 Tanaman lainnya 2.1 Restoran dan hotel 3. Peternakan 1.5 Jasa sosial kemasyarakatan 8.2 Jagung 69.7 Jagung 4.9 Industri pupuk dan pestisida 1. Industri makanan lainnya Jagung 3.1 Tanaman lainnya 4.8 Unggas dan hasil-hasilnya 3. Peternakan 4.4 Industri tepung, segala jenis 88.8 Tanaman umbi-umbian 9.4 Tanaman umbi-umbian 2.1 Industri pupuk dan pestisida Tanaman umbiumbian 2.4 Industri tepung, segala jenis 1.9 Peternakan 1.8 Industri makanan lainnya 1.2 Tanaman lainnya 1.3 Peternakan 84.7 Tanaman kacang-kacangan 91.1 Tanaman kacang-kacangan 3.2 Industri pupuk dan pestisida Tanaman kacangkacangan 3.7 Industri makanan lainnya 2.2 Tanaman lainnya 1.4 Unggas dan hasil-hasilnya 2. Perdagangan.9 Peternakan 8.3 Tanaman bahan makanan lainnya 97.6 Tanaman bahan makanan lainnya 8. Industri pupuk dan pestisida Tanaman bahan 1.5 Industri minuman 4.2 Penambangan minyak, gas dan panas bumi makanan lainnya.3 Industri tepung, segala jenis 2.1 Perdagangan.2 Industri makanan lainnya Sumber: Data I-O Updating 28 BPS, diolah 12

13 BOKS : PENGARUH MUSIM TERHADAP INFLASI BERAS Sebagai makanan utama penduduk Indonesia, ketersediaan pasokan beras domestik akan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional dan ketergantungan terhadap negara lain. Meskipun trend produksi padi nasional terus mengalami peningkatan dan mengalami surplus dalam 5 tahun terakhir (26-21), namun belum maksimalnya manajemen stok beras nasional menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras rata-rata sebanyak 242 ribu ton per tahun. Selain itu, inflasi beras secara nasional juga masih cukup tinggi, yaitu rata-rata 16,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi umum (6,8%). Pada tahun 211 (sd. bulan Agustus), inflasi beras masih cukup rendah, yaitu sebesar 4,2% (ytd). Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya produksi padi nasional selama semester I-211 dan juga peningkatan volume impor beras yang mencapai 1,54 juta ton beras (sd. bulan Juli 211). Namun tekanan inflasi beras diperkirakan akan cukup tinggi pada triwulan IV-211, hal tersebut sejalan dengan ARAM II-211 BPS yang memperkirakan bahwa produksi beras nasional akan semakin menurun seiring dengan penurunan luas panen. Disisi lain, surplus beras dunia dalam jangka panjang akan semakin menurun, dan pada tahun 219 diperkirakan hanya sebesar 3% (FAO Outlook ). Dengan demikian, ketersediaan beras nasional kedepan tidak akan selalu tercukupi dari impor, mengingat masing-masing negara akan lebih mengamankan ketersediaan dalam negerinya. Produksi beras dari 7 negara produsen terbesar tercermin dalam grafik 11. Ancaman krisis pangan dan tingginya inflasi bahan pangan tersebut memerlukan perhatian yang lebih dari semua pihak, terutama dari sisi Pemerintah terkait dengan kebijakan-kebijakannya untuk menciptakan sistem ketahanan pangan yang tangguh dan berkesinambungan. Informasi terkini dan akurat mengenai perbesaran nasional sangat diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Grafik3. Produksi padi 7 negara produsen terbesar (juta ton) China India Indonesia Bangladesh Viet Nam Myanmar Thailand Grafik 31. Produksi dan Konsumsi Beras Dunia (miliar ton) (%) Surplus (sb kanan) 52 Produksi (sb. kiri) Konsumsi (sb. kiri) 5 * : Perkiraan * 212* 213* 214* 215* 216* 217* 218* 219* Sumber: FAO, CEIC, BPS Sumber: FAO Outlook Pola Panen Padi dan Sumber Produksi Beras Nasional Sebagai negara yang mempunyai 2 musim (kemarau dan hujan), produksi padi nasional juga sangat dipengaruhi oleh kedua musim tersebut. Hasil produksi padi yang ditanam pada saat musim penghujan (bulan Oktober sd. Desember) akan mencapai puncak produksinya pada bulan Maret setiap tahunnya, jumlahnya cukup tinggi seiring dengan luasnya lahan panen dan tercukupinya kebutuhan pengairan. Sedangkan padi yang ditanam pada musim kemarau (bulan Maret sd. Mei) puncak panennya akan terjadi pada bulan Agustus, namun hasilnya relatif lebih rendah dibandingkan padi yang ditanam pada saat musim hujan.selain factor musim, beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi produksi padi nasional adalah dukungan bibit unggul, pupuk dan perstisida, serta teknologi yang digunakan. 13

14 Selama 5 tahun terakhir, produksi padi nasional masih didominasi oleh produksi padi yang berasal dari Pulau Jawa yang rata-rata mencapai 54,4% dari produksi nasional, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,9%. Di Pulau Jawa sendiri sumber produksi secara umum terbagi atas Provinsi Jawa Barat sebesar 31,85%, kemudian Provinsi Jawa Timur sebesar 31,74%, Propinsi Jawa Tengah sebesar 28,38% dan sisanya berasal dari Provinsi Banten, DI. Yogyakarta serta DKI Jakarta. Sedangkan untuk Pulau Sumatra bersumber dari Provinsi Sumatera Utara (24,27%), Sumatera Selatan (21,14%), Lampung (17,56%) dan Sumatera Barat (14,7%). Grafik32. Pola Luas Panen Padi (juta ha) 3, rata-rata 2,5 2, 1,5 1, 5 - Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec (juta ton) Grafik33. Produksi Padi Per Wilayah Sumatera Kalimantan Jawa Balinustra Sulampua Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah) Pola Harga Beras dan Peran Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Pembentukan harga beras, khususnya di Provinsi Jawa Barat secara umum terjadi dalam beberapa tahap, yaitu padi atau Gabah Kering Giling (GKG) ditingkat produsen (petani), kemudian ke pedagang penggilingan, selanjutnya beras dijual ke pedagang besar, terus ke pedagang pengecer dan terakhir beras dibeli oleh konsumen (Sudi Mardianto dkk, 25). Selain rantai pemasaran, perkembangan harga beras di Indonesia juga dipengaruhi oleh campur tangan Pemerintah melalui penentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang dilaksanakan oleh Perum Bulog. Setiap musim panen pertama (Februari-April), harga GKG ditingkat petani cenderung mengalami penurunan yang signifikan pada bulan Maret-Mei, atau harga mulai menurun dengan lag 1 bulan setelah awal musim panen. Sementara itu, pada musim panen kedua (Juli-September) harga relatif stabil, mengingat jumlah produksi pada periode tersebut tidak setinggi musim panen pertama. Berdasarkan hasil pengujian dengan metode regression analysis, kenaikan HPP secara signifikan berpengaruh positif terhadap kenaikan harga harga GKG ditingkat petani (p = ). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kenaikan HPP mampu menahan penurunan harga GKG yang lebih dalam ditingkat petani, terutama setiap musim panen pertama. Grafik34. Harga Gabah Tingkat Petani dan HPP (Rp/Kg) 45 Harga GKG di Petani - (Kadar air 14%-25%) 4 HPP GKG BULOG 35 3 Grafik35. Harga Produsen, Pedagang dan Konsumen (Indeks) 175 Indeks Harga GKG - Produsen Indeks Harga Beras -Pedagang (IHPB) 15 Indeks Harga Beras - Konsumen (IHK) Sumber: BPS, BULOG (diolah) Sumber: BPS (diolah) 14

15 Pembentukan harga beras setelah ditingkat produsen adalah ditingkat pedagang besar dan ditingkat konsumen yang dibeli melalui pedagang eceran. Berdasarkan data tiga tahun terakhir, setiap kenaikan harga padi pada tingkat produsen selalu diikuti oleh kenaikan harga beras baik ditingkat pedagang besar maupun konsumen, namun apabila terjadi penurunan harga padi pada tingkat produsen, maka pedagang besar cenderung untuk menahan laju penurunan harga beras lebih dalam. Sementara itu, mengingat pedagang eceran mendapat pasokan beras dari pedagang besar, maka pergerakan harga ditingkat pedagang eceran (harga konsumen) dengan memiliki pola yang hampir sama dengan harga ditingkat pedagang besar (r=,99). Perkembangan harga beras di Indonesia memiliki kecenderungan konsisten meningkat, shock penurunan harga hanya terjadi akibat pengaruh musim panen pertama setiap tahunnya. Pergerakan harga beras di tingkat pedagang besar di Indonesia cenderung lebih stabil dibandingkan yang terjadi di Thailand, namun lebih fluktuatif dibandingkan India. Trend kenaikan harga beras di Indonesia tersebut, ditengarai akibat pengaruh Pemerintah baik melalui penetapan HPP, pembelian GKG dari petani maupun operasi pasar. Grafik36. Perbandingan Perkembangan Harga Beras 3 Negara Penghasil Beras (Level Pedagang Besar/Wholesales) (Indeks) 25 Thailand India Indonesia Sumber: CEIC (diolah) Seiring dengan pola musim panen padi dan jumlah produksinya, musim panen pertama (Ferbuari-April) rata-rata menyebabkan penurunan harga beras pada bulan Maret-April setiap tahunnya, sedangkan musim panen kedua (Juli-September) hanya mampu meredam kenaikan harga pada bulan September sd. November. Secara umum, tingginya produksi padi pada musim panen pertama berpengaruh terhadap terkendalinya harga beras pada bulan Mei sd. Agustus. Sementara itu, terbatasnya produksi padi hasil musim panen kedua menyebabkan lonjakan harga beras yang cukup signifikan pada bulan Desember sd. Februari. Kenaikan harga beras yang terjadi setiap bulan Desember sd. Februari cukup besar dalam memberikan kontribusi tingginya inflasi secara umum, sebaliknya setiap bulan Maret dan April penurunan harga beras juga berkontribusi menurunkan tingkat inflasi umum. Dengan asumsi terdapat lag 1 bulan dari luas panen terhadap inflasi beras (), hasil regression analysis terhadap data bulan Januari 21 sd. April 211 menunjukan nilai konstanta sebesar 2,947 dan koefisien untuk luas panen sebesar -2. Hal tersebut berarti setiap penambahan 1 juta ha luas panen akan mengurangi inflasi beras () sebesar 2%, atau untuk menjaga agar inflasi beras sebesar % pada periode ke-t diperlukan luas panen sebanyak juta ha pada satu bulan sebelumnya (t-1). 15

16 Grafik37. Siklus Perubahan Harga Beras di Tingkat Konsumen Grafik38. Harga Produsen, Pedagang dan Konsumen (Inflasi, %) Rata-rata (%) Inf. IHK Umum (Rata-rata )* Sumb. Inf. Beras (Rata-rata )* Sumb. Inf. Bahan Makanan (Rata-rata )* * sd. Agustus Tinggi Rendah Relatif Stabil Tinggi Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec. -.2 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber: BPS (diolah) Sebagai negara kepulauan, pergerakan harga diberbagai wilayah di Indonesia juga sangat beragam, terutama dipengaruhi jumlah produksi dan jarak dengan wilayah produsen beras. Berdasarkan cluster analysis, pergerakan harga beras pada wilayah Jawa dan Bali-Nustra memiliki pola yang hampir sama, yang berarti perkembangan harga beras di Bali-Nustra memiliki hubungan yang sangat erat dengan harga beras di Jawa. Sementara itu, perkembangan harga beras di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera memiliki pola yang berbeda dengan wilayah Jawa.. Rata-rata kenaikan harga beras tertinggi selama bulan Januari 27 sd. Agustus 211 terjadi pada kota-kota di Kalimantan yang mencapai,83% (), diikuti oleh kota-kota di Jawa (,77%), Bali-Nustra (,74%), Sumatera (,72%) dan Sulampua (,69%). Grafik 39. Pergerakan Harga Beras Berbagai Wilayah di Indonesia (Indeks Harga Beras, Rata-rata Per Wilayah) Nasional Jawa Sumatera Kalimantan Sulampua Bali-Nustra Sumber: BPS Berdasarkan siklus musim panen, jumlah produksi beras dan pola harga beras diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap bulan Maret sd. April selalu terjadi surplus beras setiap tahunnya, sedangkan pada bulan Desember sd. Januari akan mengalami defisit. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjaga harga beras ditingkat petani pada bulan Maret sd. April dan meredam tekanan inflasi beras yang cukup tinggi pada bulan Desember sd. Januari, Pemerintah harus menyerap beras lebih maksimal dari hasil panen musim panen pertama untuk menambah pasokan beras pada bulan Desember sd. Januari. Meskipun demikian, hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan Pemerintah, dibandingkan alternatif impor beras. 16

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Edisi 55 Desember 2014

Edisi 55 Desember 2014 Edisi 55 Desember 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Desember 2014 ISSN: 2087-930X Katalog BPS: 9199017 No. Publikasi: 03220.1416 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xvii+ 136 halaman

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65 No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Desember 2014, NTP

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th.IX, 1 Juli 2015 ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 1 (Aram 1) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 664.282 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

H E A D L I N E S HEADLINES

H E A D L I N E S HEADLINES H E A D L I N E S i HEADLINES 1. Inflasi Pada September 2013 terjadi deflasi sebesar 0,35 persen. Inflasi tahun kalender 2013 sebesar 7,57 persen dan tingkat inflasi September 2013 terhadap September 2012

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015) jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah, walaupun saat ini kontribusinya terus menurun dalam pembentukan Produk Domestik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.02/01/Th.XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017 BPS PROVINSI ACEH No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40 No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2014, NTP

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II 2015) No. 62/11/91/Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II ) PADI Produksi padi tahun (ARAM II) diperkirakan sebesar 33,56 ribu ton gabah kering giling (GKG),

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 Pada Februari, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,36 turun sebesar 0,08 persen dibandingkan bulan Januari. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th. XI, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 637.927 ton Gabah Kering Giling (GKG).

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.44/09/Th.XVIII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016 BPS PROVINSI ACEH No.02/01/Th.XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA TETAP TAHUN DAN ANGKA RAMALAN I ) No. 38/07/91/Th. IX, 1 Juli PADI Angka Tetap produksi padi tahun sebesar 27,66 ribu ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th XI.,1 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI USD 2,30 MILYAR No. 16/03/32/Th.XIX, 01 Maret

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 47 April 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ISSN: 2087-930X Katalog BPS: 9199017 No. Publikasi: 03220.1404 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xx + 139 halaman Naskah: Direktorat

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI ACEH No.45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH BADAN PUSAT STATISTIK No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) AGUSTUS 2010

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

H E A D L I N E S HEADLINES

H E A D L I N E S HEADLINES H E A D L I N E S i HEADLINES 1. Inflasi Pada November terjadi inflasi sebesar 0,12 persen. Inflasi tahun kalender sebesar 7,79 persen dan tingkat inflasi November terhadap November 2012 (y-on-y) sebesar

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59 No. 02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Pada Desember 2012, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II 2013) PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR (ANGKA RAMALAN II ) No. 48/11/91/Th. VII, 1 November PADI Produksi padi tahun (ARAM II) diperkirakan sebesar 26,28 ribu ton gabah kering giling (GKG),

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017 BPS PROVINSI ACEH No.40/8/Th.XX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 44/07/71/Th. XVI, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (Atap) produksi padi tahun 2015 mencapai 674.169 ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 16/03/71/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48 No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2015, NTP Daerah

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013 Pada Januari 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,44 turun sebesar 0,36 persen dibandingkan bulan Desember 2012. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 21/03/71/Th. IX, 2 Maret 2015 ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 640.162 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2015, NTP

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2015, NTP Daerah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.52/12/Th.XVIII, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH Pedesaan, Dan Harga Produsen Gabah No. 48/11/Th. XX, 1 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH NTP Provinsi Aceh, Oktober

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.52/11/Th.XVIII, 2 November 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24 No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Mei 2015, NTP Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. SEPTEMBER 2015, NTP BALI NAIK 0,28 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan September 2015 tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/1/13/Th. XVII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP SUMATERA BARAT DESEMBER 2013 SEBESAR 100,17 ATAU NAIK 0,55% Untuk Rilis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ISSN: 2087-930X Katalog BPS: 9199017 No. Publikasi: 03220.1402 Ukuran Buku: 14,8 cm x 10,5 cm Jumlah Halaman: v + 73 halaman Naskah: Direktorat Statistik Kependudukan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63 No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Mulai Desember 2013, penghitungan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016 BPS PROVINSI ACEH No.06/02/Th.XIX, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 16/3/13/Th XIX, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP SUMATERA BARAT FEBRUARI 2016 SEBESAR 98,57 ATAU NAIK 1,09 PERSEN NTP Sumatera

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94 No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Januari 2016,

Lebih terperinci