BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. simpulan bahwa kesalahan dalam mengklasifikasikan biaya dan perhitungan

BAB III GAMBARAN UMUM PT GRAHACITRA ADHITAMA. dengan akte pendirian nomor 51, yang dibuat dihadapan notaris Haji Paulus Natagale

Bab 1. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi. 1. Terdapat perhitungan tenaga kerja langsung yang kurang tepat,

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS AKUNTANSI DIFFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN MENJUAL LANGSUNG ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PADA LIMA SAUDARA FURNITURE. Dwi Mulia Septiani

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK PESANAN KHUSUS PADA JATISARI FURNITURE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dan perubahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL COSTING PADA HOME INDUSTRY JATI INDAH FURNITURE : KARLINA FARADILA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK. A. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi UD.

Evaluasi ketepatan penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan pada J rot galery Klaten

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

EVALUASI PENERAPAN METODE JOB ORDER COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DITA DAYA GUNA

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. KARYA MANDIRI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi

METODE PEMBEBANAN BOP

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

BAB I PENDAHULUAN. Mei Nama YOSOGIRA diambil dari singkatan nama pendiri. perusahaan yaitu Yosep, Somadi, Mugianto, dan Ratman.

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Metode Full Costing (Studi Kasus Bengkel Las Rizki)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat. Perhitungan harga pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PAKAIAN ANAK-ANAK PEREMPUAN PADA KONVEKSI SINAR JAYA JAKARTA

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. industri tersebut membuat para pengusaha melakukan berbagai cara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM :

PENENTUAN ALOKASI BIAYA BERSAMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PRODUK PADA PERUSAHAAN PERCETAKAN DUTA GRAPHIA OLEH Puteri Ekasari

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

Penentuan Harga Jual Donat Toping Keju LAPORAN LABA RUGI BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan peluang usaha yang sedikit yang disebabkan oleh sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vina Chris Lady Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Dosen Pembimbing : Haryono, SE., MMSI.

HARGA POKOK PESANAN. Kasus:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SELISIH HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA SARI RASA BAKERY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

COST ACCOUNTING. FACTORY OVERHEAD : Planned, Actual, and Applied. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

Akuntansi Biaya. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

AKUNTANSI BIAYA KA2083. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIKLUS KEGIATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi Pada PT Grahacitra Adhitama ditemukan pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat, yaitu : 1. Ada beberapa unsur Biaya Bahan Penolong diklasifikasikan sebagai kelompok biaya bahan baku langsung oleh perusahaan. 2. Adanya pembebanan biaya administrasi umum yang dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek. 3. Adanya beberapa unsur biaya penjualan dan pemasaran yang dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek. 4. Terdapat perhitungan alokasi biaya yang kurang tepat pada unsur biaya overhead proyek. 5. Perhitungan alokasi biaya overhead proyek berdasarkan output fisik atau unit produksi yaitu perbandingan unit yang diproduksi dikali dengan biaya overhead proyek keseluruhan. Dalam menghitung dan menganalisis harga pokok produksi diperlukan data-data biaya yang akurat sebagai dasar dalam menentukan harga jual, walaupun biaya bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi harga jual. Faktor lainnya yang mempengaruhi 58

penentuan harga jual adalah konsumen dan pesaing. Namun demikian perhitungan biaya harga pokok produksi yang cermat dan tepat sangat membantu dalam menentukan harga jual. Klasifikasi biaya produksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengikhtisaran data biaya dan dalam penyajian informasi yang lengkap. Jika klasifikasi dan perhitungan biaya tidak dilakukan dengan tepat, maka hasil perhitungan harga pokok produksi perusahaan bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah yang akan dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas, penting dilakukan penelusuran atas klasifikasi dan perhitungan biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead proyek. Setelah itu, dilakukan penilaian atas klasifikasi dan perhitungan biaya produksi yang telah dilakukan perusahaan dengan cara melihat apakah biaya telah diklasifikasikan dengan tepat dan apakah perhitungan biaya telah dilakukan dengan benar. Kemudian dilakukan perbaikan atas kesalahan yang terjadi atas pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi tersebut. PT Grahacitra Adhitama mengklasifikasikan biaya produksinya menjadi 3(tiga) unsur, yaitu : 1. Biaya Bahan Baku Langsung Salah satu unsur biaya yang paling penting dalam proses produksi adalah bahan baku. Biaya bahan baku langsung ini dibebankan pada harga pokok produk pada produk yang dihasilkan. 59

PT Grahacitra Adhitama mencatat unsur yang dimasukkan ke dalam biaya bahan baku langsung adalah : a. Bahan Baku Utama Merupakan bahan penting dalam pembuatan suatu produk. Bahan yang termasuk ke dalam kelompok bahan baku terdiri dari bahan yang digunakan untuk pekerjaan kayu seperti, triplek, melaminto, kayu jenis nyatoh oven, lem kuning, lem putih, paku tembak dan veneer putih. b. Accessories Merupakan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi suatu produk. Bahan yang dimasukkan ke dalam accessories produk CR.A.120 adalah handle, grendel, plat kunci, lem besi, kaki kursi plastik, engsel sendok, pin ambalan, kunci laci dan sekrup. Berikut ini akan dibahas unsur-unsur biaya yang termasuk ke dalam kelompok bahan baku dan accessories : A. Bahan Baku Utama Seperti yang telah dibahas di atas, perusahaan memasukkan seluruh bahan yang digunakan untuk perkerjaan kayu ke dalam kelompok bahan baku utama. Menurut teori, yang dimaksud biaya bahan baku adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan dalam perhitungan biaya produk. Menurut penulis, pengklasifikasian beberapa bahan yang ada di dalam kelompok bahan baku belum tepat seperti lem kuning, lem putih, paku tembak dan veneer. Hal ini 60

dikarenakan bahan tersebut bukanlah bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi. Kesalahan pengklasifikasian beberapa bahan tersebut dapat mengakibatkan data klasifikasi biaya menjadi kurang tepat, sehingga pengambilan keputusan yang terkait dengan data tersebut menjadi kurang tepat. Menurut penulis, bahan-bahan tersebut lebih tepat diklasifikasikan ke dalam kelompok bahan penolong karena bahan tersebut dapat menunjang proses produksi. B. Accessories Bahan-bahan yang termasuk ke dalam kelompok accessories adalah handle, grendel, plat kunci, lem besi, kaki kursi plastik, engsel sendok, pin ambalan, kunci laci dan sekrup. Berdasarkan teori, bahan baku langsung adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Dan berdasarkan teori, biaya overhead pabrik mencakup semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya accessories seperti lem besi dan sekrup tidak tepat jika dimasukkan ke dalam kelompok biaya bahan baku karena biaya tersebut bukanlah bahan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Akibat dari kesalahan pengklasifikasian ini, data tentang klasifikasi biaya produksi menjadi kurang tepat dan biaya bahan baku dibebankan menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. 61

Menurut penulis, biaya pemakaian lem besi dan sekrup lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek sebagai bahan penolong karena bahan tersebut dapat menunjang proses produksi tetapi di luar klasifikasi bahan langsung dan tenaga kerja langsung. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, biaya tenaga kerja langsung pada PT Grahacitra Adhitama meliputi, biaya upah langsung bagian kayu dan bagian finishing. Berdasarkan teori, biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi produk jadi. Menurut penulis, pengklasifikasian upah tenaga kerja tersebut ke dalam biaya tenaga kerja langsung sudah tepat, karena perusahaan telah memasukkan semua upah yang dibayarkan untuk melaksanakan produksi secara langsung yaitu memasukan biaya upah dan uang lembur ke dalam perhitungan biaya tenaga kerja langsung. 3. Biaya Overhead Proyek Unsur yang terakhir dalam menentukan harga pokok produksi adalah biaya overhead proyek. PT Grahacitra Adhitama menghitung biaya overhead proyek berdasarkan biaya sesungguhnya. Terdapat beberapa unsur biaya yang bukan merupakan biaya overhead proyek tetapi dibebankan ke dalam biaya overhead proyek. Selain itu, terdapat perhitungan biaya yang tidak sesuai dengan pusat biaya. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah mencakup semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. 62

Akibat dari ketidakakuratan dalam pengklasifikasian biaya tersebut adalah biaya overhead proyek menjadi tidak tepat sehingga proses perencanaan, analisis dan pengendalian atas biaya-biaya tersebut menjadi lebih sulit, karena perusahaan tidak mendapatkan informasi biaya yang tepat. Unsur-unsur biaya overhead proyek yang telah ditentukan oleh perusahaan adalah : 1. Biaya Bahan Penolong Perusahaan membebankan biaya bahan penolong ke dalam biaya overhead proyek. Biaya bahan penolong terdiri dari pemakaian bahan untuk pekerjaan finishing seperti cat, amplas, kain bal, koran, lakban dan thinner. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek meliputi semua biaya produksi di luar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, namun terkait dengan proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya bahan penolong sebagai biaya overhead proyek sudah tepat karena biaya ini menunjang proses produksi. 2. Biaya Telepon Perusahaan membebankan biaya telepon ini ke dalam biaya overhead proyek. Biaya ini merupakan beban pemakaian telepon yang digunakan untuk kepentingan proyek yang bersangkutan. Pemakaian pulsa telepon ini berupa voucher handphone. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya ini sudah tepat karena penggunaan biaya telepon ini mendukung berjalannya proses produksi. 63

3. Biaya Solar Solar sebagai bahan bakar mesin diesel yang digunakan sebagai sumber daya listrik yang dipergunakan untuk keseluruhan kegiatan yang terjadi di dalam pabrik seperti untuk lampu-lampu pabrik dan mesin-mesin produksi. Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya ini sudah tepat meskipun biaya ini tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi tetapi biaya ini mendukung berjalannya proses produksi. 4. Biaya Sewa Gedung Biaya ini timbul karena perusahaan masih menyewa kantor dan pabrik yang ditempati oleh perusahaan pada saat ini. Biaya tersebut meliputi biaya sewa atas gedung perusahaan secara keseluruhan baik kantor maupun pabrik. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, biaya sewa gedung ini sudah tepat dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek tetapi perhitungan atas pembebanan biaya tersebut kurang tepat karena perusahaan membebankan seluruh biaya sewa baik sewa kantor maupun pabrik ke dalam biaya tersebut. Perhitungan biaya sewa gedung yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah seluruh biaya sewa selama sebulan yaitu sebesar Rp. 6.375.000. Luas tanah keseluruhan adalah 4000 m 2, yang termasuk luas pabrik sebesar 2500m 2 dan luas kantor sebesar 64

1500m 2. Perhitungan pembebanan sewa tersebut seharusnya dialokasikan berdasarkan luas tanah pabrik saja yaitu sebesar Rp.3.984.735 {Rp. 6.375.000 x (2500m 2 / 4000m 2 )}. Akibat kesalahan dalam perhitungan biaya tersebut adalah biaya overhead proyek dibebankan lebih tinggi sebesar Rp. 2.390.265 (Rp. 6.375.000 - Rp. 3.984.375), sehingga harga pokok produksi pun menjadi lebih besar dari yang seharusnya. 5. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah bagian workshop. Upah ini hanya terdiri dari upah kotor bagian workshop saja tidak termasuk uang lembur. Pekerja bagian workshop bertugas memantau pekerjaan pabrik dari awal sampai dengan selesai dan melakukan pengendalian mutu dari pekerjaan yang diselesaikan. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya tenaga kerja tidak langsung sudah tepat dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek. Meskipun pekerja bagian workshop tidak terlibat langsung dalam pembuatan produk, tetapi mereka bertanggung jawab atas pekerjaan pabrik dan mengatur proses produksi sehingga tercipta keefisienan dan keefektifan dalam keseluruhan kegiatan yang terlaksana di dalam pabrik sehingga menunjang proses produksi. 6. Biaya Perawatan dan Perbaikan Mesin Biaya perawatan dan perbaikan mesin ini meliputi biaya pembelian suku cadang mesin dan biaya service-nya. Biaya-biaya tersebut digunakan untuk mesin-mesin pabrik yang digunakan dalam proses produksi. 65

Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya tersebut sudah tepat karena biaya ini dikeluarkan untuk mendukung terlaksananya proses produksi. 7. Biaya Penyusutan Mesin Biaya penyusutan ini meliputi biaya penyusutan mesin-mesin pabrik yang digunakan untuk proses produksi. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, biaya tersebut telah diklasifikasikan dengan tepat karena biaya ini berhubungan dengan mesin-mesin pabrik yang digunakan untuk proses produksi. 8. Biaya Perjalanan Dinas Biaya ini berupa biaya yang dikeluarkan untuk transportasi bagian marketing selama melakukan kunjungan ke tempat klien. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Dan secara teori, beban pemasaran adalah beban yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk yang di mulai pada saat barang siap dijual. Menurut penulis, biaya perjalanan dinas tidak tepat diklasifikasikan sebagan biaya overhead proyek karena biaya tersebut tidak menunjang proses produksi dan bukan biaya produksi. 66

Pengklasifikasian yang tidak tepat atas biaya tersebut mengakibatkan biaya overhead proyek dibebankan terlalu tinggi dari biaya yang sebenarnya dan harga pokok produksi menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Lebih tepat jika biaya perjalanan dinas diklasifikasikan sebagai biaya penjualan dan pemasaran, karena biaya tersebut menunjang proses pemasaran produk perusahaan yang dilakukan sebelum produk dijual. 9. Biaya Pengiriman Barang Biaya ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan barang dari perusahaan sampai dengan tempat klien seperti biaya penyewaan container, biaya tol, dan lain-lain. Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Dan berdasarkan teori, beban pemasaran adalah beban yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk yang di mulai pada saat barang siap dijual. Menurut penulis, pengklasifikasian atas biaya pengiriman barang sebagai biaya overhead proyek tidak tepat, karena biaya tersebut tidak berhubungan dengan proses produksi dan bukan biaya produksi. Akibat dari pengklasifikasian biaya yang tidak tepat tersebut mengakibatkan biaya overhead proyek menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya sehingga harga pokok produksi pun menjadi lebih tinggi. 67

Biaya pengiriman lebih tepat jika diklasifikasikan sebagai biaya penjualan dan pemasaran, karena biaya ini berhubungan dengan kegiatan memasarkan, menjual dan mendistribusikan produk. 10. Biaya Packing Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengemasan barang agar barang tahan benturan pada saat perjalanan pengiriman barang ke tempat klien. Perusahaan menggunakan bahan packing berjenis single face. Biaya ini meliputi biaya pembelian kardus, tali rafiah, dan lain-lain. Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya tersebut sudah tepat, karena meskipun biaya ini tidak ini tidak terlibat langsung dalam proses produksi tetapi biaya ini menunjang terlaksananya proses produksi. 11. Biaya Overhead Lain-Lain Perusahaan mengklasifikasikan uang lembur karyawan dan biaya fotocopy ke dalam kelompok biaya ini. Uang lembur karyawan terdiri dari uang lembur pekerja bagian workshop dan bagian kantor yang lembur pada saat produksi berlangsung. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. 68

Secara teori, biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya untuk pengawas pabrik dan pekerja terlatih lainnya serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi tetapi menunjang proses produksi. Beban administratif adalah beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Menurut penulis, biaya-biaya tersebut tidak tepat jika diklasifikasikan sebagai biaya overhead lain-lain karena sebagian biaya tersebut adalah biaya yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi tetapi menunjang proses produksi dan biaya yang lainnya tidak terlibat dalam proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung dan bukanlah biaya produksi. Biaya-biaya tersebut seharunya diklasifikasikan berdasarkan pusat biayanya masing-masing. Berikut ini pembahasan klasifikasi biaya-biaya tersebut : 1. Biaya uang lembur a. Uang lembur bagian workshop Menurut penulis, biaya ini seharusnya diklasifikasikan ke dalam biaya tenaga kerja tidak langsung karena biaya ini dikeluarkan untuk pekerja bagian workshop yang memantau kegiatan proses produksi. Biaya ini akan menambah biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 1.856.800, sehingga biaya tenaga kerja tidak langsung naik menjadi Rp. 12.106.800 (Rp. 10.250.000 + Rp. 1.856.800). 69

b. Uang lembur bagian kantor Menurut penulis, biaya ini seharusnya diklasifikasikan sebagai biaya administrasi dan umum, karena biaya ini tidak terlibat dalam proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Biaya fotocopy Biaya ini meliputi biaya fotocopy yang dikeluarkan untuk keperluan administrasi kantor. Menurut penulis biaya ini tidak tepat jika dimasukkan dalam biaya overhead proyek karena biaya ini berhubungan dengan administrasi kantor dan bukanlan biaya produksi. Seharusnya biaya fotocopy ini dibebankan ke dalam biaya administrasi dan umum. Akibat dari pembebanan biaya-biaya tersebut, biaya overhead proyek dibebankan lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga pokok produksi menjadi lebih tinggi. Berikut ini adalah tabel pengklasifikasian biaya sebelum dan setelah dilakukan evaluasi penilaian : 70

TABEL IV.1 PT GRAHACITRA ADHITAMA REKLASIFIKASI BIAYA PRODUKSI Keterangan Perusahaan Reklasifikasi Lem kuning, lem putih, paku tembak dan veneer. Biaya bahan baku utama Biaya Overhead Proyek Bahan Penolong Lem besi dan sekrup Biaya bahan baku Accessories BOP - Bahan Penolong Biaya Perjalanan Dinas Biaya Overhead Proyek Biaya Penjualan dan Pemasaran Biaya Pengiriman Barang Biaya Overhead Proyek Biaya Penjualan dan Pemasaran Biaya Overhead Lain-Lain : - Uang Lembur Bagian Workshop - Uang Lembur Bagian Kantor - Biaya Fotocopy BOP - OH Lain-Lain BOP - OH Lain-Lain BOP - OH Lain-Lain BOP - Biaya TKTL Biaya Administrasi dan umum Biaya Administrasi dan umum Reklasifikasi Biaya Produksi Sumber: Data diolah penulis IV.2 Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi PT Grahacitra Adhitama. Dalam membuat perhitungan harga pokok produksi furniture, PT Grahacitra Adhitama menggunakan metode harga pokok pesanan (Job Order Costing) karena perusahaan melakukan proses produksi berdasarkan pesanan yang diterima. PT Grahacitra Adhitama menggunakan metode penentuan harga pokok penuh (full costing), karena dalam menghitung harga pokok produksi perusahaan memasukkan 71

semua biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead proyek baik yang bersifat tetap maupun variabel. Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi credenza tipe a yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode biaya penuh (full costing) : 1. Biaya Bahan Baku Langsung (Lihat kartu biaya bahan baku langsung setelah dilakukan reklasifikasi pada tabel IV.2 dilampiran 5) Perusahaan memasukkan beberapa bahan penolong ke dalam perhitungan biaya bahan baku. Berikut ini adalah tabel reklasifikasi perhitungan biaya bahan baku utama perusahaan sebelum dan setelah dilakukan reklasifikasi: 72

TABEL IV.4 PT. GRAHACITRA ADHITAMA BIAYA BAHAN BAKU UTAMA Kode Keterangan Perhitungan Selisih Barang Perusahaan Reklasifikasi P01.01100448 Triplek 4mm 4x8 -Meranti Rp. 1.070.499 Rp. 1.070.499 - P01.01101248 Triplek 12mm 4x8 -Meranti Rp. 5.890.000 Rp. 5.890.000 - P01.01101548 Triplek 15mm 4x8 -Meranti Rp. 350.000 Rp. 350.000 - P01.01301548 Triplek 15mm lps melaminto Rp. 5.130.000 Rp. 5.130.000 - P02.01010148 Melaminto putih dof 4x8 Rp. 3.294.000 Rp. 3.294.000 - P02.10300348 Nyatoh Plywood 3mm 4x8 Rp. 7.882.494 Rp. 7.882.494 - K04.1001 Kayu nyatoh oven Rp. 1.258.881 Rp. 1.258.881 - L10.01000101 Lem kuning-fox Rp. 4.021.000 - Rp. 4.021.000 L10.02000101 Lem putih-fox Rp. 28.750 - Rp. 28.750 P05.03010200 Paku tembak 2 cm Rp. 8.500 - Rp. 8.500 P05.03010300 Paku tembak 3 cm Rp. 73.530 - Rp. 73.530 E01.01000001 Veneer Putih Rp. 92.625 - Rp. 92.625 TOTAL Rp. 29.100.279 Rp.24.875.874 Rp. 4.224.405 Biaya Bahan Baku Utama sebelum dan setelah Reklasifikasi Sumber : PT Grahacitra Adhitama Di lihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah bahan baku utama menurut perhitungan perusahaan sebesar Rp. 29.100.279. Setelah dilakukan reklasifikasi jumlah bahan baku utama mengalami penurunan menjadi sebesar Rp. 24.875.874. Akibat dari salah pengklasifikasian biaya tersebut perusahaan membebankan bahan baku utama lebih tinggi sebesar Rp. 4.224.405 (Rp. 29.100.279 Rp. 24 875.874). 73

PT Grahacitra Adhitama juga membebankan beberapa bahan penolong seperti lem besi dan sekrup ke dalam biaya accessories. Jumlah accessories yang dibebankan perusahaan ke dalam bahan langsung adalah Rp. 2.662.684. Akibat dari pembebanan tersebut total bahan langsung menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Berikut ini adalah perhitungan biaya accessories sebelum dan setelah dilakukan reklasifikasi : TABEL IV.5 PT. GRAHACITRA ADHITAMA BIAYA ACCESSORIES Kode Barang Keterangan Perusahaan Reklasifikasi Selisih A50.02102505 A50.011029902 A50.004009910 L50.30990001 F50.01309901 A50.1140H201 A50.03121901 A50.01400H103 S50.01010100 S50.01010125 S50.01010200 S50.01010075 S50.01010058 Hande pipa 12 X 15cm HUBEN Grendel stainless Plat kunci L Lem besi Kaki kursi plastik besar Engsel sendok biasa -HUBEN Pin ambalan gepeng (Kayu) Kunci laci HUBEN Sekrup kpl Rt (+) 1 Sekrup kpl Rt (+) 11/4 Sekrup kpl Rt (+) 2" Sekrup kpl Rt (+) 3/4" Sekrup kpl Rt (+) 5/8" Rp. 966.000 Rp. 249.500 Rp. 49.750 Rp. 20.000 Rp. 78.000 Rp. 535.000 Rp. 284.059 Rp. 356.750 Rp. 7.500 Rp. 52.250 Rp. 31.500 Rp. 11.375 Rp. 21.000 Rp. 966.000 Rp. 249.500 Rp. 49.750 - Rp. 78.000 Rp. 535.000 Rp. 284.059 Rp. 356.750 - - - - - - - - Rp. 20.000 - - - - Rp. 7.500 Rp. 52.250 Rp. 31.500 Rp. 11.375 Rp. 21.000 TOTAL Rp. 2.662.684 Rp. 2.519.059 Rp. 143.625 Biaya Accessories sebelum dan setelah Reklasifikasi Sumber : PT Grahacitra Adhitama Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perusahaan telah membebankan biaya accessories lebih tinggi dari yang seharusnya. Perhitungan biaya accessories menurut perusahaan adalah sebesar Rp. 2.662.684 dan biaya accessories setelah dilakukan reklasifikasi adalah sebesar Rp. 2.519.059. Selisih positif yang timbul karena perbedaan 74

perhitungan tersebut sebesar Rp. 143.625. Selisih tersebut akan menambah biaya overhead proyek untuk pekerjaan credenza tipe 120. Berikut ini adalah perhitungan biaya bahan baku langsung sebelum dan setelah dilakukan reklasifikasi : TABEL IV.6 PT GRAHACITRA ADHITAMA REKLASIFIKASI BIAYA BAHAN BAKU LANGSUNG CR. A. 120 Keterangan Perusahaan Reklasifikasi Selisih Biaya Bahan Baku Utama Rp. 29.100.279 Rp. 24.875.874 Rp. 4.224.405 Biaya Accessories Rp. 2.662.684 Rp. 2.519.059 Rp. 143.625 Total B.B.Langsung Rp. 31.762.963 Rp. 27.394.933 Rp. 4.368.030 Reklasifikasi Biaya Bahan Baku Langsung CR. A. 120 Sumber: PT Grahacitra Adhitama Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa perhitungan biaya bahan baku langsung menurut perusahaan lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 31.762.963. Setelah dilakukan reklasifikasi total biaya bahan baku langsung turun menjadi sebesar Rp. 27.394.933. Besarnya selisih yang timbul akibat salah pengklasifikasian biaya accessories adalah sebesar Rp.4.363.030. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut penulis, perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang dibuat oleh perusahaan sudah tepat. Berikut ini adalah perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang dibuat oleh perusahaan (lihat kartu biaya tenaga kerja langsung dilampiran 2). 75

Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk Pekerjaan CR.A.120 1. Bagian Kayu Biaya Upah... Rp. 10.494.000 Total... Rp. 10.494.000 2. Bagian Finishing Biaya Upah... Rp. 6.270.000 Biaya Uang Lembur... Rp. 2.095.707 Total... Rp. 8.365.707 Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 18.859.707 3. Biaya Overhead Proyek Perusahaan mengalokasikan biaya overhead proyek ke dalam setiap jenis produksi berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Dimana semua biaya overhead proyek dijumlahkan dan total biaya tersebut dikalikan dengan jumlah unit yang diproduksi untuk masing-masing jenis pekerjaan yang bersangkutan dan dibagi dengan jumlah keseluruhan unit yang diproduksi. Menurut teori, pemilihan dasar (bases) dalam menghitung biaya overhead adalah suatu hal yang penting. Ada beberapa cara perhitungan pembebanan biaya overhead, yaitu biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, unit yang diproduksi dan sebagainya. 76

Menurut penulis, cara pembebanan biaya overhead proyek pada PT Grahacitra Adhitama kepada setiap masing-masing produk tidak tepat, karena perusahaan tidak memproduksi barang atau produk yang sejenis sehingga penyerapan biaya untuk setiap kode pekerjaan pun tidaklah sama. Oleh karena itu, pembebanan biaya overhead proyek berdasarkan jumlah unit yang diproduksi tidaklah tepat. Hal di atas dapat mengakibatkan pengalokasian biaya overhead untuk setiap jenis produk menjadi tidak adil dan kurang tepat. Biaya overhead yang dibebankan pada setiap jenis produk bisa terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Hal tersebut dapat mempengaruhi besarnya harga pokok produksi, harga jual produk dan laba yang diperoleh perusahaan. Menurut penulis, cara pembebanan biaya overhead proyek pada PT Grahacitra Adhitama lebih tepat jika dihitung dengan menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung. Pemilihan dasar (bases) pembebanan tersebut karena terdapat hubungan yang kuat antara jam tenaga kerja langsung dengan overhead proyek dan selama operasi tenaga kerja merupakan faktor utama dalam produksi. Penggunaan jam tenaga kerja untuk setiap kode pekerjaan berbeda tergantung jenis dan besarnya ukuran produk. Untuk mengalokasikan biaya overhead proyek kepada setiap masing -masing jenis produk perlu dilakukan perhitungan biaya overhead proyek yang tepat. Oleh karena itu, penulis melakukan reklasifikasi biaya bahan penolong untuk proyek Indosat-Balikpapan. Perhitungan reklasifikasi biaya bahan penolong sebagai berikut: Biaya bahan penolong menurut perusahaan Rp. 8.789.350 77

Ditambah: Biaya bahan penolong berdasarkan reklasifikasi biaya bahan baku CR.A.120 Rp. 4.368.030 Total Biaya Bahan Penolong Rp. 13.157.380 (Catatan : Penulis hanya memperlihatkan pengaruh biaya bahan penolong berdasarkan reklasifikasi biaya bahan baku langsung kode pekerjaan CR.A.120 saja, apabila bahan baku langsung kode pekerjaan lainnya dilakukan reklasifikasi maka biaya bahan penolong juga berubah.) Berikut ini adalah perhitungan biaya overhead proyek setelah dilakukan reklasifikasi: TABEL IV.7 PT GRAHACITRA ADHITAMA REKLASIFIKASI BIAYA OVERHEAD PROYEK No Keterangan Jumlah 1 Biaya Bahan Penolong Rp. 13.157.380 2 Biaya Telepon Rp. 225.250 3 Biaya Solar Rp. 3.547.000 4 Biaya Sewa Gedung Rp. 3.984.735 5 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp. 12.106.800 6 Biaya Perawatan dan Perbaikan Mesin Rp. 1.151.500 7 Biaya Penyusutan Mesin Rp. 4.725.207 8 Biaya Packing Rp. 2.156.600 Total Biaya Overhead Bulan Desember Rp. 41.054.472 Reklasifikasi Biaya Overhead Proyek Sumber: PT Grahacitra Adhitama 78

Sebelum menghitung biaya overhead proyek yang akan dialokasikan untuk credenza tipe A, maka perlu menghitung tarif biaya overhead proyek terlebih dahulu. Berikut ini adalah data-data yang diketahui sebagai informasi biaya dalam menghitung tarif biaya overhead proyek dan alokasi BOP untuk pekerjaan credenza tipe a: - Biaya Overhead Proyek setelah reklasifikasi adalah Rp. 41.054.472 - Perhitungan estimasi Jam Tenaga Kerja Langsung : 29 hari x 7 jam x 35 pekerja = 7105 jam - Jam Tenaga Kerja Aktual CR.A.120 adalah 2849. 30 jam (Tabel IV.6) Perhitungan biaya overhead proyek untuk pekerjaan CR.A.120 sebagai berikut : Tarif BOP = Estimasi biaya overhead proyek : Estimasi JTKL Tarif BOP = Rp. 41.054.472 : 7105 jam Tarif BOP = Rp. 5.778,25 / JTKL Alokasi biaya overhead proyek untuk CR.A.120 (lihat pada tabel IV.4 dilampiran 7). = Tarif BOP x Jumlah pemakaian JTKL untuk CR.A.120 = Rp. 5.778,25 x 2849.30 jam = Rp. 16.465.123 Untuk lebih jelas dalam melihat unsur-unsur biaya yang dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok produksi, penulis membuatkan kartu harga pokok pesanan 79

untuk kode pekerjaan CR.A.120 dengan menggunakan biaya-biaya yang telah direklasifikasi. Berikut ini kartu harga pokok pesanan CR.A.120: GAMBAR IV.1 PT GRAHACITRA ADHITAMA KARTU HARGA POKOK PESANAN CR.A. 120 Untuk : PT INDOSAT BALIKPAPAN Tanggal Order : 25 November 2007 Nama Produk : Credenza tipe A ukuran 120 x 92 x 50 cm Tanggal Produksi : 01 Desember 2007 Kuantitas Order : 53 Unit Tanggal Selesai : 15 Desember 2007 Kode Pekerjaan : CR.A.120 Tanggal Kirim : 30 Desember 2007 Bahan Langsung Tenaga Kerja Overhead Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah Jam Tarif Jumlah Bahan Baku Utama Rp. 24.875.874 Bagian Kayu Rp. 10.494.000 2849.30 Rp. 5.778,25 Rp. 16.465.123 Accessories Rp. 2.519.059 Bagian Finishing Rp. 8.365.707 Total Rp. 27.394.933 Total Rp. 18.859.707 Total Rp. 16.465.123 Ringkasan Biaya : Bahan Baku Rp. 27.394.933 Tenaga Kerja Rp. 18.859.707 BOP Rp. 16.465.123 Total Biaya Produksi Rp. 62.719.763 Jumlah Unit Produksi 53 Unit Biaya Produksi per Unit Rp. 1.183.392 Kartu Harga Pokok Pesanan CR. A. 120 Sumber: PT Grahacitra Adhitama 80

Setelah biaya overhead proyek dilakukan reklasifikasi baik biaya overhead proyek secara keseluruhan maupun perhitungan pembebanan biaya overhead proyek kepada jenis pekerjaan CR.A.120, terdapat selisih yang sangat siginifikan antara perhitungan sebelum reklasifikasi dengan perhitungan setelah reklasifikasi. Perbedaan pembebanan biaya overhead proyek di atas dikarenakan perusahaan membebankan beberapa biaya yang seharusnya dikelompokkan menjadi beban administrasi dan beban penjualan tetapi diklasifikasikan sebagai biaya overhead proyek serta ketidaktepatan dalam pemilihan dasar alokasi biaya overhead proyek. Perusahaan mengalokasikan biaya overhead proyek kepada setiap jenis pekerjaan dengan menggunakan ukuran unit yang diproduksi, sedangkan penulis menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung. Proporsi jumlah jam tenaga kerja yang digunakan untuk membuat credenza tidak sebanding dengan proporsi berdasarkan unit yang diproduksi. Hal tersebut karena ukuran credenza yang tidak terlalu besar, sehingga proporsi penggunaan jam tenaga kerja tidak terlalu besar meskipun jumlah unit yang diproduksi lebih banyak dari jenis pekerjaan yang lainnya. Setelah dilakukan perhitungan reklasifikasi atas semua unsur biaya, maka dapat dibandingkan setiap item biaya harga pokok produksi antara perhitungan biaya menurut perusahaan dan perhitungan biaya setelah dilakukan reklasifikasi dan dapat diketahui juga selisih yang terjadi. 81

TABEL IV.8 PT GRAHACITRA ADHITAMA PERHITUNGAN HPP PERUSAHAAN DAN HPP REKLASIFIKASI Keterangan Perusahaan Reklasifikasi Selisih 1. Biaya Bahan Baku Langsung - Bahan Baku Utama - Accessories 2. B.T.K.Langsung - Bag. Kayu - Bag. Finishing 3. B.Overhead Proyek Rp. 29.100.279 Rp. 2.662.684 Rp. 10.494.000 Rp. 8.365.707 Rp. 38.867.148 Rp. 24.875.874 Rp. 2.519.059 Rp. 10.494.000 Rp. 8.365.707 Rp. 16.465.123 Rp. 4.224.405 Rp. 143.625 Rp. 22.402.025 Harga Pokok Produksi Rp. 89.489.818 Rp. 62.719.763 Rp. 26.770.055 Perhitungan HPP Perusahaan dan HPP Reklasifikasi Sumber: PT Grahacitra Adhitama Di lihat dari tabel IV.8 dapat diketahui bahwa ketidakakuratan dan kesalahan pengklasifikasian mengakibatkan perhitungan harga pokok produksi menjadi tidak akurat. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dan harga pokok produksi setelah reklasifikasi. Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan sebesar Rp. 89.489.818 dan harga pokok produksi setelah dilakukan reklasifikasi sebesar Rp. 62.719.763, sehingga diperoleh selisih positif sebesar Rp. 26.770.055. Hal tersebut berarti perusahaan membebankan harga pokok lebih tinggi dari yang seharusnya. IV.3 Penilaian Atas Perhitungan Harga Jual Harga pokok produksi memiliki peranan penting dalam beberapa hal dan salah satu peranannya adalah sebagai dasar untuk menentukan harga jual. Selain itu, harga pokok juga dapat dijadikan dasar sebagai penilaian atas penetapan harga jual. 82

Penentuan harga jual pada PT Grahacitra Adhitama adalah dengan cara harga pokok produksi ditambah dengan laba yang diinginkan sebesar 20 %. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbedaan laba yang diperoleh perusahaan berdasarkan perhitungan harga pokok produksi estimasi, aktual dan perhitungan harga pokok produksi setelah dilakukan reklasifikasi : TABEL IV.9 PT.GRAHACITRA ADHITAMA PERBANDINGAN PERSENTASE LABA Keterangan Biaya Estimasi Biaya Aktual Reklasifikasi Selisih Aktual dengan Reklasifikasi Harga Jual Rp. 104.457.588 Rp. 104.457.588 Rp. 104.457.588 - HPP Rp. 87.047.990 Rp. 89.489.818 Rp. 62.719.763 Rp. 26.669.906 Laba Rp. 17.409.598 Rp. 14.967.770 Rp. 41.737.825 (Rp. 26.769.885) Persentase 20% 16,73% 66,54% (49,81%) Perbandingan Persentase Laba Sumber: PT Grahacitra Adhitama Dari data di atas (Lihat Tabel IV.9) maka dapat diketahui bahwa telah terjadi perbedaan persentase laba yang cukup besar jumlahnya. Perbedaan tersebut dapat mengakibatkan perusahaan menetapkan harga jual terlalu tinggi dari yang seharusnya. Perhitungan persentase laba menurut perusahaan berdasarkan biaya estimasi sebesar 20%, sedangkan berdasarkan biaya aktual sebesar 16,73% dan persentase laba setelah dilakukan reklasifikasi sebesar 66,54%. 83

Selisih persentase laba antara biaya estimasi dengan biaya aktual diakibatkan karena pengklasifikasian biaya yang kurang tepat dan perusahaan kurang akurat dalam mengestimasikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama proses produksi berlangsung seperti kesalahan dalam mengestimasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead proyek. Ketidakakuratan dalam mengestimasikan biaya produksi dikarenakan bagian marketing selaku pembuat RAB membuat perhitungan biaya tidak menggunakan standar harga serta tidak mendiskusikan terlebih dahulu perhitungan biayanya kepada bagianbagian yang mengetahui perkiraan besarnya biaya yang dibutuhkan seperti kepada bagian workshop. Berdasarkan perhitungan biaya aktual dengan perhitungan biaya setelah dilakukan reklasifikasi, terjadi selisih persentase laba yang cukup besar. Hal tersebut diakibatkan dari kesalahan perusahaan dalam melakukan pengklasifikasian biaya. Perusahaan tidak mengalokasikan biayanya berdasarkan pusat biaya yang tepat sehingga perhitunggan harga pokok produksi pun menjadi tidak akurat. Kesalahan dalam pengklasifikasian biaya dapat menyebabkan keputusan manajemen menjadi tidak tepat seperti keputusan dalam harga pembelian bahan baku, keputusan dalam menetapkan harga jual, serta keputusan-keputusan lainnya. Disarankan perusahaan melakukan pengklasifikasian biaya dengan tepat sesuai dengan pusat biayanya / cost centre. Dengan demikian perusahaan dapat menghitung harga pokok produksi lebih akurat dan menetapkan harga jual yang lebih baik sehingga laba perusahaan dapat dicapai maksimal. 84