ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BENIH IKAN PATIN DI DEDDY FISH FARM KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEWIRAUSAHAAN PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG DI KELURAHAN BUGEL KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

II. BAHAN DAN METODE

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

III KERANGKA PEMIKIRAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN GURAMEH. Nama : Kotot wijayanto Nim : Kelas : D3 Manajemen Informatika 2A

ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor)

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh : Murry Hadi Nugroho A14105575 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN MURRY HADI NUGROHO. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI. (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR). Ikan gurami merupakan salah satu potensi air tawar yang mempunyai prospek pasar yang sangat baik hal ini karena ikan gurami memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik dalam segi harga jual maupun harga beli. Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih ukuran 2 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan waktu 4-5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para pembudidaya ikan gurami untuk mensegmentasikan kegiatan usahanya. Semua kegiatan budidaya ikan gurami dapat dijadikan usaha, mulai dari pembenihan hingga pembesaran yang masing-masing mempunyai keuntungan sendiri. Kualitas dan kuantitas benih sangat menentukan output ikan gurami yang akan dihasilkan. Jika benih yang digunakan berkualitas baik, maka kemungkinan besar kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik. Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing. Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan mendapatkan pengakuan dari pemerintah berupa sertifikat SNI. Sertifikasi SNI adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra ikan gurami di Indonesia. Terdapat unit bisnis pembenihan ikan gurami bersertifikat SNI tepatnya di Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng. Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami.. Selain itu salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat dalam usaha pembenihan ikan gurami adalah keterbatasan modal. Dengan terbatasnya modal, maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat dialokasikan dengan baik. Dari penjelasan tersebut maka penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat dan non-sertifikat dan menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses produksi pembenihan ikan gurami Untuk menganalisis dampak sertifikat terhadap pendapatan digunakan analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio untuk membandingkan penerimaan yang didapatkan oleh petani bersertifikat dan non sertifikat. Untuk menganalisis faktor-

faktor yang berpengaruh digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural. Setelah diuji, maka akan didapat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami adalah luas kolam (X1), jumlah induk (X2), kepadatan (X3), Dosis pupuk (X4), pakan benih (X5), tenaga kerja (X6) dan variable dummy sertifikat. Akan tetapi Dengan adanya sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani, maka variabel jumlah induk (X2) dihilangkan karena dikhawatirkan hasil regresi menjadi bias dan model menjadi kurang baik, sehingga faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi benih ikan gurami ukuran 1-2 cm adalah luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3), pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variable dummy sertifikat. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C rasio, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat. Tidak semua telur dari induk ikan gurami di benihkan oleh para petani, akan tetapi ada sebagian telur yang langsung dijual oleh para petani baik petani bersertifikat maupun petani non sertifikat. Pendapatan yang diterima oleh petani responden bersertifikat lebih tinggi bukan dikarenakan harga produk yang berbeda akan tetapi hasil produksi yang dihasilkan oleh petani responden bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan petani responden non sertifikat dengan jumlah input yang berbeda. Dari hasil analisis faktor-faktor menggunakan fungsi Cobb-Douglas semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami dimana hasil tersebut didapatkan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh faktor produksi secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa faktor luas kolam (X1), kepadatan (X2), Dosis pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %. Sedangkan faktor pakan benih (X4), tenaga kerja (X5) dan variabel dummy sertifikat tidak berpengaruh nyata tehadap hasil produksi benih ikan gurami pada tingkat kepercayaan 95 %.Usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji berada pada kondisi increasing return to scale atau kenaikan hasil yang meningkat. Hal ini ditunjukan oleh hasil penjumlahan koefisien dari masing-masing faktor produksi. Dalam uji statistik, dummy sertifikat tidak berpengaruh terhadap hasil produksi. Walaupun demikian petani bersertifikat memiliki pendapatan yang lebih besar dan lebih efisien dibandingkan dengan petani non sertifikat, sehingga petani non sertifikat diharapkan untuk mengikuti program sertifikasi yang dilakukan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C ratio, dimana nilai R/C petani sertifikat lebih tinggi baik atas biaya tunai maupun biaya total dibandingkan dengan petani non sertifikat.secara bersama-sama faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami. Akan tetapi untuk uji parsial tidak semua faktor produksi berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara parsial yaitu luas kolam, kepadatan dan dosis pemupukan. Nilai elastisitas dari variabel luas kolam adalah positif 0,965 yang berada pada daerah rasional. Pada daerah ini penggunaan variabel luas kolam didaerah penelitian sudah efisien sehingga perlu dipertahankan luasannya. Nilai elastisitas dari kepadatan adalah positif 0,996, nilai ini berada pada derah rasional

sehingga penggunaan kepadatan didaerah penelitian sudah efisien dan dipertahankan jumlah penggunaan kepadatannya. Untuk variabel dosis pupuk memiliki nilai elastisitas sebesar negatif 0,450 yang berada pada daerah irasional III sehingga penggunaan dosis pupuk didaerah penelitian sudah tidak efisien dan perlu dikurangi dosis pemakaiannya. Nilai skala ekonomi untuk usaha pembenihan ikan gurami di Desa Beji adalah 1,8134 yang berada pada daerah irasional I yang berarti penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama belum efisien dilakukan, sehingga untuk mencapai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama masih dapat ditingkatkan.

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh : MURRY HADI NUGROHO A14105575 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Nama : Murry Hadi Nugroho NRP : A14105575 Program studi : Ektensi Manajemen Agribisnis Menyetujui, Dosen Pembimbing Rahmat Yanuar, Sp. MSi NIP 132 321 442 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019 Tanggal kelulusan :

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH Bogor, Mei 2008 Murry Hadi Nugroho A14105575

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 5 juni 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sudirman dan Purwantini. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah pada tahun 1990 penulis memasuki bangku SD di Sekolah Dasar Negeri Panaragan II Bogor Sampai 1996 dan melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Bogor dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas yaitu di SMU N 6 Bogor, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Benih Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengambil topik mengenai Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan petani bersertifikat SNI dan non sertifikat SNI serta menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil produksi pada proses produksi pembenihan ikan gurami. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi yang telah dibuat ini. Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Bogor, Mei 2008 Murry Hadi Nugroho A14105575

UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua dan adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang tanpa pamrih. 2. Bapak Rahmat Yanuar. Sp. MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya. 3. Bapak M. Firdaus PhD yang telah menjadi dosen evaluator dan penguji yang memberikan banyak saran pada penelitian saya. 4. Ibu Tintin Sarianti, Sp atas masukan selaku komisi pendidikan yang memberikan masukan pada waktu sidang. 5. Bapak Ade Sunarma, MSi. yang banyak memberikan informasi, saran dan bantuan pada saat sebelum dan setelah penelitian. 6. Keluarga Bapak Chaeruri selaku ketua kelompok UPR Setia Maju yang telah memberikan informasi dan bantuan pada saat penelitian. 7. Keluarga Mas Joko Purwokerto atas dukungan dan motivasinya. 8. Kakak-kakakku mas ndut, mas ade, mas sugeng dan mas joko atas doa dan semangatnya. 9. Urmatul Uska Akbar, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan doa. 10. Barudak Saung, yang tak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungan dan motivasinya selama penyusunan skripsi. 11. Teman-teman X10C Topan C, Ari K, Febryanto W, Simon A, Tomson B, Alfredo Z, Panjang, Marudut H, Baroes, Puji Subekti serta semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...x DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR LAMPIRAN...xiv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Perumusan Masalah...4 1.3 Tujuan Penelitian...6 1.4 Kegunaan Penelitian...7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Gurami...8 2.2 Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan...10 2.3 Standar Nasional Indonesia Ikan Gurami...10 2.3.1 Pengelolaan Kelas Induk Pokok (Parent Stock)...11 2.3.1 Produksi Benih Kelas Benih Sebar...11 2.4 Penelitian Terdahulu...15 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis...20 3.1.1 Pendapatan Usahatani...20 3.1.2 Analisis Fungsi Produksi...22 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional...28 IV. METODOLOGI 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...31 4.2 Jenis dan Sumber Data...31 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data...32 4.3.1 Analisis Pendapatan Usahatani...32 4.3.2 Analisis Fungsi Produksi...34 4.4 Konsep Pengukuran Variabel...38 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian...40 5.2 Karakteristik Responden...42 5.2.1 Petani Sertifikat SNI...42 5.2.1.1 Usia...42 5.2.1.2 Tingkat Pendidikan...42 5.2.1.3 Pengalaman Usahatani...43

5.2.1.4 Luas Kolam...43 5.2.2 Petani Non Sertifikat SIN...44 5.2.2.1 Usia...44 5.2.2.2 Tingkat Pendidikan...44 5.2.2.3 Pengalaman Usahatani...45 5.2.2.4 Luas Kolam...45 5.3 Gambaran Umum Pembenihan Ikan Gurami di Daerah Penelitian...46 5.4 Pemasaran Benih Ikan Gurami...50 VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pendapatan...52 6.1.1 Penggunaan Sarana Produksi...52 6.1.1.1 Pupuk...52 6.1.1.2 Kapur...52 6.1.1.3 Daun Sente...52 6.1.1.4 Pelet Induk...53 6.1.1.5 Pelet Benih...53 6.1.1.6 Tenaga Verja...53 6.1.1.7 Induk Ikan Gurami...54 6.1.2 Penerimaan Usahatani...54 6.1.3 Struktur Biaya...56 6.2 Analisis Faktor-faktor Produksi...63 6.2.1 Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi...63 6.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi...65 VII. KESIMPULAN dan SARAN...69 7.1 Kesimpulan...69 7.2 Saran...70 DAFTAR PUSTAKA...72 LAMPIRAN...74

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produksi Ikan Indonesia Menurut Segi Lahan Periode 2001-2005...1 2. Perubahan Harga Benih Ikan Gurami Berdasarkan Ukuran...2 3. Jumlah Benih Yang di Tebar Periode 2000-2004...2 4. Produksi Telur Ikan Gurami di Kabupaten Banyumas...4 5. Unit Pembenihan Ikan Air Tawar Bersertifikat...5 6. Kriteria Kuantitatif Induk Pokok (parent stock)...11 7. Kriteria Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar...12 8. Standar Proses Produksi Pembenihan Ikan Gurami...15 9. Jumlah Penduduk Desa Beji Berdasarkan Umur Tahun 2007...40 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2007...41 11. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Beji...41 12. Tingkat Pendidikan Petani Bersertifikat SNI...42 13. Sebaran Responden bersertifikat Berdasarkan Pengalaman Usahatani...43 14. Luas Kolam Petani Bersertifikat SNI...43 15. Sebaran Responden Non sertifikat Berdasarkan Umur...44 16. Tingkat Pendidikan Petani Non Sertifikat SNI...44 17. Sebaran Responden Non Sertifikat Berdasarkan Pengalaman Usahatani...45 18. Luas Kolam Petani Non Sertifikat...45 19. Nilai Penyusutan Peralatan...60 20. Rata-rata Pendapatan Petani per Tahun Dengan Luasan 1000m 2...62 21. Hasil Analisis Ragam...64 22. Analisis Variabel Pada Model...65

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Ikan Gurami...9 2. Bentuk Fungsi Produksi Dengan Satu Variabel...23 3. Kurva Hubungan Fungsi Produksi Total dengan Produk Marginal dan Produk Rata-rata...26 4. Kerangka Pemikiran Operasional...29 5. Saluran Pemasaran Telur dan Benih Ikan Gurami di Desa Beji...51

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Output Fungsi Produksi Cobb-Douglas...74 2. Uji Normalitas dan Homogenitas Fungsi Produksi...75

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional adalah sebagai pemasok kebutuhan konsumsi dan gizi masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan berwirausaha, peningkatan devisa negara melalui ekspor hasil perikanan dan mampu mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian khususnya sub sektor perikanan (Soekartawi, 2005). Berdasarkan lahan tempat budidaya, sub sektor perikanan di bedakan menjadi dua golongan, yaitu perikanan darat dan perikanan laut, dimana perikanan darat terbagi lagi menjadi perikanan air tawar dan perikanan air payau. Tabel 1. Produksi Ikan Indonesia Menurut Segi Lahan Periode 2001-2005 No Tahun Perikanan darat (Ribu Ton) Perikanan laut (Ribu Ton) 1 2 3 4 5 2001 2002 2003 2004 2005 5.091 5.233 5.608 5.867 6.072 3.966 4.073 4.383 4.572 4.653 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 Salah satu komoditas perikanan air tawar yang bernilai ekonomis adalah ikan gurami. Hal ini dapat dilihat dari segi harga jual dan beli ikan gurami yang jauh lebih mahal dan relatif lebih stabil di banding ikan budidaya komoditas air tawar lainnya (Basyarah, 2002). Mahalnya harga ikan gurami disebabkan ikan ini memerlukan waktu relatif lama untuk mencapai ukuran konsumsi. Untuk membesarkan benih ukuran 2 3 cm sampai konsumsi di perlukan waktu selama 15 bulan. Berbeda dengan ikan lele dan ikan mas, untuk mencapai ukuran konsumsi hanya memerlukan waktu 4-5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Hal ini yang mendorong para pembudidaya ikan gurami untuk mensegmentasikan kegiatan usahanya. Segmentasi

dalam kegiatan budidaya perikanan adalah suatu pengelompokan kegiatan budidaya berdasarkan ukuran produk yang dihasilkan. Perubahan harga ikan gurami berdasarkan ukuran dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perubahan Harga Benih Ikan Gurami Berdasarkan Ukuran Ukuran Benih (cm) Harga (Rp/ekor) Lama Pemeliharaan dari telur (Hari) 1-2 2-4 4-6 6-8 8-11 200-400 400-800 800-1000 1000-1200 1200-1800 40 80 120 160 200 Sumber : Petani Ikan Gurami di Bogor Pembenihan merupakan salah satu segmen dari kegiatan usaha budidaya ikan gurami. Kegiatan ini meliputi persiapan kolam, pengelolaan induk hingga pemeliharaan benih. Secara umum jumlah benih yang ditebar di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan rata rata peningkatan pertahun sebesar 42,25% (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Benih Ikan Gurami yang di tebar di Indonesia periode 2000-2004 No Tahun Benih Yang di Tebar (Ekor) 1. 2. 3. 4. 5. 2000 2001 2002 2003 2004 857.905 1.190.329 1.899.903 2.925.815 3.478.296 Peningkatan rata-rata per tahun (%) 42,25 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2007 Dalam tabel 3, jumlah benih yang di tebar di Indonesia dapat menggambarkan tingkat permintaan benih ikan gurami. Dengan kata lain, peningkatan jumlah benih ikan gurami yang ditebar menunjukan bahwa kegiatan usaha pembenihan ikan gurami sangat menjanjikan untuk diusahakan. Terlepas dari itu, kegiatan pembenihan ikan gurami juga memiliki permasalahan yang selalu di hadapi oleh para pembudidaya. Permasalahan yang terjadi adalah tingginya tingkat kematian,

rendahnya fekunditas telur, rendahnya derajat pembuahan dan penetasan telur serta beragamnya ukuran benih pada pemeliharaan di kolam. Kualitas benih akan menentukan keberhasilan dari hasil produksi pembesaran ikan gurami. Dengan kualitas benih yang baik, memungkinkan kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurami menjadi baik sehingga akan berdampak pada peningkatan jumlah hasil produksi pembesaran ikan gurami. Manajemen sistem budidaya sangat berpengaruh terhadap hasil produksi, dengan manajemen sistem budidaya yang baik maka produk benih yang dihasilkan akan berkualitas baik. 1 Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, telah menyediakan tata laksana usaha pembenihan ikan dengan diterbitkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang budidaya ikan. Dengan penerapan SNI, akan memungkinkan adanya perbaikan pada manajemen sistem usaha mulai dari persiapan sarana dan prasarana, pengelolaan induk serta pengelolaan benih yang nantinya diharapkan mampu menjawab permasalahan pada 2 kegiatan pembenihan. Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan kepada para pembudidaya ikan. SNI bertujuan untuk mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa guna menunjang tercapainya tujuan strategis yaitu peningkatan daya saing (BSN, 2000). Pada dasarnya SNI produk perikanan bersifat sukarela, artinya kegiatan dan produk budidaya yang tidak memenuhi ketentuan SNI tidak dilarang. Namun demikian pemerintah melalui Balai Budidaya terus berupaya melakukan pembinaan melalui pelatihan, penyuluhan dan diseminasi kepada para pembudidaya untuk menerapkan SNI dalam kegiatan usaha budidayanya.

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah sentra produksi ikan gurami di Propinsi Jawa Tengah. Beberapa kecamatan yang menjadi sentra benih ikan gurami di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Karanglewas, Kedung Banteng, Baturaden dan Kemranjen dengan total produksi pembesaran sebesar 1.096,311 ton hingga bulan November pada tahun 2007 atau meningkat sebesar 3,53% dari tahun 2006 yang menghasilkan produksi sebesar 1.058,689 ton. Peningkatan produksi pembesaran ikan gurami di Kabupaten Banyumas berbanding lurus dengan produksi telur ikan gurami (Tabel 3). Tabel 4. Produksi Telur Ikan Gurami di Kabupten Banyumas No Tahun Produksi Telur (ekor) 1 2005 39.171.580 2 3 2006 2007 40.759.060 39.541.099* Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Banyumas, 2007 * : Data Hingga tanggal 20 November 2007 1.2 Perumusan Masalah Kegiatan usaha pembenihan ikan gurami yang di lakukan oleh para pembudidaya umumnya masih menggunakan sistem tradisional, sehingga kegiatan produksinya belum dapat dilakukan secara terkontrol baik kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya. Di era perdagangan global yang kompetitif, ketatnya persyaratan mutu dan tuntutan konsumen akan kualitas produk, mendorong pemerintah untuk menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan. Standar Nasional Indonesia merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk. Petani yang sudah menerapkan SNI melalui pelatihan dan penyuluhan akan mendapatkan pengakuan dari pemerintah berupa sertifikat SNI. Sertifikasi SNI

adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis bahwa sistem kegiatan budidaya sesuai dengan SNI. Hingga saat ini, pengurusan sertifikasi SNI masih tidak dipungut biaya, namun minat dan kesadaran para petani untuk mendapatkan sertifikat masih rendah karena para petani umumnya sudah terbiasa dengan teknologi yang mereka gunakan. Selain itu untuk mendapatkan sertifikat SNI para petani diharuskan mencatat seluruh kegiatan proses produksi dan hasil produksi pada usaha pembenihan ikan gurami yang mereka lakukan. Hal ini juga yang menurunkan minat para petani untuk mendapatkan sertifikat SNI. Beberapa perusahaan serta unit pembenihan rakyat yang sudah mendapatkan sertifikat SNI dapat di lihat pada tabel 4. Tabel 5. Unit Pembenihan Ikan Air Tawar Bersertifikat Lembaga Provinsi Kegiatan Usaha PT. Nalendra sinta Mina Usaha PT. Sejati Minat Tahta BBAT Cijengkol UPR. Setia Maju UPR. Sri Utama Sumber : www.benih-dkp.go.id Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Tengah Pembenihan Ikan Nila Pembenihan Ikan Gurami Pembenihan Ikan Patin Pembenihan Ikan Gurami Pembenihan Ikan Gurami Dengan sertifikasi dan penerapan SNI, diharapkan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha pembenihan ikan gurami. Untuk itu perlu dikaji bagaimana dampak dari sertifikasi SNI terhadap pendapatan yang diterima oleh petani pembudidaya ikan gurami. Selain itu, dengan membandingkan pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat dan non sertifikat akan dapat menggambarkan apakah usahatani pembenihan ikan gurami petani bersertifikat lebih efisien dibandingkan dengan petani non sertifikat dalam hal R/C rasio. Salah satu faktor yang menjadi kendala petani bersertifikat dan non sertifikat dalam usaha pembenihan ikan gurami adalah keterbatasan modal. Dengan

terbatasnya modal maka pengalokasiannya untuk penggunaan faktor-faktor produksi menjadi sangat terbatas, sehingga perlu dikaji faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami agar modal dapat dialokasikan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar tingkat pendapatan petani bersertifikat SNI dan Non sertifikat SNI 2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam proses produksi pembenihan ikan gurami? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Membandingkan karakteristik usahatani petani bersertifikat SNI dan non Sertifikat SNI 2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat dan non-sertifikat 3. Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi pembenihan ikan gurami 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai tambahan informasi tentang manfaat Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan kepada pembudidaya ikan gurami.

2. Sebagai bahan pertimbangan tentang usaha pembenihan ikan gurami kepada petani. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Gurami Ikan gurami (Osphronemus Goramy Lacepeda) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah lama dibudidayakan secara komersil oleh para pembudidaya. Menurut Anonim (2000), klasifikasi dari ikan gurami adalah sebagai barikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Subordo : Belontiidae Famili : Osphronemidae Genus : Osphronemus Spesies : Osphronemus goramy Lac. Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah, sirip ekor membulat, jari-jari lemah pertama pada sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ikan gurami memiliki panjang standar dua kali dari tinggi badan dan empat kali dari panjang kepala. Induk gurami jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan tidak adanya bintik hitam di kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada (BSN, 2000).

Keterangan gambar: 1 : Panjang Standar 2 : Panjang Kepala 3 : Tinggi Badan Gambar 1. Ikan Gurami. Sumber : Badan Standarisasi Nasional Bentuk badan yang lebar dan pipih menyebabkan ikan gurami cocok dibudidayakan di lingkungan dengan perairan yang tenang, dengan ketinggian dari permukaan laut 0 800 m, suhu udara 25-28 0 c dan derajat keasaman air (ph) 6,5 7,8. Ikan gurami mempunyai alat pernapasan tambahan yaitu Labirin, sehingga mampu hidup di perairan yang kurang oksigen karena mampu menghirup oksigen dari udara luar. Ikan gurami sampai umur 40 hari merupakan jenis ikan karnivora yang kemudian berubah menjadi herbivora (BSN, 2000). Pada saat benih kurang dari 40 hari, ikan gurami mengkonsumsi pakan alami berupa cacing rambut (Tubifex sp.), Daphnia sp., Moina sp., atau pakan alami lainnya yang sesuai dengan ukuran mulutnya (Sunarma, 2002). Sedangkan pada saat dewasa, ikan gurami mengkonsumsi pakan yang berasal dari tumbuhan seperti daun sente, daun papaya dan daun ubi kayu (Jatmiko, 2003). 9

2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk Perikanan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk perikanan adalah suatu standar minimal dalam kegiatan budidaya yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Secara resmi kelembagaan SNI ini diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional yang disusun melalui konsensus nasional oleh para pakar perikanan budidaya dengan melibatkan para pembudidaya dari berbagai daerah, sehingga tata laksana yang tersusun dapat digunakan di tingkat pembudidaya (Sunarma, 2002). Penerbitan SNI produksi perikanan merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu proses dan hasil produksi serta perbaikan pada manajemen usahanya. Namun tata laksana yang tercantum dalam SNI masih berupa acuan pokok sehingga diperlukan penjabaran yang lebih aplikatif di masing-masing daerah. Penjabaran ini dapat berupa Standar Prosedur Operasional (SPO) yang diterjemahkan melalui pelatihan dan pendampingan oleh pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Direktorat Jenderal Perikanan. 2.3 SNI Ikan Gurami Kegiatan produksi ikan gurami yang telah diterbitkan dalam SNI adalah kegiatan pengelolaan kelas induk pokok (Parent Stock) dan produksi kelas benih sebar. Induk pokok adalah induk ikan keturunan pertama dari induk dasar yang memenuhi standar mutu kelas induk pokok, dimana induk dasar adalah induk keturunan pertama dari induk pejenis yang memenuhi standar mutu, sedangkan induk pejenis adalah induk ikan yang dihasilkan oleh dan dibawah pengawasan penyelenggara pemulia. Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok (BSN, 2000). 10

2.3.1 Pengelolaan Kelas Induk Pokok (Parent Stock) Perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina adalah untuk ikan jantan terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tebal dan tidak memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Sedangkan ikan betina memiliki ciri-ciri yaitu tidak terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tipis dan memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Induk yang dipilih sebagai kelas induk pokok harus memenuhi SNI. Terdapat beberapa persyaratan dalam pengelolaan induk agar memenuhi SNI, yaitu terbagi atas kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif. Dalam kriteria kualitatif syarat yang harus dipenuhi adalah calon induk pokok merupakan hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar atau pejenis, bentuk tubuh pipih vertikal berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan serta tidak memiliki kelainan bentuk tubuh atau cacat tubuh dan organ tubuh harus lengkap (BSN, 2000). Tabel 6. Kriteria Kuantitatif Induk Pokok (Parent Stock) Jenis kelamin Kriteria satuan jantan betina Umur Bulan 24 30 30 35 Panjang Standar Cm 30 35 30-35 Bobot Tubuh Kg/Ekor 1.5 2.0 2.0 2.5 Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2.3.2 Produksi Benih Kelas Benih Sebar Benih sebar merupakan benih keturunan pertama dari induk pokok (Parent Stock). Benih sebar ikan gurami terdiri dari larva, benih pendederan 1, benih pendederan 2, benih pendederan 3, benih pendederan 4 dan benih pendederan 5. Kegiatan produksi benih ikan gurami kelas benih sebar harus memenuhi 11

persyaratan SNI. Beberapa persyaratan tersebut terdiri dari pra produksi, proses produksi dan pemanenan. Persyaratan pra produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam memproduksi benih ikan gurami kelas benih sebar yang terdiri dari lokasi, sumber air, wadah budidaya, induk, pakan, pupuk, obat-obatan dan peralatan pembenihan. Sedangkan persyaratan proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangkaian kegiatan untuk memproduksi benih ikan gurami kelas benih sebar. Persyaratan pemanenan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan tahap akhir proses produksi benih ikan gurami. Tabel 7. Kriteria Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar Kriteria satuan larva Benih P1 Benih P2 Benih P3 Benih P4 Benih P5 Umur Maksimal Hari 10 12 40 80 120 160 200 Penjang total Cm 0.75 1.00 1-2 2-4 4-6 6-8 8 11 Bobot minimal gram 0.03 0.2 0.5 1.0 3.5 7.0 Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2.4 Pembenihan Ikan Gurami Kegiatan pembenihan ikan gurami terbagi ke dalam beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pemeliharaan induk, pemanenan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih dan pemanenan benih. Kegiatan pemeliharaan induk merupakan awal dari kegiatan pembenihan ikan gurami. Kegiatan ini meliputi pemberian pakan, pengecekan sarang dan pemanenan sarang. Pakan yang diberikan berupa pakan pelet dengan jumlah 1 % dari bobot biomassa, frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Selain diberi pakan buatan, induk gurami juga diberi pakan alami berupa daun sente (Allocasia macrorrhiza) sebanyak 5 % dari bobot biomassa per hari. 12

Hingga saat ini, pemijahan ikan gurami baru dapat dilakukan secara alami. Namun demikian, Ikan ini termasuk dalam kelompok induk ikan yang menjaga telurnya secara baik. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 3-4 atau dapat dikatakan dalam satu pasang terdiri dari empat sampai lima ekor induk ikan gurami. Ikan jantan yang sudah siap memijah membangun sarang untuk menampung telur dari induk betina. Biasanya induk jantan memerlukan waktu 1 2 minggu untuk membangun sarang. Untuk memudahkan induk jantan membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang. Tempat sarang berupa keranjang sampah plastik bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air. Bahan sarang berupa sabut kelapa, ijuk atau bahan lain yang dapat dibuat sarang yang ditempatkan di permukaan air sekitar tempat sarang. Pada pemijahan secara masal, dapat disediakan sarang sejumlah induk jantan yang ada dengan jarak antar sarang sekitar 1 2 m. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya persaingan dalam membangun sarang. Pengecekan telur dilakukan setiap pagi pada setiap sarang yang sudah dibuat induk ikan. Pengecekan dilakukan dengan cara menusuk sarang atau dengan menggoyangkannya atau dengan meraba bagian depan sarang. Bila dari dalam sarang keluar telur atau minyak atau bagian depan sarang sudah tertutup, maka pemijahan sudah terjadi dan sarang berisi telur. Sarang yang berisi telur dikeluarkan dari tempat sarang secara perlahan untuk dipindahkan ke dalam waskom plastik yang telah diisi air kolam induk. Secara perlahan sarang dibuka sampai telur keluar dan mengapung di permukaan air. Telur-telur tersebut diambil dengan menggunakan sendok atau centong untuk dipindahkan ke dalam wadah 13

penetasan berupa corong penetasan, waskom plastik atau akuarium yang sudah diisi dengan air bersih. Telur yang baik dipisahkan dari telur yang jelek. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur yang jelek berwarna kuning pucat. Telur ikan gurami akan menetas setelah 36-48 jam dari pemijahan pada suhu 29 31ºC. Larva larva yang baru menetas posisi badannya terbalik yaitu bagian perut berada diatas sedang bagian punggung berada dibawah, hal ini disebabkan karena telur ikan gurame mengandung minyak. Selama 3 4 hari setelah menetas larva hanya bergerak berputar putar dengan posisi badan terbalik. Setelah 4 5 hari larva akan berbalik badan semua dan bergerak normal. Larva diberi pakan setelah berumur 8-9 hari setelah menetas, hal ini berfungsi untuk pengenalan pakan dari endogenus (makanan yang berasal dalam tubuh) ke eksogenus (makanan yang berasal dari luar). Pemberian pakan dilakukan secara ad-libitum (sekenyangnya dalam satu periode pemberian pakan dan selalu tersedia). Kuning telur larva gurame akan habis pada saat larva berumur 10 12 hari setelah menetas. Setelah larva berumur 14-15 hari, maka larva siap dipelihara di wadah pemeliharaan. Wadah dapat berupa kolam tanah, kolam tembok, bak terpal dan akuarium. Jika dengan menggunakan kolam tanah dan tembok, maka kolam harus diberi kapur dan di pupuk. Pengapuran berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan hama yang ada di dasar kolam, sedangkan pemupukan berfungsi untuk menimbulkan pakan alami. Sedangkan jika menggunakan bak terpal dan akuarium tidak dilakukan kegiatan pengapuran dan pemupukan. Kepadatan pada setiap wadah pemeliharaan berbede-beda, untuk kolam tanah dan kolam tembok, 14

kepadatan yang digunakan adalah 100 ekor/m2, untuk bak terpal kepadatan larva yang digunakan adalah 250 500 ekor/m2, sedangkan untuk akuarim kepadatan yang digunakan antara 10-15 ekor per liter air. Benih dapat dipanen setelah 15-25 hari dari penebaran larva atau berumur 30-40 hari setelah menetas. Beberapa standar proses produksi dalam memproduksi benih ikan gurami hingga ukuran 1-2 cm dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 8. Standar Proses Produksi Benih Ikan Gurami Ukuran 1-2 Cm No Standar Satuan Jumlah 1 Dosis Pupuk Gram/ m 2 500 2 Kepadatan Ekor/ m 2 100 3 Tingkat Pemberian Pakan % Bobot biomassa 20 4 Perbandingan Jantan dan Betina ekor 1 : 3-4 Sumber : Badan Standarisasi Nasional. 2.5 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai ikan gurami, pendapatan dan efisiensi faktor produksi. Penelitian Basyarah (2002) mengenai ikan gurami yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pemeliharaan Ikan Gurami Di Desa Puswasari Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa terdapat tiga pola usaha dalam kegiatan budidaya ikan gurami di desa purwasari, yaitu Pola Usaha I (pembenihan), Pola Usaha II (pendederan) dan Pola Usaha III (pembesaran). Pola usaha IV (pembenihan sampai pembesaran) merupakan pola rancangan alternatif yang dapat dikembangkan di daerah penelitian Berdasarkan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period, keempat pola usaha tersebut menunjukan kelayakan untuk diusahakan. Pola usaha I menghasilkan NPV sebesar Rp. 1.159.345,50, IRR adalah 39%, Net B/C 1,48 dan Payback Period 3,09 tahun. Pola usaha II 15

menghasilkan NPV sebesar Rp. 6.771.987, IRR 70%, Net B/C 3,4 dan Payback Period 2,09 tahun. Pola usaha III menghasilkan NPV sebesar Rp. 10.984.445,50, IRR 76%, Net B/C 1,95 dan Payback Period 1,08 tahun. Sedangkan pola usaha IV sebagai pola rancangan alternative menghasilkan NPV sebesar Rp. 13.164.954, IRR 94%, Net B/C 2,56 dan Payback Period 1,05 tahun. Penelitian Jatmiko (2003) dengan judul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurami studi kasus di Desa Cogrek, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis, pendapatan usaha pembesaran ikan gurami di desa Cogrek pada kondisi optimal lebih menguntungkan dibandingkan pada kondisi aktual. Hal ini ditunjukan dengan nilai R/C yang didapatkan pada kondisi optimal 1,96 lebih besar dibandingkan nilai R/C pada kondisi aktual sebesar 1,46. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi pembesaran ikan gurami adalah jumlah benih, pakan pelet, pakan daun sente, luas kolam dan tenaga kerja. Dari hasil analisis Cobb-Douglas menunjukan bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi pada tingkat kepercayaan 95% adalah benih, pakan pelet dan pakan daun sente. Sedangkan faktor luas kolam berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 85% dan faktor tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi baik pada tingkat kepercayaan 85 % dan 95%. Irawati (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Penggunaan Faktor Faktor Produksi Usahatani Padi Program PTT dan Non-PTT kasus di Kabupaten Karawang. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di daerah penelitian, petani 16

non-program PTT pendapatan atas biaya tunai dan total lebih tinggi dibandingkan dengan petani program PTT. Akan tetapi, pada kondisi optimal pendapatan total yang diterima oleh petani program PTT lebih besar dibandingkan petani non program. Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb Douglas, untuk petani program PTT menunjukan bahwa faktor - faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi usahatani padi adalah luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, obat cair dan tenaga kerja. Sedangkan untuk pupuk sp-36 dan obat padat tidak berpengaruh nyata. Untuk petani non PTT menunjukan bahwa luas lahan, benih, NPK, dan tenaga kerja merupakan faktor - faktor yang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi usahatani padi, sedangkan sp-36, urea, obat padat dan obat cair tidak berpengaruh nyata. Analisis Pendapatan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Usaha Kolam Jaring Apung, kasus di Desa Bangus, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang dilakukan oleh Yulinar (2005) menjelaskan bahwa pendapatan usaha kolam jaring apung dihitung menggunakan analisis pendapatan dengan bantuan tabel arus kas seperti arus penerimaan dan biaya yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis, penerimaan petani terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori untung, kategori rugi dan kategori bangkrut. Penerimaan petani kategori untung sebesar Rp 128.092.674,00/thn dengan total biaya produksi sebesar Rp 7.680.084,95/thn. Penerimaan petani kategori rugi sebesar Rp 60.503.513,59/thn dengan total biaya produksi sebesar Rp 69.850.535,58/thn. Penerimaan petani kategori bangkrut sebesar Rp 54.699.639,90/thn dengan total biaya produksi sebesar Rp 62.652.689,30/thn. Alat analisis yang digunakan dalam menentukan faktor faktor yang mempengaruhi kelangsungan usaha kolam jaring apung 17

adalah analisis logit atau regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis, faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelangsungan usaha kolam jarring apung di waduk saguling desa Bangus adalah kualitas air dan jumlah kolam. Analisis Pendapatan Nelayan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, Jawa Tengah oleh Effendi (2004) menyebutkan bahwa pendapatan non pertanian adalah pendapatan yang berasal dari tingkat upah, sewa dan keuntungan yang di peroleh dari tenaga kerja yang dicurahkan dikurangi dengan biaya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan diluar usaha pertanian yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan yang menggunakan trammel net, gill net dan long line adalah ukuran kapal, pengalaman nakhoda dan jumlah alat tangkap. Mulyani (2007) dengan judul penelitian Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele di OMAH FISH FARM, Kecamatan Ciseeng-Parung Kabupaten Bogor. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa ikan lele dapat dibudidayakan dengan lahan dan sumber air yang terbatas, kepadatan tinggi dan relatif lebih cepat untuk mencapai ukuran konsumsi dibandingkan dengan ikan gurami. Akan tetapi harga per-kilogram ikan lele jauh lebih murah dibandingkan dengan ikan gurami. Hasil analisis usaha, nilai R/C ratio selama satu tahun adalah sebesar 0,57 yang berarti usaha budidaya tersebut tidak menguntungkan untuk diusahakan. Prospek Usaha Budidaya Ikan Nila Gift Sistem Kolor Pada Keramba Jaring Apung Di Waduk Cirata Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur Jawa Barat oleh Resmi (2007) menyebutkan bahwa kombinasi antara ikan nila dan ikan mas dalam budidaya sistem kolor lebih menguntungkan dibandingkan dengan 18

kombinasi ikan nila dan ikan bawal dengan nilai R/C masing-masing sebesar 2,02 dan 1,87. Harga masing-masing jenis ikan berbeda, untuk ikan nila sebesar Rp 5500/kg, ikan mas 9500/kg dan ikan bawal sebesar Rp 6000/kg. Dibandingkan dengan ikan gurami harga tersebut relatif jauh lebih rendah dimana harga ikan gurami sebesar Rp 18.000-20.000,-. Penelitian Jaelani (2003) yang berjudul Prospek Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Gurami Di Kelurahan Tertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Hasil analisis usaha menggambarkan nilai R/C untuk usaha pembenihan ikan gurami sebesar 2,13 dengan hasil panen berupa benih ukuran 0,75 2 cm. Uraian di atas menunjukan bahwa sampai saat ini belum ada penelitian mengenai pendapatan usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat Standar Nasional Indonesia, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis pendapatan dan faktor faktor yang mempengaruhi produksi pada usaha pembenihan ikan gurami petani bersertifikat SNI. 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pendapatan Usahatani Usahatani merupakan satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal dan pengelolaan atau manajemen. Unsur unsur tersebut saling berkaitan, kedudukannya dalam usahatani sama penting dan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman keempat unsur tersebut diperlukan karena menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya (Hernanto, 1989). Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan usahatani yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan dapaat menggambarkan keadaan yang akan datang. Pendapatan dalam usahatani adalah balas jasa terhadap setiap faktor produksi dan merupakan ukuran keberhasilan usahatani. Menurut Soekartawi, et.al (1986), terdapat banyak cara untuk mengukur pendapatan usahatani, diantaranya adalah pendapatan bersih usahatani (net farm income) dan pendapatan 20

tunai usahatani (farm net cash flow). Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan kotor usahatani (gross return) dengan pengeluaran total usahatani (total farm expenses). Penerimaan kotor usahatani (gross return) adalah nilai produk total usahatani alam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total (total farm expenses) adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai (farm receipt) dengan pengeluaran tunai usahatani (farm payment). Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk hasil usahatani. Sedangkan pengeluaran tunai usahatani (farm payment) adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Ukuran pengeluaran usahatani dapat digolongkan berdasarkan jumlah output yang dihasilkan dan berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan. Biaya tetap dan biaya tidak tetap merupakan golongan biaya yang didasarkan pada jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan jumlah produksi. Golongan yang didasarkan pada biaya yang langsung dikeluarkan adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai. Didalam biaya tunai maupun tidak tunai terdapat biaya tetap dan biaya tidak tetap, dengan kata lain biaya tunai usahatani adalah pengeluaran biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dibayar tunai selama proses produksi, sedangkan biaya tidak tunai adalah pengeluaran biaya tetap dan biaya tidak tetap yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani dalam kegiatan proses produksi usahatani. 21

Ukuran efisiensi usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan usahatani. Untuk mengukur efisiensi usahatani digunakan rasio imbangan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan antara pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Hernanto, 1989). Nilai R/C tidak memiliki satuan, jika nilai R/C sama dengan satu maka menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah. Jika R/C lebih besar dari satu, maka menunjukan bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah, begitu sebaliknya. Semakin besar nilai R/C, maka semakin besar pendapatan yang diterima dan kedudukan ekonomi usahatani tersebut semakin baik. 3.1.2 Analisis Fungsi Produksi Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menjelaskan hubungan fisik antara produksi (output) dan faktor - faktor produksi (input) yang mempengaruhinya. Hubungan antara input dan output pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang berkurang (law of diminishing return), artinya tiap tambahan unit input akan mengakibatkan proporsi unit tambahan output yang semakin kecil dibanding unit tambahan input, yang kemudian tiap tambahan input tersebut akan menghasilkan output yang terus berkurang (Soekartawi, et al 1986). Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat digambarkan sebagai berikut: Y = f ( X, X 2, X 3,..., X 1 n )...... (1) 22

Dimana : Y : Output produksi X 2, 3,..., 1, X X X n : Faktor faktor Produksi f : dibaca fungsi dari Terdapat beberapa bentuk aljabar fungsi produksi yang sering digunakan dalam memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi, yaitu : 1. Fungsi Produksi Kuadratik Dengan menggunakan variabel masukan tunggal, maka fungsi produksi kuadratik dapat dituliskan sebagai beikut : Dimana : Y = f ( ) atau dapat dituliskan X 1 2 Y = a + bx + cx.. (2) Y : Variabel yang dijelaskan X : Variabel yang menjelaskan a, b, c : Koefisien yang harus diduga Menurut Soekartawi, et al (1986), persamaan ( 2 ) akan mempunyai arti ekonomi dan hasil produksi mencapai maksimum jika X sama dengan b/2c dan koefisien b harus positif dan lebih besar dari koefisien c, dimana koefisien c ini harus bernilai negatif Gambar 3. Y Y = f ( X 1 ) 0 X Gambar 2. Bentuk fungsi produksi dengan satu variabel. (Soekartawi, et.al,1986) 23