EKSISTENSI SOLITON PADA PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES

dokumen-dokumen yang mirip
REFORMULASI DARI SOLUSI 3-SOLITON UNTUK PERSAMAAN KORTEWEG-de VRIES. Dian Mustikaningsih dan Sutimin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH

PERHITUNGAN NUMERIK DALAM MENENTUKAN KESTABILAN SOLITON CERAH ONSITE PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT DENGAN PENAMBAHAN POTENSIAL LINIER

PENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN NONLINIER SATU VARIABEL DENGAN METODE ITERASI BARU HASIL DARI EKSPANSI TAYLOR

PERHITUNGAN MASSA KLASIK SOLITON

PEMODELAN ARUS LALU LINTAS ROUNDABOUT

METODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN RAYLEIGH

METODE PERSAMAAN RICCATI PROYEKTIF DAN APLIKASINYA PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERA DISKRIT

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

PENENTUAN SOLUSI GELOMBANG NONLINIER KORTEWEG DE VRIES MENGGUNAKAN METODE HIROTA

PENGGUNAAN METODE LYAPUNOV UNTUK MENGUJI KESTABILAN SISTEM LINIER

METODE PSEUDO ARC-LENGTH DAN PENERAPANNYA PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NONLINIER TERPARAMETERISASI

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

PENYELESAIAN MASALAH DIFUSI PANAS PADA SUATU KABEL PANJANG

PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA

BAB II KAJIAN TEORI. homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah ini adalah

APROKSIMASI VARIASIONAL UNTUK SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT NONLOKAL

Kata Kunci: Persamaan SDNL, metode Aproksimasi Variasional, soliton, ansatz, parameter driving, konstanta coupling

METODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN DUFFING

BAB IV SIMULASI NUMERIK

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

KAJIAN TENTANG LAX PAIR DAN PENERAPANNYA PADA PERSAMAAN LIOUVILLE

ANALISIS LAX PAIR DAN PENERAPANNYA PADA PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam berberapa tingkatan, gelombang pada atmosfir yang berotasi

METODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS)

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDA LINIER ORDE 1 DENGAN METODE KARAKTERISTIK

PENYELESAIAN NUMERIK DARI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER ADVANCE-DELAY

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK

( t) TINJAUAN PUSTAKA. x dengan nilai fungsi dari: x

SOLUSI SOLITON GELAP ONSITE PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT DENGAN PENAMBAHAN PARAMETRIC DRIVING

Syarat Cukup Osilasi Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Dengan Redaman

PENURUNAN PERSAMAAN GELOMBANG SOLITON DENGAN DERET FOURIER ORDE DUA SECARA NUMERIK

ANALISA STEADY STATE ERROR SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU

MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

Persamaan Diferensial Orde Satu

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER(RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1.

STABILISASI SISTEM DESKRIPTOR DISKRIT LINIER POSITIF

Arie Wijaya, Yuni Yulida, Faisal

WARP PADA SEBUAH SEGITIGA

PENERAPAN METODE ADAMS-BASHFORTH-MOULTON ORDE EMPAT UNTUK MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER HOMOGEN ORDE TIGA KOEFISIEN KONSTAN

PENURUNAN PERSAMAAN BENJAMIN BONA MAHONNY(BBM) PADA GELOMBANG SOLITER DALAM SISTEM DISPERSIF NONLINEAR DAN SOLUSI EKSAKNYA SKRIPSI

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

BENTUK NORMAL BIFURKASI HOPF PADA SISTEM UMUM DUA DIMENSI

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA

PENURUNAN METODE NICKALLS DAN PENERAPANNYA PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN KUBIK

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Solusi Persamaan Helmholtz untuk Material Komposit

Pengantar Soliton. Miftachul Hadi. Grup Matematika Terapan untuk Biofisika. Pusat Penelitian Fisika LIPI

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

METODE PSEUDOSPEKTRAL CHEBYSHEV PADA APROKSIMASI TURUNAN FUNGSI

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR

BIFURKASI HOPF DALAM MODEL EPIDEMI DENGAN WAKTU TUNDAAN DISKRET

PENENTUAN GELOMBANG SOLITON PADA FIBER BRAGG GRATING DENGAN MENGGUNAKAN METODE STEP-SPLIT. Theresa Febrina Siahaan*, Saktioto, Muhammad Edisar

PENYELESAIAN PERSAMAAN NONLINIER DENGAN METODE MODIFIKASI BAGI DUA

Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air Oleh Batimetri

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

PENURUNAN PERSAMAAN SAINT VENANT SECARA GEOMETRIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENURUNAN MODEL BLACK SCHOLES DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK OPSI TIPE EROPA

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1.

PENGARUH ARUS PADA GERAK GELOMBANG SOLITER INTERNAL STUDI KASUS PADA FLUIDA DUA LAPISAN RIDZAN DJAFRI

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace

Tinggi Maksimum Selubung Paket Gelombang Bikromatik *

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL

MODIFIKASI METODE EKSPANSI-F UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BOUSSINESQ ORDE EMPAT VINA APRILIANI

BAB I PENDAHULUAN. diskrit nonlinier yang paling fundamental karena persamaan ini mendeskripsikan

Metode Split Step Fourier Untuk Menyelesaikan Nonlinear Schrödinger Equation Pada Nonlinear Fiber Optik

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Kuliah PD. Gaya yang bekerj a pada suatu massa sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu.

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

SOLUSI POSITIF DARI PERSAMAAN LEONTIEF DISKRIT

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. pedoman untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan juga untuk

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR

SOLUSI NUMERIK PADA PERSAMAAN FORCED KORTEWEG DE VRIES

Solusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi dengan Metode Pemisahan Variabel

Achmad Subeqan( ) Matematika FMIPA-ITS. Dosen Pembimbing: 1. Dra.Sri Suprapti H, MSi

INTEGRASI NUMERIK DENGAN METODE KUADRATUR GAUSS-LEGENDRE MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTERPOLASI HERMITE DAN POLINOMIAL LEGENDRE

Transkripsi:

Jurnal Matematika UNND Vol. 3 No. 1 Hal. 9 16 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIP UNND EKSISTENSI SOLITON PD PERSMN KORTEWEG-DE VRIES ULI OKTVI, MHDHIVN SYFWN Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan lam, Universitas ndalas, Kampus UNND Limau Manis Padang, Indonesia. aulia.oktavia17@gmail.com bstrak. Pada artkel ini dikaji penjelasan tentang eksistensi solusi soliton pada persamaan Korteweg-de Vries (KdV). Fokus pengkajian diutamakan pada penurunan solusi soliton, sifat-sifat persamaan KdV dengan memahami efek dispersi dan kenonlinierannya, dan interaksi dua soliton pada persamaan KdV. Kata Kunci: Soliton, persamaan Korteweg-de Vries 1. Pendahuluan Soliton didefinisikan sebagai gelombang nonlinear terlokalisasi yang memenuhi sifat [3,6] sebagai berikut. (1) Dapat mempertahankan bentuknya saat merambat pada kecepatan konstan, dan (2) dapat berinteraksi dengan soliton lain namun tetap mempertahankan identitasnya semula. Kondisi pertama merefleksikan karakteristik dari gelombang soliter, sedangkan yang kedua menggambarkan sifat interaksi seperti partikel, yang darinya nama soliton diperkenalkan pertama kali pada tahun 1965 oleh Norman Zabusky dan Martin Kruskal [2]. dapun yang dimaksud dengan gelombang yang terlokalisasi pada artikel ini adalah gelombang yang memiliki puncak dengan ekor yang menurun secara eksponensial menuju nol bilamana koordinat spasial x menuju ± (lihat Gambar 1). Salah satu persamaan yang memiliki solusi soliton adalah persamaan Korteweg-de Vries (KdV). Persamaan KdV adalah sebuah model matematika yang menggambarkan perambatan gelombang air pada lorong (chanel) yang tidak terlalu lebar [2]. Persamaan KdV menjadi salah satu persamaan penting yang mendasari teori soliton karena memiliki sifat-sifat matematika yang menarik. Studi tentang persamaan ini dapat digunakan untuk memahami ide-ide dasar dari konsep soliton. Penulisan pada artikel ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Pada bagian II dijelaskan sejarah soliton dan persamaan Korteweg-de Vries. Kemudian pada bagian III diturunkan solusi soliton pada persamaan KdV. Selanjutnya, sifatsifat persamaan KdV yang dilihat dari efek dispersi dan kenonlinieran, serta inter- 9

10 ulia Oktavia, Mahdhivan Syafwan Gambar 1. Contoh gelombang yang terlokalisasi. aksi dua soliton dibahas pada bagian IV dan V. Terakhir pada bagian VI disajikan kesimpulan dan usulan studi berikutnya. 2. Sejarah Soliton dan Persamaan Korteweg-de Vries Fenomena soliton dilaporkan pertama kali oleh John Scott Russel pada tahun 1834 ketika dia mengendarai kudanya sepanjang kanal dekat Edinburgh, Skotlandia [7]. Ketika itu, dia sedang melakukan percobaan untuk mengukur hubungan antara kecepatan perahu yang ditarik kuda dan gaya dorongnya. Suatu ketika, perahu tersebut tiba-tiba berhenti karena tali penarik perahu putus. Menariknya, dia mengamati bahwa sejumlah massa air kanal di depan perahu membentuk suatu gelombang tunggal yang berjalan dengan kecepatan konstan. Dia kemudian mengikuti gelombang itu dan mengamati bahwa gelombang tersebut masih tetap berjalan dengan kecepatan konstan dan mempertahankan bentuk awalnya sejauh lebih dari dua mil. Russel sangat antusias terhadap penemuan fenomena yang tidak disengaja ini. Untuk mereka ulang dan menganalisis lebih lanjut gelombang tersebut, dia kemudian melakukan beberapa percobaan pada sebuah tangki dengan desain khusus sepanjang 10 meter di belakang halaman rumahnya. Hasil-hasil percobaan tersebut kemudian dilaporkannya pada pertemuan British ssociation for the dvancement of Science pada tahun 1844. kan tetapi komunitas ilmuwan yang hadir pada pertemuan tersebut tidak memberikan respon positif dikarenakan temuan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan teori gelombang yang dipahami pada masa itu. Penjelasan teoritis tentang gelombang yang ditemukan oleh John Scott Russel baru dapat dikemukakan oleh Diederik Johannes Korteweg dan mahasiswa PhDnya, Gustav de Vries, pada tahun 1895. Mereka menurunkan suatu persamaan diferensial parsial nonlinier yang mengkonfirmasi eksistensi gelombang soliton yang John Scott Russel temukan. Persamaan ini kemudian dikenal dengan persamaan Korteweg-de Vries yang diberikan oleh [3] berikut, η t = 3 2 g l x ( 2 3 αη + 1 2 η2 + 1 3 σ 2 η x 2 ), (2.1) dimana l adalah kedalaman fluida, α adalah sebarang konstanta, σ = l 3 /3 T l/ρg (T adalah tegangan permukaan dan ρ adalah massa jenis air) dan η(x, t) adalah ketinggian permukaan di atas ekuilibriumnya. Proses pemodelan persamaan KdV di atas dapat dilihat pada [2].

Eksistensi Soliton pada Persamaan Korteweg-de Vries 11 3. Solusi Soliton pada Persamaan Korteweg-de Vries Dengan menggunakan transformasi berikut : η(x, t) = 2 α(6φ(ξ, τ) 1), 3 τ persamaan (2.1) dapat disederhanakan menjadi = 2α3 g t, ξ = σl 2α σ x, φ τ + 6φφ ξ + φ ξξξ = 0. (3.1) Untuk menentukan solusi soliton berjalan dari persamaan KdV (3.1), gunakan substitusi φ(ξ, τ) = f(z), dimana z = ξ vτ dan f(z), f (z), f (z) 0 bilamana z ±, sehingga diperoleh vf + 6ff + f = 0. (3.2) Persamaan (3.2) kemudian diintegralkan sekali sehingga diperoleh vf + 3f 2 + f = a, (3.3) dimana a adalah konstanta integrasi. Nilai f(z), f (z) 0 bilamana z ±, sehingga nilai a = 0. Dengan mengalikan kedua ruas persamaan (3.3) dengan f dan kemudian integralkan sekali lagi, diperoleh 1 2 vf 2 + f 3 + 1 2 (f ) 2 = b, (3.4) dengan b suatu konstanta integrasi. Karena nilai f(z), f (z) 0 bilamana z ±, maka nilai b = 0. kibatnya (f ) 2 = (v 2f)f 2, (3.5) sehingga f v 2f = 1, (3.6) dengan syarat v > 2f. Misalkan g 2 = v 2f, maka f = v g2 2 dan f = gg. Dengan demikian persamaan (3.6) menjadi 2 v g 2 g = 1. (3.7) Dengan menggunakan integral parsial, integrasi kedua sisi persamaan (3.7) terhadap z memberikan hasil ( ) v + g ln = vz + d, (3.8) v g dengan d suatu konstanta. kibatnya g(z) = v exp( [ ] vz + d) 1 1 exp( vz + d) + 1 = v tanh 2 ( vz d), (3.9) dan f(z) = v [ ] v 2 sech2 (z d). (3.10) 2

12 ulia Oktavia, Mahdhivan Syafwan Karena d merupakan geseran fasa gelombang, maka tanpa mengurangi keumuman dapat dipilih d = 0. Dengan demikian solusi gelombang soliton berjalan dari persamaan KdV diberikan oleh φ(ξ, τ) = sech 2 [ 2 (ξ 2τ) ], (3.11) dimana = v 2. 4. Sifat Persamaan Korteweg-de Vries Pada bagian ini akan dibahas sifat-sifat persamaan Korteweg-de Vries dengan memahami efek yang ditimbulkan oleh suku dispersif dan nonliniernya. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa solusi soliton dapat terbentuk pada persamaan KdV. Penjelasan sifat-sifat persamaan KdV dalam bagian ini akan dibagi dalam beberapa kasus. 4.1. Kasus Linier Nondispersif Pada kasus linier nondispersif, persamaan KdV dapat ditulis φ τ + vφ ξ = 0, (4.1) dimana v suatu konstanta. Dengan menggunakan metode karakteristik, solusi persamaan (4.1) dengan syarat awal φ 0 (ξ) diberikan oleh Jika dipilih syarat awal φ(ξ, τ) = φ 0 (ξ vτ). (4.2) φ 0 (ξ) = sech 2 [ 2 ξ ], (4.3) dengan = v/2, maka solusi dari persamaan (4.1) diberikan oleh persamaan (3.11). Visualisasi dari solusi tersebut untuk beberapa waktu τ dan v = 1 diberikan oleh Gambar 2. Gambar 2. Profil solusi persamaan KdV linier nondispersif dengan syarat awal (4.3) untuk v = 1 pada waktu τ = 0 (garis utuh), τ = 2 (garis putus-putus), dan τ = 4 (garis titik-titik). Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa gelombang linier nondispersif φ(ξ, τ) berjalan dengan kecepatan konstan dan profil yang tidak berubah.

4.2. Kasus Nonlinier Nondispersif Eksistensi Soliton pada Persamaan Korteweg-de Vries 13 Persamaan KdV pada kasus nonlinier dan nondispersif diberikan oleh Misalkan untuk persamaan ini diberikan syarat awal φ τ + 6φφ ξ = 0. (4.4) φ(ξ, 0) = φ 0 (ξ). (4.5) Kurva karakteristik yang dimulai dari titik (ξ 0, 0) untuk persamaan (4.4) diberikan oleh ξ = 6φ 0 (ξ 0 )τ + ξ 0. (4.6) Jika dipilih syarat awal φ 0 (ξ) = sech 2 [ 2 ξ ], (4.7) maka persamaan (4.6) menjadi [ ] ξ = 6 sech 2 2 ξ 0 τ + ξ 0. (4.8) Dengan demikian solusi φ(ξ, τ) diberikan oleh φ(ξ, τ) = sech 2 [ 2 ξ 0 ], (4.9) [ ] dimana ξ = 6 sech 2 2 ξ 0 τ + ξ 0. Nilai ξ 0 untuk setiap ξ dapat dihitung secara numerik. Gambar 3. Profil solusi persamaan KdV nonlinier nondispersif dengan syarat awal (4.7) untuk = v/2 pada waktu τ = 0 (garis utuh), τ = 2 (garis putus-putus), dan τ = 4 (garis titik-titik). Dari kurva karakteristik (4.8) dapat disimpulkan bahwa gelombang nonlinier nondispersif φ(ξ, τ) berjalan dengan kecepatan 6φ(ξ, τ). kibatnya bagian φ yang amplitudonyo lebih besar cenderung untuk bergerak lebih cepat dibandingkan dengan bagian yang amplitudonyo lebih kecil. Hal ini dikonfirmasi oleh Gambar 3.

14 ulia Oktavia, Mahdhivan Syafwan 4.3. Kasus Linier Dispersif Pada kasus linier dan dispersif, persamaan KdV dapat ditulis φ τ + φ ξξξ = 0. (4.10) Transformasi Fourier (terhadap ξ) dari persamaan di atas adalah φ τ = ik 3 φ, (4.11) dimana φ φ(k, τ). Perlu dicatat disini bahwa transformasi Fourier dapat dikenakan pada persamaan (4.10) karena solusi φ yang dicari adalah solusi yang memiliki syarat batas φ(ξ, τ) 0 bilamana ξ ±. Solusi umum dari persamaan (4.11) adalah φ = (k) exp( ik 3 τ). (4.12) Sekarang misalkan syarat awal untuk persamaan (4.10) adalah φ(ξ, 0) = f(ξ), (4.13) dimana f(ξ) 0 bilamana ξ ±. Jelas bahwa transformasi Fourier dari syarat awal di atas diberikan oleh φ(k, 0) = f(k). (4.14) Dengan mensubstitusikan persamaan (4.14) ke solusi umum (4.12), diperoleh solusi khusus Perhatikan bahwa F 1 (exp( ik 3 τ)) = 1 2π = 1 2π φ = f(k) exp( ik 3 τ). (4.15) Dari persamaan terakhir diperoleh relasi dispersi exp( ikξ) exp( ik 3 τ)dk exp(i( kξ k 3 τ))dk. ω(k) = k 3. (4.16) Dengan menggunakan Teorema Konvolusi, invers transformasi Fourier dari persamaan (4.15) adalah φ(ξ, τ) = f(ξ) 1 exp(i( kξ k 3 τ))dk 2π = 1 ( ) f(ξ p) exp(i( kp k 3 τ))dk dp. (4.17) 2π Hasil integrasi pada persamaan di atas dapat dihitung secara numerik. Visualisasi solusi φ(ξ, τ) dengan syarat awal f(ξ) = sech 2 [ 2 ξ ] untuk = 4 diberikan oleh Gambar 4. Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa efek dari dispersi membuat gelombang tersebut menyebar. Hal ini disebabkan karena relasi dispersi dari persamaan (4.16)

Eksistensi Soliton pada Persamaan Korteweg-de Vries 15 Gambar 4. Profil solusi persamaan linier dispersif untuk = 4 pada saat τ = 0 (garis utuh), τ = 0.5 (garis putus-putus) adalah nonlinier, sehingga komponen Fourier dari gelombang merambat dengan kecepatan yang berbeda (yaitu c(k) = ω(k) k = k 2 ). Dari penjelasan sifat-sifat persamaan KdV di atas dapat disimpulkan bahwa efek nonlinier cenderung untuk melokalisasi gelombang sedangkan dispersi cenderung membuat gelombang menyebar. Oleh karena itu, ketika kedua efek ini berlaku pada persamaan KdV, maka akan ada situasi dimana terjadi keseimbangan antara efek nonlinier dan dispersi. Jika nilai awal terlalu sempit, maka efek dispersi mendominasi sehingga gelombang cenderung untuk menyebar sampai mencapai keseimbangan. Sebaliknya, jika nilai awal terlalu lebar, maka efek dispersi didominasi oleh efek nonlinier yang cenderung untuk melokalisasi gelombang sampai mencapai keseimbang-an. Pada situasi seimbang inilah kemudian soliton dapat terbentuk. 5. Interaksi Dua Soliton Selain solusi satu soliton, persamaan KdV juga memiliki solusi beberapa soliton yang disebut multi-soliton. Untuk solusi dua soliton, diberikan oleh [6] 3 + 4 cosh(2ξ 8τ) + cosh(4ξ 64τ) φ(ξ, τ) = 12 [3 cosh(ξ 28τ) + cosh(3ξ 36τ)] 2. (5.1) Gambar 5. Profil solusi dua-solition pada persamaan KdV yang diberikan oleh persamaan (5.1).

16 ulia Oktavia, Mahdhivan Syafwan Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa pada solusi 2-soliton, soliton dengan amplitudo yang lebih besar bergerak lebih cepat dibandingkan dengan soliton dengan amplitudo yang lebih kecil. Masing-masing soliton bergerak dengan kecepatan konstan. Kedua soliton ini kemudian bertubrukan (berinteraksi). Setelah berinteraksi, kedua soliton ini tetap mempertahankan bentuk dan kecepatanya semula. 6. Kesimpulan Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut : (1) Solusi soliton pada persamaan KdV berbentuk secant hiperbolik yang merambat dengan kecepatan konstan dan dengan profil yang tidak berubah. (2) Efek nonlinier pada persamaan KdV cenderung untuk melokalisasi gelombang, sedangkan efek dispersif cenderung membuat gelombang menyebar. (3) Berdasarkan observasi, dapat disimpulkan bahwa eksistensi dari solusi soliton pada persamaan KdV terjadi karena keseimbangan antara dua efek, yaitu nonlinier dan dispersi. (4) Ketika suatu soliton berinteraksi dengan soliton lainnya, profil dan kecepatan kedua soliton tersebut tidak berubah setelah berinteraksi. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk mengkaji penyelesaian matematis dari solusi multisoliton pada persamaan KdV. Di samping itu, studi tentang soliton pada bidang aplikasi lainnya, seperti biofisika (DN), teknologi informasi, dan sebagainya juga akan menarik untuk dikaji. 7. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhafzan, Bapak Narwen dan Ibu Susila Bahri yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan penulisan artikel ini. Daftar Pustaka [1] Boyce, W. E dan Diprima, R. C. 2001. Elementary Differential Equations and Boundary Value Problems. 7 th Ed. John Wiley and Sons : New York [2] Dauxois, T dan Michel, P. 2010. Physics of Solitons. Cambridge University Press: Cambridge [3] Drazin, P. G. dan Johnson, R. S. 1989. Solitons : n Introduction. Cambridge University Press. Cambridge [4] Knobel, R. 2000. n Introduction to the Mathematical Theory of Waves. United States of merica [5] Kreyszig, E. 2011. dvanced Engineering Mathematics. 10 th Ed. Wiley and Sons: New York [6] Scott,. 2005. Encyclopedia of Nonlinear Science. Taylor and Francis Group : New York [7] Scott Russel, J. 1844. Report on Waves, Rep. Meet. British ssoc. dv. Sci 14: 311