BAB II Graf dan Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super

dokumen-dokumen yang mirip
Graf Ajaib (Super) dengan Sisi Pendan

ALGORITMA PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF BINTANG YANG DIPERUMUM

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

Pelabelan Total Sisi-Ajaib (Super)

BAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. 3.1 Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan peranannya, terutama pada sektor sistem komunikasi dan

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

BAB III Algoritma Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

I.1 Latar belakang masalah

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

BAB 2. Konsep Dasar. 2.1 Definisi graf

BAB III PELABELAN KOMBINASI

EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH

BAB II TEORI GRAF DAN PELABELAN GRAF. Dalam bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dari

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF RANTAI

Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp 2 (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir

SUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4

Konsep Dasar dan Tinjauan Pustaka

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA SUBDIVISI GRAF BINTANG

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf

I.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

KONSTRUKSI PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF ULAT

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

STUDI BILANGAN PEWARNAAN λ-backbone PADA GRAF SPLIT DENGAN BACKBONE SEGITIGA

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Dasar

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Shadow Graph Sikel

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Graf

Graf dan Operasi graf

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini terus

Gambar 6. Graf lengkap K n

Bilangan Ramsey untuk Graf Gabungan

Pelabelan Selimut-H Ajaib pada Graf Bipartit Lengkap untuk Pendisainan Skema Pembagi Rahasia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB I PENDAHULUAN. Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh seorang matematikawan. Swiss, Leonhard Euler ( ). Saat itu graf digunakan untuk

MEMBENTUK PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KEMBANG API

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

PELABELAN SISI AJAIB DAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF KIPAS, GRAF TANGGA, GRAF PRISMA, GRAF LINTASAN, GRAF SIKEL, DAN GRAF BUKU

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN n GANJIL, n 3

Bilangan Ramsey untuk Kombinasi Bintang dan Beberapa Graf Tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF DAN GRAF

Penerapan Algoritma Steiner Tree dalam Konstruksi Jaringan Pipa Gas

MENENTUKAN NILAI KETIDAKTERATURAN GRAF KEMBANG API YANG DIPERUMUM. Edy Saputra, Nurdin, dan Hasmawati

PELABELAN TOTAL BUSUR AJAIB b-busur BERURUTAN SKRIPSI SRI WAHYUNI WULANDARI

Bab 3 HASIL UTAMA. 3.1 Penyusunan Algoritma

SEMINAR TUGAS AKHIR RAINBOW CONNECTION PADA GRAF 1-CONNECTED VOENID DASTI ( )

KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA

GRAF AJAIB TOTAL. Kata Kunci: total magic labeling, vertex magic, edge magic

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar dalam teori graf dan teknik

Pelabelan Super Graceful pada Graf Caterpillar

(x)+ (fx; yg)+ (y) =k; untuk suatu konstanta tetap k. Selanjutnya konstanta tetap k disebut angka ajaib (konstanta ajaib) untuk graf G. Suatu graf G d

BAB I PENDAHULUAN. Makalah pertama mengenai teori graf ditulis oleh ahli matematika dari

PELABELAN GRACEFUL DAN PELABELAN RHO TOPI PADA GRAF 8-BINTANG DENGAN UNTUK GENAP

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF RODA W n

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

PELABELAN TOTAL SUPER (a, d)-sisi ANTIMAGIC PADA GABUNGAN SALING LEPAS GRAF FIRECRACKER

PELABELAN TOTAL SISI ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF

PELABELAN L(2,1) PADA OPERASI BEBERAPA KELAS GRAF

BAB III KONSEP DASAR TEORI GRAF. Teori graf adalah salah satu cabang matematika yang terus berkembang

SUPER EDGE-MAGIC PADA GRAF YANG MEMUAT BEBERAPA CYCLE GANJIL

BAB II LANDASAN TEORI

MAGIC STRENGTH PADA GRAF PATH, BISTAR, DAN CYCLE GANJIL DIMAS ENGGAR SATRIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Karakteristik Himpunan Kritis dalam Pelabelan TSA pada Graf Pohon

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

PELABELAN HARMONIOUS PADA GRAF HASIL OPERASI GRAF HARMONIOUS R. ARKAN GILANG

PENGETAHUAN DASAR TEORI GRAF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RAINBOW CONNECTION PADA BEBERAPA GRAF

Misalkan dipunyai graf G, H, dan K berikut.

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

PELABELAN SISI AJAIB SUPER PADA GRAF LINTASAN GABUNG GRAF BIPARTIT LENGKAP SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA. Oleh : MARISA LEZTARI

Dalam perkembangan dunia matematika saat ini, teori graf telah menjadi salah satu

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH

Catatan Kuliah (2 sks) MX 324 Pengantar Teori Graf

Transkripsi:

BAB II Graf dan Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super 2.1 Graf dan Beberapa Definisi Dasar Graf G=(V,E) didefinisikan sebagai pasangan terurut himpunan berhingga dan tak hampa V dan himpunan E. Himpunan V dinamakan himpunan titik dan himpunan E dinamakan himpunan sisi. E bisa pula berarti sebagai himpunan pasangan tak terurut dari titik-titik anggota V. Banyak titik pada suatu graf dinotasikan dengan V yang dikenal pula sebagai orde graf. Banyak sisi dinotasikan dengan E. Graf sering direpresentasikan dalam bentuk gambar. Sebagai ilustrasi, graf G 1 dengan V={,,,,,, v 7 } dan E={,,,, v 7, v 7,, } dapat direpresentasikan seperti pada Gambar 2.1 di bawah ini. v 7 e 6 e 7 e 5 e 1 e 8 e Gambar 2.1: G 1 =(V 1,E 1 ) Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa e 1 =, =, =, e =, e 5 = v 7, e 6 = v 7, e 7 = dan e 8 =. Banyak titik pada G 1 adalah V 1 =7, sedangkan banyak sisi adalah E 1 =8. Dengan demikian orde G 1 adalah G 1 =7. Titik v V dikatakan ujung sisi e E jika e=uv untuk suatu u V. Dalam hal ini, e dikatakan terkait di v. Setiap sisi senantiasa memiliki dua buah ujung yang berbeda yang dinamakan link atau memiliki dua buah ujung yang identik yang

dinamakan loop. Banyak sisi terkait di v dinamakan derajat v, dinotasikan dengan d(v). Dua titik u dan v di V dikatakan bertetangga jika uv adalah sebuah sisi di E. Perhatikan Gambar 2.2 di bawah ini. e 5 v 7 e 6 e 1 e 8 e 7 e Gambar 2.2: G 2 =(V 2,E 2 ) Pada Gambar 2.2 e adalah loop, sedangkan sisi-sisi lainnya di E 2 adalah link. Kemudian d( ) =d( ) =d( ) =1, d( )=2, d( )=3, d( )= d(v 7 )=. Pada gambar dapat pula dilihat bahwa bertetangga dengan v 7, bertetangga dengan, dan bertetangga dengan v 7. Misalkan G 1 =(V 1,E 1 ) dan G 2 =(V 2,E 2 ). G 1 dikatakan subgraf dari G 2, dinotasikan dengan G 1 G 2, jika V 1 V 2 dan E 1 E 2. Gabungan graf G 1 dan G 2, dinotasikan dengan G 1 G 2, didefinisikan sebagai graf dengan himpunan titik V 1 V 2 dan himpunan sisi E 1 E 2. n kali G 1, dinotasikan dengan ng 1, didefinisikan sebagai gabungan n buah G 1. Perhatikan Gambar 2.3, 2., 2.5, dan 2.6 di bawah ini. e 1 e 5 e Gambar 2.3: G 3 =(V 3,E 3 ) Gambar 2.: G =(V,E ) G 3 5

e 1 e 5 e 6 e e 6 Gambar 2.5: G 5 =(V 5,E 5 ) Gambar 2.6: G 3 G 5 Graf lintasan P n =(V,E) adalah graf berorde n dan titik-titiknya dapat diurutkan menjadi barisan,,,...,v n-1,v n sedemikian sehingga E={,,...,v n-1 v n }. Dalam hal ini,,..., dan v n-1 dinamakan titik internal, dan dan v n dinamakan titik ujung lintasan. Panjang lintasan didefinisikan sebagai banyaknya sisi di lintasan. Sebagai ilustrasi, perhatikan P 5 pada Gambar 2.7. e 1 e Gambar 2.7: Graf lintasan P 5 Graf lingkaran C n =(V,E) adalah graf berorde n dan titik-titiknya dapat diurutkan menjadi barisan,,,...,v n-1,v n, sedemikian sehingga E={,,...,v n-1 v n, v n }. Sebagai ilustrasi, perhatikan C 5 pada Gambar 2.8. e1 e 5 e Gambar 2.8: Graf lingkaran C 5 Graf G dikatakan terhubung jika untuk setiap dua titik u,v yang berbeda di G, terdapat subgraf lintasan dari G dengan u,v sebagai ujung-ujungnya. 6

2.2 Beberapa kelas graf Graf pohon T n adalah graf terhubung berorde n yang tidak memuat lingkaran sebagai subgrafnya. Titik-titik berderajat satu pada pohon dinamakan daun. Setiap pohon yang nontrivial, memiliki setidaknya dua daun. Perhatikan gambar 2.9 di bawah ini, e 1 e Gambar 2.9: Graf pohon T 5 Beberapa subkelas dari graf pohon adalah graf katerpilar Ĉ n, graf bintang S n, graf pohon pisang BT(n 1,n 2,n 3,...,n k ), dan graf bintang yang diperumum S m n. Graf katerpilar Ĉ n ialah graf pohon berorde n yang bersifat jika semua daunnya dibuang, maka akan dihasilkan graf lintasan. Perhatikan graf katerpilar Ĉ 9 pada Gambar 2.10. Jika semua daun pada Ĉ 9 dibuang maka akan dihasilkan graf lintasan P 3 ={,, }. v 7 v 8 v 9 Gambar 2.10: Graf katerpilar Ĉ 9 Graf bintang S n adalah graf pohon berorde n+1 dan memiliki 1 titik berderajat n. Untuk mempermudah pembahasan, titik v S n berderajat n dinamakan pusat bintang, dan setiap P 2 S n dinamakan sinar bintang. Pada Gambar 2.11 dapat dilihat S 8 dengan pusat bintang dan 8 buah sinar bintang, yakni,,,,, v 7, v 8 dan v 9. 7

v 9 v 7 v 8 Gambar 2.11: Graf bintang S 8 Misalkan S n1, S n2,...,s nk masing-masing merupakan graf bintang yang saling lepas. Misalkan pula v suatu titik baru. Jika v dibuat bertetangga dengan satu titik ujung di S n1, S n2,..., dan S nk, maka graf baru yang diperoleh dinamakan graf pohon pisang, dinotasikan dengan BT(n 1,n 2,,n k ). Untuk memudahkan ilustrasi perhatikan BT(5,,3) pada Gambar 2.12. 2 3 v1 1 2 v23 1 5 v 0 1 2 3 Gambar 2.12: Graf pohon pisang BT(5,,3) Graf bintang yang diperumum S m n untuk n 3 dan m 0, adalah graf yang dibentuk dari graf bintang dengan cara men-subdivisi sisi-sisi pada setiap sinar bintang sedemikian hingga setiap sinar bintang yang terbentuk masing-masing memiliki m titik internal. Subdivisi suatu sisi e=uv G didefinisikan sebagai operasi menghapuskan e, kemudian menggantinya dengan sebuah lintasan 8

w 0 w 1 w 2 w m w m+1 dengan w 0= u, w m+1= v. Akibatnya, S m n memiliki nm+n+1 titik dan nm+n sisi. Pada S m, titik v S m n n berderajat n dinamakan pusat bintang yang diperumum dan lintasan berorde m+2 dengan salah satu titik ujung v dinamakan sinar bintang yang diperumum. Sebagai contoh, tinjau kembali graf bintang S 8 pada Gambar 2.11. Jika setiap sisi pada sinar bintang S 8 disubdivisi sedemikian hingga setiap sinar bintangnya memiliki 2 titik internal, maka akan diperoleh graf baru yakni graf bintang yang diperumum S 2 8 seperti tampak pada Gambar 2.13. 0 9 1 2 1 3 8 0 2 7 6 5 5 3 v 9 v 7 v 8 Gambar 2.13: Graf bintang yang diperumum S 2 8 Pada Gambar 2.13, S 2 8 memiliki nm+n+1=8.2+8+1=25 titik dan nm+n= 8.2+8= 2 sisi. Pada S 2 8, merupakan pusat bintang yang diperumum dan beberapa sinar bintang yang diperumumnya adalah 0 8, 2, dan 6 v 8. 2.3 Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pelabelan graf ialah fungsi yang mengaitkan titik atau sisi pada graf ke bilangan asli yang disebut label. Telah disinggung pada Bab I, beberapa jenis pelabelan yakni pelabelan titik, pelabelan sisi, dan pelabelan total. Pelabelan titik adalah pelabelan dengan domain himpunan titik, pelabelan sisi adalah pelabelan dengan domain himpunan sisi, dan pelabelan total adalah pelabelan dengan domain gabungan himpunan titik dan himpunan sisi. 9

Misalkan G=(V,E) suatu graf dengan V =p dan E =q. Pelabelan total sisi-ajaib adalah fungsi injektif f dari V E ke {1,2,,p+q} pada G sedemikian hingga terdapat bilangan bulat positif k yang memenuhi f(u) + f(uv) + f(v), untuk setiap uv E. k disebut konstanta ajaib, dan graf yang memenuhi pelabelan total sisi-ajaib dinamakan graf total sisi-ajaib. Pelabelan total sisi-ajaib dengan f(v) = {1,2,...,p} dinamakan pelabelan total sisiajaib super. Graf yang mempunyai pelabelan total sisi-ajaib super dinamakan graf total sisi-ajaib super. Perhatikan dua buah pelabelan total sisi-ajaib S pada Gambar 2.1. 2 2 8 8 9 1 5 7 3 1 9 5 7 3 6 Gambar 2.1.a: S total sisi-ajaib 6 Gambar 2.1.b: S total sisi-ajaib Pada Gambar 2.1.a dan Gambar 2.1.b, S dengan banyak titik p=5 dan banyak sisi q=, memiliki konstanta ajaib k yang sama yakni 15. Pada Gambar 2.1.a, terdapat label titik 6>p, maka S pada Gambar 2.1.a bukan graf total sisi-ajaib super. Namun pada Gambar 2.1.b, tidak terdapat label titik yang lebih besar daripada p, dengan kata lain f(v)={1,2,3,,5}. Karenanya, S pada Gambar 2.1.b adalah graf total sisi-ajaib super 2. Hasil-hasil peneliti terdahulu Banyak sekali teori-teori pelabelan graf hasil peneliti terdahulu yang berkaitan dengan pelabelan total sisi-ajaib super. Berikut beberapa diantaranya. 10

a. Lemma 2.1 (Enomoto et al., 1998) [1] Jika graf non-trivial G total sisi ajaib super, maka E 2 V -3. Bukti. Tinjau nilai ekstrim label titik dan sisi. Konstanta ajaib k haruslah memenuhi 1+2+( V + E ) k V +( V -1)+( V +1). Diperoleh E 2 V -3. Secara kontrapositif, jika suatu graf G memenuhi E > 2 V -3, maka G bukan total sisi-ajaib super. b. Lemma 2.2 (Figuero-Centeno et al., 2002) [6] Graf G=(V,E) dengan V =p dan E =q adalah total sisi-ajaib super jika dan hanya jika terdapat fungsi satu-satu f: V {1,2,,p} sedemikian sehingga himpunan S = {f(x) + f(y) xy E} terdiri dari q bilangan bulat berurutan. Dalam hal ini f dapat diperluas menjadi suatu pelabelan total sisi-ajaib super dari G dengan konstanta ajaib k=p+q+s, dengan s = min (S), dan S ={k-(p+1), k-(p+2),, k-(p+q)}. Bukti. ( ) Asumsikan bahwa fungsi f ada dan ambil uv E sedemikian sehingga f(u)+f(v)=min(s)= s. Kemudian perluas f hingga domainnya V E dengan cara berikut. Misalkan f(xy) = p + q + s f(x) f(y), dengan s = min (S) untuk sebarang xy di E, maka f(e) = {p+1, p+2,,p+q}. ( ) Jika G adalah graf total sisi-ajaib super dan f adalah suatu pelabelan total sisi-ajaib super pada G dengan konstanta ajaib k, maka S = {k - f(xy) xy E} = {k (p+1), k-(p+2),, k (p+q)}. Lemma ini akan digunakan sebagai landasan penyusunan algoritma dalam mengkonstruksi suatu pelabelan total sisi-ajaib super. 11

c. Lemma 2.3 (Baskoro et al., 2005) [2] Jika g adalah suatu pelabelan total sisi-ajaib super pada graf G dengan konstanta ajaib k, maka fungsi g : V E {1,2, p+q} didefinisikan: g (x) = { p + 1 g( x), jika x V 2 p + q + 1 g( x), jika x E juga merupakan suatu pelabelan total sisi-ajaib super pada graf G dengan konstanta ajaib k =p+q+3 k. Dalam hal ini, g merupakan pelabelan dual super dari g. Sebagai ilustrasi penggunaan Lemma 2.3, perhatikan kembali Gambar 2.1.b. Graf S total sisi-ajaib super pada gambar 2.1.b memiliki pelabelan dual super seperti tampak pada Gambar 2.15. 7 5 6 1 8 3 9 Gambar 2.15: Pelabelan dual super dari S pada Gambar 2.1.b 2 d. Hasil-hasil peneliti lainnya Selain lemma-lemma di atas, hasil-hasil peneliti tentang pelabelan total sisi-ajaib super, antara lain: Enomoto et al [1]. membuktikan bahwa C n adalah total sisi-ajaib super jika dan hanya jika n ganjil. Pada [6] Figueroa-Centeno et al. membuktikan bahwa: C 3 C n total sisi-ajaib super jika dan hanya jika n 6 dan n genap; C C n total sisi-ajaib super jika dan hanya jika n 5 dan n ganjil; C 5 C n total sisi-ajaib super jika dan hanya jika n 5 dan n genap; Sudarsana et al. [2] membuktikan bahwa graf P n P n+1, np 2 P n dan np 2 P n+2 adalah total sisi-ajaib 12

super. Izzati [] membuktikan bahwa S m n adalah total sisi-ajaib super untuk n 3 dan m=1, dan n ganjil 3 dan m=2. Izzati juga menunjukkan bahwa S 2,S 2 6,dan S 2 8 merupakan total sisi-ajaib super dengan konstanta ajaib berturut-turut 33, 7, dan 61 seperti tampak pada Gambar 2.16. 6 3 5 9 13 16 9 13 11 3 2 10 2 8 18 17 12 7 1 8 1 1 19 6 5 11 15 7 12 S 2 S 2 6 10 10 18 3 12 2 23 11 25 22 1 16 8 5 13 21 17 9 19 7 15 2 6 1 20 S 2 8 Gambar 2.16: Pelabelan total sisi-ajaib super pada S 2, S 2 6,dan S 2 8 13