NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

BERITA RESMI STATISTIK

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MEI 2017

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2014

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Bulan Oktober 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2013

Transkripsi:

No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Agustus 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 105,47 atau mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 104,57. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 101,08, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 102,50, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 126,81, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 99,71, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,08. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2016 secara umum mencapai 128,28 atau mengalami deflasi sebesar 0,26 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,61. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,05 persen, meskipun kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen, diikuti kelompok kesehatan naik sebesar 0,46 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,29 persen, kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,25 persen, dan terakhir kelompok perumahan dan kelompok transportasi dan komunikasi masing-masing naik sebesar 0,07 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Agustus 2016 terdapat 16 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 17 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,61 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,30 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta Agustus 2016 sebesar 115,30 atau naik 0,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya yang sebesar 114,74. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat 1

diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,86 persen dibanding NTP Juli 2016, yaitu dari 104,57 menjadi 105,47. Kenaikan NTP bulan Agustus 2016 ini disebabkan oleh naiknya indeks harga produk pertanian yang diterima petani sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami penurunan. Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan Agustus 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan. Subsektor hortikultura mengalami kenaikan indeks terbesar yaitu 1,73 persen, diikuti subsektor peternakan naik sebesar 1,42 persen dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,58 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 0,34 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,03 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Agustus 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,75 persen dibandingkan dengan It Juli 2016, yaitu dari 129,07 menjadi 130,04. Subsektor peternakan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,48 persen diikuti subsektor hortikultura naik 1,46 persen, dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,42 persen. Sebaliknya It subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 0,39 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,21 persen dibanding Juli 2016. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Agustus 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan Ib sebesar 0,10 persen bila dibandingkan Juli 2016, yaitu dari 123,43 menjadi 123,30. Penurunan Ib terbesar terjadi pada subsektor hortikultura yaitu sebesar 0,27 persen, diikuti subsektor perikanan turun sebesar 0,18 persen, subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,16 persen, dan terakhir subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,04 persen. Sebaliknya subsektor peternakan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,06 persen dibanding bulan Juli 2016. Penurunan Ib tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti gula pasir, bawang putih, beras, gula merah, apel, wortel, jeruk dan kacang panjang. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Agustus 2016 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,58 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,42 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,16 persen. Kenaikan indeks yang 2

terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,60 persen meskipun subkelompok palawija turun sebesar 0,74 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga beberapa komoditi terutama gabah, kacang tanah dan ketela pohon. Pada Ib turunnya indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,21 persen, meskipun Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 128.52 129.06 0.42 - Padi 114.12 115.94 1.60 - Palawija 146.91 145.82-0.74 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 127.88 127.69-0.16 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.79 129.52-0.21 - Indeks BPPBM 116.49 116.71 0.19 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 100.49 101.08 0.58 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 110.33 110.58 0.23 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Agustus 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 1,73 persen. Hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,46 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,27 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas utamanya cabai merah, melon, temulawak, salak, melinjo dan cabai rawit. Pada Ib penurunan indeks disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,37 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,24 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 126.28 128.12 1.46 - Sayur-sayuran 119.54 121.46 1.60 - Buah-buahan 133.76 135.57 1.35 - Tanaman Obat 112.41 114.08 1.49 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 125.33 125.00-0.27 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.54 128.05-0.37 - Indeks BPPBM 112.13 112.40 0.24 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 100.76 102.50 1.73 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 112.62 113.99 1.21 3

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Agustus 2016 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 0,34 persen, hal ini terjadi karena penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,39 persen,lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,04 persen. Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 155,30 menjadi 154,70. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga utamanya adalah kakao dan kelapa. Penurunan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh turunnya IKRT sebesar 0,18 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,24. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 155.30 154.70-0.39 - Tanaman Perkebunan Rakyat 155.30 154.70-0.39 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 122.04 121.99-0.04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.13 127.90-0.18 - Indeks BPPBM 111.52 111.79 0.24 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 127.25 126.81-0.34 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 139.25 138.38-0.62 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan nya a. Indeks Diterima Petani (IT) 116.89 118.62 1.48 - Ternak Besar 114.51 116.97 2.14 - Ternak Kecil 113.81 115.96 1.89 - Unggas 130.80 129.54-0.97 - Hasil Ternak 119.87 119.97 0.08 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 118.89 118.97 0.06 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.81 127.51-0.24 - Indeks BPPBM 110.13 110.57 0.40 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 98.32 99.71 1.42 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 106.14 107.28 1.07 Pada Agustus 2016 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 1,42 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,48 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,06 persen. Naiknya harga beberapa komoditas seperti harga sapi potong, kambing, dan domba adalah penyebab naiknya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya BPPBM sebesar 0,40 persen meskipun IKRT turun sebesar 0,24 persen. 4

e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Agustus 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,03 persen, hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,21 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,18 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,75 persen dan subkelompok ikan budidaya turun sebesar 0,18 persen. Sementara itu penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,35 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,04 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan nya a. Indeks Diterima Petani 123.33 123.07-0.21 - Penangkapan 137.23 136.20-0.75 - Budidaya 122.56 122.34-0.18 b. Indeks Dibayar Petani 118.47 118.25-0.18 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.79 128.34-0.35 - Indeks BPPBM 106.48 106.53 0.04 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 104.10 104.08-0.03 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.82 115.53-0.25 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Agustus 2016 mengalami penurunan sebesar 0,58 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,75 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani (nelayan) sebesar 0,35 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti udang, cakalang dan layur pada bulan ini. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,35 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,06 persen. Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan nya Juli - Agustus 2016 (2012=100) a. Indeks Diterima Petani 137.23 136.20-0.75 - Penangkapan Perairan Umum 100.00 100.00 0.00 - Penangkapan Perairan Laut 137.27 136.24-0.75 b. Indeks Dibayar Petani 121.70 121.49-0.17 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.63 128.18-0.35 - Indeks BPPBM 113.58 113.65 0.06 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 112.76 112.10-0.58 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 120.82 119.84-0.81 5

Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,01 persen pada Agustus 2016. Kenaikan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,18 persen, lebih kecil dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,19 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti gurame, tawes dan udang. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,35 persen, meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,04 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan nya a. Indeks Diterima Petani 122.56 122.34-0.18 - Budidaya Air Tawar 122.56 122.34-0.18 b. Indeks Dibayar Petani 118.29 118.07-0.19 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128.79 128.35-0.35 - Indeks BPPBM 106.08 106.13 0.04 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 103.61 103.62 0.01 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.53 115.28-0.22 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Agustus 2016 mencapai 105,51 atau naik sebesar 0,88 persen dibanding bulan Juli 2016. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani yang sebesar 0,78 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,10 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan nya Indeks Harga yang Diterima Petani 129.24 130.25 0.78 Indeks Harga yang Dibayar Petani 123.58 123.45-0.10 Konsumsi Rumah Tangga 128.61 128.28-0.25 BPPBM 112.67 112.98 0.27 Nilai Tukar Petani 104.58 105.51 0.88 Nilai Tukar Usaha Pertanian 114.71 115.29 0.51 6

6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2016 secara umum mencapai 128,28 atau mengalami deflasi sebesar 0,26 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,61. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,05 persen, meskipun kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen, diikuti kelompok kesehatan naik sebesar 0,46 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,29 persen, kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,25 persen, dan terakhir kelompok perumahan dan kelompok transportasi dan komunikasi masing-masing naik sebesar 0,07 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan nya Kelompok Konsumsi Rumah Tangga 128.61 128.28-0.26 - Bahan Makanan 143.98 142.46-1.05 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 129.62 129.95 0.25 - Perumahan 120.72 120.81 0.07 - Sandang 125.55 125.91 0.29 - Kesehatan 116.18 116.71 0.46 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 111.38 112.06 0.61 - Transportasi dan Komunikasi 115.55 115.63 0.07 7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 10 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) dan nya Subsektor 1. Tanaman Pangan 110.33 110.58 0.23 2. Hortikultura 112.62 113.99 1.21 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 139.25 138.38-0.62 4. Peternakan 106.14 107.28 1.07 5. Perikanan 115.82 115.53-0.25 a. Perikanan Tangkap 120.82 119.84-0.81 b. Perikanan Budidaya 115.53 115.28-0.22 NTUP Gabungan 114.74 115.30 0.49 7

Pada Agustus 2016 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,49 persen. Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di tiga subsektor, yaitu subsektor hortikultura sebesar 1,21 persen, subsektor peternakan sebesar 1,07 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,23 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan mengalami penurunan masingmasing 0,62 persen dan 0,25 persen. 8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Agustus 2016 ada sebanyak 16 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 1,61 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,18 persen terjadi di Provinsi Jawa Timur. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Sumatera Selatan terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama karet dan kelapa sawit. Sebanyak 17 provinsi pada bulan Agustus 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,30 persen, sedangkan Provinsi Papua Barat dan Provinsi Bali mengalami penurunan NTP terkecil yaitu masing-masing 0,01 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung utamanya disebabkan oleh turunnya harga lada/merica pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. 8

Tabel 11 NTP Provinsi dan nya Provinsi NASlONAL 101.39 101.56 0.17 SUMSEL 93.06 94.56 1.61 NTB 104.71 106.26 1.48 BENGKULU 91.64 92.56 1.00 YOGYAKARTA 104.57 105.47 0.86 SULBAR 107.14 107.93 0.74 NTT 100.46 101.11 0.65 SULSEL 104.60 105.23 0.60 RIAU 97.41 97.98 0.58 JATENG 99.93 100.43 0.50 NAD 95.20 95.56 0.38 LAMPUNG 104.25 104.54 0.28 GORONTALO 105.32 105.57 0.24 SUMBAR 96.91 97.13 0.23 SUMUT 99.08 99.29 0.22 MALUKU UTARA 103.34 103.54 0.20 JATIM 104.56 104.74 0.18 PAPUA BARAT 100.59 100.58-0.01 BALI 106.67 106.66-0.01 KALTIM 98.16 98.14-0.03 JAMBI 98.15 97.90-0.26 SULTRA 100.64 100.33-0.31 JABAR 104.32 103.94-0.37 KALSEL 96.69 96.22-0.49 DKI 101.24 100.51-0.71 KALTENG 97.92 97.20-0.74 SULUT 96.93 96.17-0.78 KEPRI 98.19 97.42-0.79 SULTENG 100.59 99.77-0.82 MALUKU 103.14 102.28-0.84 PAPUA 96.77 95.94-0.87 KALBAR 95.21 94.25-1.01 BANTEN 101.32 100.25-1.06 BABEL 102.01 100.69-1.30 9

Tabel 12 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan nya Provinsi NASIONAL 101.31 101.48 0.17 SUMSEL 92.90 94.44 1.66 NTB 104.81 106.36 1.48 BENGKULU 91.50 92.45 1.04 YOGYAKARTA 104.58 105.51 0.88 SULBAR 107.32 108.17 0.80 NTT 100.39 101.06 0.66 SULSEL 104.79 105.46 0.64 RIAU 96.71 97.32 0.63 JATENG 99.85 100.37 0.53 NAD 95.09 95.47 0.40 LAMPUNG 104.39 104.69 0.29 SUMBAR 96.48 96.72 0.25 GORONTALO 105.49 105.74 0.24 SUMUT 99.08 99.27 0.19 JATIM 104.52 104.70 0.18 MALUKU UTARA 103.40 103.56 0.16 BALI 106.73 106.73 0.00 KALTIM 97.92 97.80-0.12 PAPUA BARAT 100.34 100.21-0.14 JAMBI 98.00 97.78-0.22 JABAR 104.61 104.20-0.39 SULTRA 99.77 99.34-0.43 KALSEL 95.57 95.07-0.52 KALTENG 97.29 96.51-0.80 SULTENG 100.03 99.22-0.81 SULUT 96.75 95.90-0.87 MALUKU 102.89 101.94-0.92 PAPUA 96.28 95.35-0.98 KALBAR 94.90 93.92-1.03 BANTEN 101.20 100.10-1.09 KEPRI 94.31 92.99-1.40 BABEL 101.55 100.09-1.44 10

Tabel 13 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan nya Provinsi NASIONAL 108.89 109.07 0.17 NTB 109.78 111.88 1.92 SUMBAR 106.43 108.10 1.56 SULTRA 117.16 118.72 1.34 PAPUA BARAT 104.30 105.54 1.18 SUMUT 103.30 104.37 1.03 BENGKULU 102.11 103.09 0.95 MALUKU UTARA 102.13 103.02 0.88 PAPUA 109.08 110.02 0.86 KEPRI 108.89 109.74 0.78 SUMSEL 95.77 96.46 0.73 SULUT 102.94 103.66 0.70 GORONTALO 106.69 107.35 0.62 KALTIM 108.82 109.49 0.61 BABEL 108.58 108.84 0.24 JATENG 109.80 110.04 0.21 NAD 101.57 101.74 0.17 NTT 105.74 105.86 0.11 LAMPUNG 107.25 107.29 0.04 MALUKU 104.99 105.01 0.02 JATIM 113.93 113.92-0.01 KALTENG 111.55 111.50-0.04 KALSEL 112.74 112.58-0.15 RIAU 117.67 117.21-0.39 SULSEL 104.21 103.65-0.53 BANTEN 119.16 118.47-0.58 YOGYAKARTA 112.76 112.10-0.58 KALBAR 106.07 105.43-0.61 JABAR 111.98 111.15-0.74 SULBAR 107.69 106.82-0.81 BALI 111.88 110.77-0.99 DKI 108.11 107.02-1.00 JAMBI 109.50 108.14-1.25 SULTENG 116.78 115.15-1.40 11

Tabel 14 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 99.05 98.93-0.11 SUMUT 94.90 95.90 1.05 KALTIM 89.56 90.15 0.66 SULBAR 96.22 96.69 0.49 SULTENG 88.69 89.08 0.44 BANTEN 96.54 96.90 0.37 RIAU 101.85 102.12 0.26 JABAR 98.23 98.46 0.24 SULSEL 99.18 99.25 0.07 KALTENG 96.97 97.04 0.07 KEPRI 106.64 106.67 0.03 YOGYAKARTA 103.61 103.62 0.01 NTB 88.95 88.96 0.00 SULTRA 95.42 95.39-0.02 KALBAR 98.87 98.82-0.05 KALSEL 102.58 102.51-0.07 SUMSEL 98.50 98.33-0.17 JATIM 102.40 102.21-0.18 SULUT 92.95 92.76-0.20 MALUKU UTARA 106.47 106.12-0.33 NTT 99.70 99.36-0.34 LAMPUNG 96.48 96.15-0.34 DKI 94.04 93.68-0.38 PAPUA 88.15 87.75-0.45 BENGKULU 94.61 94.12-0.52 PAPUA BARAT 89.89 89.39-0.55 NAD 94.54 94.02-0.56 SUMBAR 106.74 106.11-0.59 JATENG 101.63 101.01-0.61 BABEL 95.41 94.80-0.64 BALI 89.95 89.21-0.83 GORONTALO 89.35 88.34-1.13 MALUKU 106.57 105.35-1.14 JAMBI 96.28 95.15-1.18 12

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 126 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Agustus 2016, sebanyak 69,05 persen berkualitas rendah dan sisanya 30,95 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Juli 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 0,84 persen menjadi Rp. 4.687,18 per kg di tingkat petani dan naik 0,83 persen menjadi Rp. 4.737,18 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 2,97 persen menjadi Rp. 3.892,53 per kg di tingkat petani dan turun 2,93 persen menjadi Rp. 3.942,53 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.200,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.650,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang dan Sidenuk terjadi di wilayah Kecamatan Sleman (Sleman). Selama Agustus 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan. Pada Agustus 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 126 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 87 observasi dan kualitas GKP sebanyak 39 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2016 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 - - - - - - (0,00%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total 39 (30,95%) 87 (69,05%) 126 (100,00%) 3.800,00 5.200,00 4.687,18 4.737,18 3.700,00 (petani) 3.750,00 (penggilingan) 987,18 26,68 987,18 26,32 3.650,00 4.950,00 3.892,53 3.942,53 - - - - - - - - - - 13

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 39 observasi atau 30,95 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Agustus 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 87 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 69,05 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Agustus 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 62,70 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan 6,35 persen berasal dari Kabupaten Sleman. Tabel 16 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Agustus 2016 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 0-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) GKP 39 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 39 (100,00 %) 39 (100,00 %) GKG dan GKP 39-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 39 (100,00 %) Kualitas Rendah 87 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.200,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.650,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang dan Sidenuk terjadi di wilayah Kecamatan Sleman (Sleman). Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Juni - Agustus 2016 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Jun 2016 Jul 2016 Ags 2016 Jun 2016 Jul 2016 Ags 2016 (5) (6) (7) GKG - 9,00 - - 2,70 - GKP 12,91 12,32 13,98 7,63 7,15 6,89 KualitasRendah 21,69 24,00 29,92 11,28 10,03 8,40 14

Rp/Kg Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,98 persen dan 6,89 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Agustus 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 29,92 persen dan 8,40 persen. Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Juni - Agustus 2016 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Jun 2016 Jul 2016 Ags 2016 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Jun 2016 Jul 2016 Ags 2016 Perub (8) thd (7) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG - 4.750,00 - - - 4.800,00 - - GKP 4.678,00 4.648,15 4.687,18 0,84 4.728,00 4.698,15 4.737,18 0,83 Kualitas Rendah 4.208,89 4.011,54 3.892,53-2,97 4.258,89 4.061,54 3.942,53-2,93 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 39,03 per kg (0,84 persen) menjadi Rp 4.687,18 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan naik Rp. 39,03 per kg (0,83 persen) menjadi Rp. 4.737,18 per kg. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 119,01 per kg (2,97 persen) menjadi Rp. 3.892,53 kg dan turun Rp. 119,01 per kg(2,93 persen) menjadi Rp. 3.942,53 per kg di tingkat penggilingan. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2015 -Agustus 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 15