PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

dokumen-dokumen yang mirip
INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

Oleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Pengelolaan Hutan Di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

Tugas M.K Biometrika Hutan Hari/jam : Senin, jam MODEL RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SEMARANG JAWA TENGAH. oleh: Kelompok 9

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

IV. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

KAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

MODEL SIMULASI PENCEMARAN UDARA DENGAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA PEMATANG SIANTAR

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi.

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

Model Dinamika Perubahan Tutupan Hutan pada Kawasan Hutan Lindung Pelawan di Kabupaten Bangka Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Neny Fidayanti Universitas Palangkaraya ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

TUGAS AKHIR (TA) RTH PRIVAT TEAM

Transkripsi:

Mata Kuliah Biometrika Hutan PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Disusun oleh: Kelompok 6 Sonya Dyah Kusuma D. E14090029 Yuri Dinosia S. E14100001 Maya Rianasari E14100017 Dian Iswahyudi T.H. E14100038 M. Yanuar Pradigdo E14100043 Kasaya Annisa R. E14100076 Quldino Taqwa S. E14100094 Mentari Medinawati E14100100 Riyma Maysa E14100132 Dwi Anjarsari A. E14100138 Danu Wilatmoko E14100146 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kota didefinisikan sebagai suatu pusat dari berbagai kegiatan pemerintahan, perdagangan, pemukiman, pendidikan dan kegiatan lainnya dengan intensitas yang tinggi. Peningkatan jumlah penduduk kota mengakibatkan kualitas lingkungan kota semakin menurun. Selain itu, peningkatan jumlah kendaraan menyebabkan pencemaran dan peningkatan kadar CO2 di udara menjadikan lingkungan kota tidak sehat.. Apabila kualitas lingkungan kota rusak, akan berdampak pada menurunya kesehatan dan produktivitas, sehingga menyebabkan suramnya masa depan bangsa. Oleh karena itu lingkungan kota harus menjadi perhatian utama. Kota Bogor mempunyai kedudukan yang cukup strategis, hal ini dikarenakan Kota Bogor sebagai pendukung ibu kota negara, pusat pendidikan dan pusat penelitian pertanian, tempat rekreasi dan jasa perdagangan, pemukiman, serta merupakan salah satu daerah tangkapan air untuk DKI Jakarta. Namun kenyataanya Kota Bogor merupakan salah satu penyumbang polutan udara karena di Kota Bogor terdapat banyak sekali angkot. Selain itu luasan ruang terbuka hijau di Kota Bogor semakin berkurang karena berubah menjadi lahan pemukiman dan areal terbangun lainnya. Padahal gas CO2 dapat diserap oleh vegetasi yang terdapat pada ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau kota terdiri dari ruang terbuka hijau hutan kota (hutan kota) dan ruang terbuka hijau non hutan kota. Luasan hutan kota di Kota Bogor saat ini 144.75 ha (1.22%), terdiri dari Kebun Raya Bogor (87 ha) dan hutan penelitian Dramaga (57.75 ha) (Dahlan 2007). Jumlah emisi gas CO2 semakin meningkat, sedangkan luasan ruang terbuka hijau semakin berkurang, maka dibutuhkan lebih banyak hutan kota agar penambahan gas CO2 di atmosfer dapat ditekan serendah mungkin. Upaya yang dapat ditempuh di lingkungan kota dan perkotaan untuk mengurangi emisi gas CO2 adalah program hutan kota dan penghijauan. Gas CO2 dapat diserap hutan kota, taman kota, peneduh jalan, sawah, kebun dan beberapa bentuk ruang terbuka hijau lainnya. Namun kenyataanya pada masa sekarang ruang terbuka hijau dan hutan kota terus berkurang karena dijadikan pemukiman dan areal terbangun lainnya. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui kebutuhan luasan ruang terbuka hijau (hutan kota) sebagai penyerap gas CO2 yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak dan gas, serta untuk menganalisis besarnya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi dan daya serap gas CO 2 oleh pohon dan ruang terbuka hijau. II. Metodologi 2.1 Waktu dan Tempat Praktikum dilakukan setiap hari Kamis dimulai pukul 07.00 WIB- selesai selama November-Desember 2013 di RK X.302 Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dgunakan dalam praktikum adalah data sekunder yang diacu dari berbagai sumber diantaranya hasil penelitian Dahlan (2007) dan Pradipdityas dkk (2011) serta data dari publikasi BPS Kota Bogor (2012). Data-data yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya: 1. Data jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2000-2007 Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor tahun 2000-2007 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 2000 714711 2001 760329 2002 789423 2003 820707 2004 831751 2005 855184 2006 855085 2007 858396 (Sumber: BPS Kota Bogor 2012) 2. Data rata-rata penggunaan bahan bakar untuk transportasi di Kota Bogor (Dahlan 2007) - Penggunaan bensin per-individu: 134.19 liter/orang/tahun - Penggunaan solar per-individu: 33.55 liter/orang/tahun 3. Faktor emisi bahan bakar untuk transportasi di Kota Bogor (Dahlan 2007) - Faktor emisi CO2 bensin: 2.41 kg/liter - Faktor emisi CO2 solar: 2.68 kg/liter 4. Data luas RTH berdasarkan jenis tutupan lahan di Kota Bogor (Dahlan 2007) Tabel 2. Luas RTH berdasarkan jenis tutupan lahan Kota Bogor Tahun 2005 Tipe Penutupan Lahan Luasan Tahun 2005 (Ha) 1 Vegetasi Rapat 613.83 2 Vegetasi Jarang 2495.06 3 Sawah 825.22 4 Semak dan rumput 720.68 Keterangan: dalam praktikum vegetasi rapat dan vegetasi jarang digabungkan menjadi vegetasi pohon 5. Data daya serap CO2 pada berbagai tipe tutupan lahan (Pradiptyas 2011) - Semak belukar: 55 ton/ha/tahun - Sawah: 12 ton/ha/tahun - Vegetasi pohon: 569.07 ton/ha/tahun 2.3 Pembuatan Model Pembuatan model dilakukan berdasarkan tahapan dalam Purnomo (2012): 1. Identifikasi isu, tujuan dan batasan Identifikasi isu dilakukan untuk mengetahui permasalahan secara tepat untuk dilakukan pemodelan. Tujuan ditetapkan secara eksplisit setelah mengetahui isu yang akan dikemukakan. Batasan yaitu kejelasan apa yang termasuk dan tidak termasuk kedalam model, dapat berupa daerah atau ruang,batas waktu, atau dapat juga batas isu. 2. Konseptualisasi model Untuk menggambarkan model digunakan software Stella 9.02. Pada tahapan

ini data yang telah diolah diinput dan dilakukan simulasi. Satuan yang digunakan dalam pemodelan adalah satuan waktu tahunan karena pemodelan digambarkan berdasarkan perubahan waktu. 3. Spesifikasi Model Lestari (2011) mengemukakan bahwa dalam tahapan ini dilakukan perumusan yang lebih detail dari setiap hubungan yang ada dalam model konseptual. Jika pada model konseptual, hubungan dua komponen dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase ini anak panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dapat digunakan dalam pemodelan juga harus ditentukan. 4. Evaluasi Model Mengacu pada Lestari (2011) bahwa tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuat telah logis sesuai dengan harapan atau perkiraan. Tahapan dalam fase ini adalah: a) Pengamatan kelogisan model dan membandingkan dengan kenyataan pada dunia nyata b) Mengamati perilaku model dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model. c) Membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata. 5. Penggunaan Model Pada tahapan ini dilakukan simulasi berdasarkan skenario yang telah ditentukan. Berdasarkan isu yang diangkat, dihitung kecukupan luasan RTH dengan mengefektifkan fungsi penyerapan RTH. Skenario 1: Jika RTH di Kota Bogor 100 % adalah vegetasi pohon. Skenario 2: Jika RTH di Kota Bogor 50 % vegetasi pohon dan 50 % semak belukar. Skenario 3: Jika RTH di Kota Bogor 33,33% vegetasi pohon, 33,33 % semak belukar dan 33,33 % adalah sawah. III. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kondisi Umum Kota Bogor Tahun 2000-2007 Kota Bogor berada di Provinsi Jawa Barat yang terletak secara geografis pada 106º 48 Bujur Timur dan 6º 30 Lintang Selatan. Udara Kota Bogor cukup sejuk dengan rerata suhu harian 2 º C dan kelembaban udara 70%. Luas Kota Bogor adalah 11.850 ha (Dahlan 2007). Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2012), terjadi peningkatan penduduk di kota Bogor dari tahun 2000-2007, yang ditunjukan dengan data jumlah penduduk berikut: Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2000-2007 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 2000 714711 2001 760329 2002 789423 2003 820707 2004 831751 2005 855184 2006 855085 2007 858396

Kota Bogor merupakan salah satu kota satelit DKI Jakarta. Banyak penduduk yang bekerja di Jakarta namun memiliki keluarga yang berdomisili di Bogor. Pembangunan di Kota Bogor semakin berkembang seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Perkembangan ini menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan tingkat emisi CO2 yang berasal dari kegiatan manusia atau emisi antropogenik. Dahlan (2007) mengemukakan tingkat emisi di Kota Bogor yang semakin meningkat pada data berikut: Tabel 4. Tingkat emisi gas CO2 di kota Bogor No Tahun Emisi Gas CO2 (juta ton) 1 2000 4.35 2 2001 4.6 3 2002 5.29 4 2003 6.42 5 2004 7.99 6 2005 10.01 7 2006 12.46 8 2007 15.36 3.2 Pembuatan Model 1. Identifikasi isu, tujuan dan batasan Isu yang dikemukakan adalah mengenai perhitungan kecukupan luasan RTH di Kota Bogor berdasarkan dengan tingkat emisi yang dikeluarkan dari penggunaan bahan bakar fosil untuk kegiatan transportasi. Tujuan dari pemodelan ini adalah untuk menghitung kecukupan luasan RTH di Kota Bogor berdasarkan fungsi penyerapan CO2 dan tingkat emisi dari kegiatan transportasi di kota Bogor serta membuat simulasi kecukupan luasan RTH di Kota Bogor berdasarkan jenis tutupan lahan. Batasan pemodelan adalah lingkup Kota Bogor, tingkat emisi dari pembakaran bahan bakar fosil jenis bensin dan solar untuk transportasi, serta data yang digunakan untuk analisis yaitu data tahun 2000-2007. 2. Konseptualisasi Model Berdasarkan isu, tujuan dan batasan yang telah dikemukakan diatas, konseptualisasi model dilakukan dengan metode diagram stok dan flow, dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Inflow - Emisi yang dihasilkan dari solar - Emisi yang dihasilkan dari bensin - Penyerapan RTH yang ada di Kota Bogor b. Stok - Emisi gas CO2 dari transportasi c. Outflow - Sisa emisi gas CO2 d. Variabel (tertera pada model yang telah dibuat) Model yang dikembangkan yaitu menganalisis berapa jumlah emisi yang dikeluarkan dari bensin dan solar serta pada akhirnya dianalisis berapa sisa emisi gas CO2 di udara jika terdapat ruang terbuka hijau yang dapat menyerap gas CO2

dengan daya serap tertentu berdasarkan jenis tutupan lahan yang berbeda. Hasilnya disajikan pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Konseptualisasi model yang dikembangkan 3. Spesifikasi Model Emisi gas CO2 yang dianalisis dihasilkan dari kegiatan transportasi (solar dan bensin), sedangkan ruang terbuka hijau yang dianalisis terdiri dari tutupan lahan sawah, semak belukar dan vegetasi pohon dengan daya serap emisi gas CO2 yang berbeda. Berdasarkan gambar 1, diketahui sisa emisi gas CO2 setiap tahunnya (2000-2007). Setelah mendapat nilai sisa emisi gas CO2, kekurangan RTH bisa dihitung sehingga luasan total RTH yg dibutuhkan untuk menyerap emisi gas CO2 tersebut dapat dihitung. 4. Evaluasi Model Tabel 5. Hasil Simulasi Model Tahun Emisi dari transportasi (ton CO2) Penyerapan emisi oleh RTH (ton CO2) Sisa Emisi (ton CO2) Luas RTH dibutuhkan (ha) 2000 6,080,231.36 2,706,087.68 3,374,143.69 10,459.12 2001 9,454,375.05 2,706,087.68 6,080,231.36 15,114.09 2002 31,682,980.99 2,706,087.68 8,786,319.04 19,769.06 2003 65,936,483.35 2,706,087.68 11,492,406.71 24,424.03 2004 71,788,845.18 2,706,087.68 14,198,494.39 29,079.00 2005 82,205,823.65 2,706,087.68 16,904,582.06 33,733.97 2006 102,307,939.86 2,706,087.68 19,610,669.74 38,388.94 2007 122,369,138.20 2,706,087.68 22,316,757.41 43,043.91

Tabel 5 menunjukkan hasil perhitungan luas total RTH yang dibutuhkan untuk menyerap emisi gas CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di Kota Bogor. Emisi dari kegiatan transportasi setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Hasil simulasi cenderung overestimate jika dibandingkan dengan data tingkat emisi gas CO2 di kondisi umum Bogor (tabel 4) padahal emisi yang dihitung hanya berasal dari kegiatan transportasi. Hal ini terjadi karena asumsi yang digunakan yaitu penggunaan bahan bakar minyak dan solar dirata-ratakan dengan jumlah penduduk Kota Bogor yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Luas RTH yang dibutuhkan setiap tahunnya terus meningkat karena emisi gas CO2 yang dihasilkan juga semakin meningkat namun tidak diiringi dengan penambahan luas RTH. Sebagai perbandingan, dapat dilihat pada tabel 2 luas RTH tahun 2005 sebesar 4,654.79 sedangkan luas RTH yang dibutuhkan tahun 2005 berdasarkan hasil simulasi sebesar 33,733.97. Hasil ini menunjukkan bahwa luas RTH yang ada di Bogor masih belum mencukupi untuk menyerap emisi gas CO2 dari kegiatan transportasi. Luas Kota Bogor adalah 11.850 ha. Jika dibandingkan dengan luas Kota Bogor, hasil kebutuhan RTH dari 2001-2007 lebih besar, artinya perluasan RTH tidak mungkin dilakukan. Sehingga muncul alternatif untuk mengefektifkan fungsi penyerapan RTH adalah dengan meningkatkan daya serap RTH, salah satunya dengan membuat skenario seluruh RTH Kota Bogor berupa vegetasi pohon karena vegetasi pohon mempunyai daya serap yang paling tinggi. 5. Penggunaan Model Tabel 6. Hasil Simulasi Skenario 1: Jika RTH di Kota Bogor 100% adalah vegetasi pohon Tahun Emisi dari transportasi (ton CO2) Penyerapan emisi oleh RTH (ton CO2) Sisa Emisi (ton CO2) Luas RTH dibutuhkan (ha) 2000 6,080,231.36 2,651,796.76 3,428,434.60 10,673.25 2001 9,508,665.96 2,651,796.76 6,080,231.36 15,328.22 2002 31,791,562.82 2,651,796.76 8,732,028.12 19,983.19 2003 66,099,356.09 2,651,796.76 11,383,824.88 24,638.16 2004 72,006,008.84 2,651,796.76 14,035,621.64 29,293.13 2005 82,477,278.22 2,651,796.76 16,687,418.40 33,948.10 2006 102,633,685.35 2,651,796.76 19,339,215.16 38,603.07 2007 122,749,174.60 2,651,796.76 21,991,011.92 43,258.04

Tabel 7. Hasil simulasi Skenario 2: Jika RTH di Kota Bogor 50% vegetasi pohon dan 50% semak belukar Tahun Emisi dari Penyerapan Luas RTH Sisa Emisi transportasi emisi oleh RTH dibutuhkan (ton CO2) (ton CO2) (ton CO2) (ha) 2000 6,080,231.36 2,779,342.94 3,300,888.42 10,183.45 2001 9,381,119.78 2,779,342.94 6,080,231.36 14,838.42 2002 31,536,470.46 2,779,342.94 8,859,574.30 19,493.39 2003 65,716,717.56 2,779,342.94 11,638,917.24 24,148.36 2004 71,495,824.13 2,779,342.94 14,418,260.17 28,803.33 2005 81,839,547.33 2,779,342.94 17,197,603.11 33,458.30 2006 101,868,408.28 2,779,342.94 19,976,946.05 38,113.27 2007 121,856,351.36 2,779,342.94 22,756,288.99 42,768.24 Tabel 8. Hasil Simulasi Skenario 3: Jika RTH di Kota Bogor 33,33% vegetasi pohon, 33,33% semak belukar dan 33,33% adalah sawah Tahun Emisi dari Penyerapan Luas RTH Sisa Emisi transportasi emisi oleh RTH dibutuhkan (ton CO2) (ton CO2) (ton CO2) (ha) 2000 6,080,231.36 2,754,489.12 3,325,742.24 10,275.33 2001 9,405,973.60 2,754,489.12 6,080,231.36 14,930.30 2002 31,586,178.09 2,754,489.12 8,834,720.48 19,585.27 2003 65,791,279.00 2,754,489.12 11,589,209.61 24,240.24 2004 71,595,239.40 2,754,489.12 14,343,698.73 28,895.21 2005 81,963,816.41 2,754,489.12 17,098,187.85 33,550.18 2006 102,017,531.18 2,754,489.12 19,852,676.97 38,205.15 2007 122,030,328.07 2,754,489.12 22,607,166.09 42,860.12 Perhitugan luas RTH yang dibutuhkan dilakukan dengan membuat tiga alternatif (tabel 6, 7, 8). Hasilnya, ketiga alternatif tersebut tidak berpengaruh secara signifikan, sehingga perlu dilakukan langkah lain utuk mengurangi emisi gas CO2 tersebut selain perluasan RTH, yaitu dengan peningkatan efektivitas RTH dengan pemilihan jenis-jenis yang mempunyai daya serap karbon tinggi. Upaya lainnya yang dapat dilakukan yaitu pengkayaan pada areal bervegetasi jarang, penurunan laju pertambahan penduduk dan penghematan bahan bakar (Dahlan 2007). IV. Kesimpulan Kecukupan luasan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bogor sebagai solusi penurunan tingkat polusi udara dapat diketahui melalui pemodelan berdasarkan fungsi penyerapan CO2 dan tingkat emisi dari kegiatan transportasi di Kota Bogor. Dengan komposisi vegetasi yang telah ada, RTH yang diperlukan di Kota Bogor untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di tahun 2001-2007 jauh melebihi luasan kota Bogor yang hanya 11.850 ha, sedangkan kebutuhan RTH di tahun 2007 adalah sebesar 43.043,91 ha. Hasil simulasi skenario peningkatan daya serap RTH dengan mengasumsikan seluruh

vegetasi RTH di Kota Bogor adalah pohon juga tidak berpengaruh signifikan terhadap kecukupan luasan RTH Kota Bogor, sehingga diperlukan alternatif lain untuk menurunkan emisi gas CO2.

DAFTAR PUSTAKA Dahlan E.N. 2007. Analisis kebutuhan luasan hutan kota sebagai sink gas CO2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor dengan pendekatan sistem dinamik [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pradiptiyas D, Assomadi AF, Boedisantoso R. Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penyerap Emisi CO2 di Perkotaan Menggunakan Program Stella (Studi Kasus: Surabaya Utara dan Timur). Surabaya (ID); Institut Teknologi Sepuluh November. Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor: IPB Press.

LAMPIRAN 1. Simulasi Model 2. Tabel Hasil Simulasi

3. Equation