PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa

BAB II KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK

PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KECEMASAN DALAM MENGHADAPI KEMATIAN

HUBUNGAN POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP KENALAKAN REMAJA DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG (Pendekatan Bimbingan Konseling Islam)

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan. mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)

BIMBINGAN KEAGAMAAN TERHADAP ANAK PENYANDANG TUNA NETRA UNTUK MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI DI BALAI REHABILITASI SOSIAL DISTRARASTRA PEMALANG

PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESABARAN PASIEN RAWAT INAP (Studi Kasus Di Rumah Sakit Qolbu Insan Mulia Batang) Skripsi

BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM MEMOTIVASI PENGAMALAN SHALAT LIMA WAKTU (MURID DI SDN BOGOREJO KEC SEDAN KAB REMBANG)

AKTIVITAS DAKWAH IPNU-IPPNU DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBO PERIODE

SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Oleh

STUDI KOMPARATIF BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN BIMBINGAN AGAMA KRISTEN UNTUK PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI MUJAHADAH DZIKIR ASMA UL HUSNA TERHADAP ETOS KERJA PADA JAMA AH DZIKIR DI MASJID AGUNG JAWA TENGAH SEMARANG

PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN PASIEN RAWAT INAP AKAN HIKMAH SAKIT DI RSI KENDAL SKRIPSI

MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 SEMARANG

KORELASI MENGIKUTI PENGAJIAN MAJLIS DZIKIR AL KHIDMAH DENGAN UKHUWAH ISLAMIYAH JAMA AH DI KEC. WELERI, KAB. KENDAL

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

ISLAM DALAM PEMBINAAN KESEHATAN MENTAL ANAK YATIM (Studi Kasus di Panti Asuhan Iskandariyah Ngaliyan Semarang)

PENGARUH BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA ISLAM TERHADAP RASA PERCAYA DIRI ANAK DI PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN SEMARANG

PERAN BADAN PENASEHAT PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KEMENTERIAN AGAMA KAB. SEMARANG DALAM MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH

PENANGANAN KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPPKB) KABUPATEN JEPARA

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KELAS IV DESA SIMPAR BANDAR BATANG TAHUN

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN FIQIH ANTARA KELAS YANG MENGGUNAKAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES

MANAJEMEN WISATA RELIGI PADA MAKAM SYEKH HASAN MUNADI DI DESA NYATNYONO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

ZAMRONI A

PESAN DAKWAH USTADZ JEFRI AL-BUCKHARI TENTANG GENERASI RABBANI DI TVONE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE

PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI BIMBINGAN KEAGAMAAN ISLAM TERHADAP KESEHATAN MENTAL PENGHUNI LP KLAS II A WANITA SEMARANG SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

MANAJEMEN PEMBELAJARAN AKHLAK DI TPA (TAMAN PENITIPAN ANAK) AMANDA P2PNFI UNGARAN. Disusun Oleh: LUKI SETYO NUGROHO NIM:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Biologi

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtida iyah. Oleh:

POLA BIMBINGAN ORANG TUA ASUH DALAM MENANAMKAN KEDISIPLINAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU ROHADI KALIWUNGU KENDAL

PENGARUH METODE BACA GLOBAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK KELOMPOK B DI TK MAJELIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) GEMOLONG TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : ANIK SAFA ATIN NIKMAH A

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL PADA ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TK GLOBAL INTERSTUDY SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SISTEM AKREDITASI KBIH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KBIH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

PENGAWASAN DALAM PELAYANAN IBADAH HAJI (STUDI KASUS DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TEGAL) TAHUN 2011

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana strata satu (S.Sos.) Jurusan bimbingan dan penyuluhan islam (BPI)

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK PADA HAFALAN SURAT PENDEK MELALUI METODE SMALL GROUP DISCUSSION

DIAH NURUL FEBRIYANTI NIM:

PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MTS NU NURUL HUDA MANGKANG SEMARANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

RELEVANSI SABAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PANDANGAN ACHMAD MUBAROK

POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN FORMAL DI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH KABUNAN SUKOREJO KENDAL

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI MENTORING (LIQĀ ) DI PESANTREN MAHASISWA QOLBUN SALIM DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA IAIN WALISONGO SEMARANG

METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA PERKOTAAN (Studi Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja ROMANSA di Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang)

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI POKOK VIRUS KELAS X MA SUNNIYYAH SELO GROBOGAN

IMPLEMENTASI FULLDAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN. PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KELEKATAN ORANG TUA DENGAN PENGAMALAN AKHLAK PESERTA DIDIK. DI MTs MUHAMMADIYAH WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

BAB VI PENUTUP. disimpulkan hipotesis pertama bahwa ada perbedaan konsep diri

REGULASI EMOSI PASCA PUTUS CINTA PADA REMAJA TAHAP AKHIR

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Fisika. Disusun Oleh: Siti Asiyah

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT NASABAH UNTUK MENABUNG (Study Kasus Pada PT. BANK MEGA SYARI AH Cabang Semarang)

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU PAI SMA NEGERI SE-KOTA SEMARANG

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Oleh OKTAVIA RIZKY CAHYANI

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN SMALL-GROUP WORK DAN MEDIA FLANNELGRAPH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD AL-FIRDAUS

PENGARUH NILAI RATA-RATA UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS ANGKATAN 2010

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Jurusan Ilmu Dakwah dan Komunikasi

MANAJEMEN PEMBELAJARAN INKLUSI (Studi Kasus di M.I. Keji Ungaran Barat)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : YUNI NIM.

PESAN DAKWAH DALAM FILM SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA HARRIZ NIZAM

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh :

IMPLEMENTASI BIMBINGAN SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA HARAPAN IBU NGALIYAN SEMARANG (Studi Analisis Tujuan dan Fungsi BKI)

STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK DALAM UPAYA PEMBINAAAN KEAGAMAAN MASYARAKAT SAYUNG DEMAK

EFEKTIVITAS VIDEO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT SISWA KELAS X MAN 1 SEMARANG SKRIPSI

STUDI PEMIKIRAN SALIM AKHUKUM FILLAH TENTANG UPAYA PENANGGULANGAN BUDAYA PACARAN DI KALANGAN REMAJA (ANALISIS BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) dalam Pendidikan Agama Islam.

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SRONO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : NOVIANA RAHMAWATI A

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA SKRIPSI. Derajat Sarjana S-1

Oleh: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

EFEKTIFITAS METODE OBSERVASI LINGKUNGAN ALAM SEKITAR SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK EKOSISTEM

SKRIPSI. Oleh : FARIS SYAIFULLOH NIM

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh:

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI MATERI POKOK KEPRIBADIAN NABI SAW DENGAN STRATEGI INFORMATION SEARCH

PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK DAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI MTs YAROBI GROBOGAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK BADAN PASCA PERATURAN PEMERINTAH 46 (Survey Kantor Pelayanan Pajak Pati)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Kimia

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

Transkripsi:

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG Skripsi Disusun guna memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I ) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam ( BPI ) Oleh: RIZKIYANI 081111010 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

NOTA PEMBIMBING Lamp. Hal. : 5 (lima) eksempelar : Persetujuan Naskah Skripsi kepada Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo semarang Di Semarang Assalamu alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana semestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari: Nama : Rizkiyani NIM : 081111010 Fak./jurs : Dakwah/Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Judul skripsi : PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG. Dengan ini, telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. wassalamu,alaikum Wr. Wb. Semarang, 4 juli 2012 Pembimbing, Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tata Tulis Drs. H. Djasadi, M.Pd Wening Wihartati S.Psi. M.Si NIP.19470805 196509 1 001 NIP.19771102 200604 2 004 ii

SKRIPSI PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG Disusun oleh Rizkiyani 081111010 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 26 Juni 2012 dan dinyatakan lulus memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji Ketua/ Penguji I Penguji III Drs. H. Anasom, M.Hum Hj. Mahmudah, S.Ag. M.Pd Nip. 19661225 199403 1 004 Nip.19701129 199803 2 001 Penguji II Penguji IV Safrodin, M.Ag Dr. H. Sholihan, M.Ag Nip. 19751203 200312 1 002 Nip.19600601 199403 1 002 Pembimbing 1 Pembimbing II Drs. H. Djasadi, M.Pd Wening Wihartati, S.Psi, M.Si NIP.19470805 196509 1 001 NIP.19771102 200604 2 004 iii

MOTTO Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaannya sendiri (Q.S.Ar Ra du :11) iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan untuk: 1. Almameterku Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang 2. Ayahanda H.Arjosono dan ibu Hj. Suparti yang telah membesarkan dengan kasih sayang serta bimbingan dan nasehat yang tiada pernah henti dan mendo akan kesuksesan ananda semoga jasa dan kasih sayangnya tak terlupakan sepanjang masa. 3. Kakak dan adik yang tercinta yang telah memotivasi, mengajari, dan mendoakan peneliti agar selalu lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Semua kawan-kawanku yang telah membantu juga memberikan motivasi kepadaku yang tak pernah aku lupakan, semoga Allah SWT memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin. v

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan atau lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pusaka. Semarang, 15 Juni 2012 RIZKIYANI NIM. 081111010 vi

ABSTRAKSI Skripsi berjudul Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dibuat oleh Rizkiyani (081111010). Kajian pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja dan untuk mengetahui dan menguji secara empiris perbedaan konsep diri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok dan ada perbedaan konsep diri pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperiment pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Manfaat penelitian secara teoritis dapat mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia bimbingan dan penyuluhan Islam khususnya mengenai konseling kelompok dan konsep diri. Secara praktis bagi remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang diharapkan mempunyai konsep diri yang positif dengan melalui konseling kelompok. Bagi pengasuh Panti Asuhan dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan konsep diri remaja melalui konseling kelompok. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan eksperimen before-after Control Group atau Control Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah remaja yang berusia 13-21 tahun sebanyak 32 responden. Enam belas responden dijadikan kelompok eksperimen dan 16 lainnya dijadikan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa konseling kelompok dengan durasi waktu 90 menit dalam 5 sesi. Untuk kelompok kontrol diberi perlakuan berupa diskusi dengan judul Cinta Menurut Pandangan Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang yang ditunjukkan dengan hasil nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,798 > 2,131) pada signifikansi 5%, Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang diterima Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil daripada t tabel (2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti hipotesis ada perbedaan konsep diri remaja ditolak. Jadi pada kelompok kontrol ada perbedaan antara sebelum dan setelah diberikan ceramah tetapi tidak signifikan. Untuk hipotesis kedua bahwa ada perbedaan konsep diri antara kelompok yang diberi perlakuan konseling kelompok dan yang tidak diberi konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Ini terbukti dari Signifikansi postest eksperimen sebesar 1,541 > 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar 1,228 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen lebih besar daripada postest kontrol. Semakin sering dan aktif dalam melakukan konseling kelompok maka semakin meningkat konsep diri remaja. vii

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada peneliti berupa kekuatan dan kemampuan dalam penyusunan skripsi dengan judul PENGARUH KONSELING KELOMPOM TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. Shalawat dan salam tetap tersanjung kepangkuan beliau nabi besar Muhammad SAW, yang telah berjuang membawa umat dari alam jahiliyah, kemusyrikan dan kegelapan hati menuju alam kebaikan, ketentraman dan kedamaian yang berlandaskan wahyu illahi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terealisasikan dengan baik. Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khusus pada: 1. Bapak Muhammad Sulthon, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah merestui penulisan skripsi ini. 2. Ibu Hj. Mahmudah, S.Ag M.Pd selaku ketua jurusan BPI dan bapak Safrodin, M.Ag selaku Sekretaris jurusan BPI yang telah memberikan izin untuk penelitian ini. 3. Bapak Drs. Djasadi,M.Pd dan Ibu Wening Wihartati, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti. viii

5. Ayah dan ibu yang dengan tulus dan ikhlas memberikan doa restunya dalam keberhasilan penyusunan skripsi ini dan keponakan yang selalu menemani pembuatan skripsi ini. 6. Para pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan para anak asuhnya yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini 7. Sahabatku senasib dan seperjuangan yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Kepada mereka semua tidak ada sesuatu yang dapat peneliti berikan sebagai imbalan, kecuali sepotong do a Jazakumullah Ahsananal Jaza Jazaan Katsira. Skripsi yang sederhana ini terlahir dari usaha yang maksimal dari kemampuan yang terbatas yang ada pada diri peneliti. Maka peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstuktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca yang budiman. Semarang, 15 Juni 2012 Peneliti ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i NOTA PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN... vi ABSTRAKSI... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah... 1 1.2. Rumusan Masalah... 6 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 6 1.4. Tinjauan Pustaka... 7 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi... 10 BAB II KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK 2.1. Konsep Diri... 13 2.1.1. Pengertian Konsep Diri... 13 2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri... 16 2.1.3. Aspek-aspek Konsep Diri... 18 2.1.4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri... 21 2.1.5. Pentingnya Konsep Diri... 23 x

2.1.6. Jenis-jenis Konsep Diri... 24 2.1.7. Ciri-ciri Konsep Diri... 26 2.2. Konseling Kelompok... 28 2.2.1. Pengertian Konseling Kelompok... 28 2.2.2. Tujuan Konseling kelompok... 31 2.2.3. Komponen dalam Konseling Kelompok... 33 2.2.4. Asas Konseling Kelompok... 35 2.2.5. Tahapan Konseling Kelompok... 37 2.2.6. Jenis Konseling Kelompok... 38 2.3. Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja... 41 2.4. Hipotesis... 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian... 45 3.2. Definisi Konseptual dan Operasional... 45 3.2.1. Definisi Konseptual... 45 3.2.2. Definisi Operasional... 46 3.3. Sumber dan Jenis Data... 48 3.4. Populasi dan Sampel... 48 3.5. Teknik Pengumpulan Data... 49 3.6. Teknik Analisis Data... 54 3.7. Rancangan Penelitian... 54 3.8. Prosedur Penelitian... 56 3.9. Pelaksanaan Penelitian... 56 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 4.1. Data Umum xi

4.1.1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang... 60 4.1.2. Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang... 63 4.1.3. Kepengurusan dan Anak asuh... 64 4.1.4. Program dan pelaksanaan Kegiatan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang... 67 4.1.5. Dana, Pendukung, dan Hambatan Panti Asuhan 4.2. Data Khusus Darul Hadlonah Semarang... 71 4.2.1. Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang... 72 4.2.2. Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang... 73 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data... 75 5.1.1. Deskripsi Subyek Penelitian... 75 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian... 76 5.1.3. Analisis Data... 84 5.1.4. Hasil Pembahasan Penelitian... 88 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan... 93 6.2. Limitasi... 94 6.3. Saran-saran... 94 6.4. Penutup... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS xii

DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Blue print skala Konsep Diri (sebelum uji coba) 50 Tabel 3.2. Kategori jawaban skala Konsep Diri 50 Tabel 3.3. Ringkasan uji validitas dan reliabilitas skala Konsep Diri 52 Tabel 3.4. Skala Konsep Diri (sesudah uji coba) 52 Tabel 3.5. Pelaksanaan Konseling Kelompok 57 Tabel 3.6. Pelaksanaan Kelompok Kontrol 58 Tabel 5.1. Data subjek penelitian 75 Tabel 5.2. Data Konsep Diri sebelum dilaksanakan perlakuan pada Kelompok kontrol dan eksperimen 77 Tabel 5.3. Data Kelompok eksperimen 78 Tabel 5.4. Data Konsep Diri Kelompok kontrol 79 Tabel 5.5. Rerata Konsep Diri Kelompok eksperimen dan Kontrol 80 Tabel 5.6. Kriteria rata-rata Konsep Diri pada Kelompok eksperimen setelah perlakuan 83 Tabel 5.7. Kriteria rata-rata Konsep diri pada Kelompok kontrol setelah perlakuan 83 Tabel 5.8. Uji Normalitas Data 85 Tabel 5.9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas 85 Tabel 5.10 Rangkuman Hasil Uji t 86 Tabel 5.11 Rangkuman Hasil Analisis t-test 88 Tabel 5.12 Hasil Postest Eksperimen dan Post test Kontrol 88 xiii

Daftar Gambar Gambar 1 Histogram Skor Konsep Diri tes akhir Kelompok Eksperimen... 77 Gambar 5 Histogram Skor Konsep Diri tes akhir Kelompok Kontrol... 79 xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan fenomena yang menjadi perwujudan dari pemenuhan kebutuhan individu terhadap manusia lain untuk mengembangkan dan mempertahankan hidup (Sumardjono, 1992: 43). Pandangan dan pengalaman hidup menunjukkan bahwa keberhasilan hidup manusia banyak ditentukan oleh kemampuannya mengelola diri dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial dalam bersikap dan berperilaku tidak akan lepas dari konsep diri yang dimilikinya. Individu akan berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikis sesuai dengan konsep dirinya (Sarwono, 2006: 20). Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang dijumpai dalam peristiwa kehidupan. Sejarah hidup individu dari masa lalu membuat dirinya lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan yang sebenarnya.

2 Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep dirinya sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Sobur, 2003: 510) Namun perjalanan hidup seseorang tidak selamanya berjalan dengan mulus. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa individu harus berpisah dari keluarga karena suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau yatim piatu bahkan mungkin menjadi anak terlantar. Kondisi ini menyebabkan kegelisahan didalam suatu keluarga. Pada kenyataanya hilangnya salah satu anggota keluarga secara fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan, tetapi secara psikologis dapat dilakukan dengan diciptakannya situasi kekeluargaan (Jeanette, 2005: 165). Usia remaja memiliki keinginan yang kuat untuk mulai mandiri, tidak terikat pada orang tua, tetapi dia juga masih merasa bingung dalam menghadapi dunia barunya. Erikson berpendapat bahwa isu yang paling penting dan kritis pada masa remaja adalah pencarian konsep diri (Jeanette, 2005: 168). Konsep Diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri (Farozin, 2004: 17). Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang memandang dirinya yang tercermin dari keseluruhan

3 perilakunya, artinya perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri (Muntholiah, 2002: 42). Menurut Hurlock masa remaja dikatakan sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga diperoleh suatu gambaran yang jelas tentang dirinya dan supaya remaja bisa menjalankan apa yang sudah didapatkannya (Hurlock, 1980: 213). Remaja menurut Zakiah Darajat adalah usia transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun (Darajat, 1976: 11). Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya dengan pandangan yang benar tentang konsep dirinya. Remaja perlu menjaga diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep diri yang postif. Remaja perlu menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi sosial yang saling terbuka, saling memperhatikan kebutuhan teman dan saling mendukung. Setiap individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti itu merupakan suatu bentuk konsep diri (Wanei, 2006: 32).

4 Setiap orang pasti mempunyai konsep diri tertentu terhadap dirinya sendiri. Ada yang mempunyai konsep diri yang negatif dan ada pula yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa hal. Konsep diri positif dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya penanaman nilai-nilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak mampu menerima diri apa adanya. Namun satu hal yang menentukan adalah cara pandang diri kita sendiri. Semakin seseorang berpendapat negatif maka semakin sering muncul konsep-konsep negatif tentang dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri maka semakin positif pula konsep yang ia miliki (Murdoko, 2004: 84). Berdasarkan pengamatan peneliti, remaja di Panti tersebut sebagian besar memiliki konsep diri negatif misalnya saja bersikap pesimis, meragukan kemampuannya sendiri, menganggap orang tuanya tidak mencintai dirinya, dan tidak percaya diri. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengetahui dan memperbaiki konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah dengan melakukan penelitian di Panti tersebut dan melakukan proses konseling kelompok. Konseling kelompok pada dasarnya merupakan metode dakwah dengan layanan konseling perorangan dilaksanakan dalam

5 suasana kelompok, terdapat konselor (da i) yang jumlahnya lebih dari seorang dan ada klien (mad u), klien yaitu para anggota kelompok yang jumlahnya biasaya lebih dari dua orang (Prayitno, 1999: 315). Melalui layanan konseling kelompok diharapkan para remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang mampu mengarahkan konsep dirinya dengan positif. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota lain, khusunya untuk mengarahkan remaja di Panti agar memiliki konsep diri yang positif. Untuk manfaat dari konseling kelompok adalah dapat melatih remaja untuk dapat hidup secara berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antar anggota dalam mengatasi masalah, melatih setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain serta dapat meningkatkan kemampuan remaja untuk dapat menilai dirinya sendiri (blogspot.com/2012/05/03/kegunaanmanfaatkonselingkelompok.html pukul 14.00 WIB). Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannnya pada remaja baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 13-21 tahun yang berada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Pelaksanaan konseling kelompok di Panti Asuhan tersebut belum efektif. Padahal dalam kenyataannya remaja yang tinggal di Panti

6 senantiasa menghadapi problem kehidupan yang perlu dipecahkan. Memperhatikan permasalahan sebagaimana diungkapkan, maka judul skripsi Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang sangat menarik untuk ditindak lanjuti. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah 1. Adakah perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 2. Adakah perbedaan Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk mendiskripsikan, menganalisa, dan menguji secara empiris tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang

7 Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari 2 aspek : 1. Secara Teoritis yaitu : Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya Konseling Kelompok dan Konsep Diri. 2. Secara praktis yaitu : a. Bagi Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah diharapkan bisa mempunyai konsep diri yang positif bahkan semakin meningkat konsep diri positif yang dimiliki melalui konseling kelompok. b. Bagi Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan konsep diri remaja melalui konseling kelompok. 1.4. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian di perpustakaan ditemukan adanya beberapa skripsi dan buku yang judulnya hampir sama. Skripsi yang dimaksud adalah: Skripsi dengan judul Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Keagamaan Anak di Panti Asuhan Pamardi Putra Mandiri (PPM) Semarang oleh Halimi (2005). Penelitian tersebut menjelaskan tentang bagaimana konsep diri berpengaruh terhadap perilaku keagamaan anak di PPM Semarang. Perbedaan pada penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada objek dan

8 pembahasannya. Penelitian di atas menjelaskan tentang bagaimana konsep diri mempengaruhi perilaku keagamaan pada anak di Panti PPM semarang. Berbeda dengan penelitian ini lebih menjelaskan tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Penelitian oleh Dahlia (2006) dengan judul Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Semester Akhir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa semester akhir. Terdapat perbedaan konsep diri dan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada semester akhir ditinjau dari jenis kelamin. Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah tentang perbedaan konsep diri remaja sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan apakah ada perbedaan konsep diri remaja pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian oleh Widayat Mintarsih (2009) dengan judul Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Efektivitas Komuniksai Interpersonal Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada pengaruh

9 konseling kelompok terhadap efektivitas komunikasi interpersonal mahasiswa dakwah terbukti. Artinya jika mahasiswa diberi perlakuan konseling kelompok maka efektivitas komunikasi interpersonal akan meningkat dibandingkan mahasiswa yang diberi perlakuan diskusi dan ceramah pada kelompok kontrol. Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan, perbedaannya adalah dalam obyek dan pembahasan penlitiannya, peneliti mengambil sampel anak remaja yang tinggal di Panti Asuhan. Pembahasannya tentang perbedaan konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Buku Psikologi Komunikasi karangan Jalaluddin Rahmat yang diterbitkan oleh PT.Remaja Rosdakarya pada bulan oktober tahun 1998. Peneliti mengambil indikator skala konsep diri dari buku tersebut. Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa ciri-ciri konsep diri positif itu adalah yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, dapat menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, dan mampu memperbaiki dirinya. Ciri-ciri konsep diri positif itulah yang dijadikan indikator dalam skala konsep diri. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih berorientasi pada konseling kelompok dan konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri

10 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Konseling kelompok diharapkan para remaja mampu menemukan konsep diri yang sebenarnya yang dimiliki, dan memperbaiki konsep yang negatif menjadi konsep diri yang positif. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian skripsi ini terdiri dari 6 bab, yaitu: Bab I merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan tentang uraian global mengenai persoalan yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. Bab ini terdiri atas : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. Bab II adalah Kerangka Dasar Pemikiran Teoritik yang menjelaskan tentang Konsep Diri (deskripsi variabel dependen) dan Konseling Kelompok (deskripsi variabel independen). Bab kedua ini dibagi menjadi 4 sub bab. Sub bab pertama akan dijelaskan Pengertian Konsep Diri, Aspek-aspek Konsep Diri, Pembentukan dan perkembangan Konsep Diri, Pentingnya Konsep Diri, Jenis-jenis Konsep Diri, Ciri-ciri Konsep Diri dan Pembagian Konsep Diri. Sub bab kedua akan dijelaskan Pengertian Konseling Kelompok, Tujuan Konseling Kelompok, Komponen dalam Konseling Kelompok, Asasasas Konseling Kelompok, Tahapan Konseling Kelompok dan Jenis

11 Konseling Kelompok. Sub bab ketiga berisi tentang Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja dan sub bab keempat membahas Hipotesis. Bab III membahas metodologi penelitian yang didalamnya memuat sub bab tentang Jenis dan Metode Penelitian, Definisi Konseptual dan Operasional, Jenis Data, Populasi, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data, Rancangan Penelitian, Prosedur Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian. Bab IV memaparkan Gambaran Umum Obyek Penelitian yang terdiri dari data umum dan khusus. Data umum meliputi : Sejarah singkat Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Tujuan didirikannya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Kepengurusan dan keadaan anak asuh, Program dan Pelaksanaan kegiatan di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, dan Dana pendukung dan hambatan yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Sedangkan Data Khusus meliputi Konseling Kelompok dan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Bab V berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab kelima ini dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama yaitu Deskripsi data yang isinya deskripsi subyek data penelitian, Deskripsi data penelitian, Analisis data (uji Normalitas dan uji Hipotesis ), sedangkan sub bab kedua berisi Pembahasan hasil penelitian

12 Bab VI adalah penutup. Bab ini memuat Kesimpulan yang merupakan Hasil dari Penelitian Pengaruh Konseling Kelompok dan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Kemudian saran-saran serta diikuti dengan uraian penutup. Setelah penutup dibagian akhir dicantumkan Daftar Pustaka, Lampiranlampiran dan Biodata peneliti.

13 BAB II KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep Diri Konsep Diri terdiri dari dua kata, konsep dan diri. Konsep adalah gambaran mental dari objek (Depdikbud, 1994: 520), sedangkan Diri adalah orang (Depdikbud, 1994: 236). Jadi definisi konseptual konsep diri adalah gambaran mental seseorang. Definisi operasional konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri). Dalam pemikiran Burns konsep diri merupakan konseptualisasi individu mengenai pribadinya sendiri, pandangan diri dimata orang lain dan keyakinan diri terhadap hal-hal yang hendak dicapai (Burns, 1993: 87). Sartain dikutip oleh Purwanto berpendapat bahwa konsep diri sebagai pandangan, perasaan, tentang diri sendiri yang meliputi suatu penghayatan, sikap dan perasaan baik yang dirasakan maupun tidak (Purwanto, 1999: 124). Menurut Zuyina konsep diri adalah perasaan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang utuh dengan karakteristik yang unik, sehingga akan mudah dikenali sebagai sosok yang mempunyai ciri khas tersendiri (Zuyina, 2010: 13). Pudjiyogyanti menjelaskan konsep diri adalah mencakup seluruh pandangan individ akan dimensi

14 fisik, karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian dan kegagalannya (Pudjiyogyanti, 1995: 2). Konsep diri yaitu melakukan pembayangan diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya sebagai looking-glass self (diricermin) seolah-olah kita menaruh cermin dihadapan kita sendiri. Prosesnya dimulai dengan membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita menarik, atau tidak menarik. Proses kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita, apakah orang lain menilai kita menarik, cerdas, atau menarik. Proses ketiga, kita kemudian mengalami perasaan bangga atau kecewa atas percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaian orang lain. Jika penilaian kita terhadap diri sendiri positif, maka kemudian mengembangkan konsep diri yang positif. Namun sebaliknya, penilaian orang lain terhadap kita negatif, dan kita pun menilai diri kita negatif maka kemudian kita mengembangkan konsep diri yang negatif (Savitri Rahmadani, 2008: 77). Menurut Burns (1993) konsep diri adalah penghargaan diri, nilai diri atau penerimaan diri yang meliputi semua keyakinan dan penilaian tentang diri sendiri, hal ini akan menentukan siapa kita menurut pikiran sendiri, apa yang dapat kita lakukan menurut pikiran sendiri dan menjadi apa menurut pikiran sendiri. Konsep diri (self - concept) adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari

15 bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana menginginkan diri sendiri menjadi manusia yang diharapkan. Konsep diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang menjalankan komputer mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang (Desmita, 2009: 164). Mulkan mengemukakan konsep diri adalah suatu pemahaman mengenai siapa dirinya dan seperti apa diri itu digambarkan oleh dirinya sendiri (Mulkan, 2002: 15). Patterson dalam Sangalang (1992:2) menggambarkan self diri, self concept konsep diri, self structure struktur diri adalah persepsi mengenai hubungan aku sebagai subjek dan aku sebagai objek. Dengan kata lain berbagai aspek kehidupan bersama-sama dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan perkembangan tersebut yang terorganisasi menjadi satu kesatuan yang kuat. William Brooks dalam Jalaludin Rahmat (2007: 99) mengemukakan konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri kita ini boleh bersifat psikologis, sosial maupun fisik. Pudjiogyanti menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian dan kegagalannya. Konsep diri menurut Calhoun sebagai pandangan diri anda terhadap dii anda sendiri, pengharapan anda tentang anda sendiri dan penilaian diri anda sendiri (Calhoun, 1990: 67).

16 Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan keyakinan, pandangan, atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak berbuat sesuatu, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya, konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal- hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan dimasa yang akan datang. 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Konsep diri dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah keadaan jasmani atau fisik, perkembangan psikologis, peranan keluarga, dan lingkungan sosial budaya (Muntoliah, 2002: 41). Dalam pandangan Burns yang dikutip Agus Priyanto menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi konsep diri adalah: a. Gambaran Diri (body image ) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh. Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara pandang

17 individu terhadap dirinya mempunyai dampak yang penting bagi aspek psikologis individu tersebut. Pandangan yang realistis terhadap dii dengan menerima dan mengukur bagian tubuh sendiri dapat menimbulkan rasa aman, menghilangkan rasa cemas, dan juga dapat meningkatkan harga diri. b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan standar aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. Ideal diri ini mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang yang penting bagi dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja, sedangkan ideal diri ini akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, dan orang-orang dekat lainnya. c. Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku dapat memenuhi ideal diri. Harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Harga diri yang tinggi terkait dengan keefektifan dalam kelompok dan penerimaan oleh orang lain. Sementara itu harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan hal itu merupakan resiko terjadinya depresi.

18 d. Peran Peran adalah sikap dan nilai perilaku serta tujuan yang dihrapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peran yang ditetapkan ialah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan lain, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih individu. e. Identitas Identitas merupakan kesadaran akan diri sendiri yng bersumber dari observasi dan penilaian individu serta hasil sintesis semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri (Priyanto, 2009: 42). 2.1.3. Aspek-Aspek Konsep Diri Konsep diri pada hakekatnya meliputi empat aspek dasar yang terdiri dari : 1) Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri 2) Bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri 3) Bagaimana orang menilai dirinya sendiri 4) Bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri (Muntholi ah, 2002: 29). Sementara itu Fitts dalam Nashori (2000: 31) menyatakan bahwa ada lima aspek kategori umum dalam konsep diri yaitu :

19 a. Konsep diri fisik. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, dan penilaian remaja terhadap fisiknya sendiri. Individu disebut memiliki konsep diri fisik apabila ia memandang secara positif penampilannya, kondisi kesehatan, kulitnya, ketampanan atau kecantikan, serta ukuran tubuh yang ideal. Individu dipandang memiliki konsep diri negatif apabila memandang secara negatif hal-hal diatas. b. Konsep diri pribadi. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, dan perasaan remaja terhadap pribadinya sendiri.seseorang digolongkan memiliki konsep diri pribadi positif apabila memandang dirinya sebagai orang yang bahagia, optimis, mampu mengontrol diri, dan memiliki berbagai kemampuan. Sebaliknya dianggap memiliki konsep diri pribadi negatif apabila memandang dirinya sebagai orang yang tidak bahagia, pesimis, tidak mampu mengontrol diri, dan memiliki berbagai macam kekurangan. c. Konsep diri sosial. Konsep ini berati pandangan, pikiran, penilaian, perasaan remaja terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri. Konsep diri sosial berkaitan dengan kemampuan berhubungan dengan dunia diluar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri sosial positif apabila memandang dirinya sebagai orang yang berminat pada orang lain, memahami orang lain, merasa mudah akrab dengan orang lain, merasa diperhatikan,

20 menjaga perasaan orang lain, dan aktif dalam dalam kegiatan sosial. Sebaliknya seseorang dikatakan memiliki konsep diri sosial negatif jika memandang dirinya sebagai orang yang acuh tak acuh terhadap orang lain, sulit akrab dengan orang lain, tidak memberi perhatian terhadap orang lain, dan tidak aktif dalam kegiatan sosial. d. Konsep diri moral etik. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap moralitas diri sendiri. Konsep ini berkaitan dengan nilai dan prinsip yang berarti memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri moral etik positif apabila memandang dirinya sebagai orang yang berpegang teguh pada nilai-nilai etik moral. Sebaliknya digolongkan memiliki konsep diri moral etik negatif apabila seseorang memandang dirinya sebagai orang yang menyimpang dari standar nilai moral yang seharusnya diikutinya. e. Konsep diri keluarga. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, penilaian, dan pikiran remaja terhadap keluarganya sendiri. Konsep diri keluarga berkaitan dengan keberadaan diri seseorang dalam keluarga. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri keluarga positif apabila memandang dirinya mencintai dan dicintai keluarga, bahagia bersama keluarga, bangga dengan keluarga banyak mendapat bantuan dan dorongan dari keluarga. Sebaliknya jika digolongkan memiliki konsep diri keluarga negatif jika seseorang memandang dirinya sebagai orang yang tidak nyaman

21 dalam situasi kekeluargaan, membenci keluarganya sendiri dan tidak pernah adanya dorongan dari keluarganya sendiri (Ema, 2007: 22). Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kategori umum dalam konsep diri menurut Fitts dalam Nashori adalah konsep diri fisik, konsep diri pribadi, konsep diri sosial, konsep diri moral etik, dan konsep diri keluarga. 2.1.4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri Konsep diri berperan penting dalam menentukan perilaku seseorang guna mengetahui diri kita sepenuhnya mengatasi konflik yang ada pada dirinya, dan untuk menafsirkan pengalaman yang didapatnya. Oleh karena itu konsep diri dperlukan seseorang untuk dijadikan sebagai acuan hidup (Muntholi ah, 2002: 33). Konsep diri seseorang bukan merupakan pembawaan sejak lahir melainkan terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari masa kecil sampai dewasa. Selain itu konsep diri dihasilkan dari proses interaksi individu dengan lingkungan secara terus menerus (Nashori, 2000: 28). Konsep diri pada masa kanak-kanak biasanya berbeda dengan konsep diri yang dimiliki ketika memasuki usia remaja. Konsep diri seorang anak bersifat tidak realistis, tetapi kemudian konsep diri yang tidak realistis itu berganti dengan konsep diri yang baru sejalan dengan penemuan tentang dirinya atau pengalaman pada usia selanjutnya.

22 Biasanya pada usia remaja terjadi kekacauan konsep diri individu. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan kognitif pada masa remaja. Menurut Rahmawati perkembangan kognitif remaja tidak hanya tercermin dalam sikap dan nilai terhadap orang tua maupun masyarakat. Akan tetapi terjadi juga pada dirinya sendiri dan karakteristik kepribadiannya (Rahmawati, 2000: 5). Filberg dalam Muntholi ah (2002: 28) menjelaskan bahwa keluarga dan teman sebaya memberikan sifat-sifat dasar sosial dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri seseorang. Konsep diri berkembang melalui proses, pada umumnya individu mengobservasi fungsi dirinya, selanjutnya individu menerima umpan balik tentang siapa dirinya dari orang lain. Individu juga dapat melihat siapa dirinya dengan melakukan perbandingan dengan orang lain (orang tuanya, teman sebaya, dan masyarakat). Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berfikir yang tidak-tidak terhadap sesuatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun dengan sikap yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan yang lebih positif (Nashori, 2000: 29). Dari hal ini, tentunya dapat disimpulkan bahwa konsep diri tidak terbentuk dan berkembang dengan sendirinya melainkan didukung oleh adanya interaksi individu dengan orang lain serta lingkungannya.

23 2.1.5. Pentingnya Konsep Diri Semenjak konsep diri mulai terbentuk, seseorang akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut. Apabila perilaku seseorang tidak konsisten dengan konsep dirinya, maka akan muncul perasaan tak nyaman dalam dirinya. Inilah hal yang terpenting dari konsep diri. Pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan tindakan yang akan diperbuatnya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri, atau dikatakan bahwa ia memiliki self esteem yang tinggi. Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi terhadap diri sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dirinya dan keberhasilan dirinya. Jadi, apabila ia memiliki konsep diri yang positif yang ditunjukkan melalui self esteem yang tinggi. Segala perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan. Ia akan berusaha dan berjuang untuk selalu mewujudkan konsep dirinya. Misalnya apabila seorang merasa bahwa ia pandai maka ia akan belajar tekun dan bekerja keras untuk membuktikan bahwa ia benar-benar pandai seperti keyakinannya. Ia juga tidak akan mudah putus asa karena mempunyai keyakinan bahwa ia pasti berhasil karena kepandaiannya. Sebaliknya apabila seseorang mempunyai gambaran yang negatif tentang dirinya maka akan muncul evaluasi negatif pula

24 tentang dirinya. Segala informasi tetang dirinya akan diabaikannya, dan informasi negatif yang sesuai dengan gambaran dirinya akan disimpannya sebagai bagian yang memperkuat keyakinan diinya. Misalnya jika seorang anak percaya bahwa dia anak nakal maka ia akan berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Apabila suatu saat ia mendapat pujian karena menolong teman, maka ia akan cenderung mengabaikan pujian tersebut karena tidak sesuai dengan keyakinannya bahwa ia anak nakal. Pujian bahwa ia anak baik membuatnya merasa tidak nyaman (Sulistyorini, 2004: 18). 2.1.6. Jenis-Jenis Konsep Diri Menurut Calhoun, dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif : 1. Konsep Diri Positif Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. 2. Konsep Diri Negatif Calhoun membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:

25 a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat (Renita Mulyaningtyas, 2006: 46). Menurut Renita Mulyaningtyas (2006: 46) konsep diri terdiri dari empat sudut pandang: a. Konsep diri positif dan konsep diri negatif Sudut pandang ini digunakan untuk membedakan apakah kita memandang diri sendiri baik atau buruk. b. Konsep diri fisik dan konsep diri sosial Sudut pandang ini membedakan pandangan diri kita sendiri atas pribadi kita dan pandangan masyarakat atas pribadi kita. c. Konsep diri emosional dan konsep diri akademis Dengan sudut pandang ini kita bisa membedakan pandangan diri sendiri yang dipengaruhi oleh perasaan atau faktor psikologis dan secara ilmiah bisa dibuktikan.

26 d. Konsep diri rill dan konsep diri ideal Sudut pandang ini membedakan diri kita yang nyata atau sebenarnya dan yang kita cita- citakan. Sedangkan menurut William D. Brooks (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2007: 105) bahwa individu terdapat dua konsep diri yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Untuk mempermudah penelitian dalam konsep diri ini, peneliti terfokus pada konsep diri positif dan negatif agar penelitian tidak meluas dan peneliti tidak mengalami kendala. 2.1.7. Ciri Ciri Konsep Diri 1. Ciri Konsep Diri Positif Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Jalaluddin Rakhmat (2005: 105) memiliki ciri ciri sebagai berikut: 1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah. 2. Merasa setara dengan orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. 4. Peka terhadap orang lain bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. 5.Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek aspek kepribadian yang tidak disenanginya, dan berusaha mengubahnya.

27 2. Ciri-ciri konsep diri negatif Menurut William D. Brook dan Philip Emmer (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2005: 105) adalah sebagai berikut: a. Individu peka terhadap kritikan Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah. b. Individu responsif sekali terhadap pujian Orang ini sering merespon segala macam perkataan yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. c. Sikap hiperkritis Orang ini selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapa pun. Individu ini tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. d. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain Orang ini menganggap orang lain sebagai musuhnya, sehingga tidak dapat menjalin keakraban terhadap orang lain. e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi Orang ini tidak ingin untuk bersaing dengan orang lain dalam berprestasi bahwa ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

28 2.2. Konseling Kelompok 2.2.1. Pengertian Konseling Kelompok George dan Cristiani (1976) berpendapat bahwa konseling adalah hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan klien, dilakukan secara perorangan, dirancang untuk membantu klien, memahami dan memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri. Krumblotz dan Torensen mengatakan konseling adalah process of helping with their troubles (Krumblotz, 1976: 2). Definisi Kelompok menurut Webster yaitu kumpulan beberapa orang yang membentuk suatu unit pola, suatu kesatuan orang-orang atau benda-benda yang membentuk suatu unit yang terpisah dan mempunyai hubungan, kesamaan, atau sifat-sifat yang sama (Romlah, 2001: 21). Istilah konseling kelompok mengacu kepada penyesuaian rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok. Konseling kelompok difokuskan untuk membantu klien mengatasi problem dan perkembangan keribadiannya (Gibson, 2011: 275). Konseling kelompok menurut Natawidaja bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien yang bersangkutan mempunyai kemampuan berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga menganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain (Natawidjaja, 1987: 14).

29 Konseling Kelompok menurut Latipun merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar (Latipun, 2000: 149). Menurut Novriyeni dalam Prayitno berpendapat konseling kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya semua orang dalam konseling saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberikan saran dan lain sebagainya yang bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri maupun peserta lainnya (Prayitno, 1995: 178). Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan dengan memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri. Menurut Ohlsen suasana dalam konseling kelompok adalah suasana yang demokratis, yang didasari adanya rasa penerimaan, kepercayaan dan rasa aman serta memberikan kesempatan klien untuk memberikan umpan balik dan latihan berperilaku baru yang positif. Suasana tersebut memungkinkan klien untuk belajar menghadapi, mengekspresikan dan menguasai perasaan atau pemikiran klien. Dengan demikian konseling kelompok merupakan sarana belajar dan

30 berlatih serta mendapatkan suasana yang aman dan demokratis (Afiatin, 1998: 67). Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan suatu pemberian bantuan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mengetahui konsep diri masing-masing anggota. Dengan lingkungan yang kondusif dapat memberikan kesempatan bagi para anggotanya untuk saling menerima dan memberi ide, perasaan, dukungan maupun bantuan bagi anggota lainnya. Dengan lingkungan yang seperti ini, seseorang bisa menilai seperti apa konsep diri yang dimilikinya. Adapun yang menjadi dasar konseling kelompok dalam Al- Qur an sebagai berikut : Firman Allah SWT dalam surat Ali-imran ayat 104 : Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S. Al-imran ayat 104). Rasulallah SAW bersabda yang artinya sesungguhnya orang mukmin yang paling dicintai Allah SWT ialah orang-orang yang senantiasa teguh, taat padanya dan memberi nasihat pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian seta mengamalkan ajaran selama

31 hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan (Ghazali, 1939: 89). Berdasarkan ayat dan terjemahan hadist di atas, maka jelaslah konseling kelompok itu perlu dilakukan terhadap orang lain juga dilakukan kepada dirinya sendiri. Tugas demikian dipandang salah satu jiwa yang beriman, disamping itu ayat diatas memberikan petunjuk bahwa konseling kelompok ditujukan untuk memperoleh suatu kebahagiaan dan ketenangan batin (Naisaburi, 1988: 96). 2.2.2. Tujuan Konseling Kelompok Konseling kelompok bukan tim olahraga. Tujuannya bukan memiliki kelompok pemenang melainkan kelompok yang memenuhkan, karena tujuan konseling kelompok adalah memenuhi kebutuhan dan menyediakan pengalaman nilai bagi setiap anggotanya secara individu yang menjadi bagian kelompok tersebut (Robert, 2011: 282). Prayitno membedakan tujuan konseling kelompok berdasarkan tujuan umum dan khusus. Tujuan umum konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi seseorang. Sementara tujuan khususnya adalah terfokus pada pembahasan masalah pribadi peserta kegiatan konseling (Prayitno, 1995: 2). Shertzer dan Stone sebagaimana dikutip Winkel dan Hastutik menyatakan bahwa tujuan dari konseling kelompok adalah mengembangkan pikiran dan perasaan klien agar mampu memahami