BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari 4 (empat) ruangan, yaitu: Apotik, Poliklinik dan Rawat Inap.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan tanggal 21 Mei - 4 juni tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN DBD DI DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN Ade Rahmatia Podungge

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Klinik Herbal Insani Depok. Bulan Maret Di atas tanah seluas 280 m 2 dengan luas bangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Tempat penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ruangan Bedah Atau G2 mampu menampung klien sampai 35 Klien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. melalui Sekretaris Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Kesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kontrol. Penelitian kasus kontrol merupakan penelitian dengan

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pukesmas Induk yang ada di kota semarang salah satunya yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN. Senam Kegel pada primigravida trimester III, kemudian melakukan pencatatan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit Tipe B milik Pemerintah Kota Gorontalo, sangat strategis dan menguntungkan dalam pengelolaannya. Kedudukan Kota Gorontalo sebagai Ibukota Provinsi Gorontalo dan secara geografis terletak dipusat wilayah Teluk Tomini, memudahkan masyarakat yang berada di luar kota gorontalo maupu di luar daerah untuk datang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe. Untuk itu terus dilakukan pembenahan-pembenahan baik dari segi sarana prasarana, Sumber Daya Manusia serta jenis pelayanan yang diberikan. Selain itu pula berbagai tantangan dan hambatan yang akan dihadapi kedepan nanti, yaitu : pertama, kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan merupakan investasi jangka panjang. Kedua, Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai kewajiban untuk melayani masyarakt miskin (public goods) baik dari Kota Gorontalo maupun dari daerah lain. Ketiga, Rumah Sakit Umum Daerah juga diperhadapkan oleh tuntutan segmen masyarakat yang mampu (privat goods) untuk profesional dalam memberikan pelayanan yang prima. Keempat, Rumah Sakit Umum Daerah harus dapat bersaing hal kualitas Sumber Daya Manusia. Kelima; Rumah Sakit Umum Daerah harus mampu mengembangkan perlatan teknologi di bidang kesehatan dan pengelolaan

manajemen yang modern. Keenam, Rumah Sakit Umum Daerah harus mampu mandiri dalam menghadapi berbagai gejolak ekonomi lokak maupun global dan inflasi input kesehatan yang saat ini secara fluktuasi terus terjadi. Ketujuh, Rumah Sakit Daerah merupakan salah satu organisasi yang padat karya, beraneka ragam profesi, memiliki multi fungsi serta padat modal. Jumlah responden yang diperoleh dari tanggal 21 Mei-4 Juni 2013 penelitian sebanyak 67 responden (anggota keluarga). Dalam hal ini untuk menentukan responden dilihat dari kriteria inklusi, kemudian memberikan lembar persetujuan responden, jika responden bersedia untuk menjadi diteliti dilakukan tehnik wawancara atau membagikan kuesioner pada responden, dan untuk menentukan hipertensi maupun tidak hipertensi di lihat dari hasil pemeriksaan pasien di poliklinik penyakit dalam. Setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data serta menganalisis data yang didapatkan dengan menggunakan SPSS. 4.1.2 Analisis Univariat Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian hipertensi. dalam penelitian ini menggunakan data kategori sehingga penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dengan persentase. adapun variabel yang dianalisa dalam penelitian ini mencakup karakteristik responden (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan responden), pengetahuan dan sikap tentang pencegahan hipertensi, serta kejadian hipertensi pada pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

1. Karakteristik Responden a. Gambaran Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 32 47.8 Perempuan 35 52.2 Total 67 100.0 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 32 responden (47.8%) dan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 responden (52.2%). b. Gambaran Responden Menurut Kelompok Umur Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 21 40 41 61.2 41 60 26 38.8 Total 67 100.0 Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk kelompok Umur responden 21-40

Tahun merupakan responden yang paling banyak yaitu 41 responden (61.2%) dan paling sedikit kelompok umur 40-60 tahun yaitu 26 responden (38.8%). c. Gambaran Responden Menurut Status Keluarga Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Status Keluarga Status Keluarga Frekuensi Persentase (%) Anak 15 22.4 Istri 29 43.3 Suami 14 20.9 Ibu 4 6.0 Ayah 3 4.5 Saudara 2 3.0 Total 67 100.0 Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang paling banyak yaitu Istri sebanyak 29 responden (43.3%), sedangkan responden yang paling sedikit yaitu saudara kandung sebanyak 2 responden (3.0%). d. Gambaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 17 25.4 SMP 13 19.4 SMA 25 37.3 Perguruan Tinggi 12 17.9 Total 67 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu SMA sebanyak 25 responden (37.3%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 12 responden (17.9%). e. Gambaran Responden Menurut Pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) IRT 24 35.8 PNS 9 13.4 Petani 7 10.4 Wiraswasta 14 20.9 Pedagang 2 3.0 POLRI 1 1.5 Mahasiswa 5 7.5 Tidak Ada 5 7.5 Total 67 100.0 Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam, responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak yaitu responden yang bekerja sebagai IRT yakni 24 responden (35.8%), sedangkan yang paling sedikit yakni anggota POLRI sebanyak 1 responden (1.5%).

f. Gambaran Responden Menurut Pengetahuan Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 40 59.7 Cukup 18 26.9 Kurang 9 13.4 Total 67 100.0 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 67 reponden di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe didapatkan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 40 responden (59.7%), responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (26.9%), dan sisanya responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (13.4%). g. Gambaran Responden Menurut Sikap Tabel 4.7 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Sikap di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Sikap Responden Frekuensi Persentase (%) Baik 23 34.3 Cukup 33 49.3 Kurang 11 16.4 Total 67 100.0

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa responden pada anggota keluarga pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei saboe, didapatkan bahwa responden yang mempunyai sikap yang baik terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 23 responden (34.3%), reponden yang mempunyai sikap yang cukup sebanyak 33 responden (49.3%), dan responden yang mempunyai sikap yang kurang sebanyak 11 responden (16.4%). h. Gambaran Responden Menurut Kejadian Hipertensi Tabel 4.8 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan Kejadian Hipertensi Kejadian Hipertensi Frekuensi Persentase (%) Tidak Hipertensi 38 56.7 Hipertensi 29 43.3 Total 67 100.0 Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa responden berdasarkan kejadian hipertensi pada pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe, dari 67 responden didapatkan responden anggota keluarganya yang tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 38 responden (56.7%), sedangkan responden yang anggota keluarganya mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 29 responden (43.3%).

i. Gambaran kejadian hipertensi berdasarkan kelompok umur Tabel 4.9 Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur Kejadian Hipertensi Kelompok Jumlah Hipertensi Tidak Hipertensi Umur (Tahun) n % n % n % 21-40 18 43.9 23 56.1 41 100.0 41-60 11 42.3 15 57.7 26 100.0 Total 29 43.3 38 56.7 67 100.0 Berdasarkan Tabel 4.9, menunjukan bahwa dari 41 responden yang kelompok umur 21-40 tahun terdapat 18 (43.9%) responden yang anggota keluarga hipertensi dan 23 (56.1%) tidak hipertensi. Untuk 25 responden yang kelompok umur 41-60 tahun yaitu 11 responden yang anggota keluarganya terdapat hipertensi (42.3%), dan 15 tidak hipertensi (57.7%). j. Gambaran kejadian hipertensi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.10 Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kejadian Hipertensi Tingkat Jumlah Hipertensi Tidak Hipertensi Pendidikan n % n % n % SD 5 29.4 12 70.6 17 100.0 SMP 5 38.5 8 61.5 13 100.0 SMA 14 56.0 11 44.0 25 100.0 PT 5 41.5 7 58.3 12 100.0 Total 29 43.3 38 56.7 67 100.0 Berdasarkan Tabel 4.10, menunjukan bahwa dari 12 responden yang berpendidikan perguruan tinggi terdapat 5 (41.3%) responden yang anggota

keluarga hipertensi dan 7 (58.3%) tidak hipertensi. Untuk 25 responden yang berpendidikan SMA yaitu 14 responden yang anggota keluarganya terdapat hipertensi (56.0%), dan 11 tidak hipertensi (44.0%). Untuk 13 responden berpendidikan SMP yaitu 5 responden yang anggota keluarganya hipertensi (38.5%) dan tidak hipertensi sebanyak 8 responden (61.5%). sedangkan untuk 17 responden yang berpendidikan SD terdapat 5 responden yang anggota keluarganya hipertensi (29.4%), dan tidak hipertensi 12 responden (70.6%). k. Gambaran Kejadian hipertensi berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.11 Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Kejadian Hipertensi Pekerjaan Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah n % n % n % IRT 7 29.2 17 70.8 24 100.0 PNS 5 55.6 4 44.4 9 100.0 Petani 3 42.9 4 57.1 7 100.0 Wiraswasta 7 50.0 7 50.0 14 100.0 Pedagang 2 100.0 0 0.0 2 100.0 POLRI 0 0.0 1 0.0 1 100.0 Mahasiswa 2 40.0 3 60.0 5 100.0 Tidak Ada 3 60.0 2 40.0 5 100.0 Total 29 43.3 38 56.7 67 100.0 Berdasarkan Tabel 4.11, menunjukan bahwa dari 24 responden yang bekerja sebagai IRT terdapat 7 (29.2%) responden yang angggota keluarga hipertensi dan 17 (70.8%) tidak hipertensi. Untuk 9 responden yang bekerja sebagai PNS yaitu 14

responden yang anggota keluarganya hipertensi (55.6%), dan 4 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (44.4%). Untuk 7 responden bekerja sebagai Petani yaitu 3 responden yang anggota keluarganya hipertensi (42.9%) dan yang anggota keluarganya tidak hipertensi sebanyak 4 responden (57.1%). Untuk 14 responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 7 responden yang anggota keluarganya hipertensi (50.0%) dan responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi sebanyak 7 responden (50.0%). Untuk 2 responden yang bekerja sebagai pedagang terdapat 2 responden yang anggota keluarganya hipertensi (100.%), dan tidak ditemukan responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi. untuk anggota POLRI ditemukan 1 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (100%). untuk 5 responden ditemukan 2 orang mahasiswa yang anggota keluarganya hipertensi (40%), dan 3 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (60%). Sedangkan 5 responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 3 responden yang anggota keluarganya hipertensi (60.0%) dan responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi sebanyak 2 responden (40.0%).

4.1.3 Analisis Bivariat 1. Hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi Tabel 4.12 Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Kejadian Hipertensi Pengetahuan Jumlah Hipertensi Tidak Hipertensi responden n % n % n % Kurang 4 44.4 5 55.6 9 100.0 Cukup 13 72.2 5 10.2 18 100.0 Baik 12 30.0 28 70.0 40 100.0 Total 29 43.3 38 56.7 67 100.0 p Value X 2 0.011 9.020 Berdasarkan tabel 4.12, menunjukan bahwa dari 40 responden yang berpengetahuan baik tentang pencegahan yaitu yang anggota keluarganya tidak hipertensi 28 responden (70.0%), dan yang anggota keluarganya hipertensi sebanyak 12 responden (30.0%). Untuk 18 responden yang berpengetahuan cukup yaitu 5 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (27.8%), dan 13 responden yang anggota keluarganya memiliki hipertensi (72.2%). Sedangkan 9 responden berpengetahuan kurang yaitu 5 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (55.6%) dan responden yang anggota keluarganya menderita hipertensi sebanyak 4 responden (44.4%).

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.12 diatas yang diperoleh nilai Chi Square hitung (9.020) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991). pada penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 0.011 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 0.05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. 2. Hubungan sikap keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi Tabel 4.13 Hubungan Sikap Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi Kejadian Hipertensi Sikap Jumlah Hipertensi Tidak Hipertensi Responden N % n % n % Kurang 8 72.7 3 27.3 11 100.0 Cukup 16 48.5 17 51.5 33 100.0 Baik 5 21.7 18 78.3 23 100.0 Total 29 43.3 38 56.7 67 100.0 p Value X 2 0.014 8.597 Berdasarkan tabel 4.12, menunjukan bahwa 23 responden yang bersikap baik tentang pencegahan terhadap anggota keluarga yang tidak hipertensi 18 responden (78.3%) dibandingkan dengan responden yang anggota keluaranya hipertensi yakni 5 responden (21.7%). Untuk 33 responden yang bersikap cukup tentang pencegahan terhadap anggota keluarga yang tidak hipertensi yakni 17 responden (51.5%) dan yang anggota keluarganya hipertensi yakni 16 responden (48.5%). sedangkan 11 responden yang bersikap kurang tentang pencegahan pada anggota keluarga yang

tidak hipertensi yakni 3 responden (27.3%) dibandingkan dengan responden yang anggota keluarganya hipertensi sebanyak 8 responden (72.7%). Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.13 diatas yang diperoleh nilai Chi Square hitung (8.597) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991). pada penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 0.014 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 0.05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara sikap keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4.2.1 Karakteristik Responden Dari hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 responden (47.8%) dan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 responden (52.2%). Hal ini dikarenakan responden yang datang bersama anggota keluarganya yang sakit di poliklinik lebih banyak suami istri. Menurut Karyadi (2002), menyatakan bahwa dimana kejadian hipertensi biasanya lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan, dikarenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun pada perempuan dewasa mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dari pada laki-

laki hal ini umumnya disebabkan karena perempuan mengalami kehamilan dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Berdasarkan kelompok Umur responden menunjukan bahwa dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang lebih banyak yaitu responden kelompok umur 21-40 yakni 41 responden (61.2%), sedangkan yang terkecil responden yang kelompok umur 41-60 sebanyak 26 responden (38.8%). Menurut Notoatmodjo (2003), umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan pengetahuan, makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Dari segi pendidikan menunjukan bahwa dari 67 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu SMA sebanyak 25 responden (37.3%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 12 responden (17.9%). dengan demikian pendidikan sangat penting bagi masyarakat, karena masyarakat yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan yang baik dan bisa mencegah masalah kesehatan yang di dapatkan. Berdasarkan Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannya.

Sebagian besar responden yang datang di poliklinik penyakit dalam bekerja sebagai IRT yakni 24 responden (35.8%), sedangkan yang paling sedikit yakni anggota POLRI sebanyak 1 responden (1.5%), Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden yang datang di poliklinik penyakit dalam adalah responden yang sudah tidak bekerja lagi, ini dikarenakan sebagian besar responden ini adalah ibu-ibu rumah tangga. 4.2.2 Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi Faktor predisposisi (predisposing faktors) merupakan faktor yang sangat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku pencegahan pada penderita hipertensi. Seseorang dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku pencegahan hipertensi maka secara langsung akan bersikap positif. berkaitan dengan keluarga, Keluarga merupakan unit terkecil yang dapat mempengaruhi kelompok yang lebih besar termasuk masyarakat. Anggota keluarga yang memiliki pengetahuan baik terhadap pencegahan hipertensi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga yang lain. Keluarga memiliki tugas dalam menunjang kesejahteraan dan kesehatan setiap anggota keluarganya masing-masing. Seperti di jelaskan oleh Friedman dikutip oleh Wahit (2006), dalam buku bahwa orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Selain itu, tugas dari keluarga adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi, dimana uji chi square yang dilakukan terhadap pengetahuan responden dengan kejadian hipertensi di dapat hasil analisis data yang di peroleh nilai Chi Square hitung (9.020) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991), maka dalam penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 0.011 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 0.05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan gambaran pengetahuan keseluruhan didapatkan ada 40 responden atau 59.7% yang berpengetahuan baik dari 67 responden. Sedangkan berdasarkan hubungan pengetahuan keluarga dengan kejadian hipertensi untuk 29 responden yang pasien hipertensi sebagian besar berpengetahuan cukup yakni 13 responden. dan 38 responden yang pasien tidak hipertensi sebagian besar berpengetahuan baik yakni 28 responden. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan keluarga maka peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun sebaliknya, ditunjang dengan kesadaran yang baik serta perspesi yang benar juga akan berdampak terhadap upaya pencegahan yang baik pula. Ini terbukti dari hasil wawancara peneliti dengan responden didapatkan pengetahuan responden tentang hipertensi ini hanya pada batas mengetahui saja. Namun belum memiliki kesadaran dalam hal pencegahan terhadap

hipertensi. Hal ini disebabkan sebagian besar hipertensi masih dinggap penyakit yang kurang berbahaya, mereka tidak melihat dampak selanjutnya dari hipertensi tersebut. hal ini terlihat dari sebagian responden yang mengatakan bahwa masakan yang tidak dibumbui dengan garam masakan itu tidak enak, sehingga perlu kesadaran masyarakat terhadap hal-hal yang harus dilakukan pada anggota keluarganya hipertensi. Seperti, mengurangi asupan garam disetiap makanan yang dimasak, mengurangi makanan yang bersantan, serta makanan-makanan dalam kemasan yang dapat menaikan tekanan darah. Selain itu juga responden kurang mengetahui bahwa untuk mengontrol hipertensi harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 1 minggu/bulan sekali, jadi hal ini memerlukan pengawasan dari keluarga tersebut. Tetapi sebagian besar yang peneliti dapatkan ternyata responden mendampingi anggota keluarganya ke poliklinik pada saat timbul tanda dan gejala hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang baik dan sikap yang tepat mendorong keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam hal ini pencegahan pada penderita hipertensi, dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus atau pengetahuan yang bersifat baik, sedang, buruk, positif, negatif yang tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu tindakan atau perilaku. Terlihat juga dari segi pendidikan bahwa sebagian besar yaitu 14 responden mempunyai anggota keluarga hipertensi dari 25 responden yang berpendidikan SMA, hal ini berbanding terbalik dengan responden yang berpendidikan SD dimana ada 12

responden yang keluarganya tidak hipertensi dari 17 responden, karena banyak juga responden yang berpendidikan SD mempunyai pengetahuan yang baik. sehingga tidak selamanya pendidikan keluarga yang tinggi bisa meminimalkan kejadian hipertensi, begitupun sebaliknya pada keluarga yang berpendidikan rendah. Hal ini juga di sebabkan karena ditinjau dari segi pekerjaan bahwa yang berpendidikan SD sebagian besar bekerja sebagai IRT, sehingga informasi-informasi yang didapat dari tetangga, masyarakst, dan petugas kesehatan tentang hipertensi lebih banyak diketahui dibandingkan dengan orang yang berpedndidikan SMA yang sebagian besar terlalu banyak mengurusi pekerjaannya, sehingga informasi yang didapat tetang hipertensi lebih sedikit atau bahkan tidak ada karena kesibukannya untuk bekerja. Terbatasnya pengetahuan tetang pencegahan hipertensi berpengaruh langsung pada perilaku sehari-hari yang bisa mengakibatkan tidak terkontrolnya tekanan darah dan dapat menyebabkan hipertensi kembali. Menghadapi hal tersebut maka perlu dipikirkan upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga maupun penderita hipertensi. misalnya petugas kesehatan memberi penjelasan yang mendetail tentang hal-hal yang berhubungan dengan hipertensi. Hal ini sinkron dengan pendapat yang dikemukakan oleh Watson (2003), bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan maupun dalam pencegahan bagian terpenting dalam memperbaiki kesehatan tersebut yang mencakup pengetahuan mengenai perawatannya maupun pencegahannya. Peran serta keluarga serta tanda-

tanda yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan keluarga dapat bermotivasi untuk menjaga dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan kejadian hipertensi. Semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin baik perawatan yang diberikan kepada pasien hipertensi, demikian pula sebaliknya. 4.2.3 Sikap Keluarga Tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata. sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup (sunaryo, 2004). dengan demikian sikap salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai kesehatan individu serta dapat menentukan cara pencegahan yang tepat untuk penderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Chi Square hitung (8.597) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991), maka diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 0.014 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 0.05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara sikap tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. Dengan demikian untuk meningkatkan kekuatan dalam melakukan pencegahan pada penderita hipertensi salah satunya dengan adanya keterlibatan, dimana keluarga dapat melakukan pencegahan dengan

tujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien hipertensi sehari-harinya dan tercipta status kesehatan yang optimal. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berpendapat bahwa dari 29 responden yang anggotanya hipertensi ada sebagian besar mempunyai sikap yang cukup dan kurang. Hal ini dikarenakan sikap dari keluarga yang kurang memperhatikan anggota keluarga yang hipertensi. Hal itu dibuktikan dari pekerjaan responden yaitu lebih banyak di luar rumah dibandingkan didalam rumah, itu terlihat dari tingginya pekerjaan PNS maupun wiraswasta, sehingga pasien hipertensi jarang mendapat perhatian lebih dari keluarga tersebut. Begitu juga pada pola makan pasien hipertensi, keluarga kurang memperhatikan dan membiarkan pasien hipertensi mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung kolesterol atau berlemak, garam serta makanan-makanan yang berkemasan, sehingga pola makan dari pasien tersebut tidak sehat dan menyebabkan terjadinya hipertensi. Dengan demikian, Sikap keluarga yang perduli sangat diperlukan untuk menghadapi yang membutuhkan perhatian. dalam dukungan emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga yang sakit. Dengan perhatian yang lebih maka penderita hipertensi merasa tidak sendiri dalam menghadapi penyakit, karena penyakit hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan perawatannya pun seumur hidup. Dengan demikian diperlukan pencegahan secara maksimal, salah satunya yang sangat berpengaruh yaitu kebiasaan pola makan dimana semakin tidak sehat pola makan seseorang maka peluang untuk terjadinya kejadian hipertensi semakin tinggi.

Hal ini juga sesuai dengan teori sunaryo(2004), mengungkapkan bahwa sikap yang dimiliki baik keluarga maupun penderita sendiri atau perilaku tersebut akan memberikan dampak pada kesehatan penderita itu sendiri. pengalaman pribadi menjadi dasar pembentukan dari sikap seseorang yang akan membawa pengaru terhadap kesehatan.