BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang yang beralamat di Jl. Kedungmundu Raya No. 34 Semarang pada tanggal 21 September Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 57 siswa yang terdiri dari kelas X sebanyak 21 siswa, kelas XI sebanyak 18 siswa dan kelas XII sebanyak 18 siswa. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyajikan hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15 Semarang. 2. Karakteristik Responden a. Umur Karakteristik responden berdasarkan umur dalam penelitian ini berkisar antara tahun dengan rata-rata umur responden 16 ± dengan umur terendah responden yaitu 14 tahun dan umur tertinggi responden yaitu 17 tahun. b. Jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini yaitu responden berjenis kelamin laki-laki 23 orang (40,4%) dan berjenis kelamin perempuan 34 (59,6%). Jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

2 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-Laki Perempuan 34 59,6 Total c. Strata pendidikan Jumlah responden terbanyak dari kelas X sejumlah 21 responden (36,8%) sedangkan untuk jumlah responden dari kelas XI berjumlah 18 responden (31,6%) dan kelas XII berjumlah 18 responden (31,6%). Strata pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Strata Pendidikan di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Kelas X 21 36,8 Kelas XI 18 31,6 Kelas XII 18 31,6 Total d. Tekanan darah Tekanan darah sistolik dalam penelitian ini berkisar antara mmhg dengan rata-rata tekanan sistolik ± dengan tekanan sistolik terendah adalah 100 mmhg dan tekanan sistolik tertinggi adalah 120 mmhg. Tekanan darah diastolik dalam penelitian ini berkisar antara mmhg dengan rata-rata tekanan diastolik ± dengan tekanan diastolik terendah adalah 60 mmhg dan tekanan diastolik tertinggi adalah 90 mmhg.

3 3. Pengetahuan Remaja Tentang Hipertensi Pengetahuan remaja tentang hipertensi dapat dilihat dari aspek defenisi, penyebab, faktor penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan dan pencegahan hipertensi. Adapun distribusi frekuensi jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. a. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pengertian hipertensi Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel pengetahuan Aspek Pengertian Hipertensi No. Aspek Pengertian Benar Salah 1 Tekanan darah disebut normal jika tekanan darah 120/80 mmhg Tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi Tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa 31 responden (54.4%) menjawab benar tentang tekanan darah disebut normal jika tekanan darah 120/80 mmhg dan 32 responden (56.1%) menjawab benar tentang tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang defenisi hipertensi termasuk kategori baik. b. Pengetahuan responden berdasarkan aspek penyebab Tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa sebanyak 30 responden (52.6%) menjawab benar tentang penyebab tekanan darah tinggi adalah kecuali menghindari stres dan sebanyak 30 responden (52.6%) menjawab salah tentang salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah gaya hidup seseorang seperti mengkonsumsi makanan siap saji.

4 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel pengetahuan Aspek Penyebab Hipertensi No. Aspek Penyebab Benar Salah 1. Penyebab tekanan darah tinggi adalah kecuali menghindari stres Salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah gaya hidup seseorang seperti mengkonsumsi makanan siap saji c. Pengetahuan responden berdasarkan aspek faktor penyebab hipertensi Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Faktor Penyebab Hipertensi No. Aspek Faktor Penyebab Hipertensi Benar Salah 1. Faktor penyebab tekanan darah tinggi yang bisa dirubah adalah kecuali faktor keturunan (riwayat hipertensi) Faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dirubah adalah umur dan jenis kelamin 3. Faktor penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diubah adalah obesitas dan stres 4. Salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah obesitas atau kegemukan. Cara untuk mencegah obesitas/ kegemukan adalah kecuali mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak Tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa sebanyak 35 responden (61.4%) menjawab salah tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi yang bisa dirubah adalah kecuali faktor keturunan (riwayat hipertensi), 29 responden (50.9%) menjawab benar tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi

5 yang tidak dapat diubah adalah umur dan jenis kelamin, 29 responden (50.9%) menjawab salah tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diubah adalah obesitas dan stress dan 34 responden (59.6%) responden menjawab salah tentang salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah obesitas/kegemukan. Cara untuk mencegah obesitas adalah kecuali mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. d. Pengetahuan responden berdasarkan aspek tanda dan gejala hipertensi Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Tanda dan Gejala Hipertensi Aspek Tanda dan Gejala Tanda dan gejala tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, perdarahan hidung, mual dan muntah Benar Salah Tabel 4.6 diperoleh hasil bahwa sebanyak 37 responden (64.9%) menjawab salah tentang tanda dan gejala tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, perdarahan hidung, mual dan muntah. e. Pengetahuan responden berdasarkan aspek komplikasi hipertensi Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Komplikasi Hipertensi No. Aspek komplikasi Benar Salah 1. Tekanan darah tinggi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya adalah gagal ginjal Tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa sebanyak 26 responden (45.6%) menjawab benar tentang tekanan darah tinggi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke dan 39 responden (68.4%) menjawab salah

6 tentang tekanan darah tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya adalah gagal ginjal. f. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pengobatan hipertensi Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Lansia pada Variabel Pengetahuan Aspek Pengobatan Hipertensi No. Aspek Pengobatan Benar Salah 1. Penanganan yang dianjurkan bagi penderita obesitas atau kegemukan adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat kecuali menghindari aktivitas fisik/olahraga Cara untuk mengurangi asupan garam adalah kecuali menambah garam jika makanan kurang asin 3. Penanganan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah tinggi Tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa sebanyak 31 responden (54.4%) menjawab salah tentang penanganan yang dianjurkan bagi penderita obesitas atau kegemukan adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat kecuali menghindari aktivitas fisik/olahraga, 33 responden (54.4%) menjawab salah tentang cara untuk mengurangi asupan garam adalah kecuali dengan menambahkan garam jika makanan kurang asin, dan 34 responden (59.6%) menjawab benar tentang penanganan tekanan darah tinggi dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah tinggi. g. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pencegahan hipertensi Tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa sebanyak 29 responden (50.9%) menjawab benar tentang pencegahan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan diet rendah garam dan 30 responden (52.6%) menjawab salah

7 tentang batasan dalam konsumsi natrium/garam yang dianjurkan dalam sehari yaitu sekitar 1 sendok teh. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Pencegahan Hipertensi No. Aspek Pencegahan Benar Salah 1. Pencegahan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan diet. Diet yang dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi adalah diet rendah garam Batasan dalam konsumsi natrium/garam yang dianjurkan dalam sehari yaitu sekitar 1 sendok teh Pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang, yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 dibawah ini. Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hipertensi pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n=57) Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik Cukup Kurang Total Tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa responden yang menjawab baik sebanyak 31 responden (54,4%), responden yang menjawab cukup sebanyak 17 responden (29,8%) dan responden yang menjawab kurang sebanyak 9 responden (15.8%).

8 4. Sikap Remaja Tentang Pencegahan Hipertensi Sikap remaja tentang pencegahan hipertensi dapat dilihat pada aspek menerma (receiving), aspek menanggapi (responding), aspek menghargai (valuing), dan aspek bertanggung jawab (responsible). Adapun distribusi jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. a. Sikap responden berdasarkan aspek menerima (receiving) Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Menerima (receiving) No. Aspek Menerima (Receiving) Setuju Tidak Setuju 1. Merokok tidak akan menyebabkan tekanan darah tinggi Perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi obesitas/ kegemukan 3. Perlu membaca informasi tentang pencegahan tekanan darah tinggi agar dapat terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi Harus relaksasi setiap kali stres Tabel 4.11 diperoleh hasil bahwa aspek menerima untuk jawaban setuju lebih tinggi. Sebanyak 29 responden (50.9%) setuju bahwa merokok menyebabkan tekanan darah tinggi, 35 responden (61.4%) setuju untuk perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi obesitas/kegemukan, 33 responden (57.9%) setuju untuk perlu membaca informasi tentang pencegahan hipertensi, 32 responden (56.1%) setuju untuk harus relaksasi setiap kali stres.

9 b. Sikap responden berdasarkan aspek menanggapi (responding) Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Menanggapi (Responding) No. Aspek Menanggapi Setuju Tidak Setuju (Responding) 1. Tekanan darah 140/90 mmhg disebut sebagai tekanan darah tinggi Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga sangat mendukung terjadinya tekanan darah tinggi 3. Tidak harus menghindari makanan berlemak untuk mencegah peningkatan kolesterol 4. Melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah 5. Menghentikan kebiasaan merokok untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi Tabel 4.12 diperoleh hasil bahwa 29 responden (50.9%) setuju bila tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi. 30 responden (52.6%) tidak setuju bila riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga sangat mendukung terjadinya tekanan darah tinggi. 29 responden (50.9%) tidak setuju bila tidak harus menghindari makanan berlemak untuk mencegah peningkatan kolesterol. 37 responden (64.9%) setuju untuk melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah. 32 responden (56.1%) setuju harus menghentikan kebiasaan merokok untuk mencegah risiko tekanan daraqh tinggi. c. Sikap responden berdasarkan aspek bertanggung jawab (responsible) Tabel 4.13 diperoleh hasil bahwa yang menjawab setuju lebih tinggi dari pada yang tidak setuju. 32 responden (56.1%) menjawab setuju kalau tekanan darah tinggi tidak akan menyebabkan gangguan pada mata, ginjal,

10 jantung dan otak. 29 responden (50.9%) setuju kalau tidak harus menghindari minuman beralkohol untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi. 31 responden (54.4%) setuju untuk perlu meningkatkan aktivitas fisik antara menit sebanyak >3x/minggu. 28 responden (49.1%) setuju kalau diet rendah garam dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah. 35 responden (61.4%) setuju untuk perlu menghindari makanan siap saji/instan agar dapat terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Bertanggung Jawab (Responsible) No. Aspek Bertanggung Jawab (Responsible) 1. Tekanan darah tinggi tidak akan menyebabkan gangguan pada mata, ginjal, jantung dan otak 2. Tidak harus menghindari minuman beralkohol untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi Setuju n % Tidak setuju n % Meningkatkan aktivitas fisik antara menit sebanyak >3x/minggu Diet rendah garam dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah Menghindari makanan siap saji/ instan agar saya terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi d. Sikap responden berdasarkan aspek menghargai (valuing) Tabel 4.14 diperoleh hasil bahwa 33 responden (57.9%) setuju bahwa informasi tentang pencegahan tekanan darah sangat penting. 36 responden (63.2%) tidak setuju kalau olahraga dapat membakar lemak di dalam tubuh.

11 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Menghargai (Valuing) No. Aspek Menghargai (Valuing) Setuju Tidak Setuju 1. Informasi tentang pencegahan tekanan darah tinggi sangat penting Olahraga tidak dapat membakar lemak di dalam tubuh Sikap responden dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu mendukung dan tidak mendukung, yang dapat dilihat pada Tabel 4.15 dibawah ini. Tabel 4.15 Distribusi Sikap Responden Tentang Pencegahan Hipertensi pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (N=57) Kategori Sikap Frekuensi (n) Persentase (%) Mendukung Tidak Mendukung Total Tabel 4.15 diperoleh hasil bahwa responden yang mendukung sebanyak 30 responden (53%) dan tidak mendukung sebanyak 27 responden (47%). 5. Praktik Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi Praktik remaja dalam pencegahan hipertensi dapat dilihat pada aspek tindakan terpimpin, aspek tindakan secara mekanisme, dan aspek adopsi. Adapun distribusi jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. a. Praktik responden berdasarkan aspek tindakan terpimpin Tabel 4.16 diperoleh hasil bahwa sebanyak 35 responden (61.4%) menjawab ya untuk berolahraga untuk menjaga berat badan agar tidak obesitas/gemuk, 31 responden (54.4%) menjawab tidak untuk kurangi konsumsi garam dalam makanan, 29 responden (50.9%) menjawab tidak

12 untuk menjaga tekanan darah dengan merokok, dan 38 responden (66.7%) menjawab tidak untuk perbanyak konsumsi kopi karena dapat menurunkan tekanan darah. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Tindakan Terpimpin No. Aspek Tindakan Terpimpin Ya Tidak 1. Olahraga untuk menjaga berat badan agar tidak obesitas/gemuk Kurangi konsumsi garam dalam makanan Menjaga tekanan darah dengan merokok Perbanyak konsumsi caffein/kopi karena dapat menurunkan tekanan darah b. Praktik responden berdasarkan aspek tindakan secara mekanisme Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Tindakan Secara Mekanisme No. Aspek Tindakan Secara Mekanisme Ya n % 1. Kurangi konsunsi makanan siap saji/instan karena dapat meningkatkan kolesterol Tidak n % Melakukan kontrol kesehatan untuk menjaga tekanan darah 3. Mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan karena baik untuk kesehatan 4. Setiap berbelanja, memilih produk dengan natrium/kadar garam rendah Tabel 4.17 diperoleh hasil bahwa sebanyak 32 responden (56.1%) menjawab tidak untuk mengurangi konsumsi makanan siap saji/instan

13 karena dapat meningkatkan kolesterol, 32 responden (56.1%) menjawab ya untuk melakukan kontrol kesehatan untuk menjaga tekanan darah, 35 responden (61.4%) menjawab tidak untuk mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan karena baik untuk kesehatan, 29 responden (50.9%) menjawab ya untuk setiap berbelanja memilih produk dengan kadar garam rendah. c. Praktik responden berdasarkan aspek adopsi Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Adopsi No. Aspek Adopsi Ya Tidak 1. Mengatur pola makan agar berat badan tetap ideal Melakukan relaksasi setiap kali stres Mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak karena tidak dapat menyebabkan obesitas/kegemukan 4. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran karena banyak mengandung serat dan mineral Menghindari stres dengan tidak marah Olahraga setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan tubuh 7. Makan secukupnya dan tidak berlebihan untuk menjaga berat badan tetap ideal Tabel 4.18 diperoleh hasil bahwa yang menjawab ya lebih tinggi yaitu sebanyak 39 responden (68.4%) mengatur pola makan agar berat badan tetap ideal, 27 responden (47.4%) melakukan relaksasi setiap kali stres, 29 responden (50.9%) mengkonsumsi makanan yang mengandung

14 lemak karena tidak dapat menyebabkan obesitas/kegemukan, 30 responden (52.6%) memperbanyak konsumsi buah dan sayur karena banyak mengandung serat dan mineral, 39 responden (68.4%) menghindari stres dengan tidak marah, 40 responden (70.2%) berolahraga setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan tubuh, 37 responden (64.9%) makan secukupnya dan tidak berlebihan untuk menjaga berat badan tetap ideal. Praktik responden dikategorikan menjadi dua kategorik yaitu baik dan buruk, yang dapat dilihat pada Tabel 4.19 dibawah ini. Tabel 4.19 Distribusi Praktik Responden Tentang Pencegahan Hipertensi pada remajadi SMAN 15 Semarang September 2013 (n=57) Kategorik Praktik Frekuensi (n) Persentase (%) Baik Buruk Total Tabel 4.19 diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki praktik baik sebanyak 38 responden (67%) dan responden yang memiliki praktik buruk sebanyak 19 responden (33%). 6. Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Gambar 4.1 menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin baik pengetahuan tentang hipertensi, diikuti semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi. Hal ini juga didukung dengan uji statistik nonparametrik rank spearman didapatkan nilai p artinya hubungan antara pengetahuan terhadap praktik pencegahan hipertensi dengan tingkat korelasi yang sedang (r = 0.528).

15 Gambar 4.1 Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) 7. Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Gambar 4.2 menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin mendukung sikap remaja dalam pencegahan hipertensi, diikuti semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik nonparametrik rank spearman didapatkan nilai p artinya ada hubungan antara sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi dengan tingkat korelasi sedang (r = 0.562).

16 Gambar 4.2 Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) B. Pembahasan 1. Pengetahuan Remaja Tentang Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah pengetahuan adalah 16 dan yang tertinggi adalah 31 dengan rata-rata ± berdasarkan hasil kategori pengetahuan remaja tentang hipertensi, remaja yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 31 responden (54.4%), pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (29.8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (15.8%), sehingga dapat disimpulkan jumlah remaja yang memiliki pengetahuan baik lebih besar dari pada remaja yang memiliki pengetahuan cukup dan kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2006) tentang hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia, yang diperoleh hasil jumlah lansia yang berpengetahuan baik sebesar 63.9%. Pengetahuan akan mendasari

17 kepercayaan tentang suatu objek dan akan membentuk suatu kebiasaan, hal inilah yang kemudian akan memunculkan kemauan yang dimunculkan dalam sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan tentang pencegahan hipertensi yang baik pada remaja terbanyak pada aspek defenisi tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi sebanyak 32 responden (56.1%), aspek penyebab tekanan darah tinggi adalah kecuali menghindari stres sebanyak 30 responden (52.6%), aspek pengobatan hipertensi yaitu penanganan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah tinggi sebanyak 34 responden (59.6%). Ada remaja yang mempunyai pengetahuan cukup dan kurang disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh remaja tentang hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah menerima hal-hal baru yang pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya jika tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan siswa yang pengetahuannya baik pada kelas XII sebanyak 11 siswa (61.1%), kelas XI sebanyak 12 siswa (66.7%) dan kelas X sebanyak 8 siswa (38.1%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

18 seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). 2. Sikap Remaja Tentang Pencegahan Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah sikap adalah 16 dan yang tertinggi adalah 32 dengan rata-rata ± Berdasarkan hasil kategori sikap remaja terhadap pencegahan hipertensi, remaja yang mendukung terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 30 responden (53%) dan remaja yang tidak mendukung terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 27 responden (47%), sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah remaja yang memiliki sikap mendukung lebih tinggi dari pada remaja yang memiliki sikap yang tidak mendukung. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi yang mengatakan bahwa jumlah responden yang memiliki sikap tidak mendukung lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki sikap mendukung. Sikap terhadap pencegahan hipertensi yang mendukung pada remaja terbanyak pada aspek menerima (receiving) sebanyak 35 responden (61.4%) perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi obesitas/kegemukan. Aspek menanggapi (responding) sebanyak 37 responden (64.9%) perlu melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah. Aspek menghargai (valuing) sebanyak 33 responden (57.9%) merasa informasi tentang pencegahan tekanan darah sangat penting. Aspek bertanggung jawab (responsible) 35 responden (61.4%) perlu menghindari makanan siap saji/instan agar terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap positif seseorang terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam

19 tindakan nyata. Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk berperilaku yang semua itu adalah komponen dari sikap. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menifestasi sikap tidak dapat secara langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap juga merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). 3. Praktik Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah praktik adalah 15 dan yang tertinggi adalah 30 dengan rata-rata ± Berdasarkan hasil kategori praktik pencegahan hipertensi, remaja yang mempunyai praktik baik terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 38 responden (67%) dan remaja yang mempunyai praktik buruk terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 19 responden (33%), sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah remaja yang memiliki praktik baik lebih tinggi dari pada remaja yang memiliki praktik buruk terhadap pencegahan hipertensi. Praktik terhadap pencegahan hipertensi yang baik pada remaja terbanyak pada aspek tindakan terpimpin sebanyak 35 responden (61.4%) berolahraga untuk menjaga berat badan agar tidak obesitas. Aspek tindakan secara mekanisme sebanyak 32 responden (56.1%) melakukan kontrol kesehatan untuk menjaga tekanan darah. Aspek adopsi sebanyak 40 responden (70.2%) berolahraga setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2006) tentang hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan

20 hipertensi pada lansia diperoleh hasil sebanyak 75% lansia mempunyai tindakan yang baik terhadap pencegahan hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2007) terbentuknya perilaku dimulai pada domain kognitif (pengetahuan). Jika pengetahuan remaja tentang hipertensi baik maka secara otomatis praktik yang dilakukan untuk mencegah hipertensi itu akan baik pula dan begitupun sebaliknya jika pengetahuan tentang hipertensi kurang maka praktik yang dilakukan akan kurang maksimal. Praktik remaja dalam pencegahan hipertensi ini sesuai dengan pendapat Becker (dalam Notoatmodjo, 2003) yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Termasuk didalamnya adalah untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya. 4. Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Analisis hasil penelitian antara pengetahuan remaja dengan praktik pencegahan hipertensi menunjukan bahwa nilai koefesien korelasi spearman rho = 0, 814 dan p value = < 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Grafik hubungan pengetahuan remaja terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja menggambarkan garis linear positif yang berarti semakin baik pengetahuan semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku dan sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku salah satunya adalah pengetahuan. Jika

21 seseorang mempunyai pengetahuan yang baik tentang hipertensi maka dia akan dapat mempraktikkan apa yang diketahui atau dinilai baik tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrian (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke. 5. Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Analisis hasil penelitian hubungan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja menunjukan bahwa nilai koefesien korelasi spearman rho dan hasil p value < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Grafik hubungan sikap dengan praktik pencegahan hipertensi menggambarkan garis linear positif yang menandakan bahwa semakin baik sikap remaja semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2011) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Hasil yang didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Sikap menunjukan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang merupakan reaksi yang emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan antara sikap remaja dengan praktik pencegahan hipertensi, hal ini menunjukan bahwa responden memiliki sikap mendukung yang dipengaruhi oleh pengetahuan, dimana sikap dapat ditunjukan oleh seseorang tentang adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosionel terhadap stimulus sosial.

22 C. Implikasi Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan lebih memahami tentang pentingnya pencegahan hipertensi sejak dini serta diharapkan lebih aktif dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya hipertensi tidak hanya dikalangan usia dewasa maupun lansia tetapi juga remaja. Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Oleh karena itu, diharapkan tenaga kesehatan terutama perawat lebih aktif dalam melakukan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya remaja dalam melakukan pencegahan hipertensi. Perawat diharapkan khususnya perawat yang ada di komunitas bisa mengaplikasikan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan hasil penelitian dengan meningkatkan pengetahuan remaja. Pada sikap perlu diperbaiki pandangan remaja dalam pencegahan hipertensi bahwa dengan pencegahan hipertensi maka dapat mencegah terjadinya komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan lain-lain. Dalam hal ini perawat berperan penting dalam usaha promosi kesehatan baik di lingkungan masyarakat maupun disekolah-sekolah untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang pentingnya melakukan pencegahan hipertensi sejak dini. D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Peneliti tidak secara langsung melakukan observasi dan wawancara mendalam untuk menggali informasi lebih dalam mengenai praktik remaja dalam pencegahan hipertensi. Peneliti mengukur praktik pencegahan hipertensi berdasarkan kuesioner tertutup. 2. Penelitian ini hanya dilaksanakan di 1 SMA saja yaitu SMAN 15 Semarang, sehingga tidak dapat mewakili seluruh remaja yang ada di semarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 50 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan diastoliknya di atas 90 mmhg. Sementara itu diastolik

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg (Ardiansyah, 2012). Pada umunya penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 Oleh : GYZKA ARTE TIFA No. BP. 1511226019 Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Hipertensi Sub pokok ahasan : Perawatan dan pecegahan Hipertensi Sasaran : Pasien dan keluarga ranap Pepaya Hari /Tanggal : Senin / 09-03-2015 Waktu : 15.00-15.30

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal awam sebagai penyakit darah tinggi yang terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Keluhan juga tidak dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent killer merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi karena merupakan pembunuh tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki 5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Dulalowo adalah puskesmas yang berada di Kecamatan Kota Tengah dengan luas wilayah kerja 307,125 km2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas (Ba ttegay et al., 2005). Jika dibiarkan, hipertensi menyebabkan komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya hidup sehat menggambarkan

Lebih terperinci

.

. . . . . KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN UPAYA MENCEGAH STROKE PADA PENDERITA DI RUMAH SAKIT Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan osteoporosis. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkerja dan memiliki waktu yang sangat sedikit untuk melakukan pola hidup sehat,

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT OLEH: SABRINA ADELINA ENGELINE NIM: 2014.33.075 Saya

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. bermaksud mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG GAGAL GINJAL KRONIK

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. bermaksud mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG GAGAL GINJAL KRONIK 67 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Dengan hormat, Dengan ini saya, Dian Wahyu Puspitawati mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

WIJI LESTARI J

WIJI LESTARI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN MANAJEMEN STRES DI POSYANDU LANSIA AISIYAH TIPES SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hipertensi dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer karena pada umumnya terjadi tanpa gejala, sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB 3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

BAB 3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep BAB 3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 3.1. Kerangka Teori Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka teori dalam penelitian Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

Suryati, A..2005, Faktor Resiko Hipertensi, Jurnal keperawatan, Universitas Muhammadiah Jakarta, Edisi Maret 2008

Suryati, A..2005, Faktor Resiko Hipertensi, Jurnal keperawatan, Universitas Muhammadiah Jakarta, Edisi Maret 2008 Suryati, A..2005, Faktor Resiko Hipertensi, Jurnal keperawatan, Universitas Muhammadiah Jakarta, Edisi Maret 2008 Wahid, I, dkk, 2007. Promosi Kesehatan, Graha Ilmu Yogyakarta, 2007 Zamhir, S, 2004. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp.03.10.016 AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM XI/UDAYANA 2013 SAP (Satuan Acara Penyuluhan) 1. Tema : Hipertensi 2. Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah arterial yang abnormal. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan sekunder (Lewis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum 74 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dalam penelitian faktorfaktor risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum semarang didapati distribusi

Lebih terperinci