BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian kuesioner, pill count dan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 8 Februari 07 di Puskesmas Teladan Kota Medan. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Kota Medan. 3.3.Sampel penelitian Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 0). Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah : a. Pasien yang mengidap penyakit tuberkulosis paru dan sedang melakukan pengobatan di Puskesmas Teladan Kota Medan. 9

2 b. Pasien yang sedang menjalani pengobatan tuberkulosis paru lebih dari minggu. Kriteria eksklusi adalah : a. Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik. b. Pasien yang sudah selesai menjalani pengobatan. c. Pasientidak bersedia bekerjasama dalam penelitian. 3.4 Instrumen Penelitian 3.4. Sumber Data Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh pasien dan pill count dengan cara menghitung sisa jumlah obat pasien Teknik Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara menghitung sisa jumlah obat yang dibawa pasien dan membagikan kuesioner kepada pasien yang berobat di Puskesmas TeladanKota Medan. Kuesioner terdiri dari bagian yaitu: a. Data demografi pasien berupa biodata pasien yang terdiri dari 4 poin, yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan. b. Pengetahuan pasien terdiri dari 5 poin pertanyaan yang meliputi pengetahuan umum mengenai tuberkulosis paru, yakni pengertian, penyebab, gejala, penularan, dan pencegahan. 0

3 Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada di tempat penelitian dengan menggunakan rekam medis pasien. 3.5 Kuesioner Pengetahuan Kuesioner ini menggunakan instrumen penelitian oleh Arifandi (06). Penilaian tingkat pengetahuan dilakukan dengan cara sebelum menentukan kategori baik dan tidak baik terlebih dahulu menentukan kriteria tolak ukur yang dijadikan penentuan skor pada setiap jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi nilai dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0. Kuesioner pengetahuan dapat dilihat pada lampiran 0. Peneliti menggunakan nilai mean sebagai cut off point dalam menentukan hasil ukur yang artinya jika nilai pasien lebih rendah dari nilai mean maka dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan tidak baik, dan jika nilai pasien lebih dari nilai mean maka dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan baik. 3.6 Pill Count Metode pill count ini dilakukan dengan cara menghitung sisa obat yang didapatkan pasien selama terapi dalam jangka waktu tertentu. Menghitung jumlah sisa tablet secara langsung dengan menggunakan rumus : Jumlah obat Sisa obat Kepatuhan = X 00 % Jumlah obat

4 3.7 Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian. Data dianalisa menggunakan program SPSS. Awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah chi-square (p<0.05) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik pasien terhadap tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan serta uji spearman (p<0.05) untuk mengetahui adakah hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat, dengan kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel berkisar antara 0,00 sampai ±,00, adapun kriteria penafsirannya adalah: a. 0,00 sampai 0,0, artinya hampir tidak ada korelasi. b. 0, sampai 0,40, artinya korelasi rendah. c. 0,4 sampai 0,60, artinya korelasi sedang. d. 0,6 sampai 0,8, artinya korelasi tinggi. e. 0,8 sampai,00, artinya korelasi sempurna (Raharjo, 05). 3.8 Prosedur Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan prosedurseperti berikut : a. Menyiapkan kuesioner penelitian yang akan diisi oleh responden. b. Meminta surat permohonan izin Dekan Fakultas Farmasi USU kepada Dinas Kesehatan Medan untuk melakukan penelitian dengan responden di Puskesmas Teladan Kota Medan.

5 c. Meminta surat izin Dinas Kesehatan Medan untuk melakukan penelitian dengan responden dipuskesmas Teladan KotaMedan. d. Menghubungi Kepala Puskesmas tersebut untuk mendapatkan izin melakukan penelitian. e. Membagikan kuesioner penelitian kepada responden dan menghitung sisa jumlah obat yang dibawa pasien. f. Mengumpulkan data penelitian. g. Mengolah data penelitian. 3.9 Definisi Operasional Tabel 3. Definisi operasional yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Definisi Operasional dari Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Parameter Jenis kelamin Jenis kelamin dari subjek Observasi Lembar kuesioner a. Laki-laki b. Perempuan Umur Total lama Observasi Lembar a. 6-5 hidup subjek kuesioner b c d e f Pendidikan terakhir Jenis pekerjaan Jenjang pendidikan dari subjek Aktifitas mata pencaharian subjek Observasi Observasi Lembar kuesioner Lembar kuesioner a. SD b. SLTP c. SLTA d. PT/Akademi a. Pelajar b. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga d. dll 3

6 Tabel 3. (Lanjutan) Variabel Tingkat pengetahuan Tingkat kepatuhan Definisi operasional Penilaian pengetahuan pasien tentang tuberkulosis Penilaian perilaku dalam mengkonsumsi obat Cara ukur Observasi Observasi Alat ukur Lembar kuesioner Hitung jumlah sisa obat pasien Parameter a. baik b. tidak baik a. Patuh 00% b. Tidak patuh <00% 4

7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara karakteristik dari pasien (jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan) dengan tingkat pengetahuan dan kepatuhan, serta melihat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien. 4. Data Demografi pengetahuan. Data demografi pasien terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Karakteristik Pasien Demografi pasien Jumlah pasien Persentase (%) Jenis kelamin c. Laki-laki d. Perempuan 6 68,4 3,6 Total Umur g. 6-5 h i j k l ,5, 7,9 7,9 3, 0,5 Total Pendidikan e. Tidak Sekolah f. SD g. SLTP h. SLTA i. PT/Akademi ,6 0,5 3, 5,6, Total Pekerjaan e. Pelajar f. Wiraswasta g. Ibu rumah tangga h. Dll ,5 36,8 6,3 6,3 Total

8 Tabel 4. (Lanjutan) Demografi Pasien Jumlah Pasien Persentase (%) Penggunaan obat : a. RHZE b. RH ,6 86,84 Total Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan frekuensi pasien tuberkulosis paru berdasarkan jenis kelamin adalah lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebanyak 6 orang atau (68,4%) dibandingkan dengan jumlah penderita tuberkulosis paru pada perempuan sebanyak atau (3,6%). Hal ini dikarenakan sebagian besar laki-laki merokok pada setiap harinya, sehingga laki-laki banyak menderita penyakit tuberkulosis paru.merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru sehingga relatif akan mudah terkena tuberkulosis paru (Depkes RI,0). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh berbagai macam umur dari respondenmaka dikelompokkan menjadi enam kelompok, dan kelompok umur yang paling tinggi menderita tuberkulosis paru adalah kelompok umur 6-5 tahun sebanyak 5 orang(39,5%).hal ini dapat disebabkan karena pada kelompok umur tersebut lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah untuk melaksanakan aktivitas sehinggadengan kondisi lingkungan yang kurang baik maka dapat menjadi faktor pendukung untuk seseorang terpapar penyakit tuberkulosis (DepkesRI, 0). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa rata-rata pasien dengan tingkat pendidikan yang paling tinggi di Puskesmas Teladan Medan adalah SLTA sebanyak 0 orang dan terendah adalah tidak 6

9 sekolah sebanyak orang. Berdasarkan pekerjaan maka diperoleh kesimpulan bahwa bila dilihat dari karakteristik responden maka, penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Medan paling banyak diderita olehwiraswasta yaitu sebanyak 4 orang (36,8%). Berdasarkan obat yang digunakan, maka obat yang paling banyak digunakan yaitu RH (Rifampisin, Isoniazid) sebanyak 33 orang (86,84%) yang merupakan tahap lanjutan dari pengobatan tuberkulosis paru dan yang melakukan pengobatan tahap awal yaitu RHZE (Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol) sebanyak 5 orang (3,6%) di Puskesmas Teladan Kota Medan. 4. Pengetahuan PasienTentang Tuberkulosis Paru Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat gambaran distribusi skor penilaian mengenai pengetahuan pasien tentang tuberkulosis paru, pertanyaan terdiri dari 5 pertanyaan. Tabel 4. Distribusi Data Pengetahuan Pasien Tentang Tuberkulosis Paru Skor Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 0,6 4, , , ,4 3 34, 4 7 8,4 6 5,3 Total Mean (rata-rata) Minimum Maksimum Standar Deviasi 0, ,580 Berdasarkan Tabel 4. diatas, dapat dilihat bahwa nilai mean (rata-rata) dari pengetahuan pasien tuberkulosisparu di Puskesmas Teladan Kota Medan 7

10 sebesar 0,68. Peneliti menggunakan nilai mean sebagai cut off point dalam menentukan hasil ukur (Arifandi, 06). Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Pasien Tentang Tuberkulosis Paru Pengetahuan Tentang TB Paru Frekuensi Persentase (%) Baik 57,89 Tidak Baik 6 4,0 Total Berdasarkan Tabel 4.3 diatas bahwa skor penilaian tingkat pengetahuan responden tentang tuberkulosis yang mendapat skor lebih tinggi dari nilai mean (0,68) sebanyak orang (57,89%) yaitu berpengetahuan baik dan responden yang mendapat skor kurang dari nilai mean (0,68) sebanyak 6 orang (4,0%) yaitu berpengetahuan tidak baik. Hasil dari jawaban kuesioner dan wawancara diketahui bahwa pengetahuan pasien tentang tuberkulosis paru adalah 57,8% baik, hal ini dikarenakan petugas Puskesmas selalu memberikan pengarahan seputar penyakit tuberkulosis dan pengobatannya kepada penderita tuberkulosis paru. Menurut penelitian yang dilakukan Arifandi (06), diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan 70,% tergolong baik dan 9,78% tergolong tidak baik. Penelitian yang dilakukan Junita (0), diperoleh hasil pengetahuan pasien yang tergolong baik 77,5% dan,5% kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Tuturop dan Yufuai (06), diperoleh hasil pengetahuan pasien yang tergolong baik sebanyak 5% dan 48% tergolong tidak baik dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien dengan tingkat pengetahuan yang tergolong baik lebih dominan dari pasien dengan tingkat pengetahuan tidak baik. Hal ini juga sesuai dengan hasil yang di peroleh peneliti dalam penelitian. 8

11 Sumber pengetahuan penderita selain didapat dari petugas Puskesmas, juga didapat melalui baik sumber informasi yang berasal dari pemerintah maupun informasi yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Informasi tersebut dapat berupa penyuluhan, maupun brosur-brosur yang memuat tentang informasi yang terkait dengan penyakit tuberkulosis agar dapat melakukan pengobatan secara maksimal, informasi juga bisa didapatkan melalui media elektronik seperti televisi, radio dan surat kabar, bahkan internet. 4.3 Perilaku Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran distribusi skor penilaian prilaku kepatuhan minum obat pasien TB paru di Puskesmas Teladan Medan. Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat Nilai Kepatuhan Berdasarkan Frekuensi Persentase(%) metodepill count Patuh 34 89,5 Tidak Patuh 4 0,5 Total Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari data perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Teladan Medandengan menggunakan pill count menunjukkan bahwa hampir semua responden mempunyai tingkat kepatuhan minum obat patuh yaitu sebanyak 34 pasien dari 38 responden atau setara dengan (89,5%),namun masih ada yang belum patuh minum obat yaitu sebanyak 4 pasien dari 38responden atau setara dengan (0,5%).Menurut Pameswari, dkk (06), ada beberapa hal yang menyebabkan pasien tuberkulosis paru tidak mengkonsumsi obat yaitu obat TB paru harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang, penderita akan merasakan sembuh karena berkurang atau hilangnya gejala penyakit setelah menjalani terapi - bulan atau lebih sehingga penderita malas 9

12 untuk meneruskan pengobatan kembali, serta efek samping yang ditimbulkan oleh obat tuberkulosis paru tersebut.menurut Ali, dkk (05), berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan yaitu tingkat kemiskinan, persediaan obat terganggu, jarak tempat tinggal yang jauh dari layanan kesehatan, salah persepsi tentang pengobatan, toksisitas obat, migrasi atau perubahan tempat tinggal, lingkungan sosial, alkoholisme, dan faktor psikologis. Menurut penelitian yang dilakukan Arifandi (06), diperoleh hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat adalah 80,9% tergolong tinggi, 4,9% tergolong sedang dan 4,3% tergolong rendah. Penelitian yang dilakukanjunita (0), didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat 67,6% tergolong patuh dan 3,4% tergolong tidak patuh. Penelitian yang dilakukan oleh Tuturop dan Yufuai (06), didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat sebanyak 76% tergolong patuh dan sebanyak 4% tergolong tidak patuh. Penelitian yang dilakukan oleh Pameswari, dkk (06)diperoleh hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat adalah 55,6% tergolong patuh, 33,33% tergolong cukup patuh dan,% tergolong tidak patuh dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien dengan tingkat kepatuhandalam minum obat yang tergolong tinggi lebih dominan dari pasien tidak patuh dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat yang tergolong rendah. Hal ini sesuai juga dengan hasil yang diperoleh peneliti dalam penelitian. 4.4 Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Tingkat Pengetahuan Hasil analisis menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap 30

13 karakteristik pasien tuberkulosis paru dengan tingkat pengetahuan mengenai tuberkulosis. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square. Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Tingkat Pengetahuan (n=38) Variabel Tingkat pengetahuan Baik Tidak Baik p Value Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Umur a. 6-5 b c d e f Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD c. SLTP d. SLTA e. PT/Akademi 5 (68,%) (68,8%) 9 (60%) 5 (55,6%) (50%) (66,7%) 3 (60%) (50%) 0 (0%) (33,3%) 4 (66,7%) (55%) 6 (75%) 7 (3,8%) 5 (3,%) 6 (40%) 4 (44,4%) (50%) (33,3%) (40%) (50%) (00%) (66,7%) (33,3%) 9 (45%) (5%) 0,970 0,64 0,503 3

14 Pekerjaan a. Pelajar b. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga Dll (dan lain-lain 6 (60%) 8 (57,%) (50%) 6 (60%) 4 (40%) 6 (4,9%) (50%) 4 (40%) 0,986 BerdasarkanTabel 4.5, untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,970; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi 0,64; untuk kategori pendidikan terakhir dan pekerjaan diperoleh nilai signifikansi 0,503 dan 0,986. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat pengetahuan. Namun dilihat dari nilai persentase terdapat perbedaan pada setiap kategori dengan perbedaan nilai persentase yang cukup jauh, yaitu pada kategori umur semakin besar umur maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya, tetapi terjadi penurunan pada umur Hal tersebut dapat dikarenakan faktor penuaan, begitu juga pada kategori pendidikan, semakin tinggi pendidikan pasien maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, pada kategori pekerjaan, pelajar dan lain-lain mempunyai nilai tingkat pengetahuan baik dengan persentase 60%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan)tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan. 4.5 Hubungan Karakteristik Pasien Tuberkulosis Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji 3

15 chi-square. Pada uji chi-square dilihat nilai signifikansinya, jika nilai signifikansinya < 0,5 maka nilai tersebut adanya hubungan namun jika nilai signifikansinya diatas 0,5 maka terdapat hubungan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepaatuhan dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru dengan Tingkat Kepatuhan (n=38) Variabel Tingkat Kepatuhan Patuh Tidak Patuh p Value Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Umur a. 6-5 b c d e f Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD c. SLTP d. SLTA e. PT/Akademi 3 (88,5%) (9,7%) (80%) 8 (88,9%) (00%) 3 (00%) 5 (00%) 4 (00%) (00%) 3 (00%) 5 (83,3%) 8 (90%) 7 (87,5%) Pekerjaan a. Pelajar 9 (90%) 3 (,5%) (8,3%) 3 (0%) (,%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) (6,7%) (0%) (,5%) (0%) 0,65 0,679 0,945 0,660 33

16 b. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga d. Dll (dan lain-lain) 3 (9,9%) 4 (00%) 8 (80%) (7,%) 0 (0%) (0%) Berdasarkan Tabel 4.6, untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,65; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,679; untuk kategori pendidikan terakhir diperoleh nilai signifikansi adalah 0,945; untuk pekerjaan diperoleh nilai signifikansi 0,660. Nilai signifikansi (p>0.05) tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Diana, dkk (04), diperoleh untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,4; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,948; untuk kategori pendidikan terakhir diperoleh nilai signifikansi adalah 0,4; untuk pekerjaan diperoleh nilai signifikansi, Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan uji Spearman didapat hasil koefisien korelasi 0,386, dengan nilai koefisien korelasi antara 0, sampai 0,40, artinya terdapat hubungan (korelasi rendah) antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat. Menurut penelitian yang dilakukan Arifandi (06), diperoleh hasil bahwa terdapat terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru dan pada penelitian yang dilakukan Junita (0), diperoleh hasil bahwa terdapat adanya hubungan tingkat pengetahuan 34

17 pasien dengan tingkat kepatuhan pasien minum obat anti tuberkulosis paru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru dengan kata lain semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien mengenai tuberkulosis maka semakin patuh pasien dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. 35

18 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : a. Karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) tidakmempengaruhi tingkat pengetahuan pasien. b. Karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) tidakmempengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obat. c. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat namun, nilai koefisien kolerasinya rendah yaitu 0,386 maka semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien tentang TB Paru maka semakin baik pula perilaku kepatuhan pasien dalam meminum obat. 5. Saran Diharapkan tenaga kerja kesehatan dapat bekerjasama dengan pasien dan keluarga pasien dalam mengobati penyakit tuberculosis dengan memberikan konseling dan pengetahuan mengenai tuberkulosis kepada pasien dan keluarga sebagai perawat pasien di rumah. 36

Lampiran 1.Surat Penunjukan Dosen Pembimbing II dan Judul Penelitian.

Lampiran 1.Surat Penunjukan Dosen Pembimbing II dan Judul Penelitian. Lampiran 1.Surat Penunjukan Dosen Pembimbing II dan Judul Penelitian. 39 Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian /Pengambilan Data. 40 Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Fakultas. 41

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN BIMBINGAN. v HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN BIMBINGAN. v HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO iii HALAMAN PERNYATAAN iv HALAMAN BIMBINGAN v HALAMAN PENGESAHAN vi RINGKASAN vii PRAKATA ix DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan data dimulai 14 september 2015 sampai 24 september 2015. Sumber penelitian diambil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup A.1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu penyakit dalam A.2. Ruang lingkup responden Responden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian dilakukan di 5 Puskesmas di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur yaitu di Puskesmas Tanggunggunung, Puskesmas Campurdarat, Puskesmas Bandung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS CURUG TANGERANG Pengantar : Dengan hormat, nama saya Ade Atik, mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Sebagian besar kematian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case 27 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case control, yaitu dimana efek diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori TB Paru Pengetahuan Sikap Tindakan 3.2 Kerangka Konsep 3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. TB paru diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... i ii iii iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden non sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian explanatory yaitu menjelaskan hubungan beberapa faktor pengaruh terhadap keadaan

Lebih terperinci

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010) Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 21) Mulyadi * ** ** ABSTRACT Keyword: PENDAHULUAN Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan kaitannya dengan kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 2.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. 2.2 Tempat dan waktu penelitian Dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup A.1. Tempat BKPM Semarang. A.2. Waktu 20 September 20 Oktober 2011. A.3. Disiplin ilmu Disiplin ilmu pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat. B.

Lebih terperinci

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara : 88 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PERAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KESEMBUHAN TUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS MEDAN AREA SELATAN KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2014 I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB II. METODE PENELITIAN BAB II. METODE PENELITIAN A. Kategori dan rancangan penelitian Berdasarkan tujuan dan fungsinya, penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian cross sectional dan dianalisis secara analitik. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

Identifikasi Faktor Resiko 1

Identifikasi Faktor Resiko 1 IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Dengan hormat saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Agistha Nurhitha Arda Nandhi NIM : 20120310032 Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada

BAB III METODE PENELITIAN. sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu studi observasional mencari hubungan antara variabel bebas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. Polusi Udara + ISPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah adalah tempat hunian atau berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas) serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Efikasi diri penderita TB Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara status gizi balita dengan kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Penelitian dilakukan sejak 22 Juni 2016 sampai 1 Agustus 2016 di Puskesmas Pandak I Bantul. Sampel penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang sudah cukup lama dan tersebar di seluruh dunia. Penyakit tuberkulosis dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang tertua yang dikenal oleh manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel (Alimul,

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yang bertujuan menerangkan masalah penelitian yang terjadi pada anak

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90 PENGARUH PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWI KABUPATEN NGAWI Erwin Kurniasih, Hamidatus Daris Sa adah Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yaitu penelitian untuk menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok objek.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA Novia Ariani * dan Aditya Maulana Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak kedua di dunia setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada usia 55-64 tahun sebesar 1,1%,

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Penelitian KEHAMILAN Pengetahuan ibu hamil Anemia defisiensi Zat Besi Faktor Penyebab : i) Usia Ibu ii) Pendidikan iii) Status ekonomi iv) Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009). Indonesia merupakan negara dengan kasus TB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak negara, pembangunan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Mahar Ranum Ayuningtyas 1 Abdul Muhith 2 * ) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor pangaruh dan faktor terpengaruh dengan cara pendekatan, observasi,

BAB III METODE PENELITIAN. faktor pangaruh dan faktor terpengaruh dengan cara pendekatan, observasi, BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Rancangan yang digunakan yaitu cross sectional, yaitu mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang begitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Jenis ini dipilih untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksplanatory dengan metode survei dan menggunakan desain Cross sectional. Rancangan penelitian ini termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan eksplanatory reseach dimana menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pada pasien post operasi dengan yang dirawat di bangsal bedah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Tempat Penelitian Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari 19 Kecamatan di Kabupaten Semarang. Secara administratif batas wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita

Lebih terperinci

Cara kerja penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan

Cara kerja penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan 81 Lampiran 1 Cara kerja penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan POPULASI Semua penderita TB paru yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan studi analitik yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG World Organization Health (WHO) sejak tahun 1993 mencanangkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global emergency). Hal ini dikarenakan tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Laladon dan data kependudukan dari Kantor Desa Laladon Kabupaten Bogor. 5 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data diperoleh dari data primer melaui kuisioner yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER Rosida 1, Siti Anawafi 1, Fanny Rizki 1, Diyan Ajeng Retnowati 1 1.Akademi Farmasi Jember

Lebih terperinci

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan akan diuraikan ke dalam gambaran subjek, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis, karena pada sebagian besar negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka. 1 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan. Penulis melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas tentang jenis, rancangan, dan desain

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada satu titik

Lebih terperinci

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEPATUHAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TERHADAP TINGKAT KESEMBUHAN DALAM PENGOBATAN DI PUSKESMAS SADABUAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2011 =============================================================

Lebih terperinci