Suatu Metode Numerik Untuk Komputasi Perembesan Air Ke Dalam Tanah Pada Sistim Irigasi

dokumen-dokumen yang mirip
Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

Model Perpindahan dan Penyebaran Pollutan

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Perambatan Gelombang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi Panas

Dual Reciprocity Boundary Element Method untuk menyelesaikan Masalah Infiltrasi Air pada Saluran Irigasi Alur

Pemodelan Matematika Infiltrasi Air pada Saluran Irigasi Alur

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2

METODA NUMERIK (3 SKS)

Solusi Persamaan Helmholtz untuk Material Komposit

SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK

INFILTRASI. Infiltrasi adalah.

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

Reproduksi Kurva Magnetisasi bagi Superkonduktor Mesoskopik Tipe II Berdasarkan Simulasi Numerik Persamaan TDGL

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

METODE ITERASI KSOR UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ABSTRACT

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

KONSEP METODE ITERASI VARIASIONAL ABSTRACT

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

OPTIMISASI KONVEKS: Konsep-konsep

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu Hill

Agus Suryanto dan Isnani Darti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL DAN BERBAGAI METODE UNTUK PENDEKATAN SOLUSI PERSAMAAN NONLINEAR. Yeni Cahyati 1, Agusni 2 ABSTRACT

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

METODE STEEPEST DESCENT

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT. Masnida Esra Elisabet ABSTRACT

SOLUSI NON NEGATIF MASALAH NILAI AWAL DENGAN FUNGSI GAYA MEMUAT TURUNAN

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST.MT.

PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE

Transformasi Geometri Sederhana. Farah Zakiyah Rahmanti 2014

METODA ELEMEN BATAS UNTUK ANALISIS PROBLEM MEDIUM INFINITE DAN SEMI-INFINITE ELASTIS DUA DIMENSI. Thesis

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

PEMILIHAN KOEFISIEN TERBAIK KUADRATUR KUADRAT TERKECIL DUA TITIK DAN TIGA TITIK. Nurul Ain Farhana 1, Imran M. 2 ABSTRACT

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

KAJIAN NUMERIK PENGARUH DIMENSI PADA PARAMETER BENAHAN SUPERKONDUKTOR TIPE II BERBENTUK PERSEGI PANJANG

Soal dan Solusi Materi Elektrostatika

Bagian 2 Matriks dan Determinan

BAB III MODEL ANTRIAN MULTISERVER DENGAN VACATION

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

Bab II Konsep Dasar Metode Elemen Batas

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

Bab 3. Metodologi. Sebelum membahas lebih lanjut penggunaan single tube dalam aplikasi

Universitas Gadjah Mada

3.7 Further Results and Technical Notes. Yenni Angraini-G

SEBARAN MATERI SOAL UJIAN MATEMATIKA PEMINATAN TP 2015 / 2016

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

Syarat Cukup Osilasi Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Dengan Redaman

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

Aplikasi Bilangan Kompleks pada Dinamika Fluida

C.1 OSILASI GANDENG PEGAS

Identifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang

MASALAH SYARAT BATAS (MSB)

Discrete Time Dynamical Systems

Metode Asimilasi Data sebagai Estimasi Penyelesaian Masalah-masalah Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

SEBUAH VARIASI BARU METODE NEWTON BERDASARKAN TRAPESIUM KOMPOSIT ABSTRACT

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Transkripsi:

Suatu Metode Numerik Untuk Komputasi Perembesan Air Ke Dalam Tanah Pada Sistim Irigasi Moh. Ivan Azis Abstrak Suatu metode numerik ditemukan untuk menghitung kandungan air dalam tanah pada suatu sistim irigasi dimana volume air yang ditumpahkan diketahui. Teorinya didasarkan pada suatu asumsi bahwa kofisien konduksivitas hydrolik merupakan suatu fungsi eksponensial dari besaran kandungan air dalam tanah itu sendiri. Untuk kasus kasus tertentu hasil komputasi yang diperoleh dapat dibandingkan dengan hasil yang telah ditemukan sebelumnya oleh Batu [2], dan Warrick dan Loman [1]. 1 Pendahuluan Sejumlah ilmuwan (Philip [7],[8],[9], Wooding [14], Raats [10],[11], Zachmann dan Thomas [15], dan Batu []) telah berhasil menemukan solusi tunak (steady) untuk masalah perembesan air ke dalam tanah dari suatu sumber air berupa titik, garis dan areal pada permukaan tanah. Juga Warrick [12], Lomen dan Warrick [6] telah menemukan solusi untuk untuk masalah yang sama, dari sumber berupa titik, garis, bidang dan lingkaran. Untuk perembesan tunak dari suatu saluran berupa selokan/parit Batu [] telah memperlihatkan hasil analitik dan eksperimental. Kajian di tulisan ini menggunakan metode persamaan integral untuk mencari solusi tunak masalah perembesan air ke dalam tanah dari suatu sumber berbentuk selokan/parit (ditch). Seperti hal dalam Batu [2] analisis didasarkan pada linearisasi, seperti yang diajukan oleh Gardner [5], dari persamaan aliran yang dituliskan dalam variabel kandungan air. Hasil kajian dapat diterapkan untuk penaksiran volume kandungan air dalam tanah untuk sistim irigasi selokan/parit (furrow) yang masih cukup populer di Indonesia. 2 Definisi masalah Merujuk pada kerangka Cartesian OXY Z perhatikan penampang tanah isotropik dalam daerah Z > 0 dimana OZ mengarah ke bawah secara vertikal, dengan sumber air periodik masing-masing berbentuk saluran. Permukaan tanah terletak pada Jurusan Matematika Universitas Hasanuddin, Indonesia. mailto:ivan@unhas.ac.id 1

X permukaan tanah 2L Y Z 2D Gambar 1: Sumber air periodik bidang Z = 0 dan penampang tanah tersebut dianggap simetris pada bidang X = 0 (lihat Gambar 1). Setiap saluran memiliki luas permukaan 2L per satuan panjang dalam arah OY. Sedangkan jarak antara titik-titik ujung suatu saluran adalah 2D. Diasumsikan bahwa water table berlokasi pada kedalaman tak-terhingga dan setiap saluran terisi air. Dikehendaki untuk mengetahui potensial flux matrik Θ(X, Z) dalam tanah dalam daerah Z > 0. Persamaan pembangun Hubungan antara konduksivitas hydrolik K(h) (berdimensi panjang per waktu) dari tanah tak-jenuh (unsaturated soil) dan konduksivitas hydrolik K s dari tanah jenuh (saturated soil) dapat dituliskan sebagai (lihat Gardner [5]) K(h) = K s exp(αh), (1) dimana h (berdimensi panjang) adalah potensial air tanah dan α (berdimensi panjang 1 ) adalah suatu konstanta empiris. Potensial flux matrik Θ (berdimensi panjang 2 per waktu) dihubungkan dengan konduksivitas hydrolik oleh persamaan Θ = h Bentuk linear dari persamaan perembesan tunak adalah K(q) dq = α 1 K(h). (2) 2 Θ X + 2 Θ 2 Z = α Θ 2 Z. () Komponen flux matrik ke arah horizontal dan vertikal adalah U = Θ X, (4) 2

V = αθ Θ Z. (5) Flux matrik normal pada permukaan tanah dengan vektor normal mengarah ke luar n = (n 1, n 2 ) diberikan oleh F = Θ X n 1 + (αθ Θ Z )n 2. (6) Definisikan peubah-peubah tanpa dimensi sebagai berikut θ = 1 v 0 L Θ, x = α 2 X, z = α 2 Z, u = 2 v 0 αl U, v = 2 v 0 αl V, f = 2 v 0 αl F, dimana v 0 adalah suatu flux rujukan. Dinyatakan dalam peubah-peubah tanpa dimensi ini, persamaan () sampai (6) dapat ditulis sebagai 2 θ x + 2 θ 2 z = 2 θ 2 z, (7) u = θ x, (8) Transformasi merubah persamaan (7) ke persamaan Juga persamaan (8) sampai (10) berubah menjadi Sehingga v = 2θ θ z, (9) f = θ x n 1 + (2θ θ z )n 2. (10) θ = exp (z)ψ (11) 2 Ψ x + 2 Ψ Ψ = 0. (12) 2 z2 u = exp (z) Ψ x, (1) v = exp (z)(ψ Ψ ), (14) z [ Ψ f = exp (z) x n 1 (Ψ Ψ ] z )n 2 [ ] Ψ = exp (z) n Ψn 2. (15) Ψ n = Ψn 2 e z f. (16)

Karena kesimetrian dari masalah maka tidak akan ada aliran air menembus bidang X = 0, ±D, ±2D,.... Sehingga masalahnya hanya perlu diselesaikan di daerah terarsir yang diperlihatkan pada Gambar 1 dengan syarat batas sebagai berikut. Syarat batas untuk permukaan tanah di luar daerah saluran adalah bahwa tidak ada aliran air (yaitu F = 0) menembus daerah permukaan ini sehingga dari persamaan (15) syarat batas pada bagian dari daerah terarsir ini adalah Ψ Ψ z = 0 (17) Syarat batas sepanjang permukaan saluran adalah bahwa aliran normal yang diketahui, yakni [ Ψ x n 1 (Ψ Ψ ] z )n 2 = exp( z)f 0 (x, z) untuk (x, z) ɛ Ω 1. (18) dimana Ω 1 melambangkan batas dari saluran di daerah terarsir pada Gambar 1 dan f 0 (x, z) diketahui. Juga, syarat batas bahwa tak ada aliran yang menembus garis batas X = 0 dan X = D dari daerah terarsir menghasilkan syarat batas Θ x = 0 untuk 0 z dan x = 0 dan x = αd/2. Terakhir untuk 0 x αd/2 dan z = Θ/ X = 0 dan Θ/ Z = 0. 4 Persamaan integral batas Persamaan integral batas untuk persamaan (12) diberikan oleh [ ] Ψ λψ(a, b) = Ω n φ φ n Ψ ds, (19) dimana n= (n 1, n 2 ) adalah vektor normal mengarah ke luar dari batas Ω (dimana Ω menandakan daerah terarsir pada Gambar 1), λ = 1 bila (a, b) Ω dan λ = 1/2 bila (a, b) Ω (batas dari Ω) dan Ω memiliki kemiringan berubah secara kontinyu. Untuk persamaan (12), φ dalam persamaan (19) diberikan oleh φ (x, z) = 1 2π K(1) 0 (r). (20) dimana r = ((x a) 2 + (z b) 2 ) 1 2 dan K (1) 0 adalah fungsi Bessel termodifikasi. Substitusi (16) ke dalam (19) menghasilkan λψ(a, b) = Ω [φ n 2 φ n ] Ψ ds + fe z φ ds. (21) Ω 4

2L X soil surface Vo Y Z Gambar 2: Sumber air berbentuk bidang datar 5 Komputasi Persamaan integral batas (21) dengan syarat batas seperti diberikan pada akhir Pasal di atas, dapat digunakan untuk menentukan nilai potensial flux matrik untuk berbagai macam bentuk geometri dari saluran. Pada pasal ini hasil numerik potensial flux matrik akan ditentukan untuk kasus pada saat bentuk geometri saluran berupa suatu bidang datar, setengah lingkaran dan setengah persegi panjang (lihat Gambar 2, dan 4). Untuk setiap kasus nilai numerik dari potensial flux matrik sepanjang garis x = k untuk beberapa nilai k diperlihatkan dalam bentuk grafik pada Gambar 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. Untuk memperoleh nilai numerik ini dari persamaan (21) metode element batas digunakan (lihat misalnya Clements [4]). Batas domain dibagi menjadi beberapa segment sehingga integral dalam persamaan (21) dapat dituliskan dalam suatu jumlahan; dan karenanya integral dalam (21) dapat dituliskan sebagai suatu sistim persamaan aljabar linear untuk fungsi tak diketahui Ψ(a, b). Jumlah segment ditingkatkan sampai kekonvergenan hasil numerik dari nilai fungsi Ψ(a, b) tercapai (ke empat tempat desimal). Untuk mencapai level kekonvergenan ini daerah terarsir dalam Gambar 1 berada di antara bidang z = 0 dan z = 4 dan batas atau tepinya dibagi atas 1100 segment. Nilai numerik yang diperlihatkan dalam Gambar 5 10 untuk potensial flux matrik mengindikasikan secara jelas pengaruh keragaman ketiga bentuk geometri dari sumber air. Perlu dicatat bahwa untuk setiap kasus bentuk geometri sumber air, luas permukaan sumber air adalah sama sehingga volume air per satuan waktu yang merembes ke dalam tanah pun sama. Hasil yang diperoleh memperlihatkan potensial flux matrik tidak berubah secara signifikan dengan penggantian bentuk geometri sumber air dari bidang datar (Gam- 5

X 0.06-0.06 0.5-0.5 Y Z Gambar : Sumber air setengah lingkaran X 0.5 0.1-0.1-0.5 0.1 0.1 impermeable layer Y Z Gambar 4: Sumber air setengah persegi panjang 6

4.2 4.8 Φ.6.4.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 z Gambar 5: Nilai Φ sepanjang garis x = 0.15.2.1 Φ 2.9 2.8 2.7 2.6 2.5 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 z Gambar 6: Nilai Φ sepanjang garis x = 0.25 7

Φ.2.1 2.9 2.8 2.7 2.6 2.5 2.4 2. 2.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 z Gambar 7: Nilai Φ sepanjang garis x = 0.5.2 2.8 Φ 2.6 2.4 2.2 2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 z Gambar 8: Nilai Φ sepanjang garis x = 0.40 8

.2 2.8 Φ 2.6 2.4 2.2 2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 z Gambar 9: Nilai Φ sepanjang garis tepi x = 0.50 5.5 5 4.5 4 Φ.5 2.5 2 1.5 0.15 0.2 0.25 0. 0.5 0.4 0.45 x Gambar 10: Nilai Φ sepanjang permukaan tanah z = 0 9

bar 2) ke setengah lingkaran (Gambar ). Sebaliknya, penggantian sumber air dari bidang datar ke saluran setengah persegi panjang dengan dasar yang diasumsikan tak permeabel (Gambar 4) memperlihatkan peningkatan nilai potensial flux matrik secara substansial. Ini khususnya benar dekat permukaan z = 0 dimana biasanya akar tanaman berada. 6 Konklusi Suatu metode elemen batas telah diperoleh untuk solusi dari suatu kelas masalah tentang perembesan air dari suatu barisan saluran periodik. Metode ini telah digunakan untuk membandingkan keefektifan beberapa profil saluran tertentu dengan cara penentuan distribusi potensial flux matrik untuk saluran yang dipertimbangkan. References [1] H. A. Basha. Multidimensional Steady Infiltration With Prescribed Boundary Conditions At The Soil Surface. Water Resources Research, 0:2105 2118, 1994. [2] V. Batu. Steady Infiltration From Single And Periodic Strip Sources. Soil Science Society of America Journal, 42:545 549, 1978. [] V. Batu. Steady Infiltration From a Ditch : Theory and Experiment. Soil Science Society of America Journal, 41:677 682, 1977. [4] D. L. Clements. Boundary Value Problems Governed By Second Order Elliptic Systems. Pitman, New York, 1990. [5] W. R. Gardner. Some Steady State Solutions of the Unsaturated Moisture Flow Equation With Application to Evaporation From a Water Tabel. Soil Science, 85:228 22, 1958. [6] D. O. Lomen and A. W. Warrick. Time Dependent Linearized Infiltration. II. Line Sources. Soil Science Society of America Proceedings, 8:568 572, 1974. [7] J. R. Philip. Theory of Infiltration. Adv. Hydrosci., 5:215 296, 1971. [8] J. R. Philip. General Theorem on Steady Infiltration from Surface Sources with Application to Point and Line Sources. Soil Science Society of America Proceedings, 5:867 871, 1971. [9] J. R. Philip. Steady Infiltration From Burried Point Sources and Spherical Cavities. Water Resources Research, 4:109 1047, 1968. [10] P. A. C. Raats. Steady Infiltration from Point Sources, Cavities and Basins. Soil Science Society of America Proceedings, 5:689 694, 1971. [11] P. A. C. Raats. Steady Infiltration from Line Sources and Furrows. Soil Science Society of America Proceedings, 4:709 714, 1970. 10

[12] A. W. Warrick. Time-dependent Linearized Infiltration: I. Point Sources. Soil Science Society of America Proceedings, 8:8 86, 1974. [1] A. W. Warrick and D. O. Lomen. Time-dependent Linearized Infiltration: III Strip and Disk Sources. Soil Science Society of America Journal, 40:69 64, 1976. [14] R. A. Wooding. Steady Infiltration From Shallow Circular Pond. Water Resour. Res., 4:1259 127, 1968. [15] D. W. Zachman and A. W. Thomas. A Mathematical Investigation of Steady Infiltration from Line Sources. Soil Science Society of America Proceedings, 7:495 500, 197. 11