BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Zander dan Kogut, 1995; Elche-Hotelano, 2011). Kemampuan perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya adalah win-lose, dimana suatu perusahaan berusaha mengalahkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainable competitive advantage) agar dapat berkompetisi dalam

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

BAB I PENDAHULUAN. internal karena menghasilkan informasi untuk pengguna internal seperti manajer,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber daya organisasi menurut Wernerfelt (1984) berfokus pada aset

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future,

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

BAB I PENDAHULUAN. manajemen adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat bertahan, dan faktor-faktor apa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usahanya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memegang peranan yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB I LATAR BELAKANG. dunia bisnis saat ini semakin kompetitif. Hal ini berlaku untuk segala jenis

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Festival film merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap karya film.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan proses megidentifikasi data keuangan, melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan pemakai. Perkembangan sistem informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG. lebih memandang kepada produk yang lebih high-quality, lowcost, dan

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Sejak terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

BAB I PENDAHULUAN. proses inovasi (Mention, 2011). Inovasi menjadi tema sentral dalam dunia bisnis di

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut. perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN I.1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi di dalam industri mendorong perusahaan harus mampu melakukan inovasi (Zander dan Kogut, 1995; Elche-Hotelano, 2011). Kemampuan perusahaan melakukan inovasi akan menentukan pertumbuhan, kesuksesan dan keberlanjutan perusahaan (Varis dan Littunen, 2010). Namun, tidak ada jaminan bahwa suatu inovasi yang dilakukan perusahaan akan sukses (Tidd dan Bessant, 2009:17). Tidak ada jaminan inovasi akan sukses dikarenakan kompleksitas dan ketidakpastian inovasi (Tushman dan Nadler, 1986). Ketidakpastian ini yang menjadi pandangan bahwa inovasi merupakan hal yang berisiko (Brown, 1991; Leiponen dan Helfat, 2010). Oleh karena itu, kemampuan menciptakan inovasi merupakan hal penting bagi perusahaan (Gao dan Zhang, 2011). Kemampuan inovasi dipandang sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan eksternal (Akman dan Yilmaz, 2008). Respon ini terwujud dalam kemampuan perusahaan untuk menciptakan produk baru yang inovatif (Katila, 2002). Produk baru yang inovatif dihasilkan dari transformasi suatu ide dan pengetahuan (Lawson dan Samson, 2001). Proses transformasi ide dan pengetahuan ke suatu produk (i.e. hasil atau output inovasi) dimulai dari penciptaan ide (idea generation) (Hansen dan Birkinshaw, 2007). Penciptaan ide merupakan suatu aktivitas yang penting untuk kesuksesan perusahaan dengan adanya lingkungan yang kompetitif (van den Ende et al., 2014). Penciptaan ide dimulai dari suatu aktivitas pencarian pengetahuan (knowledge 1

sourcing) sebagai dasar proses inovasi (Love et al., 2011). Aktivitas pencarian pengetahuan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan perusahaan (Nelson dan Winter, 1982:210) melalui penciptaan pengetahuan ataupun akuisisi pengetahuan (Lin dan Wu, 2010). Perusahaan dalam mencari pengetahuan perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya waktu dan biaya yang dibutuhkan (Laursen dan Salter, 2006; Kang dan Kang, 2009), serta risiko ketidakpastian yang tinggi atas ide yang dihasilkan dari aktivitas tersebut (van den Ende et al., 2014). Oleh karena itu, perusahaan harus mampu membuat keputusan yang tepat tentang aktivitas pencarian pengetahuan. Aktivitas pencarian pengetahuan yang dilakukan perusahaan dapat dipandang dari segi internal dan eksternal perusahaan (Lin dan Wu, 2010; Aminullah dan Adnan, 2012; van den Ende et al., 2014). Dari segi internal, teori berbasis sumberdaya (resource based view) yang dikemukakan oleh Barney (1991) menyebutkan sumberdaya di dalam perusahaan merupakan sesuatu yang penting untuk keunggulan kompetitif berkelanjutan. Selanjutnya, teori tersebut diperjelas oleh Grant (1996) dalam teori berbasis pengetahuan (knowledge based view) yang menekankan bahwa pengetahuan sebagai sumberdaya yang penting bagi perusahaan. Kedua teori ini menjelaskan bahwa sumberdaya (i.e., pengetahuan) merupakan hal yang penting untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan. Aktivitas pencarian pengetahuan dari segi internal dilakukan melalui berbagai metode, diantaranya aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D) (Frenz dan Letto-Gillies, 2009), proses berbagi pengetahuan internal (lihat Hansen, 1999; Liao et al., 2007) dan sistem pengumpulan ide dari karyawan yang sering disebut sistem saran (suggestion systems) (Frese et al., 1999; Fairbank dan Williams, 2001; 2

van Djik dan van den Ende, 2002; Verworn, 2009). Aktor-aktor yang terlibat dalam aktivitas tersebut antara lain karyawan (lihat Amara dan Landry, 2005; Salge et al., 2013; Deichmann dan Stam, 2015) dan pemilik perusahaan (lihat Smeltzer et al., 1988; Indarti, 2010). Dari segi eksternal, teori ketergantungan sumberdaya (resource dependency theory) yang dikemukakan oleh Pfeffer dan Salancik (1978) menjelaskan pentingnya sumberdaya eksternal (Pfeffer dan Salancik, 2003:258). Sumberdaya (i.e., pengetahuan) eksternal dianggap penting karena adanya keterbatasan sumberdaya internal (Ulrich dan Barney, 1984). Kondisi ini mendorong perusahaan mengakuisisi pengetahuan dari eksternal (Pfeffer dan Salancik, 2003:258). Selain itu, kebutuhkan sumberdaya (i.e., pengetahuan) eksternal merupakan wujud semakin terbukanya perusahaan pada pihak eksternal (Chesbrough, 2003). Kebutuhan pengetahuan dari pihak eksternal terwujud dalam aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan pengetahuan eksternal. Aktivitasaktivitas tersebut antara lain aliansi, joint venture, merger dan akuisisi (Fey dan Birkinshaw, 2005; Segarra-Ciprés et al., 2012; van de Vrande, 2013), serta melalui hubungan dengan pihak eksternal secara informal (Kang dan Kang, 2009). Dari berbagai metode tersebut, sumber pengetahuan eksternal yang berperan diantaranya konsumen, pemasok, pesaing, konsultan, dan pemerintah (lihat Laursen dan Salter, 2006; Chiang dan Hung, 2010; Indarti, 2010). Penjelasan mengenai aktivitas pencarian pengetahuan internal dan eksternal menunjukkan perusahaan mendapatkan pengetahuan melalui berbagai metode dengan melibatkan beberapa sumber pengetahaun (Kang dan Kang, 2009; van de Vrande, 2013). Dari segi empiris, penelitian yang menguji metode pencarian 3

pengetahuan hanya dapat menguji metode tertentu (e.g., Kang dan Kang, 2009; 2014; Parida et al., 2012). Pengujian dilakukan pada metode tertentu karena setiap perusahaan memiliki metode yang berbeda-beda untuk mendapatkan pengetahuan (Kang dan Kang, 2009). Perbedaan metode tersebut menyebabkan kesulitan bagi peneliti untuk mengklaim metode tersebut benar-benar digunakan oleh perusahaan yang diteliti (Kang dan Kang, 2009). Sementara, studi sumber pengetahuan tidak hanya berkembang dengan menguji spesifik pada sumber tertentu. Studi tersebut lebih banyak mengarah pada variasi sumber pengetahuan (e.g., Amara dan Landry, 2005; Henttonen et al., 2011; Salge et al., 2013). Penelitian variasi sumber pengetahuan digunakan untuk mengetahui keberagaman pihak yang terlibat dalam upaya perusahaan mendapatkan pengetahuan (lihat Amara dan Landry, 2005). Penelitian-penelitian variasi sumber pengetahuan berkembang ketika Laursen dan Salter (2006) memperkenalkan konsep keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan. Konsep ini digunakan untuk menguji keterbukaan perusahaan pada sumber pengetahuan eksternal. Konsep ini sebenarnya merupakan pengembangan dari studi Katila dan Ahuja (2002) yang menguji pengaruh paten pada pengembangan produk baru. Keluasan sumber pengetahuan diartikan sebagai jumlah sumber pengetahuan yang digunakan perusahaan, sedangkan kedalaman sumber pengetahuan merupakan jumlah sumber pengetahuan yang penting atau memiliki hubungan yang intens dengan perusahaan (Laursen dan Salter, 2006). Studi empiris pengaruh keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi mayoritas mengarah pada sumber pengetahuan eksternal (e.g., Chiang dan Hung, 2010; Henttonen et al., 2011; Henttonen dan Ritala, 2013). Kecenderungan meneliti sumber pengetahuan eksternal karena penelitian pengaruh 4

keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi mengunakan pandangan inovasi terbuka. Pandangan inovasi terbuka dipahami sebagai paradigma yang menyatakan bahwa keberadaan sumber pengetahuan internal (i.e., R&D) mulai diabaikan perusahaan (lihat Laursen dan Salter, 2006). Padahal konsep inovasi terbuka tidak memberikan pemahaman bahwa sumber pengetahuan internal selalu diabaikan. Hasil studi van den Vrande et al. (2009) yang menguji praktik inovasi terbuka di usaha kecil menengah (UKM) membuktikan adanya keterlibatan karyawan lain di luar R&D dalam praktik tersebut. Hal itu berarti bahwa ada akumulasi pengetahuan dari sumber pengetahuan internal dan eksternal yang digunakan untuk inovasi (Lin dan Wu, 2010). Beberapa studi sebenarnya pernah menguji pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal pada kemampuan inovasi (e.g., Amara dan Landry, 2005; Elche-Hotelano, 2011; Salge et al., 2013). Namun, sumber pengetahuan internal yang diuji hanya sebatas karyawan perusahaan pada posisi tertentu. Misalnya, Amara dan Landry (2005) yang menguji peran staf R&D, staf pemasaran, staf keuangan, staf SDM dan manajemen sebagai sumber pengetahuan internal yang mendukung kemampuan inovasi. Selanjutnya, Salge et al. (2013) yang menguji peran karyawan berdasarkan pada departemen tertentu dalam level proyek. Bahkan penelitian Elche-Hotelano (2011) yang menguji perusahaan jasa hanya menyebutkan peran karyawan tanpa merinci jabatan karyawan tersebut. Padahal perusahaan memiliki struktur yang kompleks. Misalnya, adanya peran pemilik perusahaan 1 sebagai sumber pengetahuan internal pada perusahaan yang cenderung 1 Indarti (2010) yang menguji stickiness pengetahuan eksternal juga menjelaskan adanya sumber pengetahuan internal perusahaan yang terdiri dari karyawan dan pemilik perusahaan. 5

kecil (lihat Smeltzer et al., 1988; Indarti, 2010). Selanjutnya, ada peran karyawan front liner pada perusahaan jasa (i.e., jasa makanan atau kuliner) dalam aktivitas inovasi perusahaan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Pengetahuan dari berbagai sumber pengetahuan internal memunculkan kombinasi pengetahuan yang mendorong munculnya ide untuk inovasi (Kijukuit dan van den Ende, 2007). Kombinasi pengetahuan dihasilkan dari kolaborasi antar sumber pengetahun internal. Kolaborasi ini sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan di dalam perusahaan (Liao et al., 2003). Pengetahuan yang diperoleh dari kolaborasi staf perusahaan diserap dan ditransformasikan untuk mendukung kemampuan perusahaan melakukan inovasi (Tushman dan Nadler, 1986; Liao et al., 2007). Kolaborasi staf untuk mendukung kemampuan inovasi memperlihatkan adanya peran variasi sumber pengetahuan internal (lihat Amara dan Landry, 2005). Berdasarkan penjelasan mengenai variasi sumber pengetahuan internal, konsep keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan internal dikembangkan di samping pengetahuan eksternal. 2 Konsep keluasan dan kedalaman yang selama ini hanya digunakan untuk menguji sumber pengetahuan eksternal ternyata memiliki perbedaan temuan empiris. Laursen dan Salter (2006) yang mengangkat tema inovasi terbuka dan menguji perusahaan manufaktur di Inggris membuktikan adanya pengaruh nonlinear keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi perusahaan. Hasil tersebut didukung oleh Salge et al. (2013) pada pengujian kedalaman sumber pengetahuan eksternal untuk level proyek. 2 Penelitian ini mengembangkan studi Laursen dan Salter (2006) yang mengangkat tema inovasi terbuka dan mengembangkan konsep keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan. 6

Pengaruh non-linear keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi perusahaan menunjukkan adanya oversearch pada penggunaan sumber pengetahuan eksternal. Oversearch menyebabkan pengaruh keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal yang awalnya positif menjadi negatif (Laursen dan Salter, 2006). Elche-Hotelano (2011) menjelaskan bahwa pengaruh non-linear sebenarnya lebih berkaitan dengan biaya. Keterkaitan pengaruh non-linear dengan biaya sebenarnya juga merupakan dasar studi yang dilakukan oleh Salge et al. (2013). Studi Salge et al. (2013) menyebutkan adanya pertimbangan keuntungan dan biaya dalam penggunaan sumber pengetahuan. Hasil non-linear pada pengaruh keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal terhadap kemampuan inovasi ternyata berbeda dengan hasil studi Chiang dan Hung (2010). Studi Chiang dan Hung (2010) yang menguji perusahaan elektronika di Taiwan menemukan bahwa keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi perusahaan masih menunjukkan pengaruh positif. Penelitian Henttonen et al. (2011) juga menemukan bahwa pengaruh positif sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi. Jika merujuk pada pandangan Nonaka (1990) yang melakukan reviu pada perusahaan Jepang dijelaskan bahwa kelebihan pengetahuan sebenarnya mendorong perusahaan melakukan inovasi. Studi keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi selain memiliki perbedaan temuan empiris juga cenderung dilakukan pada konteks tertentu. Studi-studi yang selama dilakukan mayoritas mengarah pada perusahaan manufaktur dengan menggunakan data sekunder dari Community Innovation Survey (CIS) yang ada di beberapa negara maju (e.g., 7

Laursen dan Salter, 2006; Henttonen et al., 2011; Henttonen dan Ritala, 2013). Untuk perusahaan manufaktur yang diteliti antara lain perusahaan di sektor robotika (e.g., Katila dan Ahuja, 2002), elektronik (e.g., Chiang dan Hung, 2010) dan berbagai perusahaan manufaktur (e.g., tekstil, farmasi, ritel dan logistik, kendaraan bermotor). Adapun penelitian perusahaan jasa dilakukan oleh Elche-Hotelano (2011) yang hanya menguji karyawan 3 sebagai sumber pengetahuan internal dan Salge et al. (2013) pada level proyek. Kecenderungan penelitian pada perusahaan manufaktur akan berbeda dengan perusahaan jasa. Hal ini dikarenakan karakteristik perusahaan jasa yang berbeda dengan manufaktur. Itu menjadi dasar pentingnya pengembangan penelitian inovasi pada bidang jasa (lihat Mina et al., 2014). Salah satu perusahaan jasa yang cukup kompetitif adalah perusahaan jasa makanan. Perusahaan jasa makanan dikatakan kompetitif karena rentannya imitasi pada produk makanan. Kondisi ini mendorong perusahaan tidak cukup hanya mampu melakukan inovasi tetapi juga melakukan inovasi secara kontinyu (Harrington, 2004). Selain itu, adanya siklus hidup layanan yang semakin singkat, perubahan tren dan perubahan selera konsumen membuat pasar semakin kompetitif (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Di Indonesia, perusahaan jasa makanan (i.e., restoran dan kafe) mulai diperhatikan pemerintah dengan masuk sebagai subsektor terakhir dalam ekonomi kreatif. Sebagai subsektor yang terakhir, subsektor kuliner telah menyumbang kontribusi ekonomi sebesar 32,5% pada produk domestik bruto (PDB), 31,48% pada total tenaga kerja, 56% pada unit usaha dari keseluruhan subsektor dalam 3 Penelitian Elche-Hotelano (2011) hanya meneliti karyawan tanpa memisahkan departemennya dalam pengujian sumber pengetahuan internal (lihat penjelasan tentang pentingnya sumber pengetahuan internal) 8

industri kreatif yang ada (Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2014:42-50). Selanjutnya, menurut data BPS subsektor kuliner juga mengalami nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 1,48% di atas nilai rata-rata industri kreatif yang sebesar 0,98% dan nasional sebesar 1,05% (Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2015:56). Pertumbuhan tersebut diiringi dengan semakin populernya wisata kuliner (Badan Pusat Statistik, 2013:1). Selain itu, kontribusi subsektor kuliner dalam beberapa aspek juga diiringi oleh tingginya tingkat persaingan antar pelaku usaha. Hal ini didukung oleh barrier to entry yang rendah sehingga pelaku usaha baru lebih mudah masuk dan ikut bersaing dalam pasar kuliner (Tim Studi dan Kementrian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2015:55). Jika dilihat dari jumlahnya, data terakhir dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014) 4 memberikan informasi bahwa pada tahun 2007 sampai 2011, sekitar 70% usaha restoran/rumah makan berada di Pulau Jawa. Jumlah tersebut menunjukkan pasar yang kompetitif dari restoran dan kafe Indonesia berpusat di Pulau Jawa. 1.2 Rumusan Masalah Studi-studi sebelumnya tentang pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi memperlihatkan beberapa rumusan masalah diantaranya sumber pengetahuan yang diuji, perbedaan hasil temuan empiris dan konteks yang diteliti. Pertama, studi-studi sebelumnya tentang pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi selama ini fokus pada keterbukaan perusahaan terhadap 4 Data terakhir yang didapatkan dari statistik Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memuat jumlah usaha restoran/rumah makan pada tahun 2007 sampai 2011 diperoleh dari web http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/e_perkembangan 9

sumber pengetahuan eksternal dengan mengangkat konsep inovasi terbuka (e.g., Laursen dan Salter, 2006; Chiang dan Hung, 2010). Sementara, teori berbasis sumberdaya (Barney, 1991) dan teori berbasis pengetahuan (Grant, 1996) menjelaskan bahwa sumberdaya (i.e., pengetahuan) yang ada di dalam perusahaan penting untuk keunggulan kompetitif perusahaan. Keunggulan kompetitif tersebut berkaitan dengan aktivitas inovasi yang dilakukan perusahaan (lihat Brown, 1991; Lawson dan Samson, 2001). Hal ini berarti sumber pengetahuan internal merupakan bagian penting dalam aktivitas inovasi di perusahaan. Adapun beberapa studi yang meneliti pengaruh sumber pengetahuan internal (e.g., Katila dan Ahuja, 2002; Amara dan Landry, 2005; Salge et al., 2013) kurang dapat menggambarkan variasi sumber pengetahuan internal dalam aktivitas inovasi. Studi tersebut diantaranya Katila dan Ahuja (2002) hanya fokus pada paten. Selanjutnya, Amara dan Landry (2005) hanya meneliti peran dari beberapa staf yang dikategorikan berdasarkan jabatan fungsional. Lebih lanjut, Salge et al. (2013) hanya menguji karyawan dalam departemen tertentu. Ada juga studi yang mengkarakteristikkan sumber pengetahuan internal pada bagian R&D saja (e.g., Huang dan Rice, 2012). Padahal, pemilik perusahaan juga dapat merupakan sumber pengetahuan internal perusahaan (Romijn dan Albaladejo, 2002; Indarti (2010). Selanjutnya, ada karyawan front liner yang mendukung inovasi pada perusahaan jasa (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Keberadaan sumber pengetahuan eksternal sebenarnya dilatarbelakangi oleh keterbatasan pengetahuan internal. Hal ini dijelaskan oleh teori ketergantungan sumberdaya (Pfeffer dan Salancik, 1978 dalam Pfeffer dan Salancik 2003:258). Teori ketergantungan sumberdaya mengungkapkan bahwa perusahaan 10

menggunakan sumberdaya eksternal untuk mampu bertahan (Pfeffer dan Salancik, 2003:258). Keterbatasan sumberdaya ini mendorong perusahaan tergantung pada pihak eksternal (Ulrich dan Barney, 1984). Dari penjelasan tersebut, dengan dasar teori berbasis sumberdaya, teori berbasis pengetahuan dan teori ketergantungan sumberdaya, penelitian ini bermaksud mengembangkan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu dikembangkan dengan tidak hanya menguji pengaruh sumber pengetahuan eksternal pada pada kemampuan inovasi tetapi juga menguji sumber pengetahuan internal. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal pada kemampuan inovasi yang dikaji dari keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan tersebut. Kedua, penelitian tentang pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi yang selama ini fokus pada sumber pengetahuan eksternal memiliki perbedaan hasil temuan empiris. Perbedaan hasil temuan empiris ditunjukkan dari beberapa studi yang menemukan bahwa keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan (i.e., sumber pengetahuan eksternal) berpengaruh non-linear pada kemampuan inovasi di perusahaan (e.g., Laursen dan Salter, 2006; Huang dan Rice, 2012; Salge et al., 2013). Sebaliknya, studi Chiang dan Hung (2010) membuktikan bahwa ada pengaruh positif keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi. Pengaruh non-linier berarti keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan awalnya berpengaruh positif pada kemampuan inovasi hingga titik tertentu. Setelah itu, pengaruhnya menjadi negatif seiring bertambahnya jumlah sumber pengetahuan yang digunakan (Laursen dan Salter, 2006). 11

Perbedaan hasil empiris seperti yang telah dipaparkan di atas memberikan peluang untuk menambahkan hasil temuan empiris tentang pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal pada kemampuan inovasi. Adanya tambahan hasil temuan empiris, diskusi tentang bukti empiris pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi diharapkan akan menarik. Hal ini tentunya didukung oleh waktu dan konteks penelitian yang berbeda. Ketiga, sebagian besar penelitian pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi lebih banyak dilakukan pada konteks perusahaan manufaktur dengan menggunakan data sekunder dari CIS (e.g., Katila dan Ahuja, 2002; Laursen dan Salter, 2006; Chiang dan Hung, 2010). Konteks manufaktur dirasakan sempit, karena inovasi tidak hanya berkaitan dengan pengembangan produk baru, tetapi juga pengembangan layanan baru (Harrington dan Ottenbacher, 2013). Adapun penelitian pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi yang dilakukan pada perusahaan jasa hanya sedikit. Misalnya, penelitian Salge et al. (2013) menguji pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal perusahaan untuk level analisis proyek. Oleh karena itu, penelitian inovasi di perusahaan jasa perlu dilakukan, misalnya perusahaan jasa makanan. Perusahaan jasa makanan di Indonesia dihadapkan pada pasar yang semakin kompetitif (lihat Tim Studi dan Kementrian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2015:55). Kondisi ini mendorong perusahaan harus melakukan inovasi sebagai modal utama untuk dapat bertahan di persaingan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Untuk mendukung inovasi yang dilakukan, restoran dan kafe membutuhkan sumber pengetahuan baik dari internal maupun eksternal perusahaan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Sumber pengetahuan internal mencakup koki (Harrington dan 12

Ottenbacher, 2013) sebagai R&D internal pada restoran dan kafe (Ko, 2015) dan karyawan front liner atau pelayan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Selanjutnya, sumber pengetahuan eksternal adalah konsumen, pesaing, dan asosiasi perdagangan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Dari penjelasan tersebut, pengembangan penelitian pada konteks perusahaan jasa dilakukan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah keluasan sumber pengetahuan internal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 2. Apakah kedalaman sumber pengetahuan internal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 3. Apakah keluasan sumber pengetahuan eksternal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 4. Apakah kedalaman sumber pengetahuan eksternal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 1.4 Tujuan Penelitian Dari beberapa pertanyaan penelitian, diuraikan tujuan penelitian pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi. Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh keluasan sumber pengetahuan internal terhadap kemampuan inovasi. 13

2. Untuk menguji pengaruh kedalaman sumber pengetahuan internal terhadap kemampuan inovasi. 3. Untuk menguji pengaruh keluasan sumber pengetahuan eksternal terhadap kemampuan inovasi. 4. Untuk menguji pengaruh kedalaman sumber pengetahuan eksternal terhadap kemampuan inovasi. 1.5 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian tentang pengaruh sumber pengetahuan (i.e., internal dan eksternal) pada kemampuan inovasi yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi dan praktisi. 1) Manfaat bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi akademisi. Pertama, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang sumber pengetahuan yang digunakan oleh perusahaan (i.e., restoran dan kafe) di Indonesia untuk mendukung inovasinya. Kedua, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh sumber pengetahuan internal selain sumber pengetahuan eksternal untuk mendukung kemampun inovasi perusahaan. Ketiga, penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi mengenai inovasi yang dihasilkan oleh restoran dan kafe di Indonesia. 14

2) Manfaat bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha mengenai aktivitas inovasi yang dilakukan oleh perusahaan jasa makanan (i.e., restoran dan kafe). Penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran tentang keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan yang digunakan oleh perusahaan untuk menciptakaan ide dalam aktivitas inovasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai pengaruh penggunaan sumber pengetahuan (i.e., internal dan eksternal) pada kemampuan inovasi. Lebih lanjut, pelaku usaha diharapkan mampu membuat keputusan terbaik penggunaan sumber pengetahuan. Penggunaan sumber pengetahuan yang tepat diharapkan mampu meningkatkan kemampuan inovasi perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan penelitian ini terbagi dalam lima bab yang memuat beberapa sub-bab. Bab I mengulas tentang pendahuluan yang berisi uraian latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian hingga sistematika penulisan. Berikutnya, Bab II menguraikan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari pembahasan konsep dan teori mengenai aktivitas inovasi yang dilakukan perusahaan, khususnya pada kemampuan inovasi, serta mengenai sumber-sumber pengetahuan yang digunakan perusahaan pada aktivitas inovasi. Pada Bab II juga dibahas perumusan hipotesis. Selanjutnya, Bab III memuat metode penelitian yang digunakan oleh studi ini, yang terdiri dari penjelasan desain 15

penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, pengujian instrumen penelitian, hingga pada metode analisis data. Setelah membahas tentang pendahuluan, tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis serta metode penelitian, pada Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini memuat uraian mengenai proses pengumpulan data, deskripsi responden dan perusahaan, statistik deskriptif, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis. Terakhir, Bab V berisi tentang simpulan hasil penelitian, kontribusi serta keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. 16