BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam
|
|
- Yuliana Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, bisnis kian berfluktuasi dan persaingan bisnis semakin ketat. Fluktuasi bisnis ini disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan bisnis dan stabilitas perekonomian. Adanya persaingan bisnis antar perusahaan di dalam industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam menghadapi kondisi ketidakpastian, setiap perusahaan harus mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Apabila perusahaan tersebut mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan, maka perusahaan dapat menghasilkan nilai ekonomis perusahaan yang lebih baik daripada pesaing (Barney dan Hesterly,2008). Perusahaan perlu menerapkan konsep manajemen rantai pasokan secara optimal. Konsep manajemen rantai pasokan merupakan alternatif bagi perusahaan dalam menghasilkan keunggulan kompetitif perusahaan. Manajemen rantai pasokan adalah suatu jaringan organisasi melalui hubungan upstream dan downstream dalam proses nilai dalam bentuk produk dan jasa yang ditawarkan dan dikonsumsi oleh konsumen dengan biaya minimum pada keseluruhan mata rantai pasokan perusahaan (Christopher, 1998 ; Gimenez dan Ventura, 2003). Dari hasil penelitian Gimenez dan Ventura (2003) disebutkan bahwa perusahaan yang dapat melakukan implementasi manajemen rantai pasokan dengan baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada pesaing; 1
2 lebih responsif dalam memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen secara umum ataupun secara khusus; dapat mencapai jumlah pengiriman tertentu pada tanggal tertentu barang tersebut dikirim; dan dapat berkolaborasi dengan baik dengan para pemasoknya. Oleh karena itu, untuk mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan dapat mengadaptasi pendekatan manajemen rantai pasokan dan mempertimbangkan keseluruhan mata rantai pasokan dan mempertimbangkan keseluruhan mata rantai pasokan perusahaan (Gimenez dan Ventura, 2003). Rantai pasokan menurut Chopra dan Meindl (2011) adalah seluruh pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi pesanan dan permintaan konsumen. Seluruh pihak yang terlibat tersebut tidak hanya terdiri dari produsen atau pemasok saja, tetapi juga melibatkan distributor, tempat penyimpanan, penjual maupun konsumen. Proses rantai pasokan melibatkan tiga aliran didalamnya, antara lain aliran fisik, aliran dana dan aliran informasi (Fenies dan Tchernev, 2004). Aliran fisik yang optimal akan memberikan kepuasan bagi konsumen. Aliran dana yang optimal akan memberikan kepuasan bagi para pemegang saham sehingga dapat meningkatkan kelancaran proses rantai pasokan. Aliran informasi dalam rantai pasokan berisi koordinasi aliran fisik dan aliran dana diantara pihak-pihak dalam susunan rantai pasokan (Fawcett, 2001). Aliran informasi ini juga melibatkan koordinasi antar bagian fungsional perusahaan. Setiap bagian memiliki informasi berbeda yang dapat dialirkan sesuai fungsinya masing-masing dalam proses rantai pasokan. Bagian keuangan mampu mengatur dan memberikan informasi terkait aliran dana perusahaan. Bagian produksi mampu mengatur dan memberikan informasi terkait 2
3 aliran fisik. Bagian sumber daya manusia mampu mengatur personil perusahaan. Bagian pemasaran mampu memberikan informasi permintaan barang (dengan menggunakan data historis perusahaan, ataupun perkiraan jumlah permintaan). Koordinasi yang baik antar bagian fungsional perusahaan, dapat menjadikan aliran informasi dalam proses rantai pasokan menjadi optimal. Perusahaan harus mampu menerapkan manajemen rantai pasokan dengan baik untuk dapat memaksimalkan nilai keseluruhan rantai pasokan. Hal ini berarti apabila perusahaan dapat memaksimalkan nilai keseluruhan rantai pasokan, maka perusahaan juga akan mampu memaksimalkan nilai bagi konsumen. Nilai bagi konsumen adalah persepsi konsumen atas kegunaan produk jadi yang dirasakan konsumen terhadap biaya yang dikeluarkan oleh konsumen dalam perolehan produk jadi tersebut. Sedangkan nilai dalam rantai pasokan menurut Chopra dan Meindl (2011) adalah perbedaan antara kegunaan suatu produk bagi konsumen dengan biaya rantai pasokan dalam memenuhi permintaan konsumen. Nilai dalam rantai pasokan ini erat kaitannya dengan supply chain profitability (biasa disebut dengan supply chain surplus), yang dihasilkan dari selisih pendapatan dengan biaya di seluruh mata rantai pasokan perusahaan. Supply chain surplus yang dihasilkan setiap perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan. Pengukuran pada kinerja rantai pasokan penting untuk dilakukan dikarenakan persaingan bisnis tidak hanya terjadi antar perusahaan, namun juga antar pihak dalam rantai pasokan (Hausman, 2002 dalam Ersuyansah, 2011). Di dalam jurnal Beamon (1999) dituliskan bahwa terdapat beberapa indikator dalam pengukuran kinerja pada rantai pasokan. Indikator-indikator tersebut adalah biaya 3
4 (C), dan kombinasi antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya persediaan maupun biaya operasional perusahaan. Pengukuran kinerja rantai pasokan yang diukur melalui pemenuhan kebutuhan konsumen adalah - waktu tunggu konsumen mulai dari pemesanan barang sampai dengan barang tersebut diterima oleh konsumen ; - kemungkinan adanya stockout, sehingga perusahaan tidak mampu dalam memenuhi seluruh kebutuhan konsumen ; dan - persentase ketepatan waktu pemenuhan pesanan/kebutuhan konsumen, dimana pesanan tersebut diantar tidak lebih dari jadwal pengiriman barang yang dipesan. Kedua indikator tersebut masih belum dapat diaplikasikan dalam model penelitian rantai pasokan. Oleh karena itu, Davis (1993) menambahkan kinerja supplier sebagai indikator pengukuran kinerja rantai pasokan. Pada tahun 1994, Christopher menambahkan kepuasan konsumen, dan Nicoll menambahkan aliran informasi sebagai indikator tambahan dalam pengukuran kinerja rantai pasokan. Kemudian pada tahun 1995, Johnson dan Randolph menambahkan indikator manajemen resiko sebagai indikator dalam pengukuran kinerja rantai pasokan. Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan model pengukuran kinerja rantai pasokan yang diadaptasi dari Beamon (1999). Ada beberapa variabel dalam pengukuran kinerja rantai pasokan, yakni biaya, waktu aktivitas, pemenuhan kebutuhan konsumen, dan fleksibilitas. 4
5 Beamon (1999) mengevaluasi bahwa biaya, waktu aktivitas, pemenuhan kebutuhan konsumen, dan fleksibitas masih belum dapat memenuhi aspek kritis dari strategic goals perusahaan. Strategic Goals perusahaan melibatkan elemenelemen kunci perusahaan, seperti: sumber daya, output, dan fleksibilitas. Oleh karena itu, Beamon membagi kinerja rantai pasokan menjadi tiga dimensi pengukuran, antara lain: kinerja sumber daya, kinerja output dan kinerja fleksibilitas. Dalam penelitian Sezen (2008), terdapat tiga faktor yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kinerja rantai pasokan. Ketiga faktor tersebut juga memiliki hubungan terhadap dimensi dalam kinerja rantai pasokan. Oleh sebab itu, didalam penelitian Sezen, ketiga faktor tersebut menjadi faktor dalam pengukuran kinerja rantai pasokan. Ketiga faktor yang berhasil diidentifikasi 5
6 Sezen (2008) antara lain: integrasi rantai pasokan, berbagi informasi dalam rantai pasokan, dan desain rantai pasokan. Berdasarkan kesimpulan Sezen (2008), ketiga faktor tersebut akan membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja rantai pasokan. Sehingga perusahaan akan lebih mudah dalam mencapai keunggulan kompetitif. Diera globalisasi ini, industri di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mampu memberikan kontribusi bisnis yang positif dalam perdagangan di Indonesia melalui produk yang unik dan inovatif. Produk-produk ini dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia menurut salah satu artikel dalam situs internet Solopos. Menurut salah satu artikel dalam situs internet Solopos pada Kamis, 29 November 2012, yang berjudul Ekonomi DIY Bakal Tumbuh Tertinggi dalam 10 Tahun menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2012 berpotensi menembus angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Mahdi Mahmudi menegaskan bahwa pertumbuhan tersebut cukup baik karena merujuk pada data 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi DIY umumnya berada di bawah 5,5 % per tahun. Sehingga terdapat selisih sekitar 1.44% jika dibandingkan dengan jumlah pertumbuhan ekonomi DIY tahun Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh beberapa sektor ekonomi, salah satunya adalah sektor industri kreatif. Pada rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia dalam studi industri kreatif Indonesia yang dilakukan Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) disebutkan bahwa ekonomi kreatif yang mencakup 6
7 industri kreatif, di beberapa negara saat ini, diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsa secara signifikan. Indonesia pun melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan, karena bangsa Indonesia memiliki sumberdaya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Definisi industri kreatif menurut Departemen Perdagangan RI (2008) adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan kreasi dan daya cipta individu tersebut. Perkembangan industri kreatif sangatlah luas, terutama di daerah Jawa, khususnya Yogyakarta. Hal ini dikarenakan pengaruh budaya yang masih kental di daerah ini, khususnya Desa Kasongan. Desa Kasongan memang identik dengan keramik dan gerabah, dan merupakan sentra industri kerajinan keramik/gerabah paling besar di Yogyakarta. Sebagian besar penduduknya yang memang bermata pencaharian sebagai pengrajin keramik, telah menghasilkan berbagai macam produk seperti guci, vas bunga, patung, celengan, dan satu set meja dan kursi. Desain, bentuk dan bahan baku yang digunakan disesuaikan dengan tren pasar yang terdapat pada masa tersebut. Dulu, banyak permintaan produk yang polosan tanpa warna, seiring berjalannya waktu, permintaan akan produk berwarna yang menggunakan pasir pantai kian meningkat. Penjualan tertinggi (diluar pesanan) yang diperoleh pengrajin adalah ketika masa liburan. Produk keramik dan gerabah di Kasongan memiliki pasar tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga berasal dari negara tetangga (Malaysia, Singapura), Jepang, Korea, Amerika Serikat dan Belanda. Kegiatan produksi 7
8 hingga penjualan produk keramik dan gerabah di Kasongan mampu menghasilkan pendapatan yang cukup besar per-tahun, pendapatan pengrajin di Kasongan juga sangat ditentukan oleh banyaknya pesanan. Kegiatan ekspor dan kerajinan keramik dan gerabah mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Ringkasan laporan yang diperoleh dari website: memberikan informasi terkait fluktuasi dan perkembangan ekspor kerajinan keramik dan gerabah dari tahun Pada tahun 2004, komoditi kerajinan gerabah menghasilkan volume penjualan(kg) adalah sebesar 779,529.35, dan memiliki nilai ekspor(us$) sebesar 638, Tahun 2005 volume penjualan dan nilai ekspor komoditi gerabah mengalami penurunan, volume penjualan (kg) yang dihasilkan adalah sebesar 322,272.85, dan nilai ekspor (US$) yang dimiliki adalah 346, Pada tahun 2006 volume penjualan yang dihasilkan lebih sedikit dibanding tahun 2005, namun memiliki nilai ekspor paling besar jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya (tahun 2004 dan 2005). Volume (kg) komoditi kerajinan gerabah yang dihasilkan pada tahun 2006 adalah sebesar 314,987.99, dan nilai ekspor (US$) yang dimiliki adalah sebesar 841,532,56. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan, 14 sektor yang berada di bawah lingkup industri kreatif (dimana salah satu sub sektornya adalah industri kerajinan) sekarang ini mulai berkembang semakin mantap dan memberikan sumbangan cukup besar terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), terhitung sejak lima tahun terakhir ini. Kemunculan para pekerja kreatif dan maraknya beragam jenis peluang usaha kreatif di kalangan masyarakat, diyakini bakal menjadi kekuatan ekonomi alternatif bagi negara kita. Sejak tahun 8
9 2007 yang lalu, kegiatan ekspor di 14 sektor industri kreatif selalu menunjukkan lonjakan yang cukup hebat. Pada tahun 2010 silam, empat belas sektor tersebut bisa memberikan kontribusi sebesar 7,29% terhadap PDB. Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor industri kreatif DIY menjadi salah satu pendukung rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia dan industri kreatif khususnya industri kerajinan gerabah dan keramik di Kasongan memberikan kontribusi pada sektor industri lokal. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Kasongan, Bantul atas berbagai pertimbangan, antara lain : Pertama, desa kasongan merupakan pusat kerajinan gerabah dan keramik di Yogyakarta. Kedua, industri kerajinan di desa kasongan memberikan kontribusi pada sektor industri lokal. Ketiga, desa kasongan merupakan sentra industri kerajinan yang sudah lama menjadi pemain dalam industri kreatif di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Keempat, industri di desa kasongan memiliki pangsa pasar yang luas, baik domestik maupun internasional. Banyaknya pengusaha/pengrajin keramik yang berada di sentra industri gerabah Kasongan, memicu tingkat persaingan yang tinggi. Harga jual yang ditetapkan oleh masing-masing pengrajin pun bervariasi. Besar-kecil ukuran produk dan tingkat kesulitan produksi mempengaruhi penentuan harga jual produk jadi. Dengan mempertimbangkan aspek aspek dan aksesibilitas peneliti, maka fokus penelitian dilakukan di Desa Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 9
10 I.2 Rumusan Masalah Seperti yang telah dibahas pada bagian latar belakang, industri kreatif di Indonesia menarik untuk diteliti karena industri kreatif saat ini berada pada tahap perkembangan. Perkembangan bisnis ini memunculkan persaingan diantara pelaku usaha di desa kasongan. Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan ini, isu kontekstual dan konseptual dalam penelitian ini adalah : 1. Persaingan yang tinggi diantara pelaku usaha kerajinan gerabah di industri Kasongan, Bantul dan harga jual produk kerajinan yang bervariasi. 2. Manajemen rantai pasokan yang baik dapat membantu para pelaku usaha dalam memperoleh keunggulan kompetitif di unit usahanya, sehingga dapat meningkatkan kinerja di unit usahanya. I.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, kemudian peneliti mengajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh antara integrasi rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan? 2. Apakah berbagi-informasi dalam rantai pasokan berpengaruh terhadap kinerja rantai pasokan? 3. Apakah desain rantai pasokan berpengaruh terhadap kinerja rantai pasokan? 10
11 I.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain: 1. untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan integrasi rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan pada salah satu industri kreatif di Indonesia. 2. untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan berbagi informasi dalam rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan pada salah satu industri kreatif di Indonesia. 3. untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan desain rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan pada salah satu industri kreatif di Indonesia. I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi praktisi (perusahaan), bagi penelitian selanjutnya dan bagi akademisi. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan alternatif masukan bagi perusahaan dalam menghasilkan keunggulan kompetitif, dengan cara mengimplementasikan integrasi, berbagi informasi dan desain rantai pasokan yang baik pada manajemen rantai pasokan perusahaan. 11
12 Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif referensi penelitian selanjutnya. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman akademisi tentang pengaruh penerapan integrasi, berbagi informasi, dan desain rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan. I.6 Batasan Penelitian Berdasarkan masalah diatas dan untuk mempermudah dalam pemecahan masalah, peneliti membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut ini: 1. Variabel variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah integrasi rantai pasokan, berbagi informasi dalam rantai pasokan, desain rantai pasokan dan kinerja rantai pasokan. 2. Penelitian akan dilakukan pada 165 pemilik yang berperan sebagai pengrajin usaha kerajinan gerabah yang terdapat di Kasongan, Bantul, Kasihan, Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Responden yang dipilih adalah pemilik / pengrajin dari setiap gerai yang memenuhi karakteristik responden dalam penelitian ini. Pemilik atau pengrajin dipilih karena menurut peneliti mereka memiliki pengetahuan yang cukup mengenai rantai pasokan bisnis sehingga dapat mengisi kuesioner dengan baik dan memberi informasi yang akurat. 12
13 I.7 Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari 5 bab dan tiap tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Secara umum tiap tiap bab dalam penulisan ini akan dijelaskan sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan. Bab I akan dibagi menjadi tujuh (7) sub bab, antara lain: uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi rerangka teori yang membangun penelitian ini. Pembahasan teori akan dibagi menjadi lima (5) bagian yaitu manajemen rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, integrasi rantai pasokan, berbagi informasi dalam rantai pasokan, dan desain rantai pasokan. Pada bab ini juga akan dijelaskan secara singkat mengenai penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis dan model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Bab III berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan akan dibagi menjadi tujuh (7) sub bagian, antara lain: desain penelitian, sumber data penelitian, metode pengumpulan data, populasi, sampel dan pengambilan sampel; definisi operasional, uji instrumen, dan analisis data. Bab IV berisi pembahasan mengenai hasil analisis data yang telah dilakukan. Data yang dianalisis (diolah) adalah data yang memenuhi syarat 13
14 analisis. Bagian ini terbagi menjadi 4 antara lain: karakteristik responden, statistik deskriptif, uji instrumen, dan pengujian hipotesis. Bab V berisi kesimpulan penelitian dan saran bagi perusahaan yang rekomendasikan oleh penulis. 14
BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Berbagai produk kerajinan diproduksi oleh perusahaan kerajinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajinan merupakan salah satu produk andalan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai produk kerajinan diproduksi oleh perusahaan kerajinan yang tersebar di hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ide penelitian ini berawal dari pertanyaan Bagaimana cara meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Adapun dampak postifnya adalah dapat memberikan peluang bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan yang sangat tajam terjadi di semua lini usaha dalam era perdagangan bebas saat ini. Fakta ini membawa dampak positif dan negatif bagi negara Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan saat ini dapat dikatakan bahwa pada jaman sekarang perubahan sangat cepat terjadi, dimulai dari kemajuan teknologi, sistem perdagangan globalisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian di Indonesia dan sudah berkembang pesat. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara yang kaya akan
Lebih terperinciIDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO
RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinci2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat persaingan dalam perdagangan internasional yang ketat mangharuskan setiap negara untuk menyiapkan industrinya agar dapat bersaing. Daya saing yang tinggi dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Pelanggan mulai bisa membedakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciPeningkatan Produktivitas Usaha Kerajinan Keramik di Daerah Bantul Guna Mendukung Pengembangan Produk Ekspor Non Migas
Peningkatan Produktivitas Usaha Kerajinan Keramik di Daerah Bantul Guna Mendukung Pengembangan Produk Ekspor Non Migas RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan program ini adalah meningkatkan produktivitas usaha kerajinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi (kg)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal yang penting bagi Indonesia. Furniture merupakan salah satu komoditi yang diproduksi dan diperdagangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, industri alat berat Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan industri
Lebih terperinci5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR
5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa pengrajin yang kreatif mampu mengubah produk yang semula berfungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak perang Diponegoro (1825-1830) penduduk Kasongan memulai kegiatan membuat gerabah yang berfungsi sebagai keperluan rumah tangga. Beberapa pengrajin yang kreatif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik
Lebih terperinciVII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK
VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi luas tanah yang semakin menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan kerajinan rumah tangga.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 diakses pada 08 November 2016 pukul WIB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepara selain terkenal sebagai kota ukir, kota mebel, juga memiliki sejumlah sentra usaha lainnya. Salah satunya adalah sentra kerajinan rotan. Sentra kerajinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, seseorang akan melakukan sesuatu kegiatan yang disebut konsumsi. Konsumsi merupakan suatu kegiatan menikmati nilai daya guna dari
Lebih terperinciVALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK
VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAUAN. perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan
BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun pertumbuhan perekonomian di Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Perkembangan ekonomi diukur berdasarkan salah satu indikator pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas akan di tandai dengan globalisasi sebagai akibat dari Liberalisme/Revormasi ekonomi yang didukung dengan majunya teknologi dan transportasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Indonesia (Bukhari, 2011), kontribusi industri terhadap PDB Indonesia tahun 2000-2010, sektor tekstil, barang kulit dan alas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan bidang pangan menjadi konsentrasi yang cukup besar untuk dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya permintaan pangan seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pemasaran yang berorientasi pasar serta inovasi produk akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh sebab itu diperlukan adanya kelancaran dalam pemasaran produk
Lebih terperinciManajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016
Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi konsumen. juga teknologi (Ferrell, Hirt, & Ferrell, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil tidak dapat dipandang sebelah mata karena keberadaannya yang turut menyokong perekonomian suatu negara. Usaha kecil memiliki banyak peranan, diantaranya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan terhadap kebutuhan dasar tersebut menjadi hal yang mutlak jika manusia ingin tetap menjaga keberlangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan sebagai negara manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, banyak perusahaan mengalami perkembangan dalam dunia bisnisnya dan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dengan memanfaatkan kecanggihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).
BAB I 1.1 Latar belakang PENDAHULUAN Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Manajemen
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Indonesia yang kaya akan budaya dan hasil alamnya memiliki banyak industri yang menggantungkan usahanya pada hasil alam tersebut. Salah satu industri yang menggabungkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing
Lebih terperinciSTRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL
STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL Pengertian Globalisasi Kata globalisasi dari bahasa Inggris globalization. Global berarti universal yang mendapat imbuhan - lization yang bisa dimaknai sebagai proses.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang berperan menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, dan telur yang mengandung zat gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Setiap perusahaan dituntut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pernyataan Persatuan Pengusaha Grafika Indonesia bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pernyataan Persatuan Pengusaha Grafika Indonesia bahwa industri pada bidang percetakan hingga saat ini semakin berkembang sehingga tren industri percetakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal
Lebih terperinciDINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D
DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh : SURYO PRATOMO L2D 004 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Lebih terperinciKONSEP SISTEM INFORMASI
CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM
Lebih terperinciVII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN
76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Kinerja perekonomian Indonesia
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari berbagai sektor dalam perekonomiannya antara lain sektor industri, pertanian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pengembangan kreativitas sebagai usaha yang mendukung peningkatan inovasi baik untuk suatu produk maupun jasa harus senantiasa terus dilakukan. Hal ini salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keramik atau gerabah merupakan barang atau bahan yang dibuat dari bahan-bahan organik (bukan logam) dengan bahan-bahan tanah dan batu-batu silikat sebagai bahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bisnis kuliner merupakan bisnis yang sedang berkembang di Indonesia pada saat ini. Munculnya berbagai makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren kuliner sebagai
Lebih terperinciSCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan untuk pengusaha guna mempertahankan kontinuitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Sektor industri kecil terutama industri rumah tangga mulai bermunculan. Persaingan antar perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinci