3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGKAJIAN INVESTASI UNIT PENANGKAPAN DALAM UPAYA PEMANFAATAN SUMBERDAYA UDANG PENAEID SECARA BERKELANJUTAN DI PERAIRAN CIREBON UTARA, JAWA BARAT

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto

1 PENDAHULUAN. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang laut di Indonesia dan Laut Jawa. Pemanfaatan (%) 131,93 49,58

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

3. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN

C E =... 8 FPI =... 9 P

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB III BAHAN DAN METODE

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

3 METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Tempat pelaksanaan penelitian tesis. Data yang Dikumpulkan. Data persepsi nelayan. Produktivitas per trip

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN INVESTASI UNIT PENANGKAPAN DALAM UPAYA PEMANFAATAN SUMBERDAYA UDANG PENAEID SECARA BERKELANJUTAN DI PERAIRAN CIREBON, JAWA BARAT

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL GORDON SCHAEFER SUMBERDAYA IKAN WADER (Rasbora sp) DI RAWA PENING, KABUPATEN SEMARANG

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

III. METODE PENELITIAN

MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA. Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

BIO-EKONOMI PENANGKAPAN IKAN : MODEL DINAMIK. oleh. Purwanto 1) ABSTRACT

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Surplus Production

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengelolaan SD Pulih -SD Ikan- Luh Putu Suciati

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

Studi Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

3 METODOLOGI PENELITIAN

OPSI PENGELOLAAN IKAN TEMBANG (SARDINELLA FIMBRIATA) DI PERAIRAN KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL ANALISIS EKONOMI DAN OPTIMASI PENGUSAHAAN SUMBERDAYA PERIKANAN

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN PELAGIS PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TAWANG KABUPATEN KENDAL

3 KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Upaya Penangkapan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

3.1. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BAJOMULYO KABUPATEN PATI JAWA TENGAH

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN UNTUK CUMI-CUMI (Loligo sp) YANG TERTANGKAP DENGAN CANTRANG DI TPI TANJUNGSARI KABUPATEN REMBANG

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

VI. ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA DAN MITIGASI BENCANA

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini ditujukan terhadap kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang di wilayah pesisir Cirebon. Penelitian ini mencakup aspek aspek yang terkait dengan pengelolaan kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang, yakni : pengelolaan sumberdaya udang agar lestari, pengelolaan jumlah armada penangkapan unit alat tangkap jaring udang agar kegiatan penangkapan udang dapat berkelanjutan, pengelolaan iklim investasi terhadap kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang, dan pemanfaatan pelabuhan perikanan didalam melayani kelancaran kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang serta memfungsikan hak dan kewajiban nelayan terhadap prasarana pelabuhan yang telah diberikan oleh pemerintah. Kasus wilayah perairan pesisir Cirebon yang diduga potensi sumberdaya udangnya sudah dieksploitasi secara berlebihan diupayakan untuk dapat diangkat ke permukaan. Pelaksanaan survei dilakukan agar dapat diperoleh gambaran sampel yang diharapkan dapat mewakili kasus wilayah yang bersangkutan. Konsep dan Pengukuran : 1) Usaha penangkapan udang adalah kegiatan menangkap udang dengan tujuan memperoleh keuntungan finansial. 2) Nelayan jaring udang adalah rumah tangga perikanan (RTP) yang memiliki alat tangkap jaring udang dan perahu motor tempel sendiri. 3) Produksi adalah hasil tangkapan udang yang dinyatakan dalam satuan berat (kg). 4) Effort adalah upaya untuk menangkap udang dengan menggunakan teknologi penangkapan yang dinyatakan dalam satuan unit (jumlah kuantitas). 5) Catch per unit effort (CPUE) adalah hasil tangkapan per satuan upaya yang dinyatakan dalam kg/unit. 6) Maximum sustainable yield (MSY) adalah hasil tangkapan maksimum yang membuat sumberdaya lestari. 7) Maximum economic yield (MEY) adalah hasil tangkapan maksimum yang memberikan tingkat keuntungan ekonomi maksimum.

8) Open access (OA) adalah kondisi sumberdaya yang dapat diakses oleh siapapun. 3.2 Daerah dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah perairan pesisir Cirebon dimana terdapat populasi armada penangkapan jaring udang yang terbesar di wilayah Propinsi Jawa Barat. Lokasi tempat pengambilan sampel dilakukan di wilayah kecamatan pesisir Cirebon yang memiliki komunitas nelayan jaring udang relatif banyak, yakni : Kecamatan Cirebon Utara, Kecamatan Mundu dan Kecamatan Gebang. Waktu pelaksanaan penelitian di lapangan berlangsung selama 12 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2006 sampai dengan Maret 2007. 3.3 Sumber dan Jenis Data Data yang diperlukan pada penelitian ini bersumber dari data lapangan maupun data hasil studi pustaka. Data lapangan yang merupakan data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden nelayan jaring udang, sedangkan data hasil studi pustaka yang merupakan data sekunder diperoleh melalui berbagai instansi terkait (seperti : dinas perikanan, koperasi mina, tempat pelelangan ikan, pelabuhan perikanan, toko toko tempat penjualan berbagai keperluan operasi penangkapan udang, dan lembaga keuangan baik formal maupun yang informal). Data primer dan sekunder menggambarkan kondisi aktual aktivitas perikanan jaring udang di wilayah Cirebon yang meliputi : nelayan, alat tangkap jaring udang, armada penangkapan jaring udang, daerah penangkapan dan volume produksi hasil tangkapan per jenis alat tangkap. 3.4 Teknik Pengambilan Contoh Contoh responden yang diambil dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik ini dipilih karena karakteristik populasi pemilikan perahu motor tempel menggambarkan adanya kelas kelas atau stratifikasi tertentu pada besaran kekuatan motor tempelnya. Variasi besaran kekuatan motor tempel pada unit penangkapan jaring udang yang terdapat di wilayah Cirebon adalah : 4,5 PK, 5,5 PK, 6,5 PK, 7,5 PK, 8,5 PK, 10,5 PK, 11,5 PK, 14 PK, 15 PK dan 19 PK. Begitu pula terhadap variasi jenis alat tangkap 33

jaring udangnya terdapat adanya kelas kelas atau stratifikasi tertentu berdasarkan preference nelayan masing masing. Yang dimaksud dengan alat tangkap jaring udang adalah jenis alat tangkap yang dominant menangkap udang laut yang terdapat di wilayah perairan pesisir Cirebon. Termasuk dalam katagori ini adalah : unit alat tangkap dogol, trammel net dan jaring klitik. Dari masing masing sub populasi berdasarkan penggunaan jenis alat tangkap jaring udang yang beragam tersebut, diambil contoh sebanyak 30 responden sehingga total contoh yang dianalisis sebanyak 90 responden. Banyaknya sampel berdasarkan variasi kekuatan motor tempelnya disesuaikan dengan jumlah sub populasi alat tangkap jaring udang yang masih aktif di lapangan. Secara lebih rinci, banyaknya jumlah contoh (sampel) yang diambil pada penelitian ini dapat diperhatikan pada Tabel 3. berikut ini. Tabel 3 Jumlah contoh (sampel) armada unit alat tangkap jaring udang Jenis Armada Jumlah sampel 1. Jaring klitik : 4,5 PK 3 2. Jaring klitik : 5,5 PK 4 3. Jaring klitik : 6,5 PK 6 4. Jaring klitik : 7,5 PK 6 5. Jaring klitik : 8,5 PK 5 6. Jaring klitik : 10,5 PK 3 7. Jaring klitik : 11,5 PK 2 8. Jaring klitik : 19 PK 1 1. Dogol : 4,5 PK 3 2. Dogol : 5,5 PK 4 3. Dogol : 6,5 PK 6 4. Dogol : 7,5 PK 6 5. Dogol : 8,5 PK 5 6. Dogol : 10,5 PK 3 7. Dogol : 14 PK 2 8. Dogol : 15 PK 1 1. Trammel net : 4,5 PK 3 2. Trammel net : 5,5 PK 4 3. Trammel net : 6,5 PK 6 4. Trammel net : 7,5 PK 6 5. Trammel net : 8,5 PK 5 6. Trammel net : 10,5 PK 3 7. Trammel net : 11,5 PK 2 8. Trammel net : 19 PK 1 Total sampel 90 34

Penghitungan rataan sampel (contoh) dilakukan dengan metode rataan aritmatika (arithmetic mean) dan rataan tertimbang (weighted mean). Penghitungan rataan tertimbang (weighted mean) ditujukan terhadap sampel yang memiliki stratifikasi, yaitu pada data kekuatan motor tempel dan jenis alat tangkap jaring udang. Perumusan matematika dari kedua jenis rataan tersebut adalah sebagai berikut (Pohl dan Kazmier 1979) : n X i i=1 Arithmetic mean : X = --------------.. (25) n dimana : X = nilai rataan aritmatika variabel X X i = nilai variabel X ke i, untuk i = 1, 2, 3,, n n = jumlah sampel n i Weighted mean : X = ------- x i (26) N dimana : X = nilai rataan tertimbang variabel X x i = nilai rataan sub sampel ke i, untuk i = 1, 2, 3,, n n i = jumlah sub sampel ke i, untuk i = 1, 2, 3,, n N = jumlah keseluruhan sampel Data primer yang didapat berupa : data input dan output kegiatan usaha penangkapan jaring udang, data harga-harga input dan output kegiatan usaha penangkapan jaring udang, data proses pemasaran hasil tangkapan udang, data proses perolehan bekal operasi penangkapan, data investasi kegiatan usaha penangkapan, dan data-data kondisi aktual pemanfaatan PPI yang dijadikan fishing base nelayan jaring udang, yakni : PPI Bondet, PPI Bandengan dan PPI Gebang Mekar. Sementara data sekunder yang didapat adalah data produksi udang hasil tangkapan dan jumlah armada penangkapan jaring udang yang berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, Cirebon dalam angka. Oleh karenanya satuan effort ditetapkan sebagai jumlah armada. 3.5 Analisis 3.5.1 Analisis untuk mengetahui kondisi pemanfaatan sumberdaya udang dan penentuan kondisi pemanfaatan optimumnya 1) Analisis hasil tangkap per upaya penangkapan : 35

Analisis hasil tangkap per upaya penangkapan (catch per unit effort) dilakukan untuk menduga parameter parameter bioekonomi selanjutnya. Rumus analisis CPUE adalah sebagai berikut : dimana : CPUE t = Y t / E t.. (27) Y t = hasil tangkap udang (kg) pada waktu t E t = jumlah (unit) armada jaring udang pada waktu t. Data runtut waktu pada masing masing hasil tangkap dan upaya penangkapan dianalisis kecenderungan perkembangannya selama periode 1983 s/d 2006 (selama 24 tahun) melalui trend analysis. Hal ini dilakukan agar dapat dilihat kecenderungan perkembangan kedua variabel tersebut pada waktu yang akan datang. Trend analysis yang digunakan adalah analisis trend linear dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) dengan formula berikut ini : Ŷ = a + bx (28) n n Y i = na + b X i. (29) i=1 i=1 n n n Y i X i = a X i + b X 2 i... (30) i=1 i=1 i=1 2) Analisis present value : Metode present value merupakan suatu metode penghitungan seluruh rente ekonomi yang akan datang (future value of rent atau FVR) dari pemanfaatan sumberdaya perikanan berdasarkan nilai pada masa sekarang (present value of rent atau PVR). Rente sumberdaya perikanan (dalam hal ini adalah udang) dapat ditulis sebagai berikut : π = ph t - c t E t (31) π = (a - bh t ) H t - c t E t.. (32) dimana : π = rente sumberdaya perikanan udang p = harga jual udang (di tingkat produsen) a = intercept kurva permintaan b = slope (kemiringan) H t = hasil tangkap lestari E t = upaya (effort) c t = biaya per unit upaya t = periode waktu Bila diasumsikan biaya per unit upaya adalah konstan, maka PVR dari sumberdaya perikanan udang dapat ditulis sebagai berikut : 36

(Π t ) V t = ------- dimana δ adalah social discount rate untuk t.. (33) δ Dalam situasi tertentu nilai δ dapat didekati sebagai nilai suku bunga simpanan dan pinjaman di perbankan. 3) Analisis depresiasi dan degradasi sumberdaya udang : Depresiasi dapat dilihat dari adanya perubahan present value of rent (PVR) sebagai berikut : (Π t - Π t-1 ) V t V t-1 = ---------------.. (34) δ dimana : V t = PVR sustainable pada waktu t V t-1 = PVR sustainable pada waktu t 1 Jika : V t V t-1 < 0 sumberdaya udang telah terdepresiasi (35) Di sisi lain, penentuan degradasi sumberdaya udang dapat dilihat dari besaran koefisien degradasi sebagai berikut : Ø = (1 + e h-sus/h-act ) -1 (36) dimana : Ø = koefisien degradasi h act = hasil tangkap aktual = hasil tangkap lestari h sus 4) Analisis biaya : Analisis biaya diperlukan untuk mengetahui struktur biaya penangkapan dari pengoperasian unit armada penangkapan jaring udang. Komponen biaya yang diperhitungkan adalah : (1) Komponen biaya variabel rata rata yang meliputi biaya biaya : solar, oli, es, ransum dan perawatan. (2) Komponen biaya tetap rata rata yang meliputi biaya biaya : pembuatan tenda, ijin usaha dan penyusutan. 5) Analisis pendugaan parameter model bioekonomi : Analisis model bioekonomi merupakan kajian terhadap sumberdaya udang dari aspek biologi dan aspek ekonomi dengan tujuan memaksimumkan manfaat ekonomi dengan kendala aspek biologi. Pada perikanan udang perlu 37

dilakukan standardisasi upaya agar dapat menggambarkan upaya secara satu kesatuan unit, yakni unit jaring udang. Dari hasil standardisasi upaya dan produksi aktual, kemudian dianalisis guna memperoleh fungsi hasil tangkap lestari, tingkat degradasi atau depresiasi dan nilai optimal dari parameter : stock udang, hasil tangkap, upaya (effort) dan rente ekonominya pada kondisi maximum sustainable yield (MSY), open access (OA), maximum economic yield (MEY) dan system dinamik. Proses standardisasi dilakukan dengan maksud agar dapat diketahui besaran upaya (effort) secara satu kesatuan unit, yakni unit jaring udang. Diketahui bahwa unit jaring udang meliputi alat tangkap dogol, trammel net dan jaring klitik. Alat tangkap yang dijadikan standar adalah alat tangkap yang memiliki daya tangkap tertinggi dalam menangkap udang, yakni alat tangkap dogol. U i E std = ----------... (37) U std dimana : E std = effort standard U i = catch per unit effort (CPUE) alat tangkap ke i U std = CPUE alat tangkap yang dijadikan standar Pendugaan parameter model bioekonomi dimulai dengan menduga terhadap parameter biologi, yaitu : konstanta daya dukung perairan (K), konstanta pertumbuhan alami (r) dan konstanta daya tangkap (q). Untuk menduga parameter parameter K, r dan q digunakan metode Algoritma Fox sebagai berikut : q = geomean ln (x/y)/z x = (z/cpue t ) + 1/b.... (38) y = (z/cpue t+1 ) + 1/b z = (a/b) {( CPUE t + CPUE t+1 )/2} K = a/q.... (39) R = Kq 2 /b (40) Koefisien a dan b diperoleh melalui pendugaan dengan melakukan regresi sederhana antara CPUE dan effort. Parameter biaya penangkapan per upaya penangkapan ( c ) dihitung dari rata rata biaya penangkapan total responden nelayan jaring udang di wilayah 38

penelitian. Biaya penangkapan meliputi biaya tetap dan biaya operasi per tahun. Biaya penangkapan rata rata dihitung dengan menggunakan rumus rata rata aritmatika sebagai berikut : B = B i /n (41) dimana : B n B i = biaya penangkapan rata rata = jumlah responden = biaya penangkapan responden ke i Variabel harga udang (p) ditentukan berdasarkan rata rata harga per bulan selama periode penelitian (Maret 2006 s/d Maret 2007), yaitu : p = p i /n. (42) dimana : p n p i = harga udang rata rata per bulan (Rp/kg) = jumlah bulan = harga udang di bulan ke i Data biaya penangkapan haruslah diubah terlebih dahulu kedalam nilai riil, kemudian disesuaikan dengan indeks harga konsumen (consumer price index) tahunan dari BPS untuk mendapatkan nilai biaya series tahunan. Konversi ke nilai riil (baik terhadap harga maupun biaya) dimaksudkan agar dapat menghilangkan pengaruh inflasi melalui teknik berikut ini : c rt = (c nt /IHK) x 100.. (43) dimana : c rt = biaya riil pada tahun t c nt = biaya nominal pada tahun t IHK = indeks harga konsumen pada tahun t Adapun nilai biaya series tahunan adalah sebagai berikut : c t = (IHK t /IHK std ) x c std.. (44) dimana : c t c std IHK std IHK t = biaya riil pada tahun t = biaya nominal pada tahun standar = indeks harga konsumen pada tahun standar = indeks harga konsumen pada tahun t Tahap selanjutnya adalah proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang, yakni terhadap parameter : (i) kondisi stok sumberdaya udang, (ii) kondisi produksi hasil tangkapan, (iii) kondisi upaya penangkapan (effort) dan (iv) kondisi rente ekonominya pada kondisi MSY (maximum sustainable yield) dan kondisi OA (open access). Pada kondisi MSY pemanfaatan sumberdaya udang lebih diperhatikan terhadap keamanan aspek biologinya, sedangkan pada kondisi OA pemanfaatan sumberdaya udang lebih diperhatikan pada kekhawatirannya terhadap status pemanfaatan sumberdaya udang yang mana semua pihak dibolehkan memanfaatkannya. 39

Langkah selanjutnya adalah proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang pada kondisi statis MEY (maximum economic yield). Dari hasil penghitungan kondisi optimalisasi MEY kemudian dibandingkan dengan kondisi MSY dan OA. Hasil perbandingan tersebut sudah cukup dapat digunakan oleh pengambil kebijakan pengelolaan sumberdaya udang dalam penetapan kondisi mana yang diinginkannya, namun penggambaran kondisi optimal pemanfaatan sumberdaya udang tersebut masih dalam kondisi statis. Apabila parameter ekonomi dimasukkan pada proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang, maka status statisnya berubah menjadi dinamis. Kedinamisan tersebut disebabkan karena berubahnya discount rate (tingkat diskon) yang terjadi di masyarakat. Perubahan discount rate (tingkat diskon) lebih disebabkan karena adanya perubahan variabel variabel ekonomi baik lokal, nasional maupun global. Proses penghitungan matematis terhadap nilai optimal statis maupun dinamis dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak excel. Pada penggunaan perangkat lunak excel, secara otomatis tidak dilakukan uji stasioner Dickey Fuller seperti halnya pada penggunaan perangkat lunak Shazam. Digunakannya perangkat lunak excel dikarenakan faktor kemudahan dan data runtut waktu yang dianalisis given dari data-data sekunder. Penghitungan terhadap kebutuhan analisis statistiknya dapat dilakukan dengan perangkat lunak minitab. Penghitungan matematis terhadap nilai optimal statis maupun dinamis didekati dengan menggunakan metode surplus produksi seperti dapat dilihat berikut ini. dx/dt = F (x) = rx (1 x/k) (45) dimana : dx/dt = F (x) = perubahan stok ikan (fungsi pertumbuhan stok ikan) x = stok ikan r = laju pertumbuhan intrinsik ikan K = kapasitas daya dukung perairan Aktivitas penangkapan ikan pada dasarnya merupakan : H = q x E. (46) dimana : H = hasil tangkapan q = koefisien daya tangkap x = stok ikan E = upaya 40

Dengan adanya aktivitas penangkapan seperti tersebut di atas, maka perubahan stok ikan menjadi : dx/dt = F (x) = rx (1 x/k) H (47) Persamaan (47) memberikan pemahaman bahwa terdapat 3 (tiga) kondisi stok ikan (Hartwick dan Olewiler 1998), yakni sebagai berikut : (1) F (x) H < 0 ; terjadi exces harvest (stok ikan akan segera punah bila penangkapan tidak dibatasi dan dikontrol). (2) F (x) H = 0 ; terjadi keseimbangan statis pada titik yang tidak stabil (glitch point atau MSY). (3) F (x) H > 0 ; stok ikan ditangkap pada posisi di sebelah kiri glitch point atau MSY yang akan menyebabkan ketidakstabilan karena ikan yang ditangkap masih berukuran kecil. Kestabilan akan terjadi bila penangkapan ikan berada di sebelah kanan glitch point atau MSY karena ukuran ikan yang ditangkap sudah besar, namun dengan kondisi yang mana F (x) H belum negatip. Bila kondisi keseimbangan ekologi diasumsikan sama dengan nol, maka dx/dt = 0 dan nilai stok ikan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : X = K { 1 (q/r) E} (48) Bila persamaan (48) disubstitusi ke persamaan (46), maka akan diperoleh fungsi upaya hasil tangkap berikut : (yield effort curve) atau fungsi produksi lestari sebagai H = KqE (q 2 K/r) E 2... (49) H/E = Kq (q 2 K/r) E.. (50) U = α β E (51) dimana : U = H/E = CPUE α = Kq. (52) β = Kq 2 /r (53) Variabel U dan E dapat diperoleh melalui teknik regresi data time series, sehingga nilai koefisien α dan β dapat diketahui. Koefisien α dan β identik dengan a dan b pada perolehan proses algoritma fox. Bila α = Kq dan β = Kq 2 /r masing masing disubstitusi pada fungsi produksi lestari (49), maka diperoleh fungsi produksi lestari dalam bentuk kuadrat, yaitu : H = α E β E 2. (54) 41

Nilai MSY dapat diperoleh dari menurunkan fungsi yield effort tersebut terhadap effort yang dibuat sama dengan nol (nilai maksimum), yaitu : H/ E = α 2 β E = 0 α = 2 β E, sehingga diperoleh : E MSY = α / 2 β = Kqr/2Kq 2 = r/2q.. (55) Nilai tingkat produksi lestari (H MSY ) dapat diperoleh dengan mensubstitusi E MSY pada persamaan (54), yaitu : H MSY = α (α/2β) β (α 2 /4β 2 ) = Kr/4.. (56) Keadaan stok udang pada kondisi MSY dapat diperoleh dengan mensubstitusi E MSY pada persamaan (48), yaitu : X MSY = K { 1 (q/r) α /2β } X MSY = K { 1 (q/r) Kqr/2Kq 2 } X MSY = K/2 (57) Bila kondisi lestari telah diketahui, maka perlu diketahui pula kondisi OA, MEY dan kondisi optimal dinamic sebagai pembanding dalam analisis pemanfaatan sumberdaya udang di wilayah penelitian. Kondisi maximum economic yield (MEY) dapat diketahui melalui kalkulasi persamaan persamaan berikut ini : (1) Persamaan rente sumberdaya π = ph t c t E t Bila persamaan (54) dimasukkan pada persamaan π = ph t - c t E t, maka akan diperoleh π = p (αe βe 2 ) c t E t. Nilai MEY diperoleh dengan menderivatifkan persamaan π = p (αe βe 2 ) c t E t terhadap variabel E dan dibuat sama dengan nol, sehingga diperoleh : π/ E = pα 2p β E c t = 0 E MEY = (pα c t )/2 p β E MEY = r(pqk c)/2 Kpq 2 E MEY = r/2q (1 c/kpq).. (58) (2) Bila diasumsikan keseimbangan lestari F(x) = H t, kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (45), F(x) dan H/qx kedalam persamaan rente sumberdaya, maka dengan menderivatifkannya terhadap variabel x dan dibuat sama dengan nol, maka diperoleh : π = prx (1 x/k) crx/qx (1 x/k) = (p c/qx) rx (1 x/k) = prx prx 2 /K crx/qx + cx 2 /Kqx X MEY = K/2 (1 + c/kpq) (59) 42

(3) Bila kedua persamaan (58) dan (59) dimasukkan pada persamaan (46), maka akan diperoleh : H = q X MEY E MEY H = q K/2 (1 + c/kpq) r/2q (1 c/kpq) H MEY = rk/4 (1 + c/kpq) (1 c/kpq).... (60) Kondisi open access (OA) dapat diketahui melalui kalkulasi persamaan persamaan berikut ini : (1) Dalam kondisi open access (OA), maka π = 0. Oleh karenanya maka : Prx (1 x/k) = crx/qx (1 x/k) X OA = c/pq.. (61) (2) Dengan mensubstitusikan persamaan (61) kedalam persamaan (45), maka akan diperoleh : H OA = F (x) = rx OA (1 x OA /K) H OA = rc/pq (1 c/kpq) (62) (3) Bila telah diketahui E OA = H OA /qx OA, maka : E OA = { rc/pq (1 c/kpq) } / { qc/pq } E OA = r/q (1 c/kpq).. (63) Kondisi optimal dinamik menggambarkan situasi bahwa stok udang dapat dianggap sebagai capital yang memiliki dua manfaat, yakni dapat dipanen saat kini atau dapat dipanen pada masa yang akan datang (berperan sebagai investasi). Manfaat kini dan yang akan datang melibatkan adanya penggunaan discount rate. Conrad (1999) mengemukakan adanya the fundamental equation of renewable resources sebagai berikut : F/ x + ( π/ x)/ ( π/ h) = δ (64) dan F (x) = h. (65) Telah diketahui bahwa : F/ x = r (1 2x/K).. (66) π/ x = ch/qx 2.. (67) π/ h = (p c/qx).. (68) Dengan mensubstitusi persamaan (66), (67) dan (68) kedalam persamaan (64), maka diperoleh : r (1 2x/K) + (ch/qx 2 )/(p c/qx) = δ ch = δ r (1 2x/K) qx 2 (p c/qx) 43

h = x/c (pqx c) { δ r (1 2x/K)}.. (69) h = Ф (X) merupakan sebuah kurva yang bergantung pada semua parameter bioekonomi, yaitu : K, q, r, p, c dan δ. Dengan mensubstitusi fungsi pertumbuhan F (x) = rx (1 x/k) kedalam persamaan (69) diatas, maka diperoleh kondisi optimal dari stok udang, tingkat panen dan besarnya tingkat effort, yaitu : rx (1 x/k) = x/c (pqx c) { δ r (1 2x/K)} x OD = K/4 {(c/kpq + 1 δ/r) + {(c/kpq + 1 δ/r) 2 + (8cδ/Kpqr)}. (70) h OD = rx OD (1 x OD /K) (71) E OD = h OD /qx OD.. (72) 3.5.2 Analisis investasi unit penangkapan jaring udang Dalam kasus kegiatan perikanan unit penangkapan jaring udang di wilayah pesisir Cirebon, investasi diasumsikan memiliki sifat irreversible. Hal ini dimungkinkan karena jarang terjadi transaksi jual beli kapal ikan berikut perangkat penangkapannya, sehingga dalam kasus ini analisis investasi terhadap unit penangkapan jaring udang dapat mengacu pada diagram kontrol seperti tampak sebagai berikut : Fishing Capacity (E) R 3 L Q R 2 σ 1 σ 2 R 1 E Biomas X X* var X* total Gambar 8 Diagram kontrol umpan balik untuk kasus modal yang irreversible. R 1 : investasi dapat dilakukan pada tingkat yang maksimum, R 2 : jangan dilakukan investasi, karena perikanan berada dalam kapasitas penuh, R 3 : jangan dilakukan investasi atau menangkap ikan LQ : hasil tangkapan lestari sementara, E : keseimbangan jangka panjang (Clark 1985) 44

3.5.3 Analisis pemanfaatan pusat pusat pendaratan armada jaring udang di wilayah Kabupaten Cirebon Analisis strategi pengelolaan pelabuhan perikanan di wilayah Cirebon terkait dengan pelaksanaan kegiatan usaha penangkapan udang yang melibatkan berbagai unit alat tangkap jaring udang menggunakan matrix analisis SWOT. Analisis ini didasarkan pada logika yang mengupayakan memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan mengupayakan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (treaths). Tabel 4 Faktor Eksternal Matriks analisis SWOT Peluang Faktor Internal Opportunities (O) Ancaman Treaths (T) Kekuatan Strengths (S) Strategi SO Menyusun strategi dengan menggunakan kekuatan internal untuk memperoleh keuntungan (manfaat) dari peluang yang ada. Strategi ST Menyusun strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghindari ancaman. Kelemahan Weaknesses (W) Strategi WO Menyusun strategi untuk memperoleh keuntungan (manfaat) dari peluang yang ada dalam mengatasi kelemahan internal. Strategi WT Menyusun strategi dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 45