I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor
|
|
- Siska Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik dalam skala lokal, regional maupun negara, dimana sektor ini mendukung dan berkontribusi dalam pembangunan nasional. Pendapat ini tidak lepas dari kontribusi sektor perikanan dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor perikanan dalam PDB 2010 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 148,159 triliun, dengan presentase 3,13% terhadap PDB Nasional, dan 3,40% terhadap PDB tanpa migas. Jika dilihat dari kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional dapat dikatakan relatif rendah dan tidak menunjukkan potensi perikanan yang melimpah. Dengan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang luas, seharusnya sektor perikanan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar. Hal ini seringkali dikaitkan dengan teknologi yang masih rendah jika dibandingkan dengan nelayan negara lain, faktor cuaca, pelanggaran terhadap aturan, seperti illegal fishing, dan kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak mendukung pertumbuhan perikanan. Subsidi merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam memberikan dukungan pada sektor perikanan, khususnya untuk nelayan kecil. Kondisi kesejahteraan nelayan akan semakin menurun jika pemerintah gagal dalam perannya sebagai pengambil kebijakan dalam mendorong ekonomi sektor perikanan. Hal ini akan diperburuk dengan berkurangnya aktivitas nelayan untuk melaut akibat iklim yang tidak menentu dan keadaan perikanan yang sudah dieksploitasi penuh yang dinyatakan oleh FAO, bahwa lebih dari 75% stok ikan 1
2 dunia sudah dieksploitasi penuh. Akibatnya produktivitas tangkapan menurun dan pendapatan nelayan akan semakin jauh dari kesejahteraan. Untuk itu perlu tindakan pemerintah yang maksimal dalam mencapai kesejahteraan nelayan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan subsidi perikanan tangkap, seperti subsidi BBM (bahan bakar minyak), alat tangkap, penguatan sistem informasi wilayah penangkapan ikan, pemberian insentif untuk penjualan hasil tangkapan, modal yang dapat dengan mudah diakses nelayan, serta pemotongan jalur distribusi input dan output perikanan. Ketersediaan BBM menjadi penting karena BBM merupakan faktor input dalam produksi perikanan yang vital, selain ketersediaan alat tangkap dan teknologi, dimana nelayan tidak akan bisa melaut tanpa adanya BBM. BBM yang merupakan faktor input perikanan ini kadang harus didapatkan nelayan dari tengkulak karena persediaan yang terbatas di pasaran, dimana menyebabkan semakin tingginya biaya produksi dari aktivitas perikanan itu sendiri. Kondisi ini diperparah ketika BBM yang dibeli oleh nelayan telah dicampur atau dioplos, sehingga mengakibatkan mesin kapal nelayan menjadi cepat rusak, maka semakin tinggi biaya produksi yang harus ditanggung oleh nelayan. Biaya produksi aktivitas perikanan yang tinggi, dapat ditutup dari hasil produksi nelayan ketika melaut. Namun, kondisinya seringkali hasil produksi memiliki harga yang rendah, tidak sesuai dengan harapan yang menyebabkan semakin rendahnya pendapatan yang diperoleh nelayan. Program subsidi merupakan salah satu program yang harapannya dapat membantu nelayan dalam hal kebutuhan BBM, sehingga diharapkan dapat mengatasi kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pesisir. Program peningkatan 2
3 kesejahteraan masyarakat pesisir sendiri tidak hanya subsidi BBM. Program subsidi lainnya adalah subsidi alat tangkap, bantuan dalam hal modal, pengembangan kewirausahaan, dan kedai pesisir. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada kebijakan pemerintah dalam hal pemberian subsidi BBM (solar) secara tidak langsung. Subsidi BBM ini berupa subsidi dalam hal penyediaan kebutuhan solar bagi nelayan, dimana Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pertamina dalam penyediaan solar untuk nelayan secara berkelanjutan. Menurut Hermawan (2006), subsidi dalam kegiatan perikanan tangkap yang menggunakan mesin sangat diperlukan. Subsidi tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), seperti solar, minyak tanah, dan pelumas. Jika subsidi tidak diberikan, maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga akan menurunkan penerimaan atau keuntungan para nelayan. Subsidi BBM atau bahan bakar minyak merupakan keharusan mutlak karena BBM merupakan input yang membutuhkan biaya yang besar. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Hermawan (2006), bahwa rata-rata pengaruh faktor BBM terhadap biaya produksi pada usaha perikanan yang mengoperasikan 4 alat tangkap, yaitu payang bugis, jaring rampus, payang gemplo, dan bundes di Kabupaten Tegal sebesar 47,40%. Sejak terjadi kenaikan harga BBM (solar) dari harga rata-rata Rp per liter di tingkat nelayan menjadi Rp per liter, biaya BBM untuk usaha perikanan meningkat menjadi 59,11%. Hal ini menunjukkan sebenarnya diperlukan subsidi perikanan terutama BBM yang pada umumnya merupakan faktor terbesar dari biaya produksi. Sehingga harapannya dengan adanya subsidi BBM, nelayan dapat meningkatkan hasil produksinya 3
4 karena stok BBM yang selalu tersedia dan nelayan dapat mengurangi biaya produksi perikanan. Isu subsidi perikanan selama ini menjadi perdebatan diantara negara maju dan negara berkembang, dimana subsidi perikanan sebagai penyebab sumberdaya perikanan berada pada kondisi over exploited. Pada akhirnya menyebabkan sumberdaya perikanan dalam kondisi krisis dan tidak dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Menurut Fauzi (2005), kapasitas perikanan global sudah mencapai lebih dari 250% dari yang dibutuhkan untuk mencapai perikanan yang berkelanjutan. Subsidi juga dianggap sebagai faktor yang dapat mendistorsi perdagangan. Laporan dari sumber resmi seperti APEC, OECD, dan WTO, memperkirakan bahwa subsidi perikanan sudah mencapai US$ 15 hingga US$ 20 miliar per tahun. Kondisi ini menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat pesisir, seperti kemiskinan dan degradasi sumberdaya perikanan yang pada akhirnya menyebabkan pengangguran. Subsidi perikanan yang dilakukan oleh negara-negara maju menjadi tidak fair berkaitan dengan ekstrasi sumberdaya karena armada perikanan negara berkembang harus bersaing dengan armada perikanan negara maju yang memperoleh subsidi. Oleh karena itu, WTO menghendaki subsidi perikanan harus dikurangi (Fauzi, 2005). Kondisi ini menjadi sulit bagi Indonesia, di lain pihak harus mengikuti peraturan WTO sebagai lembaga dunia yang mengatur perdagangan internasional. Di lain pihak Indonesia harus memperhatikan kondisi nelayan sebagai pelaku dalam sektor perikanan, dimana sebagian besar nelayan Indonesia adalah nelayan kecil yang masih membutuhkan subsidi. Hal ini mengingat masih rendahnya produksi perikanan pada nelayan kecil yang disebabkan tidak menentunya hari 4
5 melaut karena cuaca yang tidak mendukung dan ketidakpastian suplai BBM, modal yang rendah, peralatan tangkap yang terkadang tidak sesuai dengan daerah tangkapan, dan teknologi serta inovasi perikanan yang kurang. Melihat kondisi tersebut, menunjukkan masih pentingnya subsidi bagi nelayan Indonesia, khususnya nelayan kecil untuk meningkatkan hasil produksi yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan nelayan. TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Wonokerto merupakan salah satu tempat pendaratan ikan di Kabupaten Pekalongan yang memiliki SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan) sebagai bentuk subsidi solar bagi nelayan. SPDN yang dibangun di sekitar lokasi TPI memudahkan nelayan untuk memperoleh solar sebagai input dalam kegiatan perikanan dan harapannya dapat membantu nelayan untuk meningkatkan pendapatannya dalam jangka panjang. Penelitian ini mengkaji bagaimana pengaruh subsidi solar dengan pembangunan SPDN di TPI Wonokerto terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo. Harapannya dengan kajian ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh subsidi solar bagi nelayan payang gemplo di TPI Wonokerto. Pengkajian stok sumberdaya ikan dilakukan dengan analisis bioekonomi untuk mengetahui jumlah tangkapan lestari dan keuntungan optimum yang dapat diperoleh nelayan sebelum dan setelah subsidi solar. Penelitian juga mengkaji bagaimana laju degradasi sumberdaya ikan, sehingga secara keseluruhan dapat diketahui pengaruh subsidi terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo. 5
6 1.2 Perumusan Masalah Sektor perikanan merupakan sektor yang unik jika dibandingkan dengan sektor lainnya, seperti pertanian maupun pertambangan. Dimana dalam sektor perikanan dihadapkan pada karakteristik yang common property dan open access, sehingga dalam pengelolaannya lebih sulit dilakukan. Orang dapat dengan bebas memanfaatkan sumberdaya perikanan ini karena sifatnya yang open access, sehingga pemanfaatannya dapat menimbulkan degradasi pada sumberdaya perikanan tersebut. Perlu adanya suatu kebijakan pemerintah yang dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku sektor perikanan. Kebijakan ini dapat berupa subsidi perikanan, seperti alat tangkap dan BBM, penguatan modal, dan perlunya inovasi dalam perikanan. Dengan adanya subsidi ini harapannya produksi dapat meningkat dan akhirnya pendapatan juga meningkat. Namun, subsidi perikanan menjadi sebuah isu yang menyebabkan sumberdaya perikanan mengalami degradasi. Dampak subsidi yang dianggap positif untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, di sisi lain menyebabkan dampak negatif terhadap keberlanjutan sumberdaya perikanan. Hal ini diperkuat oleh berbagai sumber resmi, seperti APEC, OECD, dan WTO, bahwa subsidi perikanan menyebabkan degradasi sumberdaya karena dengan adanya subsidi perikanan laju penangkapan akan semakin besar yang mengakibatkan sumberdaya perikanan menjadi over exploited (Fauzi, 2005). Namun, melihat kondisi nelayan Indonesia yang masih dibawah garis kesejahteraan, maka subsidi menjadi suatu keharusan untuk membantu nelayan dalam meningkatkan pendapatannya. 6
7 Pada penelitian ini difokuskan pada subsidi perikanan di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. Subsidi perikanan yang dimaksud adalah subsidi BBM (solar) secara tidak langsung, yaitu pembangunan SPDN yang berfungsi untuk mendekatkan SPBU/pom bensin sehingga dapat mengurangi biaya distribusi (biaya transportasi dan biaya kerja). Penelitian ini juga mengkaji bagaimana pengaruh subsidi tersebut terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan dari nelayan sebagai pelaku perikanan. BBM merupakan input produksi perikanan yang merupakan input yang menyita hingga hampir 60% biaya produksi perikanan (Hermawan, 2006), sehingga dengan adanya subsidi BBM diharapkan dapat mengurangi biaya produksi bagi nelayan dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Diharapkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bagaimana implikasi dari kebijakan subsidi perikanan berupa solar (pembangunan SPDN) terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo dengan melihat perubahan effort, hasil tangkapan, nilai tangkapan, dan tangkapan yang lestari. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh pemberian subsidi perikanan (solar) terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan? 2. Bagaimana pengaruh pemberian subsidi perikanan terhadap pendapatan nelayan payang gemplo di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan? 3. Bagaimana laju degradasi sumberdaya ikan teri nasi akibat aktivitas penangkapan perikanan di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan? 7
8 4. Bagaimana implikasi kebijakan pemberian subsidi perikanan terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis pengaruh pemberian subsidi perikanan (solar) terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. 2. Menganalisis pengaruh pemberian subsidi perikanan terhadap pendapatan nelayan payang gemplo di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. 3. Mengestimasi laju degradasi sumberdaya ikan teri nasi akibat aktivitas penangkapan perikanan di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. 4. Mengkaji implikasi kebijakan pemberian subsidi perikanan terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang kebijakan subsidi perikanan terhadap keberlanjutan sumberdaya perikanan tangkap dan pendapatan nelayan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Peneliti, diharapkan penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan disiplin ilmu yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan. 2. Akademisi, sebagai sumber informasi dan rujukan dalam pengembangan disiplin ilmu dan penelitian selanjutnya. 8
9 3. Masyarakat Nelayan, sebagai informasi mengenai produksi optimal, degradasi sumberdaya, sehingga nelayan menjadi lebih menyadari akan pentingnya menjaga keberlanjutan perikanan. 4. Pemerintah selaku pembuat kebijakan diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan dan evaluasi terhadap kebijakan yang telah dibuat. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada pengaruh kebijakan subsidi perikanan khususnya subsidi BBM (solar) terhadap kelestarian perikanan tangkap dan pendapatan nelayan. Penelitian ini mengambil studi kasus di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu wilayah yang berpotensi dalam kegiatan sektor perikanan. Wilayah Kabupaten Pekalongan yang sebagian besar terletak di Pesisir Laut Jawa menjadikannya wilayah yang kaya akan sumberdaya perikanan. Laut Jawa yang kaya akan sumberdaya perikanan, seperti ikan pelagis kecil dan ikan demersial yang luasnya mencapai km 2 merupakan potensi sumberdaya perikanan bagi Kabupaten Pekalongan 1. Potensi perikanan ini didukung oleh dua buah tempat pelelangan ikan yang menjadi pusat kegiatan sektor perikanan di Pekalongan, diantaranya TPI Wonokerto dan TPI Jambean dengan total produksi perikanan tangkap sebesar ±1.714,60 ton/tahun. TPI Wonokerto juga merupakan TPI yang memiliki Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) yang berfungsi sebagai penyedia solar bersubsidi khusus untuk nelayan kecil di TPI Wonokerto
10 Analisis kebijakan subsidi ini memiliki batasan dan ruang lingkup sebagai berikut : 1. Wilayah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. 2. Penelitian hanya menganalisis implikasi kebijakan subsidi perikanan terhadap keberlanjutan perikanan tangkap teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo. 3. Analisis kebijakan subsidi perikanan (solar) terhadap sumberdaya perikanan menggunakan pendekatan bioekonomi yang berdasarkan data sekunder yaitu data effort dan hasil tangkapan selama 14 tahun. 4. Estimasi nilai degradasi sumberdaya perikanan menggunakan metode laju degradasi sumberdaya perikanan. 5. Pendugaan pengaruh subsidi tehadap pendapatan nelayan dan kelestarian sumberdaya perikanan dilakukan dengan pendekatan sebelum dan setelah subsidi perikanan. 6. Penelitian menggunakan responden nelayan payang gemplo yang hasil tangkapan utamanya adalah ikan teri. 7. Responden benar-benar memanfaatkan subsidi solar (SPDN) yang diberikan dan memberikan respon yang sama terhadap subsidi tersebut. 8. Informasi mengenai subsidi perikanan juga diambil dari pihak diluar nelayan, yaitu stakeholder yang terkait dengan sumberdaya perikanan dan memiliki informasi mengenai subsidi perikanan. 9. TPI Wonokerto merupakan satu-satunya tempat berlabuh responden. 10
11 10. Responden merupakan nelayan yang menangkap ikan atau beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan. 11. Subsidi BBM (solar) dalam penelitian ini adalah subsidi tidak langsung untuk perikanan tangkap di TPI Wonokerto, yaitu pembangunan SPDN dan bukan penurunan harga jual pasaran solar. 11
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBERIAN SUBSIDI PERIKANAN (SOLAR) TERHADAP KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI NASI DAN PENDAPATAN NELAYAN PAYANG GEMPLO
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBERIAN SUBSIDI PERIKANAN (SOLAR) TERHADAP KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI NASI DAN PENDAPATAN NELAYAN PAYANG GEMPLO (Kasus TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan) WIKANIATI DEPARTEMEN
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan alasan dan kriteria
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, serta mempunyai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut dan sumberdaya alam yang dikandungnya dipahami secara luas sebagai suatu sistem yang memberikan nilai guna bagi kehidupan manusia. Sebagai sumber kehidupan, potensi
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian adalah nelayan yang menangkap ikan atau beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI Wonokerto
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan Indonesia diestimasi sekitar 6,4 juta ton per tahun, dengan tingkat pemanfaatan pada tahun 2005 telah mencapai 4,408 juta ton, dan tahun 2006 tercatat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang bersifat terbarukan (renewable). Disamping itu sifat open access atau common property yang artinya pemanfaatan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Aceh yang memiliki potensi sumberdaya ikan. Jumlah sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 11.131 ton terdiri
Lebih terperinci6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi
93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer
METODE PENELITIAN 108 Kerangka Pemikiran Agar pengelolaan sumber daya udang jerbung bisa dikelola secara berkelanjutan, dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah perhitungan untuk mengetahui: 1.
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendang Biru merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi prioritas dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa Tmur. Pengembangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar
Lebih terperinci6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI
6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI 6.1 Pendahuluan Penentuan atribut pada dimensi ekonomi dalam penelitian ini menggunakan indikator yang digunakan dari Rapfish yang dituangkan dalam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut Arafura merupakan salah satu bagian dari perairan laut Indonesia yang terletak di wilayah timur Indonesia yang merupakan bagian dari paparan sahul yang dibatasi oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Sarjana Teknik Perencanaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
16 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Halmahera Utara sebagai salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Maluku Utara, memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL........ iv DAFTAR GAMBAR........ vii DAFTAR LAMPIRAN........ viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....... 1.2. Perumusan Masalah.......... 1.3. Tujuan dan Kegunaan..... 1.4. Ruang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum aktivitas perikanan tangkap di Indonesia dilakukan secara open access. Kondisi ini memungkinkan nelayan dapat bebas melakukan aktivitas penangkapan tanpa batas
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan
Lebih terperinciVIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi
VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah
Lebih terperinciGambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Wilayah Sebaran Penangkapan Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan penangkapan ikan khususnya ikan kuniran dengan cara tradisional dan sangat tergantung pada
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi secara nyata telah menyebabkan jatuhnya ekonomi nasional khususnya usaha-usaha skala besar. Dampak nyata dari kondisi tersebut adalah terjadinya peningkatan
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
14 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2012. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April tahun 2012 sedangkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN
PG-122 IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN Fauziyah 1,, Khairul Saleh 2, Hadi 3, Freddy Supriyadi 4 1 PS Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lemuru merupakan salah satu komoditas perikanan yang cukup penting. Berdasarkan data statistik perikanan Indonesia tercatat bahwa volume tangkapan produksi ikan lemuru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar
Lebih terperinci2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi Strategi adalah istilah yang sering kita dengar untuk berbagai konteks pembicaraan, yang sering diartikan sebagai cara untuk mencapai keinginan tertentu
Lebih terperinci2 KERANGKA PEMIKIRAN
2 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab Pendahuluan, maka penelitian ini dimulai dengan memperhatikan potensi stok sumber
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut memiliki sifat spesifik, yakni akses terbuka (open access). Sumberdaya perikanan juga bersifat kepemilikan bersama (common property). Semua individu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan dua pertiga wilayahnya berupa perairan serta memiliki jumlah panjang garis
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki 17.508 pulau dengan dua pertiga wilayahnya berupa perairan serta memiliki jumlah panjang garis pantai 91.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah Ar-Ruum ayat 41, bahwa Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu pilihan yang strategis untuk dikembangkan, terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI) karena memiliki potensi yang sangat
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT
KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciANALISIS KERAGAAN KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP NELAYAN KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA MAILINA HARAHAP
ANALISIS KERAGAAN KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP NELAYAN KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU SUMATERA UTARA MAILINA HARAHAP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: ummi_ahsan@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciVolume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI
Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI Hazmi Arief*, Novia Dewi**, Jumatri Yusri**
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Selat Sunda secara geografis menghubungkan Laut Jawa serta Selat Karimata di bagian utara dengan Samudera Hindia di bagian selatan. Topografi perairan ini secara
Lebih terperinciPERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat
VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan subsektor perikanan tangkap semakin penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor perikanan dalam PDB kelompok pertanian tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia telah melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sejak jaman prasejarah. Sumberdaya perikanan terutama yang ada di laut merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperincipenangkapan (Berkes et a/., 2001 dalam Wiyono dan Wahju, 2006). Secara de
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine merupakan salah satu metoda pernanfaatan ikan-ikan pelagis yang ada di suatu perairan. Alat tangkap purse seine
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perikanan menjadi sektor penting yang berkontribusi dalam pertumbuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Karakteristik Perikanan Perikanan menjadi sektor penting yang berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor perikanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan ikan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia yang masih
Lebih terperinci5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON
28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan
BAB 6 PENUTUP Bab ini, secara singkat akan menyimpulkan dan juga saran mengenai temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di NTT dan apa faktor penghambat pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena akhir-akhir ini eksploitasi terhadap sumberdaya pesisir dan laut
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR RIA Seri: PERMENKP NO. 57 Tahun 2014 BALITBANG-KP, KKP
REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinciANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS
ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS SYARIF IWAN TARUNA ALKADRIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN
2 ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prospek pasar perikanan dunia sangat menjanjikan, hal ini terlihat dari kecenderungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari beberapa pulau besar antara lain Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan dan memiliki peranan ganda sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Selanjutnya menurut Dahuri (2002), ada enam alasan utama mengapa sektor kelautan dan perikanan perlu dibangun.
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia telah menjadi krisis multidimensional yang dampaknya masih dirasakan dalam setiap aspek kehidupan bangsa. Untuk itu agenda
Lebih terperinciDIAN FIANA RATNA DEWI. C Pola Konsumsi dan Distibusi Bahan Bakar Kapal Ikau di Pelabuhanratu. Dibimbing oleh DARMAWAN
DIAN FIANA RATNA DEWI. C05400026. Pola Konsumsi dan Distibusi Bahan Bakar Kapal Ikau di Pelabuhanratu. Dibimbing oleh DARMAWAN Pengetahuan mengenai jumlah dan sumber pasokan BBM (Bahan Bakar Minyak) di
Lebih terperinci4/3/2017 PEMBANGUNAN PERIKANAN & KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017
PEMBANGUNAN PERIKANAN & KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 1 SUMBER PAGU REALISASI % Keterangan APBD (termasuk DAK) Rp. 529,9 M Rp. 7,7 M 14,64 Rencana Pemotongan 5 10% APBN Rp. 15,8 M Rp. 193 juta
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIOEKONOMI
111 VI. ANALISIS BIOEKONOMI 6.1 Sumberdaya Perikanan Pelagis 6.1.1 Produksi dan Upaya Penangkapan Data produksi yang digunakan dalam perhitungan analisis bioekonomi adalah seluruh produksi ikan yang ditangkap
Lebih terperinci7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi
7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah Ar-Ruum ayat 41, bahwa Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciNegara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, yang terbentang di katulistiwa di antara dua benua : Asia dan Australia, dan dua samudera : Hindia dan Pasifik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara
Lebih terperinciSUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi
Lebih terperinciVII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu
VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan
BAB 1 PENDAHULUAN Secara umum, analisis kebijakan menghasilkan pengetahuan mengenai dan dipahami sebagai proses untuk dalam proses kebijakan yang bertujuan untuk menyediakan para pengambil keputusan berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Minyak
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Minyak Bahan bakar minyak (BBM) adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah
Lebih terperinciKimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,
Lebih terperinci