BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Instrumen pembayaran non tunai berupa uang elektronik, menjadi alat pembayaran alternatif yang aman dan dapat digunakan untuk transaksi pembayaran mikro, kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan smartphone atau kartu elektronik. Bank Indonesia (2014) turut serta dalam mengatur dan mengawasi laju perkembangan sistem pembayaran yang aman di Indonesia dengan mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, pada Kamis, 14 Agustus 2014. Gerakan ini merupakan salah satu upaya dari Bank Indonesia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia serta membentuk masyarakat tanpa uang tunai (less cash society) dengan mengurangi penggunaan alat pembayaran tunai (uang) dan beralih pada alat pembayaran non tunai seperti uang elektronik (e-money). Menurut hasil data statistik sistem pembayaran uang elektronik Bank Indonesia, sejak tahun 2008 pertumbuhan transaksi pembayaran menggunakan e- money meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015 telah mencapai transaksi sebanyak 536 triliun transaksi dengan jumlah nominal sebesar 5,3 triliun rupiah yang dapat dilihat pada grafik 1.1 dan grafik 1.2 berikut. 1
(Nominal dalam Rp triliun) (Volume dalam triliun) 2 Tabel 1.1 Tabel transaksi pembayaran menggunakan produk e-money (Nominal dalam triliun) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah transaksi 2,6 17,4 26,5 41,1 100,6 137,9 203,4 535,6 Nominal 0,077 0,519 0,694 0,981 1,972 2,908 33,195 5,283 transaksi Sumber: Statistik sistem pembayaran uang elektronik di Bank Indonesia Jumlah Transaksi Penggunaan E-Money di Indonesia 600 500 400 300 200 100 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 1.1 Volume transaksi penggunaan e-money di Indonesia Jumlah Nominal Transaksi Penggunaan E-Money di Indonesia 6 5 4 3 2 1 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 1.2 Jumlah nominal transaksi penggunaan e-money di Indonesia
3 Tren mempunyai lebih dari satu smartphone pada masyarakat di Indonesia dapat meningkatkan aktivitas daring (online) maupun bergerak (mobile). Wijaya (2015) pada situs TechinAsia menjelaskan bahwa perkembangan dunia digital di Indonesia pada Januari tahun 2015 mencapai angka 72,7 juta pengguna internet, 72 juta pengguna media sosial, 308,2 juta pengguna handphone dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Data hasil survei tersebut menggambarkan adanya peluang bagi perusahaan telekomunikasi, instansi perbankan dan pedagang (merchant) untuk mengembangkan layanan transaksi menggunakan alat pembayaran non tunai e- money. Penelitian Jensen et al. (2009) menjelaskan bahwa pengguna smartphone dapat melakukan proses pembayaran transaksi pembelian maupun transfer dana dalam ukuran nominal yang sangat kecil, yaitu dengan sistem pembayaran mikro secara daring dan bergerak atau mobile micropayment. Mobile micropayment menjadi layanan teknologi yang efektif dan efisien untuk mempercepat tahapan proses pembayaran. Institusi perbankan menawarkan produk pembayaran non tunai yang beragam, diantaranya kartu debit, kartu kredit, cek, bilyet giro, rekening ponsel dan uang elektronik (electronic money atau e-money) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan layanan pada pengguna dalam melakukan transaksi. Wijaya (2015) pada situs TechinAsia di Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan penyedia layanan mobile micropayment yang terdaftar pada Bank Indonesia dengan menyediakan layanan akun virtual kartu kredit untuk sistem
4 pembayaran mobile antara lain: Finnet Indonesia, Artajasa dan Skye Mobile Money. Perusahaan operator telekomunikasi dan perusahaan penyedia layanan uang elektronik di Indonesia meningkatkan fitur layanan untuk kegiatan transfer dana dengan tanpa harus memiliki rekening tabungan di Bank. Pengguna hanya perlu memiliki aplikasi mobile, kartu elektronik, dompet elektronik maupun deposit pulsa pada smartphone yang mereka miliki. Menurut penelitian Kniberg (2002), pengguna dapat menggunakan deposit pulsa tersebut untuk aktivitas pembayaran pulsa telepon sekaligus uang elektronik sebagai alat pembayaran bergerak dengan nominal transaksi yang sangat kecil dan dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi sehari-hari atau disebut mobile micropayment. Menurut Ondrus dan Pigneur (2008) dan Lerner (2013), definisi teknologi NFC merupakan sebuah teknologi komunikasi nirkabel jarak-dekat berbasis teknologi radio frequency identification device (RFID) yang berguna antara lain: sebagai perpindahan data antar smartphone dan program yang terdapat pada aplikasi NFC dapat menghubungkan antara NFC Tag atau stiker NFC dengan smartphone maupun alat-alat pembaca NFC (reader) dengan waktu otentikasi singkat. Perusahaan operator telekomunikasi di Indonesia memanfaatkan teknologi NFC sebagai sebuah solusi sistem pembayaran mobile yang cepat, aman dan memberi kemudahan pengguna. Penggunaan mobile micropayment berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut kerahasiaan dari pengguna saat melakukan transaksi cek saldo, pembayaran tagihan, pembelian produk maupun transfer dana. Karakteristik dari
5 layanan mobile micropayment yang menggunakan dukungan teknologi memberikan adanya risiko ketidakpastian dan keamanan yang perlu untuk dihindari, hal ini dikarenakan pengguna mobile micropayment mempunyai hak untuk mendapatkan layanan yang aman dan nyaman dalam bertransaksi (Chandra et al., 2010). Gangguan virus, kestabilan jaringan komunikasi dan pembajakan informasi merupakan salah satu kendala yang dihadapi pengguna mobile device yang dapat menyebabkan pengguna memiliki persepsi terhadap risiko yang dihadapi, kemudian berakibat pada kelanjutan penggunaan dan pengaruhnya terhadap kinerja aktivitas mobile pengguna berdasarkan pengalamannya dalam menggunakan mobile micropayment (Untoro et al., 2013). 1.2 Rumusan Permasalahan Mobile micropayment dapat mengurangi intensitas transaksi menggunakan uang tunai dengan beralih pada alat pembayaran e-money yang cepat, aman dan efisien (Mallat, 2007; Mallat dan Tuunainen, 2008). Pengguna memiliki risiko persepsian terhadap privasi keamanan dalam melakukan transaksi online dan mobile, sehingga penyedia layanan mobile micropayment perlu untuk mengetahui hal apa saja yang dapat meningkatkan kepercayaan pengguna sehingga dapat mengurangi risiko persepsian dan mempertahankan loyalitas pengguna dalam menggunakan layanan mobile payment (Zhou, 2014). Penelitian terdahulu telah banyak mengembangkan model untuk menilai kesuksesan sistem teknologi informasi, diantaranya Bailey dan Person (1983), DeLone dan McLean (1992), Seddon (1997), Rai et al. (2002), namun model IS
6 DeLone dan McLean yang menjadi perhatian para peneliti selanjutnya. Molla dan Licker (2001) yang pertama meneliti pengukuran kesuksesan e-commerce dengan model DeLone dan McLean. Livary (2005) dalam Hartono (2007) menguji dari perspektif teknologi, terbukti bahwa kualitas sistem mempengaruhi kesuksesan penerapan sistem informasi di sektor publik kota Oulu, Finlandia. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa untuk menguji adopsi mobile payment dapat menggunakan teori penerimaan teknologi seperti TAM dan IDT (Mallat, 2007; Chandra et al., 2010; Kim et al., 2010; dan Schierz et al., 2010). Penelitian tersebut hanya mengidentifikasi pengaruh dari manfaat persepsian, keuntungan relatif, kepercayaan dan niat perilaku pengguna, sedangkan penelitian yang akan peneliti sampaikan fokus pada awal adopsi sampai dengan penggunaan berkelanjutan terhadap mobile micropayment. Peneliti memiliki keyakinan bahwa penggunaan berkelanjutan terhadap mobile micropayment merupakan salah satu hal yang memicu kesuksesan penerapan layanan teknologi mobile micropayment dalam transaksi perdagangan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel dari beberapa teori, antara lain Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT), Innovation Diffusion Theory (IDT), kepercayaan, risiko persepsian, Information Systems DeLone dan McLean dan Expectation-Confirmation Theory (ECT) untuk menguji faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan berkelanjutan mobile micropayment dan dampaknya terhadap kinerja personal dengan variabel kontrol, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan dan pengalaman.
7 Peneliti merumuskan permasalahan penelitian berdasarkan fenomena dalam latar belakang dan penelitian terdahulu. Penelitian ini menguji keterkaitan pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari perspektif individu dan perspektif teknologi yang mencerminkan loyalitas penggunaan berkelanjutan mobile micropayment dan dampaknya terhadap kinerja aktivitas mobile pengguna. Peneliti mengusulkan modifikasi model menggunakan konstruk dari teori yang sudah ada dengan judul penelitian: Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Penggunaan Berkelanjutan Mobile Micropayment (Studi di Indonesia). 1.3 Pertanyaan Penelitian Penelitian ini merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut: (1)apakah kepercayaan memiliki pengaruh terhadap penggunaan berkelanjutan mobile micropayment?; (2)apakah risiko persepsian memiliki pengaruh terhadap penggunaan berkelanjutan mobile micropayment?; (3)apakah keinovatifan personal memiliki pengaruh terhadap penggunaan berkelanjutan mobile micropayment?; (4)apakah ekspektansi kinerja memiliki pengaruh terhadap penggunaan berkelanjutan mobile micropayment?; (5)apakah kualitas sistem memiliki pengaruh terhadap penggunaan berkelanjutan mobile micropayment?; (6)apakah kualitas informasi memiliki pengaruh terhadap penggunaan berkelanjutan mobile micropayment?; (7)apakah kualitas pelayanan memiliki pengaruh terhadap penggunaan berkelanjutan mobile micropayment?; (8)apakah penggunaan berkelanjutan mobile micropayment memiliki pengaruh terhadap dampak kinerja personal?. 1.4 Tujuan Penelitian
8 Pemaparan rumusan masalah penelitian tersebut menjadi dasar dari tujuan penelitian, yaitu penelitian ini fokus untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku penggunaan berkelanjutan mobile micropayment dan dampaknya terhadap kinerja personal dalam transaksi perdagangan di Indonesia dengan menggunakan modifikasi konstruk variabel pada model penelitian. 1.5 Kontribusi Penelitian Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi, sebagai berikut: (1)bagi akademisi, penelitian ini dapat memperluas literatur mengenai faktor-faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku penggunaan berkelanjutan terhadap mobile micropayment dan dampaknya terhadap kinerja personal dalam transaksi perdagangan dengan menggunakan konstruk modifikasian pada model penelitian ini; (2)bagi penyedia layanan, penelitian ini memiliki manfaat sebagai bahan rekomendasi untuk pedagang (merchant) yang menerapkan layanan mobile micropayment, instansi perbankan, perusahaan telekomunikasi dan penyedia layanan uang elektronik lainnya. Perusahaan dapat memanfaatkan dengan optimal layanan mobile micropayment dengan dukungan perkembangan teknologi yang bertujuan untuk memberi kemudahan dan keamanan bagi pengguna dalam melakukan transaksi pembayaran sehari-hari dengan nominal kecil; (3)bagi pengguna, penelitian ini memberikan wawasan sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan layanan mobile micropayment. 1.6 Sistematika Penelitian
9 Gambaran secara singkat mengenai keseluruhan isi penelitian, penulis menyusun sistematika penelitian yang terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I: INTRODUKSI Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penelitian. BAB II: KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang landasan teori yang digunakan untuk mendukung penelitian serta mengembangkan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. BAB III: DISAIN RISET Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, disain penelitian, teknik pengambilan sampel dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, definisi operasional variabel penelitian dan metode analisis data untuk menjawab permasalahan penelitian serta menjelaskan hasil atas pengujian instrumen penelitian. BAB IV: ANALISIS DAN DISKUSI Bab ini menjelaskan mengenai pembahasan analisis data yang merupakan hasil dari data-data yang telah dikumpulkan, diolah serta hasil pengujian hipotesis dan implikasi penelitian secara teoritis dan praktis. BAB V: KONKLUSI DAN REKOMENDASI Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian, keterbatasan dan hambatan dalam melakukan penelitian, serta rekomendasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.