Penyakit Alergi lain yang Dialami Anak dengan Asma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

Penyakit alergi merupakan hasil dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada. sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. imunologis, yaitu akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme alergi tersebut akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen

BAB 1 PENDAHULUAN. immunoglobulin E sebagai respon terhadap alergen. Manifestasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

- Asma pada Anak. Arwin AP Akib. Patogenesis

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

FAKTOR YANG DIDUGA MENJADI RESIKO PADA ANAK DENGAN RINITIS ALERGI DI RSU DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. yang berbatas pada bagian superfisial kulit berupa bintul (wheal) yang

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

LAMPIRAN 1. Biaya Penelitian 1. Alergen / pemeriksaan Rp ,- 2. Transportasi Rp ,- 3. Fotokopi dll Rp

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

Faktor Risiko Rinitis Alergi Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik THT- KL Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengganggu aktivitas sosial (Bousquet, et.al, 2008). Sebagian besar penderita

BAB VI PEMBAHASAN. Pada penelitian ini didapatkan insiden terjadinya dermatitis atopik dalam 4 bulan pertama

1. Personil Penelitian 1. Ketua penelitian Nama : dr. Mardiana Hasibuan Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- USU/RSHAM

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB II LANDASAN TEORI. ke waktu karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta. pemahaman mengenai patologi, patofisiologi, imunologi, dan genetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

LAMPIRAN. : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU. RSUP. H. Adam Malik, Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

I. PENDAHULUAN. Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang. serta predileksi yang khas (Patrick, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Permasalahan. Alergen adalah zat yang biasanya tidak berbahaya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

PENGOBATAN DINI ANAK ATOPI

PROFIL PENDERITA ALERGI DENGAN HASIL SKIN PRICK TEST TDR POSITIF DI POLIKLINIK ALERGI-IMUNOLOGI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit. peradangan kulit kronik spesifik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. dermatitis atopik. White Dermographism pertama kali dideskripsikan oleh Marey

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia atau iritan, iatrogenik, paparan di tempat kerja atau okupasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi masyarakat yang menderita alergi. Suatu survei yang dilakukan oleh World

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

PREVALENSI GEJALA RINITIS ALERGI DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN

HUBUNGAN RINOSINUSITIS KRONIK DENGAN TINGKAT KONTROL ASMA

PENILAIAN DERAJAT ASMA DENGAN MENGGUNAKAN ASTHMA CONTROL TEST (ACT) PADA PASIEN ASMA YANG MENGIKUTI SENAM ASMA DI PEKANBARU

ABSTRAK GAMBARAN ALERGEN PASIEN RINITIS ALERGI DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan. peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Rinitis Alergi adalah peradangan mukosa saluran hidung yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hipotesis higiene merupakan penjelasan terhadap peningkatan kejadian atopi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT ALERGI KELUARGA, LAMA SAKIT DAN HASIL TES KULIT DENGAN JENIS DAN BERATNYA RINITIS ALERGI ARTIKEL

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Rinitis alergika merupakan penyakit kronis yang cenderung meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi barier epidermal, infiltrasi agen inflamasi, pruritus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena berperan terhadap timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis kontak,

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

Prevalensi penyakit alergi dilaporkan meningkat,

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Kelamin Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya Periode 16 Juni. 2. Pada 6 orang pasien yang memiliki riwayat Rinitis Alergi,

PROFIL PASIEN RHINITIS ALERGI DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

ASMA DAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI SEKOLAH. I Made Kusuma Wijaya

DAFTAR PUSTAKA. 2. Pradono, Senewe, dkk, Transisi Kesehatan di Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan Edisi Desember 2005.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

Transkripsi:

Artikel Asli Penyakit Alergi lain yang Dialami Anak dengan Asma Lily Irsa,* Arwin A.P. Akib,** Syawitri P Siregar,** Zakiudin Munasir** * Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas SumateraUtara / RS H. Adam Malik Medan ** Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas IndonesiaI RS Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Latar belakang. Perjalanan penyakit alergi memperlihatkan bahwa penyakit alergi saling berhubungan dan tampilannya dapat berubah menurut umur sesuai dengan allergic march. Kondisi alergi pada umumnya berupa rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopi yang mempunyai jalur imunopatologi sama. Tujuan. Untuk mengetahui penyakit alergi yang pernah dialami anak dengan asma. Metode. Penelitian retrospektif terhadap anak dengan asma di Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/ RSCM dari Januari 2000 sampai dengan April 2003. Data dicatat dari rekam medik dan dikeluarkan dari penelitian bila data tidak lengkap. Hasil. Didapatkan 148 pasien asma selama kurun waktu penelitian, terdiri dari 83 laki-laki dan 65 perempuan. Riwayat atopi keluarga terdapat pada 103 anak. Penyakit alergi yang pernah dialami adalah rinitis alergi 39 (26,3%), dermatitis atopi 34 (23%), urtikaria 13(8,8%), dan konjungtivitis 2(1,4%). Kesimpulan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa penyakit alergi lain yang pernah dialami anak asma adalah rinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria, dan konjungtivitis. (Sari Pediatri 2007; 9(4):259-63). Kata kunci: allergic march, atopi, asma, rinitis alergi, dermatitis atopi Penyakit alergi merupakan hasil interaksi antara faktor predisposisi genetik atopi dengan alergen lingkungan dan polutan. Faktor lingkungan memegang peran besar pada sensitisasi awal seseorang yang mempunyai bakat atopi dan akan menentukan perkembangan gejala klinis serta Alamat korespondensi Dr. Lily Irsa, Sp.A. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK-USU/RS H Adam Malik, Medan. Jl. Bunga Lau no. 17, Medan 20136. Telepon: 061-836 0405, 836 0143. Fax. 061-836 1721. derajat penyakit. 1 Manifestasi alergi rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopi mempunyai jalur imunopatologi yang sama. Perjalanan penyakit alergi merupakan konsep yang memperlihatkan bahwa penyakit alergi saling berhubungan dan tampilan alergi dapat berubah menurut umur. 2 Asma merupakan problem di seluruh dunia dan memberikan beban biaya masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan pribadi. Prevalensi yang tinggi memberikan efek terhadap kualitas hidup dan juga beban ekonomi masyarakat. 3 Rinosinusitis merupakan 259

penyakit yang sering bersamaan dengan asma. Rinitis alergi yang bersamaan dengan asma pada anak diperkirakan 17%-25%. 4 Kebersamaan rinitis, sinusitis dengan asma menjadi perhatian dokter pada akhirakhir ini. Para peneliti mulai menyadari bahwa saluran napas atas secara aktif memodulasi fungsi paru melalui beberapa cara yang penting. 5 Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyakit alergi yang pernah terjadi pada anak yang menderita asma. Metode Penelitian merupakan studi deskriptif yang dilakukan di Divisi Alergi Imunologi, Departemen IKA FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari Januari 2000 sampai dengan April 2003. Data diambil dari catatan medik pasien dengan diagnosis asma. Data yang dicatat adalah diagnosis penyakit alergi yang pernah diderita pasien selain asma, umur, jenis kelamin, riwayat atopi keluarga, hasil uji kulit tusuk (prick test). Bila data tidak lengkap maka tidak diikutsertakan dalam penelitian. Diagnosis asma ditegakkan secara klinis. Rinitis alergi secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah pajanan alergen melalui inflamasi yang diperantarai oleh IgE pada mukosa hidung dengan gejala yang khas yaitu bersin, hidung beringus, hidung gatal, dan sumbatan pada hidung. 6 Dermatitis atopi didiagnosis berdasarkan kriteria Hanifin dan Lobitz. 7 Urtikaria adalah erupsi kulit yang berbatas tegas dan timbul (bentol), berwarna merah yang memutih bila ditekan dan disertai gatal. 8 Diagnosis konjungtivitis yang termasuk ke dalam penelitian ini apabila terdapat konjungtivitis alergik (hay fever), konjungtivitis vernalis, keratokonjungtivitis atopik, atau konjungtivitis giant papilar. 9 Dicatat juga apabila terdapat sinusitis pada pasien asma yang didiagnosis oleh dokter ahli THT dengan pemeriksaan penunjang radiologi foto sinus paranasalis. Sinusistis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal yang disebabkan oleh proses infeksi atau bukan infeksi. 10 diikutsertakan dalam penelitian karena data tidak lengkap. Jumlah akhir yang dimasukkan ke dalam penelitian 148 orang. Rerata umur pasien 58 bulan (4 tahun 10 bulan), dengan umur terendah 4 bulan dan umur tertinggi 222 bulan (18 tahun 6 bulan). Rerata onset asma umur 32,7 bulan. Data karakteristik pasien tertera pada Tabel 1. Riwayat asma pada ayah terdapat pada 12 pasien (11,6%) dan riwayat asma pada ibu 25 (24,2%) dari 103 anak yang mempunyai riwayat atopi keluarga. Pasien asma yang pernah mengalami penyakit alergi lain 88 orang (59,5%) (Gambar 1). Rinitis alergi merupakan penyakit alergi yang terbanyak pada pasien asma yaitu sebanyak 39 (26,3%). Penyakit alergi lain adalah dermatitis atopi, urtikaria, dan konjungtivitis. Uji tusuk kulit dilakukan terhadap 64 (43,2%) pasien. Hasil dari uji menemukan bahwa alergen yang terbanyak adalah tungau debu rumah sebanyak 46 orang (71,9%) (Gambar 2). Tabel 1. Data karakteristik pasien Variabel Jumlah % Jenis kelamin Laki-laki 83 56 Perempuan 65 44 Riwayat atopi keluarga Ayah 35 34 Ibu 68 66 Saudara kandung 24 23,3 Orang tua ayah 27 26,2 Orang tua ibu 34 33 Hasil Jumlah pasien asma yang berobat pada kurun waktu penelitian tercatat 275 orang, jumlah rekam medik yang ditemukan 215 (78,18%), 67 (24,36%) tidak Gambar 1. Penyakit alergi lain pada anak dengan asma 260

Gambar 2. Hasil uji tusuk kulit anak dengan asma Diskusi Definisi asma pada anak masih kontroversial. Definisi asma bervariasi tergantung pada tujuan dan memasukkan pandangan dari ahli epidemiologi, klinisi, ahli imunologi, ahli fisiologi dan ahli patologi. 12 Definisi menurut Global Initiative for Asthma (GINA), asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada individu yang rentan inflamasi, menyebabkan episode mengi yang berulang, sesak napas, dada terasa tertekan, dan batuk khususnya malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas dan bervariasi dengan sifat sebagian reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan. 2 Batasan tersebut sangat lengkap namun dalam penerapan klinis untuk anak tidak praktis, sehingga para perumus konsensus internasional dalam pernyataan ketiganya tetap menggunakan definisi lama yaitu mengi berulang dan atau batuk persisten, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan. 13 Sebagian besar klinisi setuju bahwa kriteria yang penting dan cukup untuk diagnosis asma adalah episode obstruksi jalan napas berulang dengan manifestasi mengi atau batuk, gejala membaik dengan bronkodilator inhalasi atau pemberian steroid sistemik, dan fungsi paru yang normal diantara serangan. 14 Hubungan asma dengan jenis kelamin merupakan suatu yang kompleks, lebih dari 60% asma sebelum masa pubertas adalah laki-laki dan perbedaan ini diobservasi dari tahun pertama kehidupan. Faktor yang menentukan peningkatan risiko asma pada anak lakilaki masih belum dimengerti. 15 Pada penelitian ini didapatkan anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan yaitu 56% dibanding 44%. Beberapa penelitian epidemiologis melaporkan bahwa riwayat ibu dengan asma berhubungan dengan risiko terjadinya asma pada anak. Dikemukakan bahwa sifat atopi dari ibu secara langsung mempengaruhi perkembangan sistem imun janin. 15 Dari penelitian ini ditemukan juga riwayat asma pada ibu lebih banyak dari pada ayah dengan perbandingan 2:1. Ditemukan rinitis alergi merupakan penyakit alergi terbanyak yang pernah dialami pasien asma pada penelitian ini. Pada sebuah penelitian case-control didapatkan bahwa rinitis merupakan faktor risiko terjadinya asma pada saat dewasa terhadap anak yang atopi ataupun tidak mempunyai riwayat atopi. 16 Menurut rekomendasi dari Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA), pasien dengan rinitis alergi persisten sebaiknya dievaluasi secara seksama untuk 261

mengetahui adanya asma dan sebaliknya pasien asma juga dievaluasi untuk mengetahui adanya rinitis alergik. 7 Atopi atau predisposisi genetik untuk memproduksi IgE spesifik setelah pajanan alergen, merupakan komponen dari penyakit atopi seperti asma, rinitis alergi, alergi makanan, dan dermatitis atopi. 16,17 Faktor lingkungan memegang peran penting dalam memulai sensitisasi pada seseorang yang mempunyai bakat alergi. Proses sensitisasi terhadap alergen merupakan proses berkelanjutan sejak masa awal kehidupan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi dapat merupakan faktor lingkungan pranatal dan pasca natal. 17 Penelitian di Amerika Serikat dan beberapa negara lain membuktikan bahwa ada hubungan antara alergi terhadap debu rumah dan asma pada anak. Mengawasi keadaan lingkungan dengan mengurangi paparan terhadap debu rumah akan mengurangi risiko terjadinya asma. Penelitian prospektif di Inggris mengukur kadar protein tungau debu rumah mendapatkan bahwa derajat paparan protein tungau debu rumah semasa bayi mempercepat timbulnya gejala asma. 16 Pada peneltian ini sensitisasi dilihat dari uji kulit (skin prick test) didapatkan uji positif terhadap alergen hirup menempati 5 urutan pertama dari 18 jenis alergen, dan tungau debu rumah mempunyai nilai paling tinggi diikuti oleh debu rumah, bulu ayam, kapuk dan bulu kucing. Selama abad ke-20 dicatat insidens sinusitis tinggi pada anak maupun dewasa. Pada penelitian telah diketahui insidens radiografi sinus yang abnormal pada anak dengan mengi yang menetap. Pasien asma mempunyai foto sinus abnormal antara 31%-53%. 5 Sinusitis merupakan komplikasi infeksi saluran napas atas, rinitis alergik, polip hidung dan kelainan lain yang menimbulkan sumbatan hidung. Sinusitis akut atau kronis dapat memprovokasai terjadinya asma. 2 Hubungan asma dengan sinusitis telah diketahui dan dijelaskan pada literatur medis lebih dari 70 tahun. Hampir 80% pasien asma menderita rinitis alergi dan lebih dari 50% pasien dengan sinusitis juga menderita asma. 18,19 Pasien sinusitis yang kami temukan 9 orang (6,1%), lebih rendah dari angka yang dilaporkan penelitian lain, keadaan ini mungkin disebabkan tidak semua pasien pada penelitian ini dilakukan foto sinus. Foto sinus hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai sinusitis secara klinis. Pemeriksaan penunjang yang lebih baik terhadap sinusitis adalah skintigrafi sinus para nasal. 20 Dari penelitian ini disimpulkan bahwa penyakit alergi lain yang pernah dialami anak dengan asma adalah rinitis alergik, dermatitis atopi, urtikaria, dan konjungtivitis. Disarankan penelitian lebih lanjut tentang hubungan rinitis serta sinusitis dengan asma. Daftar Pustaka 1. Akib AAP. Perjalanan penyakit alergi dalam upaya pencegahannya. Dalam: Akib AAP, Tumbaleka AR, Matondang CS, penyunting. Pendekatan imunologis berbagai penyakit alergi dan infeksi. Naskah lengkap PKB Ilmu Kesehatan Anak XLIV. Jakarta: FKUI; 2000. h. 117-27. 2. Sing H. The link between allergic rhinitis and other allergic diseases. Medical Progress, 2002:15-9. 3. Global initiative for asthma. Global strategy for asthma management and prevention. National Institutes of Health, Januari 1995, (direvisi 2002). 4. Simon RA. The allergy-asthma connection. Allergy and Asthma Proc 2002; 23:219-22. 5. Corren J, Rachelefsky. Upper airway disease and asthma. Dalam: Naspitz CK, Szeler SJ, Tinkelman D, Warner JO, penyunting. Textbook of pediatric asthma. London: Martin Duniz; 2001. h. 223-35. 6. Bosquet J, Cauwenberge P, Khaled N, Maesano IA, Bachert C, Cagnani CB, dkk. Allergic rhinitis and its impact on asthma initiative (ARIA). A pocket guide for physicians and nurses, 2002:1-13. 7. Santoso H. Dermatitis atopi. Dalam: Akib AAP, Matondang CS, penyunting. Buku ajar alergi imunologi anak. Jakarta: BP IDAI; 1996. h. 161-72. 8. Matondang CS. Urtikaria. Dalam: Akib AAP, Matondang CS, penyunting. Buku ajar alergi imunologi anak. Jakarta: BP IDAI; 1996. h. 154-60. 9. Shapiro GG, Rachelefsy GS. Introduction and definition of sinusitis. J Allergy Clin Immunol 1992; 90:417-18. 10. Siregar SP. Penyakit alergi pada konjungtiva dan kornea.dalam: Akib AAP, Matondang CS, penyunting. Buku ajar alergi imunologi anak. Jakarta: BP IDAI; 1996. h. 200-3. 11. Parkin P, Goggin N. Asthma. Dalam: Feldmen E, penyunting. Evidence based pediatrics. London: BC Decker; 2000. h. 123-53. 12. UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman Nasional Penanganan Asma Anak. Disampaikan pada temu ahli respirologi anak IV, Medan 5 April 2003. 262

13. Sherman J. Can we prevent asthma? J Pediat Obstet Gynecol, Nov/Dec 2002; 13-18. 14. Martinez FD. Risk factors for development of asthma. Dalam: Naspitz CK, Szeler SJ, Tinkelman D, Warner JO, penyunting. Textbook of pediatric asthma. London: Martin Duniz; 2001. h. 673-79. 15. Slavin GR.Asthma and sinusitis. J Allergy Clin Immunol 1992; 90:534-7. 16. Gern JE, Lemanske RF. Pediatric allergy can it prevented? Immunol Allergy Clin North Am 1999; 19:233-52. 17. Samet JM, Wiesch DG, Ahmed IH. Pediatric asthma; epidemilogy and natural history. Dalam: Naspitz CK, Szeler SJ, Tinkelman D, Warner JO, penyunting. Textbook of pediatric asthma. London: Martin Dunitz; 2001. h. 35-66. 18. Brinke AT, Grootendorst DC, Schmit JT, Bruinei FT, van Buchem MA, Strck PJ, dkk. Chronic sinusitis in severe asthma is related to sputum eosinophilia. J Allergy Clin Immunol 2002; 109:621-6. 19. Guerra S, Sherril DL, Martinez FD, Barbee RA. Rhinitis as an independent factor for adult asthma onset. J Allergy Clin Immunol 2002; 109-25. 20. Campanella SG, Asher MI. Current controversies: Sinus disease and lower airways. Pediatr Pulmonol 2001; 31:165-72. 263