BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK)

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN. 6.1 Arah Kebijakan dan Proses Perancangan Kebijakan

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB IV PENGEMBANGAN MODEL

BAB V ANALISA PERILAKU MODEL DASAR

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali usaha di bidang tekstil. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, persaingan di Indonesia dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB VII PEMBAHASAN ATAS HASIL ANALISIS KEBIJAKAN. VII.1 Pembahasan Hasil Analisis Kebijakan

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

8 ANALISIS KESEIMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PEMERATAAN DISTRIBUSI KEUNTUNGAN

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.011/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil menyatakan bahwa industri

KONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009)

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Materi 8. deden08m.com 1

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO

1. Tinjauan Umum

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB IV ANALISA SISTEM

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Transkripsi:

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah disusun, yang kemudian akan dibandingkan berdasarkan kriteria kriteria performansi sistem yang telah ditentukan. Tahap terakhir dari bagian analisis kebijakan ini adalah analisis implementasi kebijakan. V.1 Analisis Perilaku Model Dasar Pada bagian ini, analisis dilakukan terhadap perilaku variabel variabel yang menjadi performansi industri sari buah. Variabel variabel tersebut diperoleh dengan mengacu pada karakteristik industri sari buah di Indonesia. Berdasarkan karakteristik yang ada, dapat ditentukan beberapa kriteria performansi industri sari buah, yaitu : Pertumbuhan produksi yang ditandai oleh perkembangan tingkat produksi industri sari buah. Pertumbuhan penjualan domestik industri sari buah di Indonesia, yang ditandai oleh volume permintaan dan output industri untuk untuk pasar domestik. Pertumbuhan perdagangan ekspor industri sari buah di Indonesia, yang ditandai oleh volume permintaan dan output industri untuk untuk pasar ekspor. Tingkat perkembangan tenaga kerja industri sari buah, yang ditandai oleh total tenaga kerja industri, total tenaga kerja terampil, tingkat perekrutan tenaga kerja, serta tingkat pemberhentian tenaga kerja. Tingkat investasi industri sari buah, yang ditandai oleh perkembangan jumlah investasi industri sari buah. Analisis perilaku variabel pada masing masing kriteria performansi dilakukan berdasarkan asumsi bahwa struktur variabel serta parameter parameter yang ada pada model dasar tidak berubah selama tahun 2000 2020. 131

V.1.1 Performansi Industri Ukuran performansi industri diperoleh berdasarkan visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Industri Minuman dan Tembakau, Departemen Perindustrian. 5.1.1.1 Visi dan Misi Direktorat Industri Minuman dan Tembakau Berdasarkan visi dan misi Direktorat Industri Minuman dan Tembakau adalah mewujudkan industri minuman dan tembakau yang berdaya saing dipasar global, sedangkan misi yang diemban adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan nilai tambah 2. Meningkatkan mutu, produktivitas dan efisiensi 3. Meningkatkan kualitas SDM / penguasaan teknologi 4. Perluasan dan penyebaran usaha / lapangan kerja 5. Penguasaan dan perluasan pasar ekspor 5.1.1.2 Tujuan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau Tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Industri Minuman dan Tembakau dalam jangka waktu 2005-2009 tahun adalah : 1. Memperkuat struktur industri minuman dan tembakau berdasarkan klaster industri. 2. Meningkatkan utilisasi kapasitas produksi industri minuman dan tembakau. 3. Meningkatkan penguasaan pasar produk industri minuman dan tembakau di dalam negeri dan ekspor. 4. Meningkatkan penggunaan bahan baku yang berasal dari SDA dalam negeri. 5. Meningkatkan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri minuman dan tembakau. 6. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kemampuan SDM untuk mewujudkan produk industri minuman dan tembakau yang memenuhi ketentuan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan hidup. 7. Memperluas kesempatan kerja dan berusaha. 132

Berdasarkan visi, misi, serta tujuan yang tercantum dalam arah dan kebijakan pembangunan industri minuman dan tembakau, dapat dirumuskan hal hal yang ingin dicapai dalam pembangunan industri, yaitu : 1. Tingkat pertumbuhan industri yang tinggi 2. Tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi 3. Penetrasi pasar baik di dalam maupun luar negeri 4. Daya saing yang tinggi baik di pasar domestik maupun ekspor Tingkat pertumbuhan yang tinggi diukur dengan indikator tingkat produksi sebagai output industri yang nantinya akan di lempar ke pasar domestik maupun ekspor. Tingkat penyerapan tenaga kerja diukur dengan jumlah tenaga kerja industri sari buah. Daya saing produk ditunjukkan oleh tingkat permintaan pasar domestik dan pasar ekspor atas produk sari buah dalam negeri. Sedangkan tingkat pertumbuhan investasi diukur dengan jumlah investasi pada industri sari buah. Sehingga pada penelitian ini ukuran performansi industri ditunjukkan oleh variabel variabel : Tingkat Produksi Tingkat permintaan pasar Tingkat Penyerapan tenaga kerja industri Tingkat Investasi Hasil simulasi model dasar berdasarkan kriteria performansi industri dapat dilihat pada Gambar V.1, V.2 dan V.3. Secara keseluruhan, keempat variabel performansi industri menunjukkan tingkat pertumbuhan. Pada awal simulasi, terjadi penurunan tingkat produksi yang disebabkan olah tingkat utilisasi kapasitas yang rendah, karena rendahnya jumlah produksi. Akibat menurunnya tingkat produksi, maka produk yang dilepas ke pasar pun menjadi sedikit, sedangkan tingkat permintaan produk sangat tinggi, sehingga pemenuhan permintaan dipenuhi oleh produk sari buah impor yang terus meningkat setiap tahunnya. 133

Gambar V.1 Hasil Simulasi Model Dasar Kriteria Performansi Industri 1 Tingkat produksi sari buah 2 Permintaan domestik sari buah 3 Permintaan ekspor sari buah 4 Total permintaan produk sari buah Gambar V.2 Hasil Simulasi Model Dasar Performansi Industri Kriteria Tenaga Kerja Industri 134

Variabel tenaga kerja industri memberikan perilaku yang fluktuatif pada awal simulasi, kerena pada proses penerimaan tenaga kerja terjadi delay, yaitu waktu untuk perekrutan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja yang baru. Sedangkan variabel jumlah investasi industri juga menunjukkan perilaku fluktuatif pada awal simulasi kerena pada saat proses penambahan kapital juga terjadi delay, yaitu waktu yang dibutuhkan mulai dari proses pemesanan kapital sampai realisasi investasi kapital.. Gambar V.3 Hasil Simulasi Model Dasar Performansi Industri Kriteria Jumlah Investasi Industri V.1.2 Perkembangan Produksi Pada kriteria perkembangan produksi, analisis dilakukan pada hasil simulasi perilaku model dasar untuk tingkat produksi sari buah. Tingkat produksi merepresentasikan jumlah produk sari buah yang dihasilkan dalam memenuhi permintaan konsumen. Pada Gambar V.4 dapat dilihat bahwa secara umum variabel variabel yang menunjukkan perkembangan produksi cenderung naik dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena terdapat interaksi antar variabel variabel yang mempengaruhi tingkat produksi seperti yang telah dijelaskan pada bagian pengembangan diagram sub sistem. Untuk variabel permintaan total dan tingkat produksi, pada awal simulasi 135

sampai tahun 2005 cenderung berfluktuasi. Hal ini dapat terjadi karena kedua variabel sistem industri tersebut berubah secara dinamis. Perubahan perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor faktor di dalam sistem (endogen), maupun faktor faktor eksogen yang berada di luar batas kontrol industri. Gambar V.4 Hasil Simulasi Model Dasar Terhadap Perkembangan Produksi 1 Total permintaan produk sari buah 2 Tingkat produksi sari buah 3 Kapasitas terpasang industri sari buah Pada saat tingkat produksi menurun, utilisasi kapasitas produksi juga menjadi rendah, padahal kapasitas produksi industri sari buah jauh berada di atas tingkat produksi. Hal ini terjadi karena berlebihnya tingkat persediaan produk hasil industri karena produksi terus berjalan, padahal permintaan mengalami penurunan. Akibatnya industri terpaksa menurunkan tingkat produksi aktualnya. Pada periode kedua yaitu tahun 2005 sampai tahun 2006 variabel tingkat produksi menunjukkan perilaku yang meningkat. Peningkatan yang terjadi disebabkan karena tumbuhnya industri industri baru akibat peningkatan daya saing ekspor, serta permintaan domestik yang juga meningkat, akibat kenaikan daya beli masyarakat, 136

serta bertambahnya jumlah populasi penduduk. Meskipun untuk meningkatkan kapasitas produksi membutuhkan delay, yaitu antara antara pemesanan kapital sampai dengan terjadinya akuisisi kapital, namun industri dapat dengan cepat merespon apabila terjadi kenaikan permintaan. Sedangkan pada periode ketiga yaitu setelah tahun 2006, perilaku variabel variabel yang mempengaruhi perkembangan produksi terus mengalami kenaikan secara konstan. Permintaan setelah tahun 2006 terus mengalami kenaikan, sehingga menggerakan industri untuk meningkatkan produksi. V.1.3 Pasar Domestik Pada kriteria perdagangan domestik, analisis dilakukan pada hasil simulasi perilaku model dasar permintaan domestik sari buah dan tingkat penjualan produk domestik sari buah. Gambar V.5 memperlihatkan perilaku dinamis dari variabel variabel pada pasar domestik. Gambar V.5 Hasil Simulasi Model Dasar Terhadap Perkembangan Pasar Domestik 1 Permintaan domestik sari buah 2 Tingkat penjualan produk sari buah domestik 137

Pada periode pertama yaitu tahun 2000 sampai tahun 2002 variabel permintaan domestik sedikit menurun, namun kemudian meningkat kembali. Tingkat permintaan domestik sari buah cenderung naik karena dua hal yaitu kenaikan permintaan sari buah per kapita serta penambahan populasi penduduk. Sedangkan permintaan domestik sari buah cenderung turun karena maraknya produk sari buah impor yang masuk ke dalam negeri, serta bertambahnya produk sari buah pesaing di pasar ekspor. Pada periode kedua yaitu tahun 2003 sampai tahun 2007 variabel permintaan domestik menunjukkan perilaku yang meningkat secara tajam. Peningkatan yang terjadi disebabkan karena kenaikan daya beli masyarakat, serta bertambahnya jumlah populasi penduduk. Selain itu pada tahun 2005 dilakukan penghapusan pajak pertambahan nilai barang mewah untuk komoditi sari buah oleh pemerintah melalui PP No.5/2004 tanggal 1 Januari 2005. Hal ini dilakukan karena dianggap komoditi sari buah bukan merupakan produk barang mewah, seperti halnya air minum dalam kemasan dan minuman teh dalam kemasan. Kemudian pada periode ketiga yaitu setelah tahun 2007, perilaku variabel permintaan domestik mengalami kenaikan secara konstan sehingga menggerakan industri untuk tetap meningkatkan volume produksi. Tingkat penjualan sari buah domestik berada jauh di bawah permintaan domestik. Hal ini menunjukkan bahwa industri belum mampu memenuhi permintaan pasar domestik. Selain itu, banyak produk sari buah impor yang masuk secara ilegal ke dalam negeri dengan harga yang murah, karena tidak ada bea masuk yang dikenakan terhadap produk impor ilegal tersebut. Masyarakat umumnya sangat berminat dengan produk produk murah tersebut, meskipun kualitasnya berada dibawah produk lokal. V.1.4 Pasar Ekspor Pada kriteria perdagangan ekspor, analisis dilakukan pada hasil simulasi perilaku model dasar permintaan ekspor sari buah dan tingkat penjualan produk ekspor sari buah. Permintaan ekspor sangat dipengaruhi oleh mekanisme pasar bebas, yaitu 138

tergantung pada daya saing produk negara pengimpor, yang di dalam model ini diwakili oleh harga dan ketersediaan produk. Gambar V.6 memperlihatkan hasil simulasi model dasar untuk kriteria perdagangan ekspor. Gambar V.6 Hasil Simulasi Model Dasar Terhadap Perkembangan Pasar Ekspor 1 Permintaan ekspor sari buah 2 Tingkat penjualan ekspor produk sari buah Pada periode awal simulasi yaitu mulai tahun 2000 sampai 2001, permintaan ekspor sari buah menunjukkan kenaikan yang sangat pesat. Mengingat cukup tajamnya gradien kenaikan pada periode tersebut sehingga industri memerlukan waktu penyesuaian untuk menambah kapasitas produksi., penyediaan tenaga kerja dan bahan baku, serta waktu pengiriman ke negara pengimpor. Kenaikan permintaan ekspor untuk peroduk sari buah Indonesia disebabkan oleh bertambahnya ukuran pasar serta daya saing ekspor produk Indonesia. Daya saing ini disebabkan oleh murahnya harga produk yang disebabkan lebih rendahnya biaya produksi sari buah di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, produk sari buah impor ilegal belum banyak beredar di dalam negeri. Disisi lain, tingginya harga jual ekspor serta permintaan ekspor yang terus menunjukkan trend naik, membuat para investor tertarik untuk menambah tingkat pengiriman ekspornya. 139

Pada periode kedua yaitu tahun 2001 sampai tahun 2003, hasil simulasi menunjukkan terjadinya penurunan permintaan ekspor. Hal ini karena turunnya harga pasar internasional akibat masuknya produk produk murah dari China. Disisi lain daya saing produk Indonesia justru melemah akibat tingginya biaya produksi karena pencabutan subsidi BBM oleh pemerintah, kenaikan bahan baku produksi, kenaikan upah minimum propinsi, serta suku bunga perbankan yang tinggi. Pada periode selanjutnya yaitu tahun 2003 dan seterusnya, permintaan ekspor sari buah menunjukkan kenaikan yang konstan. Hal ini disebabkan industri sudah dapat menyesuaikan kondisi tingginya BBM dengan melakukan berbagai efisiensi untuk proses produksi. Selain itu permintaan juga berasal dari permintaan negara pengimpor terhadap produk sari buah yang hanya diproduksi di Indonesia, mengingat buah buahan di Indonesia terkenal sebagai buah eksotik, di mana di negara lain belum tentu ada. Karena volume ekspor meningkat sementara jumlah negara importir cenderung konstan, maka permintaan ekspor untuk produk sari buah Indonesia menunjukkan perilaku yang naik kembali. V.1.5 Perkembangan Tenaga Kerja Analisis perilaku model dasar untuk veriabel jumlah tenaga kerja dilakukan untuk mengetahui penyerapan tenaga kerja industri sari buah. Pada kriteria perkembangan tenaga kerja, analisis dilakukan pada hasil simulasi perilaku model dasar jumlah tenaga kerja industri dan tenaga kerja terampil pada industri sari buah. Tingkat perkembangan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh output potensial kapasitas produksi yang membutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasikan barang kapital. Perkembangan jumlah tenaga kerja industri sari buah dan tenaga kerja terampil industri sari buah ditampilkan pada Gambar V.7. 140

Gambar V.7 Hasil Simulasi Model Dasar Terhadap Perkembangan Tenaga Kerja 1 Jumlah tenaga kerja industri sari buah 2 Jumlah tenaga kerja terampil pada industri sari buah Pertumbuhan jumlah tenaga kerja terjadi karena adanya peningkatan permintaan pasar. Dari output model dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja terampil industri sari buah terus meningkat tapi selalu berada dibawah jumlah tenaga kerja industri sari buah. Hal ini disebabkan karena adanya delay pada saat proses pelatihan tenaga kerja belum terampil untuk menjadi tenaga kerja terampil. Tenaga kerja yang baru direkrut memiliki produktivitas yang rendah sehingga dilakukan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. V.1.6 Pertumbuhan Investasi Tingkat penambahan investasi terjadi karena kebutuhan penambahan kapasitas terpasang untuk memenuhi permintaan pasar serta depresiasi kapasitas terpasang industri. Jumlah dan tingkat pertumbuhan investasi industri sari buah ditampilkan pada Gambar V.8. 141

Gambar V.8 Hasil Simulasi Model Dasar Terhadap Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Investasi 1 Jumlah investasi industri sari buah 2 Tingkat pertumbuhan investasi industri sari buah Tingkat pertambahan investasi pada industri sari buah hanya sedikit yaitu antara tahun 2000 sampai 2006 tingkat pertumbuhan investasi rata rata hanya 0,3044% per tahun. Disisi lain terdapat delay antara kebutuhan penambahan investasi dengan realisasi penambahan aktualnya, hal ini terjadi karena proses pengajuan investasi kapital membutuhkan waktu delay, sehingga pertumbuhan investasi menjadi lambat. Meskipun sangat lambat, tingkat pertumbuhan investasi tetap mengalami kenaikan karena tetap ada respon investor akan prospek pasar yang terus bertambah. V.2 Analisis Sensistifitas Untuk membuat suatu model, parameter dan struktur model sangat dipengaruhi oleh subyektifitas dari pembuat model, sehingga diperlukan suatu analisis sensitivitas untuk melihat variabel variabel yang perlu menjadi perhatian utama pada proses perancangan kebijakan. Pada dasarnya semua model matenatika sensitif secara 142

numerik apabila dilakukan perubahan parameter model (Sterman, 2000). Oleh karena itu, berdasarkan analisis sensitivitas numerik yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan mengenai parameter yang perlu diperhatikan dalam proses estimasi parameter. Dalam analisis sensitifitas ini akan dilihat pengaruh variabel yang sensitif terhadap perilaku model. Variabel yang dipakai untuk analisis sensitifitas adalah harga produk sari buah domestik dan harga produk sari buah ekspor. Variabel ini tidak dapat dikendalikan karena bergerak sesuai teori hukum permintaan dan penawaran. Pada model akan dicoba tiga kemungkinan kondisi harga yaitu : 1. Skenario optimistik Yaitu skenario yang dibuat dengan mengasumsikan kondisi harga yang paling baik. Parameter sistem diasumsikan bernilai paling baik. 2. Skenario Normal Yaitu skenario yang dibuat dengan asumsi harga pada kondisi normal. Parameter dalam sistem diasumsikan memiliki nilai yang paling mungkin terjadi. 3. Skenario Pesimistik Yaitu skenario yang dibuat untuk memfasilitasi kondisi yang sangat tidak diharapkan. Skenario tersebut mengasumsikan kondisi terburuk dan nilai dari parameter mengambil nilai yang balik buruk. Analisis sensitifitas perilaku dilakukan dengan membandingkan output model pada variabel variabel yang menjadi ukuran performansi yaitu tingkat produksi, tingkat permintaan domestik, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan tingkat investasi. V.2.1 Tingkat Produksi Tingkat produksi merepresentasikan jumlah produk sari buah yang dihasilkan dalam rangka memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, permintaan akan naik apabila terjadi penurunan harga, sedangkan penawaran akan 143

naik apabila terjadi kenaikan harga. Naiknya permintaan akan menggerakkan industri untuk menaikkan jumlah produksi. Berdasarkan hasil simulasi pada Gambar V.9, tampak bahwa semakin rendah harga produk sari buah lokal, menyebabkan tingkat produksi pada industri sari buah menjadi naik secara signifikan. Sehingga terbukti bahwa rendahnya harga produk sari buah domestik membuat tingkat permintaan menjadi naik, sehingga menggerakkan industri sari buah untuk meningkatkan jumlah produksinya. Gambar V.9 Analisis Skenario Harga Produk Sari Buah Impor Terhadap Tingkat Produksi 1 Optimistik 2 Normal 3 Pesimistik V.2.2 Tingkat permintaan Domestik Permintaan merupakan ukuran kinerja industri yang sangat penting, mengingat suatu industri akan berkembang apabila permintaan terhadap industri tersebut senantiasa tumbuh. Berdasarkan grafik hasil simulasi pada Gambar V.10, tampak bahwa semakin rendah harga produk sari buah lokal, menyebabkan tingkat permintaan domestik pada industri sari buah menjadi naik secara signifikan. Hal ini terjadi 144

karena rendahnya harga produk sari buah domestik dapat menyaingi harga produk sari buah impor ilegal yang dijual dengan harga murah, sehingga konsumsi masyarakat beralih dari produk sari buah impor ke produk sari buah lokal. Gambar V.10 Analisis Skenario Harga Produk Sari Buah Impor Terhadap Tingkat Permintaan Domestik 1 Optimistik 2 Normal 3 Pesimistik V.2.3 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Tenaga kerja sangat diperlukan untuk mengoperasikan barang barang kepital dalam proses produksi. Berdasarkan grafik hasil simulasi pada Gambar V.11, tampak bahwa semakin rendah harga produk sari buah lokal, dapat menaikkan tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri sari buah. Hal ini terjadi karena rendahnya harga produk sari buah domestik membuat tingkat permintaan menjadi naik, sehingga menggerakkan industri sari buah untuk meningkatkan jumlah produksinya. Tingginya tingkat produksi akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk 145

mengoperasikan barang kapital pada proses produksi, sehingga industri sari buah menaikkan tingkat perekrutan tenaga kerja. Gambar V.11 Analisis Skenario Harga Produk Sari Buah Impor Terhadap Tingkat Penyerapan Tenaga kerja 1 Optimistik 2 Normal 3 Pesimistik V.2.4 Tingkat Investasi Untuk meningkatan produksi pada industri sari buah, maka dibutuhkan kapasitas produksi yang lebih besar, sehingga terjadi investasi kapital. Berdasarkan grafik hasil simulasi pada Gambar V.12, tampak bahwa semakin rendah harga produk sari buah lokal, dapat menaikkan tingkat investasi industri sari buah. Hal ini terjadi karena rendahnya harga produk sari buah domestik menyebabkan tingkat permintaan menjadi naik, sehingga industri sari buah harus meningkatkan jumlah produksinya agar terpenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Tingginya tingkat produksi akan membutuhkan kapasitas produksi yang lebih besar, sedangkan mesin mesin produksi terus mengalami depresiasi. Hal ini menyebabkan kapasitas yang tersedia 146

tidak mencukupi, sehingga dilakukan penambahan barang kapital, yang otomatis menambah tingkat investasi pada industri sari buah. Gambar V.12 Analisis Skenario Harga Produk Sari Buah Impor Terhadap Tingkat Investasi 1 Optimistik 2 Normal 3 Pesimistik 147