BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Hari, Wied Acara Televisi Harmoni Episode Senam Otak Brain Gym. Jumat, 11 Desember 2007.

Bola Terapi Latihan Koordinasi Otak Dengan Metode Brain Gym Bagi Anak ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Stimulasi Brain Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus pada Anak ADHD)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang masih ada di Indonesia adalah Hipotiroid.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK SANTI E. PURNAMASARI

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAHAN KULIAH PERKEMBANGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KE 5 PPS-PLB. Dr.Mumpuniarti, M Pd

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

ANANDA BERKEBUTUHAN KHUSUS Penanganan Perilaku Sepanjang Rentang Perkembangan

APPENDIX C SUMMARY OF THE INTERVIEW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Banyak faktor yang membuat kegiatan ASI eksklusif ini tidak berjalan dengan baik, padahal menurut standar kesehatan dunia WHO, bayi harus diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha!7

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dikenal dengan istilah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

Akupunktur - pengobatan alternatif untuk sakit dan kondisi lain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

UKDW BAB Latar Belakang

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK PADA ANAK SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

Saya berharap bahwa dengan Paket CD ini anda mendapatkan sesuatu yang mudah dalem meningkatkan kecerdasan anda.

HUBUNGAN INTELEGENSI, STABILITAS EMOSI, DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA N 7 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini, akan dijelaskan metodologi penelitian. Metodologi

BAB I Pendahuluan. Tabel 1.1 Situasi dan Analisis Lanjut Usia di Dunia (Dalam satuan milyar) jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga diantara mereka memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Aliyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak

BAB III METODE PERANCANGAN

Pendidikan Anak Autistk Bandi Delphie KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki masa keemasan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB I PENDAHULUAN. primer meliputi makan, minum, pakaian dan lain-lain. Kebutuhan lain yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan dan lingkungan sosial yang baik perlu diperhatikan bagi orangtua untuk anak-anak mereka. Kesehatan dan lingkungan sosial terhubung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat membawa kita ke arah positif atau negatif. Berkembangnya teknologi untuk memproduksi berbagai makanan, minuman dan obat-obatan berbahan kimia, akan berbahaya jika dikonsumsi berlebihan atau tidak sesuai dosis yang tepat. Terlebih jika seorang ibu hamil tidak dapat menghindari kebiasaan mengkonsumsi rokok, alkohol, atau narkoba saat janin masih dalam kandungannya. Hal ini tidak boleh dianggap sepele karena akan menghambat pertumbuhan janin yang nantinya dapat lahir menjadi bayi yang cacat atau mengalami gangguan tertentu. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis) 1

1.1 Latar Belakang Masalah Anak yang terlahir dengan kelebihan atau berkebutuhan khusus saat ini tak jarang ditemukan di sekitar kita. Salah satu masalah kesulitan belajar pada anak, yang mulai banyak dibicarakan pada masa sekarang adalah ganguan pemusatan perhatian yang diberi istilah ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder). Bagan 1.2. Bagan Fakta Mengenai ADHD (Sumber: Koleksi Penulis) ADHD merupakan gangguan serius yang harus ditangani oleh berbagai bidang profesi dalam membantu dan memberi solusi untuk penyembuhan mereka. Banyak yayasan dan sekolah khusus dibangun pemerintah sebagai wadah pendidikan serta tempat penyedia sarana terapi bagi anak-anak yang mengalami ADHD. Adapun beberapa cara penyembuhan yang diutamakan sesuai kesanggupan orang tua, yaitu : - Rehabilitasi Medis : Fisioterapi, Sensory Integration Therapy, Occupational Therapy, Terapi akademis. - Medis : Pemberian obat-obatan berbahan kimia. - Terapi alternatif : Diet gula, Hipnotherapy, Neurobiofeedback, Brain Gym, Terapi Balur, dll. Kegiatan dari setiap penyembuhan memiliki program berbeda-beda. Untuk menentukan penyembuhan apa yang sebaiknya diberikan kepada anak 2

berkebutuhan khusus, dilakukan beberapa tes psikologi, Pengambilan Anamnesa, Pengambilan data, Skoring dan Interpretasi. 1.2 Batasan Masalah Penyembuhan anak-anak berkebutuhan khusus dengan metode Brain Gym merupakan batasan masalah saya dalam menjalani tugas akhir ini. Brain Gym adalah melakukan gerakan-gerakan tubuh yang dipercaya dapat memberikan dampak bagi perkembangan dan petumbuhan otak yang optimal. Dengan melakukan gerakan Brain Gym dipercaya dapat mengaktikan potensi belahan otak (hemisfer) kanan dan kiri, sehingga terjadi integrasi / kerjasama antar keduanya. Kasus kasus yang dapat dikonsultasikan dengan Brain Gym salah satunya adalah ADHD. ADHD ( Attention Deficit Hiperactivity Disorder) merupakan salah satu gangguan neurologis atau kelainan otak dimana syaraf-syaraf di dalam otak tidak tumbuh dengan baik. Hal ini menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan sulit fokus. ADHD terdeteksi pada anak berumur 3-7 tahun. Pada awalnya, sulit dideteksi, mereka terlihat seperti anak biasa yang baru berkembang atau bahkan jika dites intelegensinya akan mencapai nilai di atas rata-rata anak normal. Terjadi pula tumpang tindih antara gejala-gejala, ciri-ciri dan kebiasaan mereka. Namun, pemilihan Brain Gym bagi anak ADHD dilandasi dengan alasan bahwa anak ADHD memiliki kesulitan fokus dan selalu bersikap hiperaktif. Kedua ciriciri ini dapat dilatih dengan gerak Brain Gym / senam otak dengan gerakan yang menyenangkan untuk anak-anak usia 4-6 tahun dimana dalam usia ini mereka mendapat terapi untuk melatih persepsi visual (bentuk, ruang) dan koordinasi visual motorik. Tes tersebut disebut tes kecerdasan Wechsler Primary Preschool Scale of Intelligence (WPPSI) serta tes Frostig. 1 1 Farah T. Suryawan, Naskah artikel, PENGELOLAAN ATTENTION DEFICIT AND HYPERACTIVITY DISORDERS DIPANDANG DARI SUDUT PSIKOLOGI,2006, hlm.3. 3

Batasan masalah produk ditujukan kepada anak berumur 4-6 tahun, dikarenakan usia ini merupakan masa dimana anak sudah dapat malakukan kegiatan olah raga, menulis, barmain, mengenal warna, dan dapat berbicara dengan baik, serta memahami bahasa dari orang lain yang dihadapinya. Produk latihan koordinasi dengan metode Brain Gym ini, diberikan kepada anak ADHD yang kesembuhannya di tingkat menengah ke arah membaik. Karena, pada anak ADHD dengan tingkat parah, hanya boleh diberikan rehabilitasi medis dan pengobatan medis. 1.3 Tujuan Anak ADHD ( Attention Deficit Hiperactivity Disorder) memliliki 3 komponen yang sama atau terkadang tumpang tindih, yaitu : 1. In atensi, Sesuai dengan istilah ADHD, para penderitanya tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. 2. Impulsifitas, Mereka kurang mampu melakukan suatu aktifitas secara berurutan, sulit untuk memprioritaskan kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya. 3. Hiperaktifitas, tidak mampu untuk mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktifitas motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan aksi/gerakan yang penting dan tidak penting. Gerakannya terus-menerus dilakukan tanpa rasa lelah, sehingga berakibat mengalami kesulitan dalam memusatkan atensinya. Ketiga komponen ini memiliki program terapi terpisah. Hal yang paling diutamakan dalam terapi untuk anak ADHD salah satunya adalah latihan koordinasi. Kegiatan Brain Gym yang dapat melatih koordinasi otak dikombinasikan dengan kegiatan relaksasi, permainan, serta keseimbangan merupakan pemberian terapi baru yang dapat ditampilkan secara produk. Hal ini juga merupakan upaya agar anak mau melaksanakan terapi dengan cara yang berbeda. Karena anak ADHD mimiliki ciri-ciri mudah meninggalkan apa yang dikerjakannya saat ia tidak 4

mengetahui tujuan apa yang ia kerjakan. Dan kalaupun produk terlihat sulit, anak ADHD tidak mau menyentuhnya. Maka perencanaan desain produk dibuat dengan efisien dan simple agar tidak terlihat sulit, tetapi menyenangkan. 1.4 Sumber Data Sumber data diperoleh melalui wawancara psikolog perkembangan anak, dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia, wawacara orang tua dari anak yang mengalami kesulitan belajar dikarenakan ADD/ADHD, survei lapangan ke tempat-tempat terapi anak kesulitan belajar, Klinik Tanaya- Bandung untuk melihat terapi akademis dan non-akademis yang diberikan kepada anak ADHD, Yayasan Suryakanti-Bandung untuk wawancara kepada narasumber psikolog mengenai ADHD serta uji coba sistem produk kepada anak ADHD, Twinkle Little Star Early Education Center-Jakarta untuk wawancara mengenai Brain Gym kepada narasumber dan pengamatan gerak Brain Gym. Mengumpulkan data foto dari hasil observasi, Perolehan data internet untuk memperkuat teori dan wawasan mengenai Bain Gym dan ADHD. Perolehan data melalu acara di salah satu stasiun televisi, Harmoni yang dibawakan Bpk.Wied Hari, membahas mengenai Brain Gym oleh Ibu Kartini Sapardjiman. Adapun literatur serta kepustakaan sebagai referensi sumber yang terpercaya. 1.5 Pernyataan Masalah Brain Gym pada umumnya diterapkan pada anak normal. Melaksanakan gerak Brain Gym memiliki banyak manfaat. Memberikan efek yang baik untuk anakanak terutama bermanfaat dalam mendukung kegiatan belajar-mengajar di kelas. Anak tidak mudah bosan dan anak dapat menerima informasi dengan lancar. Brain Gym dilaksanakan dengan melakukan gerakan-gerakan tertentu disertai pijatan yang dapat memperlancar peredaran darah menuju ke otak. Brain Gym hampir sama dengan melakukan senam SKJ sebelum masuk kelas. Sayangnya, pada masa sekarang Brain Gym baru hanya dilakukan di sekolah-sekolah yang memiliki program kurikulum senam ini. 5

Padahal, Brain Gym dapat bermanfaat bagi semua kalangan usia. Apalagi anakanak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian seperti ADHD. Brain Gym dapat menjadi terapi alternatif bagi anak-anak ADHD. Adanya produk yang menggunakan metode Brain Gym, dapat memungkinkan anak ADHD melakukan gerak Brain Gym secara tidak langsung. Penerapan metode Brain Gym pada produk, mengutamakan masalah anak ADHD pada koordinasi otak dan syaraf motoriknya. Sehingga bentuk produk akan dipengaruhi dengan persyaratan gerakan-gerakan Brain Gym dalam melatih koordinasi otak. 1.6 Hipotesa Pemikiran Gerak Brain Gym yang sederhana dapat diterapkan pada produk. Produk akan didesain tanpa menggunakan mesin-mesin yang rumit. Ukuran produk dapat mencakup beberapa fungsi. Produk ini dikhususkan untuk tempat-tempat yang menyediakan sarana terapi bagi anak ADHD. Hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi dan waktu pelaksanaan produksi sesuai pemesanan. 1.7 Alternatif Gagasan Perencanaan produk Brain Gym ini sebelumnya memiliki beberapa gagasan, yaitu: - Gagas 1: Produk dapat multifungsi. - Gagas 2:Produk dapat dibongkar pasang sesuai kebutuhan. - Gagas 3:Produk terdiri dari beberapa items, yang terpisah-pisah namun memiliki satu fungsi, yaitu gerak Brain Gym dalam melatih koordinasi otak. Sehingga produksinya dapat serial. 6