BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dini sudah meningkat di Indonesia, mencapai 6,6 juta orang atau tiga persen dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. Menurutnya penyebab cacat mental atau tunagrahita adalah faktor keturunan atau gen yang berasal dari pihak perempuan. Selain itu juga bisa disebabkan karena pada saat kehamilan banyak mengonsumsi alkohol, narkotika, dan zat adiktif lainya. Penderita cacat mental ini perlu mendapatkan perhatian khusus dengan cara membantu mereka agar timbul sikap percaya diri, mandiri, menjadi manusia yang produktif, memiliki kehidupan yang layak, dan aman terlindungi serta bahagia lahir batin. "Saat ini akibat perubahan pola hidup dan sosial masyarakat cenderung bersifat apatis, khususnya kepada mereka yang bawaan lahiriah menderita cacat mental dan autis". Fenomena ini sudah terjadi di masyarakat Indonesia yang telah banyak mengalami peningkatan baik positif maupun negatif dalam finansial, pendidikan, maupun jumlah penduduk. Salah satu peningkatan yang memerlukan perhatian yaitu anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus merupakan anak yang mengalami gangguan bisa secara fisik, mental, sosial, dan ataupun emosional. Begitu banyak jumlah Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia, fenomena gunung es akan terus bertambah tanpa ada tindak lanjut dari pemerintah Indonesia. Mahalnya biaya untuk terapi, sulitnya mengasuh anak-anak Berkebutuhan Khusus, dan jaminan masa depan yang belum pasti menjadi kekhawatiran keluarga. Menurut Joko Yuwono mengatakan bahwa fenomena yang terjadi saat ini mengalami perkembangan kurang baik, layanan belum maksimal, serta banyak yang harus dilakukan oleh keluarga dalam mendidik anak. Karena tanpa ada dukungan orang tua anak tidak berkembang lebih baik. Selain itu faktor orang tua juga berpengaruh karena tidak ada orang tua juga tidak akan maksimal. 1

2 Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita) membutuhkan pengajaran yang lebih atau ekstra dibanding anak-anak normal lainnya. Ada sekolah khusus yang biasa disebut SLB (Sekolah Luar Biasa). Biasanya anak Tunagrahita tersebut di tes terlebih dahulu agar dapat di ketahui klasifiksi termasuk Tunagrahita ringan, sedang, ataupun berat. Sehingga akan mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan (fisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam proses perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Proses pembelajaran untuk anak Tunagrahita harus dilakukan secara intensif karena mereka sangat memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Menurut Yanti Sugiyanti, S.Pd selaku kepala sekolah SLB Bina Insan Mulia. Permasalahan yang terjadi di sekolah SLB C Bina Insan Mulia termasuk Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita merupakan sekolah yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita bahwa Tunagrahita anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus. Anak Tunagrahita masih tahap pemula metodenya masih bermain untuk menumbuhkan anak itu harus bisa bersosialisasi terlebih dahulu karena di SLB C Bina Insan Mulia anak tersebut masih minim dalam kemampuan. Dalam menggunakan metode yang diberikan disekolah anak Tunagrahita suka tidak kuat lebih dari 1 jam, dan cepat bosan dengan media pembelajaran disekolah. Dalam mengenal hewan Anak Tunagrahita masih suka salah penyebutkan nama hewan atau suara hewan tersebut. Di sekolah SLB C Bina Insan Mulia ini tergolong sekolah khusus anak Tunagrahita. Dapat diartikan bahwa tunagrahita merupakan bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa ialah anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Hal tersebut dapat terlihat dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi. Sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal. 2

3 Jadi anak Tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus. Tunagrahita istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah ratarata. (Somantri 2012:103). Selain dibutuhkan peran dan pembelajaran, guru sangat membutuhkan strategi belajar yang dapat memicu respon anak terhadap media dan pembelajaran yang akan digunakan, melalui media pembelajaran menggunakan media animasi interaktif. Media visual berupa animasi interaktif bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang efektif bagi anak kerkebutuhan khusus kategori Tunagrahita guna semakin meningkatkan perkembangan dalam proses belajar. Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar berkomunikasi melalui gambar-gambar. Animasi adalah suatu benda yang berubah-ubah menciptakan gerak dan kehidupan. Prakosa (2013:39). Mengenai animasi interaktif adalah proses penyampaian yang menyajikan dalam bentuk video, atau gambar yang dapat bergerak dengan pengendalian yang dilakukan oleh komputer kepada para penonton dengan tidak hanya menonton namun juga dengan adanya audio yang dapat didengar, sekaligus efek ygrafik yang timbulkan untuk menarik respon yan aktif dalan penyajiannya. Secara kompleks, animasi interaktif dapat di tarik kesimpulan dengan alat perantara yan diciptakan dengan mudah melalui komputer mengggunakan unsur audio, gambar, teks untuk menyampaikan pesan secara menarik. Arsyad (2004:36). Oleh karena itu perlu adanya suatu media pembelajaran yang efisien dan juga efektif dari yang saat ini digunakan, dimana media yang digunakan mampu membantu guru, orang tua dalam media pembelajaran untuk proses belajar pada anak Tunagrahita melalui media animasi interaktif. Media yang digunakan media animasi interaktif penggabungan beberapa media maupun visual dalam hal 3

4 mendukung pembelajaran, dimana media tersebut dapat membantu meningkatan proses kembang koordinasi motorik halus dan visual anak tersebut. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis menuliskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Tidak banyak media pembelajaran animsi interaktif kepada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. 2. Kurang sesuai media pembelajaran untuk anak tunagrahita yang ada saat ini tentang pengenalan satwa di Indonesia kepada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita disekolah. 3. Belum adanya media pembelajaran dengan menggunakan animasi interaktif yang bisa membantu penderita anak Tunagrahita dalam mengenal satwa di Indonesia. 1.3 Rumusan Masalah Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pembelajaran Animasi Interaktif pengenalan satwa di Indonesia yang sesuai agar bisa diterapkan pada penderita anak Tunagrahita di sekolah SLB C Bina Insan Mulia? 2. Bagaimana merancang konsep visual yang akan dibuat dalam media pembelajaran yang akan dirancang untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita? 1.4 Batasan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini memiliki beberapa batasan yakni sebagai berikut: 1. Target ditujukan kepada Anak Tunagrahita. 2. Berumur 6-8 tahun. 4

5 3. Program ini hanya berisikan mengenai media pembelajaran dalam pengenalan satwa di Indonesia melalui multi metode yang akan dilakukan di sekolah SLB C Bina Insan Mulia. 4. Materi didalam perangkat lunak ini hanya berisikan mengenai pembelajaran yang disesuaikan dengan anak Tunagrahita berserta dukungan yang terkait dengan metode seperti pengenalan satwa di Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup Agar pembahasan lebih terarah, maka penulis memberikan batasan masalah penelitian ini meliputi agar masalah tidak meluas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut: 1. Pembuatan media pembelajaran tentang pengenalan satwa di indonesia kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). 2. Media yang digunakan media pembelajaran yang efektif dan menarik berkaitan dengan bidang desain komunikasi visual yakni animasi interaktif. 3. Anak-anak Berkebutuhan Khusus sekitar umur 6-8 tahun di sekolah SLB C Bina Insan Mulia. 4. Lokasi penelitian perancangan ini adalah Jl. Ibrahim Adji Blk. No. 350 RT.04/RW.06 Kelurahan Binong Kecamatan Batununggal Bandung Penelitian dilakukan di Sekolah SLB C Bina Insan Mulia Bandung. 5. Animasi Interaktif yang dirancang adalah penggabungan antara unsur visual, audio, dan animasi. 1.6 Tujuan Perancangan Adapun tujuan umum dari dilakukannya perancangan ini adalah. 1. Untuk mengetahui konsep pembelajaran animasi interaktif pengenalan satwa di indonesia yang bisa diterapkan pada anak tunagrahita di sekolah. 2. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengingat suatu objek serta menambah wawasan baru dalam pembelajaran untuk Anak Tunagrahita. 5

6 1.7 Manfaat Perancangan Adapun manfaat umum dari dilakukannya perancangan ini adalah. 1. Sebagai wadah pengenalan satwa di indonesia bagi Anak Tunagrahita. 2. Membantu Orangtua yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus dalam mendidik Anak Tunagrahita dengan membuat media pembelajaran yang efektif untuk memperkenalkan media pembelajaran melalui animasi interaktif. 3. Membantu guru anak keterbelakangan mental melalui media animasi interaktif. 4. Melatih pada anak aketerbelakangan mental Tunagrahita di sekolah SLB C Bina Insan Mulia. 1.8 Metodologi perancangan Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Mempelajari fakta secara sistematik, akurat, dan karakteristik dalam : a. Pustaka Berupa buku-buku yang berkaitan dengan fenomena yang berkaitan dengan topik yang diangkat yakni anak Tunagrahita, Satwa di Indonesia, media pembelajaran, animasi, media interaktif, psikologi, warna, tipografi, ilustrasi, user interface. b. Referensi Berupa literatur dari pengantar karya sebelumnya yang sejenis sesuai tema yang sama, video. 2. Observasi Observasi yang dilakukan langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian untuk perancangan yakni Jl. Ibrahim Adji Blk. No. 350 RT.04/RW.06 Kelurahan Binong Kecamatan Batununggal Bandung sekolah SLB C Bina Insan Mulia. 6

7 3. Wawancara Teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung atau wawancara kepada pihak terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan, serta narasumber yang berkaitan dengan tema peneliti, yakni kepada: a. Kepala ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), guru dan orang tua anak Tunagrahita b. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus c. Ahli media pembelajaran animasi interaktif Analisis Data Peneliti melakukan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis studi kasus (penelitian lapangan). Analisis yang dipakai menggunakan analisis Holistik peneliti mendeskripsikan secara detail mengenai pola, konteks, dan setting dimana kasus itu terjadi (Creswell, 2013:141). Analisis ini intensif mempelajari latar belakang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi. Urutannya yakni sebagai berikut. 1. Deskripsi 2. Klasifikasi 3. Penafsiran 4. Hasil Penafsiran Metode Perancangan 1. Sistematika Perancangan Adapun urutan perancangan yang dilakukan yakni sebagai berikut: a. Pra Produksi Peneliti melakukan studi lengkap melalui pencarian data yang berkaitan dengan perancangan, mencari referensi Media Pembelajaran Animasi Interaktif berkaitan sebagai gambaran yang kemudian diuji coba ke target 7

8 pengguna anak Tunagrahita, serta membuat konsep besar utama dalam perancangan. b. Produksi Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan rinci desain perancangan Media Pembelajaran Animasi Interaktif yang terdiri dari teks, gambar, audio, video, interaktivitas sebagai komponen terpenting dalam Media Pembelajaran Animasi Interaktif. Setelah perancangan Media Interaktif dirasa tidak mengalami masalah, Media Interaktif yang telah jadi diujikan kepada target pengguna anak Tunagrahita untuk mengetahui keefektifan serta perbaikan apabila masih ada fitur yang dirasa kurang. c. Pasca Produksi Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan menggunakan media interaktif berupa visual yang menjadi media pembelajaran yang efektif dan efisien kepada anak Tunagrahita. 8

9 1.8.4 Kerangka Perancangan Bagan 1.1 Kerangka Perancangan LATAR BELAKANG Dalam menggunakan metode yang diberikan disekolah anak Tunagrahita suka tidak kuat lebih dari 1 jam, dan bosan dengan media pembelajaran disekolah kurang dan tidak efektifnya media pembelajaran saat ini. FENOMENA Begitu banyak Tunagrahita di indonesia. fenomena gunung es akan terus bertambah tanpa ada tindak lanjut dari pemerintah Indonesia. ISU Anak Tunagrahita berbeda dengan anak normal pada umumnya, anak Tunagrahita keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. OPINI Anak Berkebutuhan Khusus harus diperlakukan secara profesional, objektif dengan kesabaran dan perhatian serta kesadaran tentang masa depan anak dengan menggali minat potensi minat bakat dan pengetahuan akademik sekemampuan anak, terutama orang tua dan tepaisnya. TUJUAN 1. Untuk mengetahui konsep 2. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengingat suatu objek 3. meningkatkan ganggunan pada anak Tunagrahita 4. Menambah wawasan baru dalam pembelajaran yang khususnya untuk anak Tunagrahita METODE PENELITIAN DAN METODEPENGUMPULAN DATA METODE PENELITIAN KUALITATIF (STUDI KASIS) STUDI LAPANGAN 1. Observasi 2. Wawancara 3. Kuisioner (Pendukung) STUDI PUSTAKA 1. Buku: Tunagrahita, media pembelajaran, multimedia interaktif, animasi, multimedia, psikologi waena, psikologi Tunagrahita, satwa di di indonesia. 2. Referensi: jurnal, literatur lainnya HIPOTESA Media animasi interaktif ini mampu menjelaskan atau memperkenalkan secara umum tentang satwa di indonesia. menggunakan konten multimedia interaktif berupa teks, gambar, suara, video, interaktivitas, yang bisa menjadi media interaktif lebih menarik untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita dan anak autis dapat belajar mengenal satwa di indonesia dan mengenalkan suara hewan dan bentuk kewan dan sebagainya menjadi efektif dan efesien. SOLUSI Membuat media animasi interaktif untuk melatih perkembangan anak Tunagrahita menjadi media yang efetif dan efesien untuk anak Tunagrahita dan tidak mudah bosan. HASIL PERANCANGAN PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN SATWA DI INDONESIA UNTUK ANAK TUNAGRAHITA 9

10 1.9 Pembabakan BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang dari fenomena yang diangkat, permasalahan, ruang lingkup, tujuan perancangan, cara pengumpulan data dan analisis, serta kerangka perancangan. BAB II DASAR PEMIKIRAN Merupakan teori-teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran untuk konsep perancangan dari latar belakang fenomena dan masalah yang dibahas. BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH Penjelasan mengenai data-data yang telah diperoleh sebagai acuan dalam perancangan serta uraian mengenai hasil wawancara, observasi, serta analisis yang berkaitan terhadap masalah yang dibahas sebagai dasar perancangan. BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Hasil yang didapat dari analisis dan data berdasarkan teori yang digunakan dalam merancang secara keseluruhan. BAB V PENUTUP Kesimpulan yang berupa jawaban terhadap permasalahan dan nilai baru yang ditemukan. Saran bagi proyek desain selanjutnya sebagai hasil pemikiran atas keterbatasan yang dilakukan pada waktu sidang dan penelitian berlangsung. 10