KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. Lampung jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Implant dengan Kenaikan Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

Transkripsi:

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK Sri Rejeki 1, Nikmatul Khayati 1, Rohmatun Novianti Solekah 2 1 Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Praktisi Kesehatan ABSTRAK Latar Belakang: Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun. Salah satu upaya untuk mengatasi pertumbuhan tersebut adalah melalui program KB termasuk jenis kontrasepsi suntik yang mencapai 58,7%. Penggunaan kontrasepsi suntik dapat mempengaruhi gangguan haid. Kontrasepsi suntik sebagai kontrasepsi hormonal dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron, yang keduanya dapat mencegah terjadinya ovulasi sehingga dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Faktor yang diduga dapat mempengaruhi pola menstruasi meliputi karakteristik, status gizi dan praktik menyusui. Tujuan: Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan karakteristik, status gizi dan praktik menyusui dengan pola menstruasi akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. Metode: Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu pengguna kontrasepsi suntik 3 bulanan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Kabupaten Demak dengan jumlah 76 orang. Teknik samling yang digunakan adalah total pupulasi yaitu 76 orang. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur (p=1,000), pekerjaan (p=1,000), dan pendapatan (p=0,643) dengan pola menstruasi. Terdapat hubungan yang bermakna antara praktik menyusui (p=0,020)dan status gizi (p=0,018) dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik dengan pola menstruasi dan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dan praktik menyusui degan pola menstruasi oada ibu akseptor kontrasepsi suntuk 3 bulanan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. Bagi ibu pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan jika merasakan keluhan dengan pola menstruasi selama menyusui, maka dapat melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke tenaga kesehatan agar dapat menggunakan alat kontrasepsi yang lebih tepat selama menyusui. Kata Kunci: Umur, Pekerjaan, Pendapatan, Praktik menyusui, Status Gizi, Pola Menstruasi 56

LATAR BELAKANG Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008, persentase wanita berumur 10 tahun ke atas pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 0-2 orang (49,72%) dan 3-5 orang (35,83%) untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Proporsi wanita 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang memakai/menggunakan alat KB menurut Susenas tahun 2008 sebesar 56,62%, hal ini menunjukkan tidak mengalami perkembangan sejak tahun 2004. Persentase wanita pengguna alat kontrasepsi hingga tahun 2008 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pilihan alat kontrasepsi suntik dan pil KB masih terbanyak diminati oleh para wanita yang berstatus kawin dengan persentase 58,7% untuk kontrasepsi suntik dan 23,9% untuk pil KB (Depkes RI, 2009). Berbeda dengan capaian Nasional, angka laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah yang tercatat 0,37 % pertahun merupakan salah satu yang terbaik di tanah air (Dinkes Jateng, 2010). Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, komposisi penduduk Jawa Tengah didominasi oleh usia subur 16-24 tahun yang mencapai 27 %. Keberhasilan program KB sebenarnya tidak lepas dari peran dan partisipasi perempuan dan ibu rumah tangga. Pemilihan alat kontrasepsi bagi para ibu akseptor lebih memilih alat kontrasepasi yang sifatnya praktis, salah satunya adalah kontrasepsi suntik (Prawirohardjo, 2002). Jenis kontrasepsi suntik yang di sediakan dalam program KB Nasional salah satunya adalah Depo Provera 150 mg, yang diberikan setiap tiga bulan. Kontrasepsi suntik ini mempunyai daya kerja yang lama, yakni dalam rentang waktu tiga bulan pemakaian, akan tetapi setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping. Efek samping yang sering ditemukan pada kontrasepsi suntik ini salah satunya adalah perubahan berat badan, dan gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat dan sebagainya (Hartanto, 2003). Gangguan pola haid yang terjadi tergantung pada lama pemakaian. Gangguan pola haid yang terjadi seperti perdarahan bercak/flek, perdarahan irreguler, amenore dan perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang (Hartanto, 2003). Perempuan memiliki panjang siklus menstruasi yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain hormon estrogen yang dimiliki, tingkat stres, asupan gizi dan faktor keturunan serta penyakit. Berkaitan dengan KB suntik sebagai kontrasepsi hormonal dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut yang dapat mencegah terjadinya ovulasi sehingga dapat mempengaruhi siklus menstruasi (Hanafi, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak terhadap 40 ibu yang menyusui dimana ditemukan 36 ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik dan 32 orang ibu diantaranya menyatakan mengalami menstruasi tidak teratur. Berdasarkan fenomena di atas maka menimbulkan pertanyaan apakah ada hubungan karakteristik ibu dan praktik menyusui dengan pola menstruasi pada ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. 57

METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Kabupaten Demak dengan jumlah 76 orang yang diambil secara total. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan Umur Frekuensi (f) Persentase (%) < 20 tahun 20-35 tahun > 35 Tahun 2 68 6 2,6 89,5 7,9 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 68 orang (89,5%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%) IRT Swasta Wiraswasta Petani 22 37 14 3 28,9 48,7 18,4 3,9 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah swasta yaitu sebanyak 37 orang (48,7%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan Pendapatan Frekuensi (f) Persentase (%) Rp893.000 > Rp893.000 30 46 39,5 60,5 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pendapatan responden adalah lebih besar dari Rp893.000 yaitu sebanyak 46 orang (60,5%). 58

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan praktik menyusui Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan Praktik menyusui Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak aktif Aktif 40 36 52,6 47,4 Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar praktik menyusui responden adalah tidak aktif yaitu sebanyak 40 orang (52,6%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan Status gizi Frekuensi (f) Persentase (%) Kurang Normal Gemuk 1 34 41 1,3 44,7 53,9 Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar berat badan responden berdasarkan IMT adalah gemuk yaitu sebanyak 41 orang (53,9. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pola menstruasi Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Pola menstruasi Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak teratur Teratur 71 5 93,4 6,6 Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pola menstruasi responden adalah tidak teratur yaitu sebanyak 71 orang (93,4. 59

Tabel 7 Hubungan antara umur dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang berumur 35 tahun sebagian besar pola menstruasinya tidak tertatur yaitu sebanyak 92,9%, dan yang berumur > 35 tahun seluruhnya pola menstruasinya tidak teratur yaitu 100,0%. Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan Fisher s exact didapatkan p value sebesar 1,000 > (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pola menstruasi pada ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. Tabel 8 Hubungan antara pekerjaan dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja sebagian besar pola menstruasinya tidak tertatur yaitu sebanyak 95,5%, dan yang bekerja sebagian besar pola menstruasinya tidak teratur yaitu 92,6%. Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan Fisher s exact didapatkan p value sebesar 1,000 > (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. 60

Tabel 9 Hubungan antara pendapatan dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang penghasilannya Rp.893.000 sebagian besar pola menstruasinya tidak tertatur yaitu sebanyak 96,7%, dan yang berpenghasilan > Rp893.000 sebagian besar pola menstruasinya tidak teratur yaitu 91,3%. Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan Fisher s exact didapatkan p value sebesar 0,643 > (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. Tabel 10 Hubungan antara praktik menyusui dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa responden yang tidak aktif menyususi seluruhnya pola menstruasinya tidak tertatur yaitu sebanyak 100,0%, dan yang aktif menyusui sebagian besar pola menstruasinya tidak teratur yaitu 86,1%, namun terdapat 5 orang (13,9%) yang pola menstruasinya teratur. Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan Fisher s exact didapatkan p value sebesar 0,020 < (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara praktik menyusui dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. 61

Tabel 11 Hubungan antara status gizi dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa responden yang status gizinya kategori kurang dan normal sebagian besar pola menstruasinya tidak tertatur yaitu sebanyak 85,7%, namun masih terdapat 5 orang (14,3%) yang teratur dan yang status gizinya kategori gemuk seluruhnya pola menstruasinya tidak teratur yaitu 100,0%. Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan Fisher s exact didapatkan p value sebesar 0,018 < (0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak.. PEMBAHASAN Umur yang masih muda maupun umur yang sudah tua pada pengguna akseptor suntik 3 bulan tidak menunjukkan adanya perbedaan pada pola menstruasinya. Sebagimana diketahui bahwa salah satu dampak dari penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulanan adalah adanya gangguan pola menstruasi yang tidak teratur. Sebagaimana disebutkan oleh Hartanto (2004) bahwa akibat penggunaan KB suntik adalah timbulnya hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. Pekerjaan sebagai bentuk aktivitas sehari-hari yang dijalani oleh responden pada kondisi tertentu seringkali menimbulkan stress dan hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola menstruasi responden. Namun demikian hasil penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan pola menstruasinya.berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni (2006) yang meneliti tentang hubungan stres dengan pola menstruasi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stres dengan pola menstruasi. Stres yang terjadi dalam penelitian ini sebagai akibat dari banyaknya aktivitas dari pekerjaannya. Hasil penelitian Isnaeni tersebut ternyata tidak terjadi dalam penelitian ini dimana status pekerjaan ibu tidak memberikan hubungan yang bermakna dengan pola menstruasi yang dijalani. Penelitian lain 62

dilakukan oleh Irnawati (2012) yang mendapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan perubahan pola menstruasi. Pendapatan yang tinggi diharapkan dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik dengan terjangkaunya berbagai macam kebutuhan termasuk pemenuhan gizi dan pemenuhan kebutuhan kesehatan. Namun demikian dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara pendapatan responden dengan pola menstruasi. Ditemukannya banyak responden yang tidak mendapatkan siklus menstruasi secara teratur dalam penelitian ini lebih dikarenakan pada penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulanan yang memiliki beberapa efek samping salah satunya adalah siklus haid yang tidak teratur. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara praktik menyusui dengan pola menstruasi. Praktik menyusui yang dilakukan oleh ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini ternyata memberi pengaruh yang baik terhadap pola menstruasinya dimana ibu yang aktif menyusui bayinya dapat menjadikan pola menstruasinya menjadi teratur. Hasil penelitian ini didukung pula beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Nurlaili (2010) didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif dengan keteraturan siklus menstruasi dimana pada ibu yang menyusui eksklusif terjadi ketidakteraturan siklus menstruasi dibandingkan dengan ibu yang menyusui non eksklusif. Sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap keterturan siklus menstruasi. Temuan riset ini sesuai pula hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hamid (2008) menemukan bahwa durasi, lama dan frekuensi menyusui berpengaruh terhadap kembalinya siklus haid. Martin (1998) dari Amerika Serikat yang meneliti tentang survey efek kontrasepsi dari ibu yang menyusui mendapatkan bahwa ibu yang menyusui dan menggunakan alat kontrasepsi mengalami gangguan pada pola menstruasinya. Status gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pola menstruasi dimana obesitas juga disertai dengan siklus anovulatorik karena peningkatan tonik kadar estrogen sehingga dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi secara teratur. Setiap wanita memiliki sepasang ovarium yang tiap bulan menghasilkan sebuah sel telur (ovum), yang siap untuk dibuahi melalui sebuah mekanisme siklus mentruasi. Pematangan ovum (ovulasi) merupakan kunci penting bagi wanita dalam menjalani kehidupan reproduksinya untuk mendapatkan keturunan dikemudian hari. Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang nantinya berpotensi menimbulkan gangguan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kegemukan (obesitas), yang identik dengan hiperkolesterolemia. Pengaruh obesitas terhadap hambatan proliferasi folikel serta pematangan ovum, yang pada akhirnya termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi (Runa, 2010). Penelitian yang dilakukan Eni Purwanti (2003, dalam Hupitoyo, 2011) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Dahliansyah (2003, dalam Hupitoyo. 2011), disebutkan bahwa ada hubungan antara lemak tubuh dengan siklus menstruasi. 63

KESIMPULAN Sebagian besar (89,5%) umur responden adalah antara 20-35 tahun. Sebagian besar (48,7%) pekerjaan responden adalah swasta. Sebagian besar (60,5%) pendapatan responden adalah lebih besar dari Rp.893.000. Sebagian besar (52,6%) praktik menyusui responden adalah tidak aktif. Sebagian besar (53,9%) berat badan responden berdasarkan IMT adalah gemuk. Sebagian besar (93,4%) pola menstruasi responden adalah tidak teratur. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak dengan nilai p = 1,000. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak dengan nilai p = 1,000. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak dengan nilai p = 0,643. Terdapat hubungan yang bermakna antara praktik menyusui dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak dengan nilai p = 0,020. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pola menstruasi pada Ibu akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak dengan nilai p = 0,018. KEPUSTAKAAN BKKBN. (2010). Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana. Jakarta Depkes RI, (2009). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI. Hamid, M. (2008). Hubungan lama, durasi, dan frekuensi menyusui dengan kembalinya siklus haid pada ibu di Wilayah Puskesmas Kota Madang. Jornal Kesehatan. Volume 6, No. 1. Hartanto, H. (2003). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hupitoyo (2011). Obesitas dan Fertilitas. Artikel Kesehatan. Irnawati (2012). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan pola menstruasi pada akseptor KB suntik depo medroxy progesteron acetat di Puskesmas Batua Kota Makassar. Skripsi. STIKES Nani Hasanuddin. Isnaeni, DN. (2010). Hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa d iv kebidanan jalur reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. KTI. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Martin, S.P. (1998). Survey Estimates of the Contraceptive Effect of Breastfeeding in the United States. CDE Working Paper No. 98-13. Muryanta, A. (2010). Menggapai target MDGS dalam program KB nasional. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Runa., H, (2010). Guidelines for themanagement of porstterm pregnancy. Journal. Perinat. Med 111-119. http://www.anestesiadolor.org/repositorio/anestesia-enmino.pdf 64