BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29% dari tahun 2005 dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa, maka pada tahun 2009 mencapai 231 juta jiwa. Sedangkan hasil sensus tahun 2010 yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49% pertahun (Wikipedia, 2010) Dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi tentunya akan mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar pula usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana (Saifuddin, 2006). Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk suatu keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi

2 seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (Saifuddin, 2006). Pendapat Malthus yang dikutip oleh Saifuddin (2006) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia seperti deret ukur, sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia yang pesat. Berdasarkan pendapat diatas diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Dengan mempelajari pola trend terbaru maka Paradigma Program KB Nasional yang lama yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) diubah menjadi Keluarga Berkualitas 2015 yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas yaitu keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono, 2003). Dari hasil pelaksanaan program kependudukan dan KB provinsi jawa tengah, terjadi penurunan penggunaan KB pada tahun ,07% dari 31,666 PUS menjadi 65,09% dari 49,809 PUS pada tahun 2009 (BKKBN,2008,2009). Dan terjadi peningkatan peserta KB baru metode AKDR dari tahun ,09% dari 49,809 PUS dan tahun 2010 menjadi 89,53% dari 66,682 PUS (BKKBN, 2009, 2010). Sedangkan jumlah peserta KB pada tahun 2010 yaitu 954,414 dari 997,425 PUS. Dan Keadaan dikota Semarang,

3 berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Semarang didapatkan bahwa terjadi penurunan peserta KB AKDR pada tahun 2007 sebanyak 8,03% dari 243 PUS menjadi 7,79% dari 247,228 PUS tahun 2008 (BAPERMAS PER DAN KB, 2007,2008) Hasil pelaksanaan program kependudukan dan KB provinsi jawa tengah tahun 2010 diperoleh data pelayanan kasus komplikasi berat peserta KB IUD yang dapat dilayani sampai bulan Desember 2010 sebanyak 131 kasus (58,22%) dari 225 kasus. Sedangkan pelayanan kasus kegagalan sebanyak 184 kasus (39,74%) dari 463 kasus (BKKBN, 2010). Di Kecamatan Mijen mempunyai 14 Kelurahan dengan jumlah penduduk jiwa, jumlah PUS jiwa, dan jumlah peserta KB aktif sebanyak 7336 dari PUS. jumlah peserta KB AKDR mencapai 307 orang dari PUS (PLKB, 2010). Jumlah peserta KB aktif di Desa Wonolopo pada tahun 2010 mencapai 841 Peserta aktif dari 1078 PUS. Sedangkan yang menggunakan KB AKDR sebanyak 25 orang dari 841 Peserta aktif, Data Puskesmas Mijen Pada bulan Januari sampai bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa peserta KB aktif di Desa Wonolopo mencapai 269 Peserta aktif dari 1078 PUS. peserta KB terbanyak yaitu akseptor dari KB Suntik mencapai 24,03% dari 1078 PUS. Dan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di Desa wonolopo RW VI pada bulan Januari tahun 2011 jumlah PUS sebanyak 65 PUS dan didapatkan 31 orang menggunakan KB Suntik, 15 orang menggunakan KB Susuk, 9 orang

4 menggunakan KB Pil, 5 orang menggunakan KB MOP/MOW, 4 orang menggunakan KB IUD/Spiral, dan 1 orang menggunakan KB Kondom. Dari data diatas dapat digambarkan bahwa metode Kontrasepsi AKDR belum menjadi pilihan sebagai metode Kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan januari 2011 dengan 10 Responden yaitu wanita PUS Akseptor KB yang bertempat tinggal di Desa Wonolopo RW VI didapatkan hasil bahwa alasan mereka tidak memilih KB AKDR karena 100% ibu mengatakan takut, 60% ibu mengatakan mahal, 10% ibu menganggap bahwa Pola Menstruasi yang tidak teratur selama pemakaian alat kontrasepsi akan menyulitkan mereka, karena selama haid mereka dilarang sembahyang dan 30% ibu mengatakan tidak ada dukungan dari suami untuk menggunakan KB IUD atau Spiral. Padahal metode kontrasepsi AKDR merupakan salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yang mempunyai efektifitas 0,6 0,8 kehamilan dari 100 perempuan dalam satu tahun pertama penggunaan (Saifuddin, 2006, p.mk 75), Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Desa Wonolopo RW VI Mijen Kota Semarang B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas didapat rendahnya cakupan KB AKDR di Desa Wonolopo RW VI yaitu sebanyak 4 orang dari 65 PUS. Dan

5 dari hasil Wawancara yang dilakukan peneliti dengan 10 Responden yaitu wanita PUS Akseptor KB yang bertempat tinggal di Desa Wonolopo RW VI didapatkan hasil bahwa alasan mereka tidak memilih KB AKDR karena 100% takut, 50% ibu mengatakan mahal, 20% ibu menganggap bahwa Pola Menstruasi yang tidak teratur selama pemakaian alat kontrasepsi akan menyulitkan mereka, karena selama haid mereka dilarang sembahyang dan 30% ibu mengatakan tidak ada dukungan dari suami untuk menggunakan KB IUD atau Spiral, Dari latar belakang tersebut maka dapat disusun rumusan masalah Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Kota Semarang 2011?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Kota Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Kota Semarang.

6 b. Mendiskripsikan dukungan suami yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat 1. Bagi Instansi Pendidikan Khususnya di Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi maupun referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah bahan kepustakaan di Universitas Muhammadiyah Semarang terutama Prodi DIII Kebidanan, Keperawatan baik D3 maupun S1, dan Kesehatan Masyarakat. 2. Bagi Kebidanan khususnya di UNIMUS dan di Kebidanan lain pada umumnya Bidan dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB AKDR sehingga bidan dapat memberikan penjelasan yang tepat untuk masyarakat. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB AKDR (Alat

7 Kontrasepsi Dalam Rahim) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Kota Semarang 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan kepada masyarakat tentang AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Kota Semarang dan semua kaum wanita pada umumnya. E. Keaslian Penelitian Tabel : 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Judul Jenis penelitian 1 Sujinah Hubungan Penelitian (2005) Pengetahuan Korelasi klien tentang Kontrasepsi IUD terhadap pemilihan metode kontrasepsi IUD diwilayah susukan kabupaten Semarang tahun 2 Suyanti ( 2007) 2005 Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB memilih alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Wonosalam di dalam wilayah Kecamatan Wonosalam Penelitian deskriptif Hasil Perbedaan Persamaan Tidak ada hubungan antara pengetahuan klien tentang kontrasepsi terhadap pemilihan metode kontrasepsi IUD diwilayah susukan tahun 2005 Bahwa faktor umur,paritas, tingkat ekonomi, dan dukungan suami sangat mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD Variabel penelitian ini hanya mengetahui penetahuan klien tentang pemilihan kontrasepsi IUD, sedangkan variabel yang akan saya ambil yaitu faktor pengaruh rendahnya akseptor IUD Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah umur, paritas, tingkat ekonomi dan dukungan suami. Sedangkan variabel yang saya pakai adalah pengetahuan dan dukungan suami, Sama meneliti tentang metode kontrasepsi AKDR Sama meneliti tentang metode kontrasepsi AKDR

8 3 Wahyu nur musdhalifah (2009) Kabupaten Demak Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR di Puskesmas Mijen Kota Semarang Penelitian korelasi Ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan (pendidikan kesehatan tentang AKDR, Pekerjaan, Pendapatan perkapita, dan pengetahuan ibu tentang AKDR) dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR dengan jenis penelitian analitik Variabel dalam penelitian ini adalah pekerjaan, pendapatan perkapita dan pengetahuan ibu tentang AKDR. Sedangkan variabel yang saya gunakan adalah pengetahuan, dan dukungan suami Sama meneliti tentang Kontrasepsi AKDR