BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 dan misi sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi (Saifuddin, 2006). Tujuan gerakan KB nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk indonesia (Prawirohardjo, 2007). Keluarga berencana merupakan salah satu faktor penting untuk menurunkan AKI dan AKB, karena dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kesehatan ibu secara individu untuk dapat hamil dan mempunyai anak pada keadaan kesehatan optimal. Indonesia telah mampu menurunkan angka kelahiran anak, rata-rata 4-6 menjadi 2-3 orang dalam keluarga. Jadi gerakan KB telah dapat menurunkanangka pertumbuhan penduduk dari 2,4% menjadi 1,9% secara rasional (Manuaba, 2001). Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau operasi (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). Kontrasepsi suntik adalah jenis hormonal pemakaiannya cara disuntikkan diotot panggul (BKKBN Kanwil 1

2 2 Propinsi Jawa Tengah). Metode suntik banyak dipilih oleh KB karena mempunyai banyak keuntungan dibanding lainnya, bahwa popularitas suntik adalah tinggi karena masih banyak wanita menerima sangat memuaskan yaitu tidak perlu minum pil setiap hari atau mengukur suhu basal setiap hari dan tidak ada hubungan saat senggama selain itu juga suntik dapat dihentikan setelah 3 bulan cara tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant baik pemasangan atau pelepasan harus dilakukan oleh orang lain (Hartanto, 2004). Beberapa kelebihan suntik tidak dimiliki oleh lain, pada efek non nya antara lain DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) dapat dijadikan sebagai terapi untuk karsinoma endometrium dan karsinnoma ginjal, DMPA dan NET EN (Norethindrone Enanthate) juga dapat menambah kadar Hb sehingga dapat menolong mencegah anemia, DMPA mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah abnormal pada penderita penyakit anemia bulan sabit, DMPA juga dapat mencegah vulvo-vaginal candidiasis (Hanafi,2004). Beberapa faktor mempengaruhi keterlambatan suntik ulang antara lain pendapatan perkapita, pekerjaan, jarak tempat pelayanan kesehatan, dan kealpaan. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara tahun. Karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan

3 3 alat/cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB sedang/pernah menggunakan alat, tempat pelayanan KB, dan jenis digunakan oleh. Proporsi wanita umur tahun berstatus menikah (pasangan usia subur/pus) sedang dan pernah menggunakan/memakai alat (Profil Kesehatan Indonesia 2009, 2010). Proporsi wanita umur tahun berstatus kawin sedang menggunakan/memakai alat Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 sebesar 58,62%, tidak banyak mengalami perkembangan sejak tahun Data didapatkan dari BKKBN, pada tahun 2009 peserta KB aktif sebesar 75,70%.Berdasarkan SDKI 2007, angka penggunaan terbesar adalah suntik sebesar 71,6%, pil 13,2%, IUD 4,8%, implant 2,8%, MOW 3,1%, MOP 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4%, sedangkan di kota Semarang menurut metode adalah sebagai berikut : IUD 7,56%, MOW 4,12%, MOP 0,25%, kondom 9,42%, implant 3,72%, suntik 58,27% dan pil 16,65% (BKKBN, 2010). Program KB baru aktif di Kabupaten Pekalongan selama tahun 2010 tercatat Berdasarkan alat digunakan oleh peserta KB, paling banyak memakai alat suntik sebanyak (64,15%), pil (18,52%), implant (9%), IUD 619 (3,16%), kondom 524 (2,67%), MOW 465 (2,37%), dan MOP 18 (0,09%). Berdasarkan

4 4 studi pendahuluan peneliti lakukan di Puskesmas Sragi II Kabupaten Pekalongan pada bulan Maret 2011 metode wawancara dari 10 orang KB, didapatkan hasil 7 orang (70%) memakai KB suntik. Dari 7 orang melakukan KB suntik, sebanyak 3 orang (42,84%) terlambat dalam melakukan suntik ulang. Alasan mengambil penelitian di Puskesmas Sragi II ini karena di Puskesmas ini sebagian besar adalah KB suntik. Berdasarkan penjelasan dari data-data tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang beberapa faktor berhubungan keterlambatan suntik ulang pada KB suntik. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam proposal ini adalah faktor apa saja berhubungan keterlambatan suntik ulang pada KB suntik?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui beberapa faktor berhubungan keterlambatan suntik ulang pada KB suntik. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pekerjaan. b. Mendeskripsikan pendapatan perkapita.

5 5 c. Mendeskripsikan jarak pelayanan kesehatan. d. Mendeskripsikan kealpaan. e. Mendeskripsikan keterlambatan suntik ulang. f. Menganalisis hubungan pekerjaan keterlambatan suntik ulang. g. Menganalisis hubungan pendapatan perkapita keterlambatan suntik ulang. h. Menganalisis hubungan jarak pelayanan kesehatan ketelambatan suntik ulang. i. Menganalisis hubungan kealpaan keterlambatan suntik ulang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya berhubungan suntik. 2. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi profesi bidan dalam upaya peningkatan pelayanan KB. 3. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi tentang suntik.

6 6 4. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti selanjutnya atau sebagai rujukan tentang masalah kesehatan, khususnya adalah KB. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun 1. Faktor-faktor berhubungan KB dalam melakukan KB suntik di desa cangkring kecamatan tegowanu kabupaten grobogan Aca Addilla Bilhaidden, 2009 Sasaran Variabel diteliti Metode Hasil Seluruh KB melakukan KB suntik di Desa Cangkring Kecematan Tegowanu Kabupaten Grobogan tercatat periode yaitu sebanyak 240 orang dependent yaitu melakukan suntik ulang independent yaitu tingkat, tingkat pengetahuan dan sikap Jenis penelitian digunakan adalah korelasi rancangan cross sectional Pada KB di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan diketahui bahwa ada hubungan antara tingkat KB dalam melakukan KB suntik 2. Hubungan tingkat jadwal penyuntikan ulang pada suntik depo medroxy progesterone acetat di BPS ambarwati kota semarang Seluruh suntik DMPA di BPS Ambarwati Kota Semarang sebanyak 83 orang dependent yaitu jadwal penyuntikan ulang KB suntik DMPA independent yaitu Jenis penelitian digunakan adalah jenis penelitian anatitik metode pendekatan cross sectional Kepatuhan melakukan kunjungan ulang pada suntik DMPA didominasi oleh mereka ber menengah diketahui ada hubungan antara tingkat

7 7 Nitia Oktiviani Dewi, 2010 jadwal penyuntikan ulang pada suntik DMPA Dari penelitian dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan antara lain : 1. Tahun dan tempat penelitian 2. Variabel penelitian Penelitian pertama menggunakan variabel bebas tingkat, tingkat pengetahuan, dan sikap. Sedangkan penelitian kedua hanya menggunakan variabel bebas tingkat. Dan variabel bebas digunakan dalam penelitian sekarang adalah pekerjaan, pendapatan perkapita, jarak tempat pelayanan dan kealpaan.