BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KELELAHAN PENGRAJIN MEBEL DI WILAYAH SINDANGGALIH KELURAHAN KAHURIPAN KECAMATANTAWANG KOTA TASIKMALAYA M.Ilham Haiqal Anto Purwanto dan Andik Setiyono Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (ilham haiqal@student.unsil.ac.id) Dosen Pembimbing Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas. Tingkat kelelahan akibat kerja yang dialami pekerja dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan dan mengurangi kepuasan serta penurunan produktivitas yang ditunjukkan dengan berkurangnya kecepatan performansi, menurunnya mutu produk, hilangnya orisinalitas, meningkatnya kesalahan dan kerusakan, kecelakaan yang sering terjadi, kendornya perhatian dan ketidaktepatan dalam melaksanakan pekerjaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui factor-faktor berhubungan dengan tingkat keleahan pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Metode penelitian ini adalah metode cross sectional. Jumlah sampel 55 responden. Pengujian data dilakukan dengan uji statistik korelasi Rank Spearman dan Pearson. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan univariat dan bivariate. Hasil uji statistik hubungan korelasi Rank Spearman dan Pearson dengan α=5%, menunjukan bahwa ada hubungan antara umur dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan nilai rho = 0.715 (α = 0,05). Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan nilai rho = -0.034 (α = 0,05). Ada hubungan antara lama kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan nilai rho (p = 0.351) dan probabilitas (p = 0.009), pada taraf signifikan (α = 0,05). Perlu dilakukan sosialisasi pengrajin mebel mengenai kondisi lingkungan kerja dan kondisi pekerja yang berdampak terhadap kelelahan kerja serta pencegahannya. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi keilmuwan yang dapat menambah ilmu tentang factor yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kelelahan kerja. Kata Kunci : Kelelahan, Pengrajin Mebel Kepustakaan : 1985 2012
ABSTRACT Work fatigue is part of the common problems that are often encountered in the workforce. According to some researchers, fatigue can significantly affect the health of the workforce and can reduce productivity. The level of fatigue caused by work experienced workers can cause inconvenience, disruption and reduced satisfaction and a decrease in productivity as indicated by the reduced speed performance, lower product quality, loss of originality, increased errors and damage, accidents often occur, Letting attention and inaccuracy in carrying out the work. The purpose of this study to determine the factors associated with the level keleahan furniture craftsmen in the region Sindanggalih Tawang District of Tasikmalaya. This research method is cross sectional method. Total sample of 55 respondents. The test data is done by statistical test and Pearson Spearman Rank correlation. Data were taken using a questionnaire and analyzed by univariate and bivariate. Results of statistical test Spearman Rank correlation and Pearson with α = 5%, shows that there is a relationship between age and levels of fatigue in furniture craftsmen in the region Sindanggalih Village Kahuripan Tawang District of Tasikmalaya value rho = 0.715 (α = 0.05). There is no relationship between tenure with the level of fatigue in furniture craftsmen in the region Sindanggalih Village Kahuripan Tawang District of Tasikmalaya value rho = -0034 (α = 0.05). There is a relationship between length of employment with the level of fatigue in furniture craftsmen in the region Sindanggalih Village Kahuripan Tawang District of Tasikmalaya with rho values (p = 0.351) and probability (p = 0.009), at significance level (α = 0.05). Needs to be disseminated furniture craftsmen working on environmental conditions and conditions affecting worker fatigue and prevention. Hopefully this research can be a source of scholarly references to increase knowledge about the factors that can affect the level of fatigue. Further research is needed on other factors that affect the job burnout. Keywords : Fatigue, Custom Furniture Bibliography : 1985-2012
A. PENDAHULUAN Proses pertumbuhan dan pembangunan memerlukan peranan tenaga kerja baik sebagai pelaku maupun tujuan pembangunan tersebut. Mengabaikan aspek ketenagakerjaan sebagai faktor dominan baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan berakibat mundurnya kelangsungan hidup masyarakat umumnya suatu bangsa atau negara khususnya. Seorang tenaga kerja berhak untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam keadaan sehat (bugar secara jasmani dan rohani), selamat dan bebas dari segala risiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja, dengan keadaan ini seseorang dapat bekerja dengan produktivitas yang maksimal (Budiono,2003). Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas. Data dari ILO tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari 58115 sampel, 32,8% diantaranya atau sekitar 18828 sampel menderita kelelahan. Kelelahan tenaga kerja terutama di sektor informal sering kali terabaikan demi mengejar keuntungan sebesar mungkin, sehingga pada akhirnya sering kali berakibat timbulnya berbagai penyakit akibat kerja. Dampak terakhir akan mengakibatkan produktivitas kerja yang menurun. Kelelahan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor dari berbagai aspek yang saling terikat, baik dari faktor tenaga kerja, faktor lingkungan dan faktor lainnya sehingga menyebabkan adanya kelelahan fisik maupun kelelahan mental (Riyadi, 2002:30). Menurut Depnakertrans, data mengenai kecelakaan kerja pada tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi, lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat. Tingkat kelelahan akibat kerja yang dialami pekerja dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan dan mengurangi kepuasan serta penurunan produktivitas yang ditunjukkan dengan berkurangnya kecepatan performansi, menurunnya mutu produk, hilangnya orisinalitas, meningkatnya kesalahan dan kerusakan, kecelakaan yang sering terjadi, kendornya perhatian dan ketidaktepatan
dalam melaksanakan pekerjaan. Kelelahan kerja dapat terjadi akibat dari faktor lingkungan kerja, faktor individu dan faktor pekerjaannya. Masalah yang berkaitan dengan kelelahan kerja tersebut banyak dijumpai pada industri konveksi kecil dan menengah, dimana pekerjanya bekerja dengan gerakan yang sama dan berulang dalam waktu lama (Pohjolainen T, 2000). Hasil penelitian Januar (2014) pada pekerja konveksi bagian penjahitan di CV. Aneka Garment Gunungpati Semarang menyimpulkan bahwa memasuki usia 40 tahun, pekerja cenderung mengalami kelelahan kerja berat, hal ini menurut peneliti dapat dikarenakan pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari fungsi organ sehingga kemampuan organ akan menurun, menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan, selain itu diketahui bahwa keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia 40 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2010) mengenai hubungan beban kerja, status gizi dan usia dengan tingkat kelelahan pekerja operator bagian dyeing, dengan responden yang berusia sebagian besar lebih dari 30 tahun juga menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian kelelahan pekerja, dengan menunjukkan sifat korelasi positif yang berarti semakin tua usia seorang tenaga kerja maka akan semakin tinggi tingkat kelelahannya. Pada sektor informal, kesadaran dan pengetahuan dari pemilik usaha dan pekerjaannya sangat kurang. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka melakukan pekerjaan banyak yang salah baik dari segi ergonomisnya maupun dari lingkungan kerja mereka masih banyak yang tidak memenuhi syrat kesehatan. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan dari 10 responden dengan menggunakan metode wawancara dan pemeriksaan tingkat kelelahan melalui alat Reaction Timer L77, didapatkan hasil perhitungan dan pengukuran tingkat kelelahan sebanyak 9 orang atau 90% berada dalam kategori sedang (469.52-569.59) dan 1 orang atau 10% berada dalam kategori ringan (392.5). Keadaan inilah yang menjadi latar belakang peneliti dalam mengambil topik mengenai Beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan KecamatanTawang Kota Tasikmalaya.
B. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Survei dengan pendekatan Cross-Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Soekidjo, 2002 : 146). Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pengrajin mebel di wilayah Sindanggalih yang berjumlah 60 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 orang, Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan tujuan untuk menjaring sampel yang memenuhi syarat atau kriteria yang sudah ditentukan, yang didasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. (Notoatmodjo, 2002 : 88). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder karena diambil dari data yang ada di mebel, wawancara mengenai identitas responden dan pengukuran tingkat kelelahan. Pengolahan data dilakukan dengan berbagai tahap meliputi editing, skoring data, entry data, cleaning data dan tabulating. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan program program SPSS 16.00. Untuk melihat beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan KecamatanTawang Kota Tasikmalaya. Hipotesis penelitian (Ha) diterima jika p 0,05 dan (Ho) diterima jika p>0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. C. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden 1. Umur Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, di peroleh umur tenaga kerja yang termuda 20 tahun dan yang tertua umur 55 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Umur (tahun) Persentase Frekuensi (orang) (%) Berisiko ( 5 Tahun) 32 58.2 Tidak Berisiko (< 5 Tahun) 23 41.8 Total 55 100 Berdasarkan tabel 4.1 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori umur yang berisiko ( 5 Tahun) atau sebesar (58.2%). 2. Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, masa kerja responden dalam kategori masa kerja baru ( 5 Tahun) atau sebesar (27.3%) dan masa kerja lama lama (> 5 Tahun) atau sebesar (72.7%). Distribusi responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: 3. Lama Kerja berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Masa Kerja Responden Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Masa Kerja (tahun) Frekuensi Persentase (%) Baru ( 5 Tahun) 15 27.3 Lama (> 5 Tahun) 40 72.7 Total 55 100 Distribusi responden berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Lama Kerja Responden Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Lama Kerja (Jam) Frekuensi Persentase (%) Berisiko 38 69.1
(> 8 Jam) Tidak Berisiko ( 8 jam) 17 30.9 Total 55 100 Berdasarkan tabel 4.3 memperlihatkan bahwa lama kerja responden bervariasi, sebanyak 38 orang (69.1%) bekerja selama > 8 jam, dan sebanyak 17 orang (30.9%) bekerja kurang dari 8 jam. 2. Pengukuran Tingkat Kelelahan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kelelahan Responden Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 dengan Menggunakan Reaction Timer Kategori Frekuensi Persentase (%) Ringan 10 18.2 Sedang 26 47.3 Berat 19 34.5 Total 55 100 Berdasarkan tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 55 orang pengrajin sebanyak 26 orang (47.3%) mengalami kelelahan sedang, sebanyak 10 orang (18.2%) mengalami kelelahan ringan dan sebanyak 19 orang (34.5%) mengalami kelelahan berat 3. Hubungan Umur dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Tabel 4.5
Hubungan Umur dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Umur Tingkat Kelelahan Jumlah Normal % Berat % Sedang % Ringan % n % Berisiko 0 0 19 59.4 13 40.6 0 0 32 100 Tidak Berisiko 0 0 0 0 13 56.5 10 43.5 23 100 Jumlah 0 0 19 34.5 26 47.3 10 18.2 55 100 Berdasarkan Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa responden yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 19 orang atau sebesar (59.4%) yang termasuk dalam kategori umur yang berisiko, responden yang memiliki tingkat kelelahan sedang sebanyak 13 orang atau sebesar (40.6%) yang termasuk dalam kategori umur yang berisiko, dan responden yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 10 orang atau sebesar (43.5%) yang termasuk dalam kategori umur yang tidak berisiko. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman maka diperoleh nilai rho = 0.715 (α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel. 4. Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Tabel 4.6 Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Masa Kerja Tingkat Kelelahan Jumlah Normal % Berat % Sedang % Ringan % n % Baru 0 0 0 0 11 73.3 4 26.7 15 100 Lama 0 0 19 47.5 15 37.5 6 15.10 40 100 Jumlah 0 0 19 34.5 26 47.3 10 18.2 55 100
Berdasarkan Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa responden yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 4 orang atau sebesar (26.7%) yang termasuk dalam kategori masa kerja yang baru, responden yang memiliki tingkat kelelahan sedang sebanyak 11 orang atau sebesar (73.3%) yang termasuk dalam kategori masa kerja yang baru, dan responden yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 19 orang atau sebesar (47.5%) yang termasuk dalam kategori masa kerja yang baru. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman maka diperoleh nilai rho = -0.034 (α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel. 5. Hubungan Lama Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Tabel 4.7 Hubungan Lama Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Lama Kerja Tingkat Kelelahan Jumlah Normal % Berat % Sedang % Ringan % n % Berisiko 0 0 19 50 12 31.6 7 18.4 38 100 Tidak Berisiko 0 0 0 0 14 82.4 3 17.6 17 100 Jumlah 0 0 19 34.5 26 47.3 10 18.2 55 100 Berdasarkan Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa responden yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 7 orang atau sebesar (18.4%) yang termasuk dalam kategori lama kerja yang berisiko, responden yang memiliki tingkat kelelahan sedang sebanyak 12 orang atau sebesar (31.6%) yang termasuk dalam kategori lama kerja yang berisiko, dan responden yang memiliki tingkat kelelahan
berat sebanyak 19 orang atau sebesar (50%) yang termasuk dalam kategori lama kerja yang berisiko. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman maka diperoleh nilai rho (p = 0.351) dan probabilitas (p = 0.009), pada taraf signifikan (α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel D. PEMBAHASAN a) Tingkat Kelelahan Pengrajin Mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan KecamatanTawang Kota Tasikmalaya Berdasarkan tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 55 orang pengrajin sebanyak 26 orang (47.3%) mengalami kelelahan sedang, sebanyak 10 orang (18.2%) mengalami kelelahan ringan dan sebanyak 19 orang (34.5%) mengalami kelelahan berat. Menurut Tarwaka (2004:107) kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan dan secara umum terjadi pada setiap orang yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan kegiatan. b) Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat 1. Hubungan Umur dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 19 orang atau sebesar (59.4%) yang termasuk dalam kategori umur yang berisiko, responden yang memiliki tingkat kelelahan sedang sebanyak 13 orang atau sebesar (40.6%) yang termasuk dalam kategori umur yang berisiko, dan responden yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 10 orang atau sebesar (43.5%) yang termasuk dalam kategori umur yang tidak berisiko.
Berdasarkan uji statistik Rank Spearman maka diperoleh nilai rho = 0.715 (α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Dina Lusiana Setyowat dk, (2013) suatu perusahaan mebel di Kabupaten Jepara. Sebagian besar pekerja mebel adalah laki-laki yang berusia kurang dari 35 tahun dengan masa kerja hampir sama. Hampir semua pekerja mempunyai beban kerja ringan, sebagian besar bekerja secara monoton dengan konflik kerja yang rendah dan hampir semuanya tidak mengalami stres kerja. Mereka yang mempunyai motivasi kerja rendah lebih banyak daripada mereka dengan motivasi tinggi. Status gizi yang normal dan tidak normal hampir sama. Hanya ada tiga variabel karakteristik pekerja yang berhubungan secara bermakna dengan kelelahan kerja, yaitu umur (nilai p = 0,018), kerja yang monoton (nilai p = 0,053), dan konflik kerja (nilai p = 0,019). Penelitian lain yang dilakukan Suhardino (2005) tentang analisis faktor perilaku masyarakat terhadap kejadian demam berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Helvetia Tengah Medan, Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 22 responden kategori umur tua terdapat 21 responden (95,45%) yang mengalami kelelahan dan hanya ada 1 responden (4,55%) yang tidak mengalami kelelahan. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja di unit produksi paving block CV. Sumber Galian. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Grandjean (1995), menyimpulkan bahwa tenaga kerja yang berumur diatas 45 tahun akan cenderung mengalami peningkatan kelelahan dibanding tenaga kerja dibawah 45 tahun.
2. Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 4 orang atau sebesar (26.7%) yang termasuk dalam kategori masa kerja yang baru, responden yang memiliki tingkat kelelahan sedang sebanyak 11 orang atau sebesar (73.3%) yang termasuk dalam kategori masa kerja yang baru, dan responden yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 19 orang atau sebesar (47.5%) yang termasuk dalam kategori masa kerja yang baru. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman maka diperoleh nilai rho = -0.034 (α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Melati, Srini, 2013), hasil perhitungan uji spearman diperoleh nilai value (p) = -0,043. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja mebel di CV.Mercusuar dan CV.Mariska yang berada di Desa Leilem. Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Lamanya bekerja, maka semakin tinggi tingkat resiko untuk menderita kelelahan. Pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun memiliki tingkat resiko 7,26 kali lebih besar menderita kelelahan dibanding dengan yang memiliki masa kerja < 5 tahun (Between Lutam : 2005). 3. Hubungan Lama Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Pengrajin Mebel di Desa Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat kelelahan ringan sebanyak 7 orang atau sebesar (18.4%) yang termasuk dalam kategori lama kerja yang berisiko, responden yang memiliki tingkat kelelahan sedang sebanyak 12 orang
atau sebesar (31.6%) yang termasuk dalam kategori lama kerja yang berisiko, dan responden yang memiliki tingkat kelelahan berat sebanyak 19 orang atau sebesar (50%) yang termasuk dalam kategori lama kerja yang berisiko. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman maka diperoleh nilai rho (p = 0.351) dan probabilitas (p = 0.009), pada taraf signifikan (α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel. Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam, panjangnya waktu kerja, makin akan besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. c) Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini disadari terdapat keterbatasan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian diantaranya : 1. Keterbatasan keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian diantaranya : Terdapat banyak sekali beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pengrajin mebel. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya adalah umur pekerja, masa kerja dan lama kerja. Faktor faktor lain selain yang menjadi variabel penelitian ini tidak diteliti, sangat mungkin apabila penyebab lain juga berpotensi terhadap tingkat kelelahan namun tidak diambil karena berbagai keterbatasan baik waktu, pengetahuan serta biaya. 2. Kelemahan hasil penelitian ini, adalah belum adanya penelitian yang membahas tentang lama kerja dapat menjadi salah satu faktor penyebab yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan pada pekerja pengrajin mebel.
E. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan antara umur dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan nilai rho = 0.715 (α = 0,05). Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan nilai rho = -0.034 (α = 0,05). Ada hubungan antara lama kerja dengan tingkat kelelahan pada pengrajin mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan nilai rho (p = 0.351) dan probabilitas (p = 0.009), pada taraf signifikan (α = 0,05).. F. SARAN Bagi Pengrajin Mebel di Wilayah Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Sebaiknya para pekerja lebih memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja seperti ergonomi, kebisingan, getaran, pencahayaan, serta iklim kerja. Perlu dilakukan sosialisasi pengrajin mebel mengenai kondisi lingkungan kerja dan kondisi pekerja yang berdampak terhadap kelelahan kerja serta pencegahannya. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Siliwangi Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi keilmuwan yang dapat menambah ilmu tentang factor yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kelelahan kerja.
G. DAFTAR PUSTAKA TIM Dosen. Modul Manajemen Data. Fakultas Ilmu Kesehatan. Unsil. 2013. Undang-Undang Nomor : 36 tahun 2009. Tentang Kesehatan. Penerbit Ariloka. Surabaya. 2010. Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hubungan Antara Umur, Masa Kerja Dan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Mebel Di Cv. Mercusuar Dan Cv. Mariska Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi Manado. (Online) http://fkm.unsrat.ac.id/ Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Setyawati, K.2010. Selintas tentang kelelahan Susetyo, J. 2012. Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan karyawan dengan metode Bourdon Wiersma dan 30 item of rating scale. Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 1, Juni 2012. (Online) http://jurtek.akprind.ac.id/ Suwondo, A. 2008. Perbedaan tekanan darah pada pekerja yang terpapar panas di industri sale pisang suka senang Kabupaten Ciamis. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 1, Januarai 2008. (Online) http://ejournal.undip.ac.id/ Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press Tarwaka. 2012. Dasar-dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.