ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (BEI) sampai tahun 2011, sektor perbankan ini mengalami fluktuasi pada harga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan event study yang dilakukan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengambil keputusan-keputusan penting bagi kelangsungan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan

III.METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. website Bursa Efek Indonesia dan

LAMPIRAN. Daftar perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria No Kode Nama Perusahaan 1 2 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Secara umum, jenis penelitan terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian dasar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survey

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan perusahaan kepada masyarakat/publik (go public).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN I DATA SEKUNDER

Nama : Audia Elfika Wardhani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia tahun 2010

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan penelitian tentu dibutuhkan metode yang tepat untuk dapat mencapai

I. PENDAHULUAN. juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel

BAB I PENDAHULUAN. membentuk Gross Domestic Product. Perkembangan pasar modal akan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Meningkatnya kinerja

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL

I. PENDAHULUAN. saham yang beredar ataupun harga yang bergerak di pasar (Darmadji dan Fakhruddin:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

ANALISIS HASIL DAN RISIKO PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Daftar Penentuan Sampel Penelitian

LAMPIRAN. Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek Penelitian Sumber data berasal dari perusahaan sector keuangan antara lain berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN sesuai pengklasifikasian Indonesia Capital Market Directory (ICMD)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

KLASIFIKASI ITEM PENGUNGKAPAN

LAMPIRAN DAFTAR NAMA PERBANKAN. Nama Bank

I. PENDAHULUAN. saat ini dimana pasar modal dapat menjadi cerminan aktivitas perekonomian. Pasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan. Tabel 4.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham, sehingga bursa saham terjun bebas. para ahli ekonomi menilai kecil kemungkinan krisis ini menjelma menjadi krisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Efek Indonesia pada tahun Adapun objek yang diteliti ialah volume

(Sanusi, 2004). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan metode pengujian statistik. Penelitian analisis komparatif

BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)

BAB I PENDAHULUAN. serta biaya-biaya lainnya, akan tetapi juga digunakan untuk ekspansi

Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan Perbankan

LAMPIRAN. No. Peneliti Judul Variabel Kesimpulan. Ukuran. perusahaan. Corporate. Governance, Ukuran. Leverage,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas Risiko Kredit. (23 Mei 2012).

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RETURN ON ASSET (Sensus Pada Emiten Sektor Perbankan Yang Terdaftar di BEI) Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. pembahasan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan pebankan yang diperoleh melalui situs

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terusmenerus.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. publik yang melakukan pengungkapan sosial dalam annual report-nya dan

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN. untuk secara langsung menjelaskan hubungan sebab akibat (non causality

BAB III METODE PENELITIAN. dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Sampel yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan mulai dari tahap persiapan penelitian sampai dengan penyusunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB III METODE PENELITIAN. yang sahamnya terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun bank. (Gooneratne and Hoque, 2012, p.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. dari 45 saham dengan likuiditas (liquid) tinggi yang diseleksi melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN BANK YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL

BAB III METODOLOGI. angka dan dianalisis dengan teknik statistik. Jika dilihat dari karakteristik masalah

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti kunjungi adalah pusat referensi di pojok Bursa Efek Indonesia

HISTORY ANALISIS KASUS PORTOFOLIO DENGAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL ATAS SAHAM INDUSTRI PERBANKAN DI PT. BES DENGAN PT BEI

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen/bebas dan

Transkripsi:

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN 2001 2008 BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) Welin Kusuma*, Dessy Mulyani** *Program Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya Email: welinkusuma@yahoo.com **Program Pendidikan Akuntansi (PPAk) Universitas Surabaya ABSTRAK Krisis keuangan yang dipicu oleh krisis subprime mortgage securities di Amerika Serikat telah mempengaruhi perekonomian di seluruh dunia. Krisis tersebut ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia, salah satunya adalah sektor perbankan. Pada saat ini, sektor perbankan mengalami kesulitan likuiditas seiring dengan ketatnya likuiditas di pasar keuangan. Kesulitan tersebut juga terlihat di pasar modal dengan adanya penurunan harga saham di pasar modal. Salah satu bentuk analisis fundamental saham untuk pengambilan keputusan dalam membeli atau menjual saham yaitu dengan menggunakan teori Capital Asset Pricing Model (CAPM). Dengan konsep CAPM dapat diketahui imbal hasil yang dipersyaratkan ( required return) dari suatu saham dengan menggunakan nilai beta historis suatu saham. Dalam makalah ini penulis akan melakukan analisis fundamental terhadap saham berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan melakukan perhitungan beta historis, imbal hasil yang dipersyaratkan (required return) saham dan membandingkan antara imbal hasil yang dipersyaratkan (required return) dengan imbal hasil aktual (actual return) untuk mengetahui apakah suatu saham dinilai terlalu murah (undervalued), dinilai wajar ( fairvalued) atau dinilai terlalu mahal ( overvalued). Penelitian ini dilakukan terhadap saham sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2001-2008. Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 14 saham bank yang menjadi subjek penelitian ini, terdapat delapan saham bank yang harganya dinilai terlalu murah (undervalued) dan enam saham bank yang harganya dinilai terlalu mahal ( overvalued) pada awal tahun 2009. Kata Kunci: CAPM, beta historis, saham sektor perbankan PENDAHULUAN Latar Belakang Sejalan dengan era globalisasi dan perdagangan bebas berbagai industri sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Industri perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia seiring dengan semakin cepatnya arus keluar masuk modal dari suatu negara ke negara lainnya. Saat ini, sektor perbankan di Indonesia ikut mengalami kesulitan likuiditas akibat pengaruh krisis keuangan global yang ikut melanda Indonesia. Salah satu indikator kinerja perusahaan yang go public di pasar modal dapat tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. Secara umum, terdapat dua analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis pergerakan harga saham, yaitu analisis

fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisis fundamental ini menitikberatkan pada data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat, sedangkan analisis teknikal adalah proses melakukan analisis harga di masa lalu dalam usaha untuk membantu memprediksi harga di masa depan. Ini dilakukan dengan cara membandingkan gerakan harga saat ini, yaitu harapan saat ini dengan gerakan harga di masa lalu yang sebanding untuk memprediksi harga di masa depan yang logis. (Salim, 2003: 3) Salah satu bentuk analisis fundamental saham menggunakan teori Capital Asset Pricing Model (CAPM). Konsep CAPM menyatakan bahwa hasil atau premi risiko atas saham akan ditentukan oleh kontribusi saham individu tersebut di dalam risiko dari portofolio saham. (Body, Kane & Markus, 2005: 289). Berdasarkan sifatnya, risiko saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu risiko tidak sistematik dan risiko sistematik. Risiko tidak sistematik adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan jalan diversifikasi, sedangkan risiko sistematik adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan jalan diversifikasi. Oleh karena itu, risiko tidak sistematik tidak relevan diperhitungkan dalam menghitung tingkat keuntungan yang dipersyaratkan oleh investor dalam investasi yang membentuk suatu portofolio. Risiko sistematik ini diukur dengan beta, yaitu sudut kemiringan ( slope) yang menunjukkan hubungan tingkat keuntungan saham individu dengan tingkat keuntungan pasar saham secara keseluruhan. Dalam model ini hubungan antara tingkat keuntungan saham individu dan tingkat keuntungan pasar bersifat linear. Beta yang dihasilkan dari regresi tersebut disebut dengan beta historis. (Jogiyanto, 2000: 237) Dengan konsep CAPM dapat diketahui imbal hasil yang dipersyaratkan (required return) dari suatu saham dengan menggunakan nilai beta historis suatu saham. Beta merupakan ukuran risiko sistematik relatif individual saham terhadap risiko sistematis atau risiko pasar. (Jogiyanto, 2000: 237) Dalam penelitian ini penyusun akan melakukan analisis fundamental terhadap saham berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan melakukan perhitungan beta historis, imbal hasil yang dipersyaratkan ( required return) saham dan membandingkan antara imbal hasil yang dipersyaratkan (required return) dengan imbal hasil aktual (actual return) untuk mengetahui apakah suatu saham dinilai terlalu murah (undervalued), dinilai wajar ( fairvalued) atau dinilai terlalu mahal ( overvalued). Penelitian ini dilakukan terhadap saham sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2001 2008. Rumusan Masalah Berdasarkan fakta-fakta tersebut teridentifikasi beberapa masalah yang menarik untuk diteliti antara lain: a. Berapa nilai beta historis suatu saham individu dalam sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2008? b. Berapa imbal hasil yang dipersyaratkan ( required return) saham individu dalam sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2008? c. Apakah harga saham perusahaan di sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia awal tahun 2009 dinilai terlalu murah ( undervalued), dinilai wajar (fairvalued), atau dinilai terlalu mahal (overvalued)? A-26-2

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menghitung nilai beta historis suatu saham individu dalam sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2008. b. Menghitung imbal hasil yang dipersyaratkan ( required return) saham individu dalam sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2008. c. Menentukan apakah harga saham perusahaan di sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia awalh tahun 2009 dinilai terlalu murah (undervalued), dinilai wajar (fairvalued), atau dinilai terlalu mahal (overvalued). METODA Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Berikut ini definisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini: a. Imbal hasil terealisasi / realized return (y) Imbal hasil terealisasi diukur dari perubahan harga pasar suatu saham dalam satu tahun ditambah dividen dibagi harga pasar suatu saham di awal tahun. Rumus: Imbal hasil terealisasi = Keterangan: P P 1 0 Dividen P 0 (Rumus 1.) P1 = harga saham penutupan di akhir tahun (annual closing price) P0 = harga saham pembukaan di awal tahun (annual opening price) Dividen = besar jumlah dividen yang dibayarkan terhadap pemegang saham b. Imbal hasil bebas risiko / risk free return (Rf) Imbal hasil bebas risiko diukur menggunakan rata-rata tahunan dari suku bunga SBI 1 bulan. c. Imbal hasil pasar / market return (RM) Imbal hasil pasar diukur menggunakan perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam satu tahun terhadap IHSG di pembukaan di awal tahun tersebut. Rumus: Tingkat imbal hasil pasar = Model Penelitian IHSG t IHSG IHSG t1 t1 (Rumus 2.) Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Model Regresi Linear untuk Perhitungan Beta Historis y = a + b x (Persamaan 1.) Keterangan: y = x = Imbal hasil terealisasi saham j; a = alfa saham j; b = beta historis saham j Imbal hasil pasar (perubahan IHSG dalam satu tahun terhadap IHSG di awal tahun) b. Model Perhitungan Imbal Hasil yang Dipersyaratkan (Required Return) Rj = Rf + βj (RM Rf) (Persamaan 2.) Keterangan: Rj = imbal hasil dipersyaratkan (required return) saham j A-26-3

Βj = beta historis saham j yang diperoleh dari perhitungan model sebelumnya Rf = tingkat bunga bebas risiko (rata-rata tahunan dari suku bunga SB1 1 bulan) RM = imbal hasil pasar (perubahan IHSG dalam satu tahun terhadap IHSG di awal tahun) c. Model Perhitungan Penilaian Harga Saham Selisih = y - Rj (Persamaan 3.) Jika selisih positif maka harga saham dinilai terlalu murah (undervalued). Jika selisih negatif maka harga saham dinilai terlalu mahal (overvalued). Jika selisih sama dengan nol maka harga saham dinilai wajar (fairvalued). Keterangan: y = imbal hasil terealisasi saham (realized return) j saat ini Rj = imbal hasil dipersyaratkan (required return) saham j Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah delapan tahun terakhir yaitu 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008. Prosedur penentuan sampel dengan metode purposive sampling. Kriteria yang dilakukan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada 31 Desember selama 8 tahun berturutturut dari tahun 2001 2008. b. Perusahaan tersebut telah listing di Bursa Efek Indonesia sebelum tanggal 1 Januari 2001 dan masih tercatat sampai 31 Desember 2008 untuk memperoleh perusahaan dengan kelengkapan data dalam periode pengamatan. Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian Jenis data penelitian ini berjenis data rasio. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Bursa Efek Indonesia dalam bentuk harga saham penutupan dan dividen perusahaan-perusahaan sektor perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, indeks harga saham gabungan (IHSG) dan dari Bank Indonesia dalam bentuk suku bunga SBI 1 bulan. Cara pengumpulan data dengan menggunakan metode studi literatur dengan mencari data yang diperlukan dari laporan atau publikasi yang berhubungan dengan penelitian ini melalui Perpustakaan Lembaga Pasar Modal (LPM) GIKA di Gedung Medan Pemuda Lantai 3 Jalan Pemuda No. 27-31 Surabaya, website www.idx.co.id, dan website www.bi.go.id. Analisis Data Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan penyesuaian harga saham terhadap corporate action antara lain right issue, stock split, reverse stock, stock dividend, dan atau bonus shares. b. Menghitung imbal terealisasi ( realized return) masing-masing saham setiap tahun dengan menggunakan rumus 1.1. c. Menghitung imbal hasil pasar ( market return) dari selisih Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir tahun dengan IHSG di awal tahun dibagi IHSG di awal tahun dengan menggunakan rumus 1.2. A-26-4

d. Menghitung beta historis dari masing-masing saham menggunakan program Microsoft Excel sesuai dengan model regresi linear untuk perhitungan beta historis dengan persamaan 2.1. e. Menghitung imbal hasil yang dipersyaratkan (required return) dari masing-masing saham dengan persamaan 2.2. f. Membandingkan imbal hasil terealisasi (realized return) masing-masing saham saat ini terhadap imbal hasil yang dipersyaratkan ( required return) dengan persamaan 2.3. untuk mengetahui suatu harga saham dinilai terlalu murah ( undervalued), dinilai wajar (fairvalued), atau dinilai terlalu mahal (overvalued). g. Melakukan analisis terhadap hasil tersebut. HASIL DAN DISKUSI Tabel 1. Tingkat Imbal Hasil Pasar Tahunan Dan Tingkat Imbal Hasil Bebas Risiko Tahunan Periode Tahun 2001 2008 Tahun IHSG (RM) SBI 1 bulan (Rf) 2001-5,833% 16,42% 2002 8,394% 15,24% 2003 62,820% 10,23% 2004 44,564% 7,48% 2005 16,236% 9,04% 2006 55,296% 12,04% 2007 52,079% 8,73% 2008-54,784% 9,03% Penjelasan dari hasil yang diperoleh pada tabel 1 adalah sebagai berikut: Tingkat imbal hasil bebas risiko tahunan selalu bernilai positif, sedangkan tingkat imbal hasil pasar saham tahunan dapat bernilai positif maupun negatif, artinya investor yang berinvestasi pada instrumen investasi bebas risiko misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pasti selalu mendapatkan tingkat imbal hasil yang positif sedangkan investor yang berinvestasi pada instrumen saham dapat mendapatkan keuntungan atau tingkat imbal hasil yang positif tetapi juga dapat memperoleh kerugian atau tingkat imbal hasil yang negatif. Tingkat imbal hasil bebas risiko tahunan selama periode tahun 2001-2008 berada antara 7,48% sampai 16,42% sedangkan tingkat imbal hasil pasar tahunan selama periode tahun 2001-2008 berada antara -54,784% sampai 55,296%, artinya investasi pada instrumen saham memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan investasi pada instrumen SBI. Hal ini tercermin dari variabilitas tingkat imbal hasil pasar yang besar sedangkan variabilitas tingkat imbal hasil bebas risiko adalah nol karena tingkat imbal hasil investasi pada instrumen bebas risiko sudah pasti sebelumnya. Tingkat imbal hasil pasar tahunan selama periode tahun 2001-2008, enam tahun bernilai positif yaitu tahun 2002 sebesar 8,394%, tahun 2003 sebesar 62,820%, tahun 2004 sebesar 44,564%, tahun 2005 sebesar 16,236%, tahun 2006 sebesar 55,296%, tahun 2007 sebesar -54,784% dan dua tahun bernilai negatif, yaitu tahun 2001 sebesar -5,833% dan tahun 2008 sebesar -54,784% A-26-5

Tabel 2. Perhitungan Tingkat Imbal Hasil (Return) Saham Sektor Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2001-2008 No Kode Nama Emiten 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 BBCA Bank Central Asia Tbk 76.12% 100.00% 51.00% 86.77% 19.16% 57.94% 40.38% -63.01% 2 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk -4.95% 22.69% -19.78% 37.93% -20.40% 51.76% 5.35% -71.57% 3 BCIC Bank Century Tbk -40.00% -53.33% 667.06% -44.00% 14.29% -12.50% -1.38% -26.47% 4 BDMN Bank Danamon Tbk -76.33% 27.86% 22.83% 128.17% 13.22% 44.87% 18.52% -67.19% 5 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk -14.29% -41.67% 2.39% 36.77% 1.11% 129.66% -2.17% -53.33% 6 BNII Bank International Indonesia Tbk -37.50% 3.09% 120.00% 72.86% -13.36% 58.23% 18.75% 71.93% 7 BNLI Bank Permata Tbk -46.67% -37.50% 20.00% 0.00% -4.00% 20.83% 2.30% -46.07% 8 BVIC Bank Victoria International l. Tbk -57.14% 16.67% 124.41% 60.00% 0.00% 68.75% 68.89% -52.63% 9 INPC Bank Artha Graha Internasi. Tbk 14.29% -87.50% 1100.00% 37.50% -69.70% -10.00% -60.32% -50.00% 10 LPBN Bank Lippo Tbk -45.45% -13.33% 73.08% 55.56% 111.43% 8.78% 35.09% -45.54% 11 MAYA Bank Mayapada Tbk -12.62% 60.43% 0.00% 48.15% -40.00% 352.68% 113.10% 64.58% 12 MEGA Bank Mega Tbk -26.49% 31.31% 52.75% 87.48% 59.29% 2.44% 50.00% 14.29% 13 NISP Bank OCBC NISP Tbk 101.15% 27.69% 88.06% 112.33% 8.31% 10.39% 7.92% -22.22% 14 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 8.82% -2.70% 64.57% 82.09% 0.00% 115.17% 17.24% -23.53% Tabel 3. Perhitungan Beta Historis, Tingkat Imbal Hasil Yang Dipersyaratkan (Required Return) Dan Harga Saham Sektor Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2001-2008 No Kode Nama Emiten 2008 α β Rj2008 y2008-rj2008 Harga 1 BBCA Bank Central Asia Tbk -63.01% 0.2929041 0.7497513-38.82% -24.20% overvalued 2 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk -71.57% -0.1475124 0.6658067-33.46% -38.11% overvalued 3 BCIC Bank Century Tbk -26.47% 0.0365846 2.6536305-160.30% 133.83% undervalued 4 BDMN Bank Danamon Tbk -67.19% -0.1155694 1.1433463-63.93% -3.26% overvalued 5 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk -53.33% -0.1329352 0.9219574-49.80% -3.53% overvalued 6 BNII Bank Internati. Indonesia Tbk 71.93% 0.2767379 0.4061565-16.89% 88.82% undervalued 7 BNLI Bank Permata Tbk -46.07% -0.2546984 0.6301692-31.19% -14.88% overvalued 8 BVIC Bank Victoria Internati. l. Tbk -52.63% -0.0390187 1.4552169-83.83% 31.20% undervalued 9 INPC Bank Artha Graha Interna. Tbk -50.00% 0.1177785 4.3633626-269.40% 219.40% undervalued 10 LPBN Bank Lippo Tbk -45.54% 0.026317 0.8868917-47.57% 2.02% undervalued 11 MAYA Bank Mayapada Tbk 64.58% 0.5144282 0.9775921-53.35% 117.94% undervalued 12 MEGA Bank Mega Tbk 14.29% 0.2482314 0.4054648-16.85% 31.13% undervalued 13 NISP Bank OCBC NISP Tbk -22.22% 0.3148621 0.4571791-20.15% -2.08% overvalued 14 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk -23.53% 0.118295 0.9342518-50.59% 27.06% undervalued Keputusan Investasi: Saham overvalued jual Saham undervalued beli Penjelasan dari hasil yang diperoleh pada tabel 3 adalah sebagai berikut: Nilai beta historis dari 14 saham bank tersebut bernilai antara 0,4054648 sampai 4,3633626. Saham dengan beta historis terendah adalah saham Bank Mega Tbk (MEGA) dengan beta historis 0,4054648 sedangkan saham dengan beta historis tertinggi adalah saham Bank Artha Graha International Tbk (INPC) dengan beta historis 4,3633626. Tidak ada satu saham bank pun yang memiliki beta historis kurang dari -1. Gerakan harga saham yang memiliki nilai beta historis kurang dari -1 memiliki gerakan lebih tinggi dari pergerakan pasar dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan pasar. Arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan pasar artinya apabila indeks A-26-6

harga saham gabungan (IHSG) mengalami kenaikan maka harga saham tersebut cenderung mengalami penurunan. Tidak ada satu saham bank pun yang yang memiliki beta historis lebih dari -1 dan kurang dari 0. Gerakan harga saham yang memiliki beta historis lebih dari -1 dan kurang dari 0 memiliki gerakan yang lebih rendah dari pergerakan pasar dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan pasar. Terdapat sepuluh saham bank yang memiliki beta historis lebih dari 0 dan kurang dari 1, yaitu saham Bank Mega Tbk (MEGA) dengan beta historis 0,4054648; saham Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) dengan beta historis 0,4061565; saham Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dengan beta historis 0,4571791; saham Bank Permata Tbk (BNLI) dengan beta historis 0,6301692; saham Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan beta historis 0,6658067; saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan beta historis 0.7497513; saham Bank Lippo Tbk (LPBN) dengan beta historis 0,8868917; saham Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan beta historis 0,9219574; saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) dengan beta historis 0,9342518; dan saham Bank Mayapada Tbk (MAYA) dengan beta historis 0.9775921. Gerakan harga saham tersebut lebih rendah dari pergerakan pasar dengan arah yang searah dengan gerakan pasar. Terdapat empat saham bank yang memiliki beta historis lebih dari 1 yaitu saham Bank Danamon Tbk (BDMN) dengan beta historis 1.1433463, saham Bank Victoria International I. Tbk (BVIC) den gan beta historis 1.4552169, saham Bank Century Tbk (BCIC) dengan beta historis 2.6536305, saham Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) dengan beta historis 4.3633626. Gerakan harga saham -saham tersebut lebih tinggi dari pergerakan pasar dengan arah yang searah dengan gerakan pasar. Dari 14 saham bank tersebut, terdapat delapan saham bank yang harganya dinilai terlalu murah ( undervalued) pada awal tahun 2009 dan enam saham bank yang harganya dinilai terlalu mahal (overvalued) pada awal tahun 2009. Saham bank yang dinilai terlalu murah ( undervalued) adalah saham Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), saham Bank Century Tbk (BCIC), saham Bank Mayapada Tbk (MAYA), saham Bank International Indonesia Tbk (BNII), saham Bank Victoria International I. Tbk (BV IC), saham Bank Mega Tbk (MEGA), saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), dan saham Bank Lippo Tbk (LPBN), sedangkan saham bank yang dinilai terlalu mahal (overvalued) adalah saham Bank OCBC NISP Tbk (NISP), saham Bank Danamon Tbk (BDMN), saham Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), saham Bank Permata Tbk (BNLI), saham Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan saham Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Dengan demikian investor sebaiknya menjual saham yang harganya dinilai terlalu mahal ( overvalued) tersebut dan membeli saham yang harganya dinilai terlalu murah ( undervalued) tersebut karena diharapkan harga saham yang dinilai terlalu murah (undervalued) tersebut dapat meningkat di kemudian hari. Tabel 4. R-Squared Model Persamaan Regresi Linear Saham Sektor Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2001-2008 No Kode Nama Emiten R 2 1 BBCA Bank Central Asia Tbk 46.26% 2 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 34.05% 3 BCIC Bank Century Tbk 79.63% 4 BDMN Bank Danamon Tbk 41.78% A-26-7

No Kode Nama Emiten R 2 5 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 49.88% 6 BNII Bank International Indonesia Tbk 12.73% 7 BNLI Bank Permata Tbk 38.83% 8 BVIC Bank Victoria International l. Tbk 58.42% 9 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 19.88% 10 LPBN Bank Lippo Tbk 82.85% 11 MAYA Bank Mayapada Tbk 9.41% 12 MEGA Bank Mega Tbk 9.98% 13 NISP Bank OCBC NISP Tbk 18.54% 14 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 18.58% Penjelasan dari hasil yang diperoleh pada tabel 4 adalah sebagai berikut: Nilai R-Squared (R 2 ) menunjukkan nilai kontribusi imbal hasil pasar atau risiko sistematis (variabel independen) terhadap imbal hasil saham (variabel dependen) dalam persamaan regeresi. Dalam model penelitian ini, nilai R-Squared menunjukkan kontribusi risiko sistematis yang diukur dengan beta terhadap imbal hasil suatu saham. Sedangkan nilai yang tidak tercakup dalam model dikontribusikan oleh risiko individual saham atau risiko tidak sistematis. Dari penelitian ini diperoleh nilai R-Squared berada antara 9,41% sampai 82,85%. Nilai R-Squared terendah terdapat pada model persamaan regresi Bank Mayapada Tbk (MAYA) yaitu sebesar 9,41%, sedangkan nilai R-Squared tertinggi terdapat pada model persamaan regresi Bank Lippo Tbk (LPBN) yaitu sebesar 82,85%. Dari hasil penelitian ini nilai R-Squared yang diperoleh adalah sebagai berikut: Nilai R-Squared model persamaan regresi saham Bank Central Asial Tbk (BBCA) adalah sebesar 46,26%, artinya kontribusi imbal hasil pasar (risiko sistematis) terhadap imbal hasil saham tersebut adalah sebesar 46,26%, sedangkan kontribusi risiko tidak sistematis dari imbal hasil saham tersebut adalah 100% - 46,26% = 53,74%, demikian seterusnya untuk saham lainnya. Dari 14 model persamaan regresi tersebut, nilai R-Squared yang kurang dari 50% adalah sebanyak 11 model persamaan regresi sedangkan nilai R-Squared yang lebih dari 50% adalah sebanyak 3 model persamaan regresi. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak imbal hasil saham yang dikontribusikan oleh risiko tidak sistematis dibandingkan risiko sistematis. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Nilai beta historis dari 14 saham bank yang menjadi subjek penelitian ini bernilai antara 0,4054648 sampai 4,3633626. Saham dengan beta historis terendah adalah saham Bank Mega Tbk (MEGA) dengan beta historis 0,4054648 sedangkan saham dengan beta historis tertinggi adalah saham Bank Artha Graha International Tbk (INPC) dengan beta historis 4,3633626. Tidak terdapat satu pun saham bank yang memiliki beta historis kurang dari -1, yaitu gerakan harga saham tersebut lebih tinggi dari pergerakan pasar dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan pasar, tidak terdapat satu pun saham bank yang memiliki beta historis lebih dari -1 dan kurang dari 0, yaitu gerakan harga saham tersebut lebih rendah dari pergerakan A-26-8

pasar dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan pasar, sepuluh saham bank yang memiliki beta historis lebih dari 0 dan kurang dari 1, yaitu gerakan harga saham tersebut lebih rendah dari pergerakan pasar dengan arah yang searah dengan gerakan pasar, empat saham bank yang memiliki beta historis lebih dari 1, yaitu gerakan harga saham-saham tersebut lebih tinggi dari pergerakan pasar dengan arah yang searah dengan gerakan pasar. b. Imbal hasil yang dipersyaratkan ( required return) dari saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar -38,82%, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar - 33,46%, Bank Century Tbk (BCIC) sebesar -160,30%, Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar -63,93%, Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar -49,80%, Bank International Indonesia Tbk (BNII) sebesar -16,89%, Bank Permata Tbk (BNLI) sebesar -31,19%, Bank Victoria Internasional Tbk (BVIC) sebesar -83.83%, Bank Artha Graha International (INPC) sebesar -269,40%, Bank Lippo Tbk (LPBN) sebesar -47,57%, Bank Mayapada Tbk (MAYA) sebesar -53,35%, Bank Mega Tbk (MEGA) sebesar -16,85%, Bank OCBC NISP Tbk (NISP) sebesar - 20,15%, dan Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) sebesar -50,59%. Dari 14 saham bank yang menjadi subjek penelitian ini, semua saham bank memiliki imbal hasil dipersyaratkan (required return) negatif. c. Dari 14 saham bank yang menjadi subjek penelitian ini, terdapat delapan saham bank yang harganya dinilai terlalu murah (undervalued) pada awal tahun 2009 dan enam saham bank yang harganya dinilai terlalu mahal (overvalued) pada awal tahun 2009. Saham bank yang harganya dinilai terlalu murah (undervalued) adalah saham Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), saham Bank Century Tbk (BCIC), saham Bank Mayapada Tbk (MAYA), saham Bank International Indonesia Tbk (BNII), saham Bank Victoria International I. Tbk (BVIC), saham Bank Mega Tbk (MEGA), saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), dan saham Bank Lippo Tbk (LPBN), sedangkan saham bank yang dinilai terlalu mahal ( overvalued) adalah saham Bank OCBC NISP Tbk (NISP), saham Bank Danamon Tbk (BDMN), saham Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), saham Bank Permata Tbk (BNLI), saham Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan saham Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Dari hasil tersebut berarti bahwa saham bank yang dinilai terlalu murah (undervalued) maupun yang dinilai terlalu murah ( overvalued) memiliki jumlah yang cukup merata. Dari hasil penelitian mengenai penilaian harga saham bank ini yang menentukan apakah suatu saham dinilai terlalu murah ( undervalued), dinilai sesuai ( fairvalued), atau dinilai terlalu mahal ( overvalued) dapat berguna bagi masyarakat terutama bagi para investor dalam memutuskan keputusan investasi pembelian saham di sektor perbankan ini. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. (2005). Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. Body, Z., Kane, A., & Markus. A.J. (2005). Investments. Boston: The McGraw-Hill Companies. Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Salim, L. (2003). Analisa Teknikal dalam Perdagangan Saham. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. A-26-9