BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dari data yang telah terkumpul. Data yang terkumpul berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penarikan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak secara acak, namun menggunakan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Berikut ini kriteria pemilihan sampel penelitian:

2 40 Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel No Kriteria Sampel Penelitian Total 1 Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan tahunan 2 untuk periode 31 Desember (13) 3 Perusahaan yang tidak menyajikan data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan-perhitungan yang diperlukan dalam penelitian. (4) Jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria 24 Jumlah observasi ( 24x 4) 96 Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka diperoleh 24 perusahaan yang memenuhi kriteria. Perusahaan yang telah memenuhi kriteria akan diteliti selama masa 4 tahun berturut-turut. Daftar perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Nama dan Kode Perusahaan Sampel No Kode Perusahaan 1 AGRO Bank Rakyat Indoensia Agro Niaga Tbk 2 BABP Bank MNC Internasional Tbk 3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 4 BBCA Bank Central Asia Tbk 5 BBKP Bank Bukopin Tbk

3 41 No Kode Perusahaan 6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 10 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 11 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 12 BKSW Bank QNB Indonesia Tbk 13 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 15 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk 16 BNLI Bank Permata Tbk 17 BSWD Bank of India Indonesia Tbk 18 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 19 BVIC Bank Victoria International Tbk 20 INPC Bank Artha Graha International Tbk 21 MEGA Bank Mega Tbk 22 NISP Bankk NISP OCBC Tbk 23 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 24 SDRA Bank Woori Saudara 1906 Tbk 4.2 Analisis Deskriptif Statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen manajemen laba sedangkan variabel independen variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional. Lebih lanjutdijelaskan pada tabel 4.3 berikut:

4 42 Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation komposisi.dewan.komisaris 96,40 1,00,58,11 ukuran.dewan.komisaris ,47 1,81 komite.audit ,97 1,26 kepemilikan.institusional 96,11,99,72,20 ln.ta 96 28,08 34,23 31,30 1,73 Valid N (listwise) 96 Hasil deskriptif pada variabel komposisi dewan komisaris memiliki nilai rata-rata sebesar 0,588 dengan standar deviasi sebesar 0,11. Nilai minimum menunjukkan 0,40. Artinya bahwa selama periode penelitian rata-rata perusahaan perbankan memiliki anggota dewan komisaris independen sebanyak 58,8% dari seluruh anggota dewan komisaris. Hasil analisis deskriptif pada ukuran dewan komisaris menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 5,47. Hasil ini berarti bahwa selama periode penelitian rata rata perusahaan perbankan telah memenuhi peraturan yang ditetapkan yaitu anggota dewan komisaris paling sedikit tiga orang. Nilai minimum pada ukuran dewan komisaris menunjukan angka 2 berarti masih ada perusahaan perbankan yang tidak memenuhi peraturan. Sedangkan deskriptif terhadap variabel komite audit memiliki nilai terendah sebesar 2 berarti terdapat perusahaan perbankan yang masih belum memenuhi peraturan untuk anoggota audit yaitu minimal 3 orang. Sedangkan rata-

5 43 rata sebesar 3,97, menunjukkan bahwa perusahaan perbankan rata-rata sudah memenuhi persyaratan untuk anggota komite audit. Hasil deskriptif pada kepemilikan institusional diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,72. Artinya kepemilikan saham di perusahaan perbankan sebesar 72% dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. 4.3 Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik. Pengujian ini dilakukan untuk menguji validitas dari hasil analisis regresi linier berganda, agar hasil kesimpulan yang diperoleh tidak bias. Adapun pengujian yang digunakan adalah Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi Uji Multikolinearitas Pengujian terhadap multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel bebas itu saling berkorelasi. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinearitas, peneliti menggunakan metode (variance inflation factor) VIF. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka variabel tersebut memiliki koliniaritas yang tinggi.

6 44 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Multikolinearitas Variabel Independen Tolerance VIF Keterangan Komposisi dewan komisaris Ukuran dewan komisaris 0,871 1,148 0,405 2,470 Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Komite audit 0,519 1,926 Tidak ada multikolinieritas Ukuran perusahaan 0,453 2,208 Tidak ada multikolinieritas Kepemilikan Institusional 0,816 1,226 Tidak ada multikolinieritas Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam model penelitian ini Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series (Algifari, 2000). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Menurut Ghozali (2011), jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien aoutokorelasi = 0, sehingga tidak ada autokorelasi.

7 45 Berdasarkan penelitian ini jumlah observasi N=96 dan k (variabel bebas) =5, maka dapat dilihat nilai Du pada Tabel sebesar 1,7785 dan 4-Du = 2,215. Sedangkan hasil uji Durbin Watson dengan program SPSS 17 dapat ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 4.5 Durbin Watson Test Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1,826 a,621, ,3788 1,910 a. Predictors: (Constant), kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris, komite audit, lnta, Dewan Komisaris b. Dependent Variable: DA 1 Berdasarkan hasil olah regresi diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,968 yang berada diantara 1,7785 sampai 2,215 yaitu berada pada daerah tidak ada autokorelasi, sehingga disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi Autokorelasi. 4.4 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional pada perusahaan Perbankan yang listing di bursa efek Indonesia. Hasil uji regresi linier berganda dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

8 46 Tabel 4.6 Hasil Estimasi Regresi Variabel Independen b Sig. (Constant) ,000 Komposisi Dewan Komisaris -0,126 0,923 Ukuran Dewan Komisaris 0,072 0,086 Komite Audit -0,155 0,021 Ukuran Perusahaan -0,709 0,000 Kepemilikan Instusional 0,070 0,340 Adjusted R Square 0,600 Berdasarkan hasil estimasi regresi dapat ditulis persamaan sebagai berikut : Y = ,126X 1 + 0,072X 2 0,155X 3 0,709X 4 + 0,070X 5 Konstanta berarti jika dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional tidak mengalami perubahan atau sama dengan nol maka manajemen laba akan sebesar Koefisien regresi komposisi dewan komisaris sebesar -0,126, menunjukkan bahwa setiap peningkatan komposisi dewan komisaris sebesar 1 satuan maka manajemen laba akan menurun sebesar 0,126 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi ukuran dewan komisaris sebesar 0,072, menunjukkan bahwa setiap peningkatan ukuran dewan komisaris sebesar 1 satuan maka

9 47 manajemen laba akan meningkat sebesar 0,072 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi komite audit sebesar -0,155, menunjukkan bahwa setiap peningkatan komite audit sebesar 1 satuan maka manajemen laba akan menurun sebesar 0,155 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar -0,709, berarti apabila ukuran perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka manajemen laba akan menurun sebesar 0,709, dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan. Koefisien kepemilikan institusional adalah sebesar 0,070, menunjukan bahwa setiap kepemilikan institusional mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka manajemen laba akan meningkat sebesar 0,070, dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui koefisien determinasi (AdjustedR 2 ) sebesar 0,600. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,600, maka dapat diartikan bahwa 60%Manajemen laba dapat dijelaskan oleh keempat variabel ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional. Sedangkan sisanya sebesar 40% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

10 Uji Statistik t (t-test) Untuk mengetahui secara detail pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen digunakan pengujian secara parsial dengan uji t. Hasil Uji dapat ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 4.7 Uji t Variabel Independen b probabilitas Keterangan Komposisi Dewan Komisaris -0,126 0,923 Tidak Signifikan Ukuran Dewan Komisaris 0,072 0,086 Tidak Signifikan Komite Audit -0,155 0,021 Signifikan Ukuran Perusahaan -0,709 0,000 Signifikan Kepemilikan Instusional 0,070 0,340 Tidak Signifikan Sumber : Data sekunder diolah, Pembahasan Pembahasan Hipotesis Pertama H 1 : Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, tidak didukung. Hasil perhitungan pada regresi pada komposisi dewan komisaris diperoleh nilai koefisien sebesar -0,126 dan probabilitas sebesar 0,923. Dengan demikian perhitungan probabilitas lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 (p>0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya komposisi dewan komisaris secara parsial tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Dengan

11 49 demikian hipotesis pertama dalam penelitian Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba tidak dapat didukung. Pada dasarnya, terdapat beberapa fungsi pengawasan komisaris yang seharusnya dilaksanakan, antara lain menghadiri rapat rutin, menindaklanjuti temuan-temuan dari auditor internal, dan surat-surat dari direksi yang bersifat strategis ditembuskan kepada komisaris. Namun pada kenyataannya berdasarkan laporan tahunan komisaris independen di beberapa perusahaan tidak mengikuti rapat rutin dewan komisaris yang diadakan perusahaan sehingga menyebabkan keberadaan komisaris independen menjadi tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian oleh Guna dan Arleen (2010) Pembahasan Hipotesis Kedua H 2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, tidak didukung. Hasil perhitungan pada regresi pada ukuran dewan komisaris diperoleh nilai koefisien rergesi sebesar 0,072 dan probabilitas sebesar 0,086. Dengan demikian perhitungan probabilitas lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 (p>0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya ukuran dewan komisaris secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan karena besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi efektivitas meknisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan

12 50 kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen. Surya dan Ivan (2006: 134) menyatakan struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia masih sangat terkonsentrasi sehingga jabatan komisaris diberikan bukan berdasarkan pada kompetensi dan profesionalisme, tetapi sebagai penghargaan atau penghormatan Pembahasan Hipotesis Ketiga H 3 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba., didukung. Hasil perhitungan pada regresi pada komite audit diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,155 dan probabilitas sebesar 0,021. Dengan demikian perhitungan probabilitas lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 (p<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya komite audit secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dapat didukung. Hal ini berarti komite audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu mekanisme corporate governance mampu mengurangi tindak manipulasi laba oleh manajemen. Dari sini dapat terlihat bahwa komite audit yang ada di perusahaan perbankan telah menjalankan tugas dengan semestinya dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan dengan menjunjung prinsip corporate governance, transparansi, fairness, tanggung jawab, dan akuntabilitas (NCCG, 2001) yang pada prosesnya menghambat manajemen laba dalam perusahaan.

13 Pembahasan Hipotesis Keempat H 4 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba., didukung. Hasil perhitungan pada regresi pada ukuran perusahaan diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,709 dan probabilitas sebesar 0,000. Dengan demikian perhitungan probabilitas lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 (p<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian hipotesis keempat Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dapat didukung. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan sehingga mengurangi potensi dilakukannya manajemen laba. Hasil ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Trilestari dkk (2012) Pembahasan Hipotesis Kelima H 5 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba tidak didukung. Hasil perhitungan pada regresi pada kepemilikan institusional diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,070 dan probabilitas sebesar 0,340. Dengan demikian perhitungan probabilitas lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 (p>0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya kepemilikan institusional secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan karena kepemilikan institusional sebenarnya adalah grup perusahaan sehingga tidak ada

14 52 peran aktif dari pemegang saham institusi dalam menentukan kebijakan manajemen sehingga tidak mempengaruhi manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Iqbal dan Nurul (2005), Bangun dan Vincent (2008), dan Guna dan Arleen (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan oleh institusi lain tidak mempengaruhi tindakan manajemen laba.