BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara tunai dan rutin selama periode penelitian ( ). Berikut ini adalah daftar nama perusahaan serta kode saham yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini dan dilakukan penilaian harga wajar saham masing masing dengan menggunakan metode dividend discount model dan price to book value. Tabel Kode Saham dan Nama Perusahaan No. Kode Saham Nama Perusahaan 1 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. 2 CTRA Ciputra Development Tbk. 3 CTRP Ciputra Property Tbk. 4 CTRS Ciputra Surya Tbk. 5 GMTD Gowa Makassar Tourism D Tbk. 6 JRPT Jaya Real Property Tbk. 7 LPKR Lippo Karawaci Tbk. 8 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk. 9 SMRA Summarecon Agung Tbk. Sumber : Data sekunder yang diolah, Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Dividend Discount Model Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend discount model terdapat beberapa tahap perhitungan sebagai berikut : 30

2 1. Menghitung tingkat pertumbuhan dividen per tahun Tingkat pertumbuhan dividen sangat diperlukan terkait dengan penilaian harga wajar saham menggunakan metode dividend discount model ini. Dengan melakukan perhitungan pertumbuhan dividen maka dapat diketahui pertumbuhan dividen perusahaan bergerak meningkat atau menurun yang akan berpengaruh pada estimasi dividen pada tahap selanjutnya. Berikut ini adalah rumus perhitungan pertumbuhan dividen setiap tahun(dewi 2014). g = D n D 0 D 0 Berikut ini adalah hasil perhitungan pertumbuhan dividen. No Kode Saham Tabel. 4.2.Hasil Perhitungan Pertumbuhan Dividen Pembagian dividen tahun (dalam rupiah per lembar saham) g 2012 g 2013 g 2014 g 1 BSDE CTRA CTRP CTRS GMTD JRPT LPKR MKPI SMRA Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015 g 31

3 2. Menghitung estimasi dividen yang diharapkan Pada perhitungan ini bertujuan untuk mencari estimasi dividen atau perkiraan dividen yang diharapkan akan diperoleh dengan data rata rata pertumbuhan dividen yang telah dihitung pada tahap perhitungan pertumbuhan dividen. Berikut ini adalah rumus menghitung estimasi dividen yang diharapkan (Dewi 2014). D t = D 0 (1 + g ) Keterangan : Dt D0 g : dividen yang diestimasi : dividen tahun sebelumnya : rata rata pertumbuhan dividen Berikut ini adalah hasil perhitungan estimasi dividen yang diharapkan. Tabel Hasil Perhitungan Estimasi Dividen yang Diharapkan Sumber : Data sekunder yang diolah,

4 3. Tingkat pengembalian yang diharapkan (Required Rate of Return) menggunakan CAPM Perhitungan tingkat return yang diharapkan pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan model dividend discount model ini menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM ini adalah suatu model yang digunakan untuk menentukan harga harga aktiva dalam keadaan ekuilibrium.pada keadaan ekuilibrium, pasar yang kompetitif memiliki harga keseimbangan yang ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan permintaan agregat. Harga keseimbangan menjadi penting karena mencerminkan konsensus bersama antara semua partisipan pasar tentang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Berikut ini adalah rumus menghitung tingkat return yang diharapkan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model(Fahmi 2012). k = R f + β(r m R f ) Keterangan : k Rf Rm β : tingkat return yang diharapkan : risk free rate : imbal hasil pasar / return market : beta saham (indikator risiko sistematis) Pada perhitungan tingkat return yang diharapkan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model ini untuk return market yang dipilih adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan untuk risk free 33

5 rate yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem bunga. Tingkat suku bunga yang ada pada Sertifikat Bank Indonesia ditunjukkan oleh BI rate. Berikut ini adalah tabel rata rata risk free rate setiap tahun selama periode Tabel Tabel BI Rate Tahun No. Periode BI Rate Rata-rata 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

6 No. Periode BI Rate Rata rata 25. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November November Desember Sumber : Data sekunder yang diolah,

7 Pada perhitungan required rate of return menggunakan CAPM, risk free rate yang digunakan merupakan rata rata dari BI rate setiap bulan selama periode 1 tahun. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat return yang diharapkan pada setiap saham. Tabel Hasil Perhitungan Tingkat Return yang Diharapkan TAHUN KODE SAHAM Rm Rf Beta k BSDE TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k CTRA TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k CTRP TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k CTRS Sumber : Data sekunder yang diolah,

8 TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k GMTD TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k JRPT TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k LPKR TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k MKPI TAHUN 2010 KODE SAHAM Rm Rf Beta k SMRA Sumber : Data sekunder yang diolah,

9 4. Menghitung harga wajar saham dengan metode dividend discount model. Dalam menghitung harga wajar saham terdapat beberapa faktor yang berpengaruh seperti besarnya dividen, pertumbuhan dividen, serta tingkat return yang diharapkan. Faktor dividen menjadi penentu utama dalam perhitungan harga wajar dengan menggunakan metode dividend discount model, ketika perusahaan tersebut tidak membagikan dividen maka akan memberikan hasil negatif (-) pada harga wajar sahamnya. Berikut ini rumus perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend discount model. V = D 0(1 + g) (k g) Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend discount model ini memiliki asumsi yang harus dipenuhi yaitu required rate of return (k) adalah lebih besar daripada tingkat pertumbuhan dividen (g) karena apabila tidak, maka akan memberikan hasil yang berbeda karena nilai pembaginya akan menjadi negatif (-). Hasil perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan dividend discount model pada tabel disertai dengan harga aktual yang berlaku di pasar modal. Harga aktual diperoleh dari harga penutupan setiap akhir Desember setiap tahun selama periode penelitian yaitu Harga wajar yang diperoleh dibandingkan dengan harga aktual yang berlaku, sehingga mendapatkan penilaian undervalued / overvalued untuk setiap 38

10 saham setiap tahunnya. Berikut ini adalah tabel hasil penilaian harga wajar saham dengan metode dividend discount model. 39

11 Tabel 4.6. Tabel Hasil Penilaian Harga Wajar dengan Metode Dividend Discount Model ( ) No. Nama Saham V Harga Aktual V Harga Aktual V Harga Aktual V Harga Aktual V Harga Aktual 1. BSDE Rp 1,94 Rp 900 Rp (34,72) Rp 980 Rp 47,28 Rp Rp (16,84) Rp Rp 18,44 Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 2. CTRA Rp 1 Rp 350 Rp (16) Rp 540 Rp 40 Rp Rp (16) Rp 750 Rp 8 Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 3. CTRP Rp 2 Rp 440 Rp (21) Rp 490 Rp 52 Rp 600 Rp (19) Rp 620 Rp 7 Rp 845 Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 4. CTRS Rp 4 Rp 690 Rp (131) Rp 870 Rp 143 Rp Rp (84) Rp Rp 36 Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 5. GMTD Rp 964 Rp 165 Rp (4.788) Rp 660 Rp 585 Rp 660 Rp Rp Rp 370 Rp Undervalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 6. JRPT Rp( 143) Rp 260 Rp (494) Rp 440 Rp 284 Rp 620 Rp (41) Rp 800 Rp 0 Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 7. LPKR Rp 2 Rp 680 Rp (16) Rp 660 Rp 54 Rp Rp (14) Rp 910 Rp (0.126) Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 8. MKPI Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp (15.166) Rp Rp Rp Overvalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued 9. SMRA Rp 3 Rp 545 Rp (54) Rp 620 Rp 155 Rp 950 Rp (20) Rp 780 Rp (0.176) Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Sumber : Data sekunder yang diolah,

12 Pada penelitian dengan menggunakan metode dividend discount model memiliki hasil yang cukup jauh antara hasil penilaian harga wajar (V) dengan harga aktual yang berlaku di pasar modal. Pada tahun 2010 semua perusahaan memiliki harga wajar yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya sehingga menghasilkan nilai overvalued. Pada saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, MKPI, SMRA menunjukkan hasil overvalued. Pada tahun 2011 terdapat 8 saham sampel mengalami overvalued. Pada tahun 2011 ini 8 sampel dari saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA memiliki tingkat return yang diharapkan negatif yang berarti lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan dividen (g). Hanya saham MKPI yang memiliki tingkat return yang diharapkan positif sehingga nilai intrinsiknya pun positif dan memiliki penilaian undervalued dengan harga wajar Rp yang lebih tinggi dari harga aktualnya Rp Pada tahun 2012 nilai intrinsik saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, MKPI, dan SMRA menunjukkan hasil yang positif atau tidak negatif seperti tahun Namun penilaian harga wajar saham masih mengalami overvalued untuk saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA. Hal ini dapat disebabkan kinerja perusahaan sektor property dan real estate yang semakin membaik dari segi keuangan serta mampu memperoleh keuntungan yang meningkat pesat sehingga nilai intrinsik atau harga wajar ke 9 saham ini menjadi lebih tinggi dari tahun 41

13 sebelumnya. Untuk ke 8 saham yaitu saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA memperoleh penilaian overvalued yang berarti saham saham ini dianggap memiliki potensi dapat memberikan return yang lebih tinggi oleh investor. Sedangkan untuk saham MKPI memiliki penilaian undervalued dengan harga wajar Rp dan harga aktual Rp Pada tahun 2013 memiliki nilai overvalued pada semua saham namun terdapat penurunan harga wajar saham pada 8 saham yaitu saham BSDE yang pada mulanya memiliki nilai wajar sebesar Rp. 47,28 pada tahun 2012 menjadi Rp. (16,84) pada tahun 2013, saham CTRA dari Rp. 40 menjadi Rp. (16) di tahun 2013, saham CTRP dari Rp. 52 menjadi Rp. (19), saham CTRS dari Rp. 143 menjadi Rp. (84), saham JRPT dari Rp. 284 menjadi Rp. (41), saham LPKR dari Rp. 54 menjadi Rp. 14, serta pada saham MKPI dan SMRA yang mulanya memiliki harga wajar sebesar Rp dan Rp. 155 pada tahun 2012 menurun menjadi Rp (15.166) dan Rp. (20) pada tahun Sedangkan untuk saham GMTD mengalami kenaikan nilai intrinsik dari Rp. 585 pada tahun 2012 menjadi Rp pada tahun 2013 dan nilai intrinsik saham GMTD merupakan saham yang masih memiliki harga wajar bernilai positif pada tahun Penurunan harga wajar saham atau nilai intrinsik perusahaan ini dapat disebabkan karena adanya penurunan pembagian dividen oleh perusahaan seperti pada saham JRPT yang mulanya membagi dividen sebesar Rp. 53 per lembar pada tahun 2012 menjadi Rp. 14 per lembar saham pada tahun 42

14 2013 dan pada saham SMRA yang membagikan dividen pada tahun 2012 sebesar Rp. 43 per lembar saham menjadi Rp. 23 per lembar saham. Selain itu juga terdapat 4 saham yang mengalami kenaikan pada pembagian dividen (dalam hal harga per lembar) namun memiliki pertumbuhan dividen yang menurun jika dibandingkan pada tahun sebelumnya (2012). Keempat saham ini adalah saham CTRA, CTRP, CTRS, dan LPKR. Pada saham CTRA mengalami peningkatan dividen dari Rp. 12 per lembarnya menjadi Rp. 19 namun mengalami penurunan pertumbuhan dividen dari 71% menjadi 58%, pada saham CTRP dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 16 per lembar saham yang dimiliki investor menjadi Rp. 21 per lembar dan penurunan pada pertumbuhan dividen dari 100% menjadi 31%. Pada saham CTRS yang membagikan dividen sebesar Rp. 42 per lembar menjadi Rp. 60 per lembar saham dan penurunan tingkat pertumbuhan dividen dari 68% menjadi 43%, dan pada saham LPKR dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 12 per lembar saham yang dimiliki investor menjadi Rp. 14 per lembar dan penurunan pada pertumbuhan dividen dari 52% menjadi 19% di tahun Sedangkan ketiga saham lain yaitu saham BSDE dan GMTD memiliki nilai pertumbuhan dividen 0% atau melakukan pembagian dividen dengan harga per lembar yang sama baik tahun 2012 hingga tahun Hanya saham MKPI yang mampu menunjukkan peningkatan baik dari dividen yang mulanya Rp. 165 menjadi Rp. 410 per lembar saham serta 43

15 pertumbuhan dividennya dari mulanya pada tahun 2012 hanya mengalami pertumbuhan sebesar 10% meningkat pesat menjadi 148%. Pada tahun 2014 semua saham memiliki nilai overvalued yaitu saham BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp. 18,44 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp , CTRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 8 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.1.250, CTRP memiliki harga wajar sebesar Rp. 7 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 845, CTRS memiliki harga wajar sebesar Rp. 36 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.2.960, GMTD memiliki harga wajar sebesar Rp. 370 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.6.100, dan MKPI memiliki harga wajar sebesar Rp yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp Sedangkan untuk saham JRPT, LPKR, dan SMRA juga memiliki nilai overvalued hal ini terjadi karena ketiga saham ini tidak membagikan dividen pada tahun 2014 sehingga menghasilkan nilai negatif pada harga wajarnya. Pada tahun 2014 ini terdapat 6 saham yang mengalami penurunan pada dividennya. Keenam saham tersebut adalah saham CTRA yang mengalami penurunan dari 58% menjadi -58%, 31% menjadi -71% pada saham CTRP, 43% menjadi -57% pada saham CTRS, serta pada saham JRPT, LPKR, dan SMRA terdapat penurunan -100% atau tidak membagikan dividen sama sekali. Sedangkan untuk saham BSDE memiliki nilai dividen yang tetap atau tingkat pertumbuhannya 0% pada 44

16 tahun 2014 seperti tahun tahun sebelumnya. Saham GMTD merupakan saham yang mengalami peningkatan pada pertumbuhan dividennya menjadi sebesar Rp. 65 per lembar saham jika dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2012 yang hanya membagikan dividen Rp. 50 per lembar saham. Hasil penilaian dengan menggunakan metode dividend discount model menunjukkan harga wajar masing masing saham lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai pasarnya atau harga aktual yang berlaku. Hasil penilaian yang diperoleh adalah overvalued pada setiap periode penelitian ( ) untuk saham - saham yang menerapkan kebijakan membagi dividen tunai rutin setiap tahunnya seperti saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, dan GMTD. Menilai harga wajar saham sektor properti dan real estate dengan menggunakan perhitungan estimasi future dividend payment dan pertumbuhan dividen menunjukkan bahwa nilai intrinsik saham saham ini lebih rendah dibanding dengan harga aktualnya ketika perusahaan tersebut membagikan dividen tunai kepada para investor. Pasar atau investor menunjukkan permintaan yang ringgi terhadap saham saham yang menawarkan keuntungan jangka panjang berupa dividen sehingga menyebabkan overvalued, namun hal ini menunjukkan bahwa orientasi investor bukan pada dividen namun pada capital gain dengan ekspektasi untuk memperoleh return yang tinggi padahal tidak sesuai dengan nilai intrinsik perusahaan. Dari sisi yang berbeda, nilai overvalued berarti saham saham ini memiliki harga yang mahal dan sebaiknya dilepas atau dijual atau 45

17 dihindari. Selain itu terdapat kemungkinan adanya penurunan harga aktual saham dikemudian hari mendekati harga wajarnya. Hal ini dapat merugikan bagi investor yang mengharapkan capital gain karena kemampuan perusahaan atau kinerja perusahaan perusahaan ini masih jauh berada di bawah harga aktual yang berlaku di pasar namun investor masih dapat mengharapkan keuntungan berupa dividen yang rutin dibagikan oleh perusahaan perusahaan seperti BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, dan GMTD. 46

18 4.2.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Price to Book Value Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price to book value ratio terdapat beberapa tahapan perhitungan. Berikut ini adalah tahapan perhitungan harga wajar saham dengan price to book value ratio. 1. Menghitung nilai buku per lembar saham (book value per share) Nilai buku per lembar saham adalah nilai seharusnya saham tersebut dengan cara membagi ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dengan jumlah saham yang beredar. Book Value per share = Total Ekuitas Jumlah Saham Beredar Berikut ini adalah hasil perhitungan book value per share setiap perusahaan selama periode Tabel Hasil Perhitungan Book Value Per Share Setiap Perusahaan Sampel Periode Sumber : Data sekunder yang diolah,

19 2. Menghitung price to book value ratio Setelah mengetahui book value per share, maka diperlukan harga pasar saham. Harga pasar saham adalah harga aktual / harga yang berlaku di pasar modal pada periode tersebut, harga pasar yang digunakan adalah harga penutupan. Harga pasar setiap saham kemudian dibagi dengan book value per share masing masing saham untuk memperoleh hasil berupa rasio price to book value masing masing saham setiap tahunnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio price to book value masing masing saham periode Tabel Hasil Perhitungan Price to Book Value Per Share Setiap Perusahaan Sampel Periode Sumber : Data sekunder yang diolah,

20 3. Melakukan perhitungan nilai intrinsik saham dengan price to book value Pada tahap ini rasio price to book value yang telah diperoleh dari masing masing saham diubah menjadi suatu nilai dalam bentuk rupiah yang merupakan nilai intrinsik masing masing saham. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam mengubah rasio menjadi nilai intrinsik. V = rasio PBV median industri X book value per share Dalam menghitung nilai intrinsik dengan melakukan konversi rasio ke dalam bentuk rupiah, dapat dilakukan dengan menggunakan rata rata rasio PBV industri atau menggunakan median rasio PBV industri. Penggunaan rata rata memang lebih sering digunakan dalam melakukan konversi rasio PBV, namun penggunaan rata rata pada PBV memiliki kelemahan karena sangat peka terhadap angka angka ekstrim sehingga kurang representatif. Sedangkan untuk penggunaan median memiliki keunggulan yaitu tidak terpengaruh oleh angka angka ekstrim yang ada pada data. Maka pada penelitian ini yang digunakan untuk mengkonversikan rasio price to book value ke dalam rupiah adalah median (nilai tengah) dari rasio price to book value industri property, real estate dan building construction. Nilai tengah rasio price to book value industri property, real estate dan building constructiondigunakan sebagai patokan yang lebih adil karena bila menggunakan rata rata rasio price to book value industri property, real estate dan building constructionakan terdapat kesenjangan setiap rasio PBV setiap saham yang begitu besar. 49

21 Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai intrinsik saham dengan menggunakan price to book value yang kemudian dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menilai kewajaran harga saham. 50

22 Tabel Hasil Perhitungan Harga Wajar Saham menggunakan Price to Book Value Per Share Setiap Perusahaan Sampel Periode No. Nama Saham V Harga Aktual V Harga Aktual V Harga Aktual V Harga Aktual V Harga Aktual 1. BSDE Rp 276,88 Rp 900 Rp 465 Rp 980 Rp 650 Rp Rp Rp Rp Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 2. CTRA Rp 377,77 Rp 350 Rp 497 Rp 540 Rp 604 Rp 800 Rp 918 Rp 750 Rp 953 Rp Undervalued Overvalued Overvalued Undervalued Overvalued 3. CTRP Rp 457,73 Rp 440 Rp 578 Rp 490 Rp 700 Rp 600 Rp Rp 620 Rp Rp 845 Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued 4. CTRS Rp 673,11 Rp 690 Rp 970 Rp 870 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Overvalued Undervalued Overvalued Undervalued Overvalued 5. GMTD Rp 997,55 Rp 165 Rp Rp 660 Rp Rp 660 Rp Rp Rp Rp Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Undervalued 6. JRPT Rp 466,9 Rp 260 Rp 680,7 Rp 440 Rp 872,4 Rp 620 Rp 278,1 Rp 800 Rp 294,6 Rp Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued 7. LPKR Rp 298,77 Rp 680 Rp 402 Rp 660 Rp 537 Rp Rp 875 Rp 910 Rp 967 Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 8. MKPI Rp 1.069,95 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 9. SMRA Rp 248 Rp 545 Rp 355 Rp 620 Rp 571,2 Rp 950 Rp 460,1 Rp 780 Rp 525,5 Rp Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued 51

23 Pada hasil penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price to book value terdapat beberapa saham yang mengalami overvalued selama periode tahun seperti saham BSDE, LPKR, MKPI, dan SMRA. Sedangkan pada saham CTRP menunjukkan nilai undervalued di setiap tahun selama Saham yang lain seperti CTRA, CTRS, GMTD dan JRPT memiliki hasil penilaian harga wajar yang berbeda - beda setiap tahunnya. Pada tahun 2010 terdapat 5 saham yang memiliki nilai overvalued yaitu saham BSDE, CTRS, LPKR, MKPI, dan SMRA. Pada saham BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp. 276,8 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp Saham CTRS memiliki harga wajar sebesar Rp. 673,1 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp Saham LPKR memiliki harga wajar sebesar Rp. 298,7 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp MKPI memiliki harga wajar sebesar Rp yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp SMRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 248 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp Untuk keempat saham lainnya yaitu saham CTRA, CTRP, GMTD, dan JRPT memiliki nilai undervalued. Pada tahun 2011 terdapat 5 saham yang memiliki hasil penilaian overvalued terdiri dari saham BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp. 465 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 52

24 980, CTRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 497 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 540, LPKR memiliki harga wajar sebesar Rp. 402 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 660, MKPI yang memiliki harga wajar sebesar Rp dengan harga aktualnya mencapai Rp , dan SMRA dengan harga wajar Rp. 355 sedangkan harga yang berlaku di pasar modal adalah Rp Sedangkan 4 saham lainnya memiliki hasil penilaian undervalued terdiri dari saham CTRP dengan harga wajar sebesar Rp. 578 lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 490, saham CTRS yang harga wajarnya sebesar Rp. 970 yang lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 870, dan harga wajar sebesar Rp dengan harga aktual Rp. 660 pada saham GMTD. JRPT dengan harga wajar sebesar Rp. 680,7 lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp Pada tahun 2012 saham CTRP, GMTD dan JRPT memiliki nilai undervalued sedangkan ke 6 saham lainnya memiliki nilai overvalued. Pada saham CTRP memiliki harga wajar sebesar Rp. 700 dengan harga aktual dibawahnya sebesar Rp Saham GMTD memiliki harga wajar Rp yang lebih tinggi dibanding harga aktualnya Rp Saham JRPT memiliki harga wajar sebesar Rp. 872,4 lebih tinggi dibanding harga aktualnya sebesar Rp Saham yang memiliki nilai overvalued pada tahun ini adalah saham BSDE dengan harga wajar sebesar Rp. 650 sedangkan harga aktualnya sebesar Rp , saham CTRA dengan 53

25 harga wajar sebesar Rp. 604 lebih rendah dibanding harga aktualnya sebesar Rp Saham CTRS dengan harga wajar Rp dan harga aktual Rp , LPKR dengan harga wajar Rp. 537 dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp , MKPI dengan harga wajar Rp dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp , dan SMRA dengan harga wajar Rp. 571,2 dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp Pada tahun 2013 terdapat 6 saham yang terdiri dari saham BSDE dengan harga wajar Rp dengan harga aktual Rp , GMTD yang harga wajarnya Rp dan harga aktual sebesar Rp , JRPT memiliki harga wajar Rp. 278,1 dan harga aktual Rp. 800, LPKR dengan harga wajar Rp. 875 dan harga aktual Rp. 910, MKPI dengan harga wajar Rp dan harga aktual Rp , dan SMRA yang harga wajarnya Rp. 460,1 dengan harga aktual Rp. 780 memiliki nilai overvalued. Sedangkan 3 saham yaitu CTRA dengan harga wajar Rp. 918 dengan harga aktual Rp. 750, CTRP dengan harga wajar Rp dengan harga aktual Rp. 620, dan CTRS dengan harga wajar Rp dengan harga aktual Rp memiliki nilai undervalued. Pada tahun 2014 hanya terdapat 2 saham yang memiliki nilai undervalued yaitu saham CTRP dengan harga aktual sebesar Rp. 845 sedangkan harga seharusnya / harga wajar sebesar Rp dan saham GMTD dengan harga aktual sebesar Rp sedangkan harga seharusnya sebesar Rp Saham yang memiliki nilai overvalued yaitu saham BSDE dengan harga wajar sebesar Rp dan harga 54

26 aktual Rp 1.805, saham CTRA dengan harga wajar Rp. 953 pada harga aktual Rp , saham CTRS Rp untuk harga wajarnya dan harga aktualnya Rp Saham JRPT dengan Rp. 294,6 untuk harga wajar dengan harga aktual Rp , saham LPKR dengan harga wajar Rp. 967 pada harga aktual 1.020, saham MKPI dengan harga wajar Rp dengan harga aktual yang sangat tinggi sebesar Rp serta saham SMRA yang memiliki harga wajar Rp. 525,5 namun memiliki harga aktual sebesar Rp Hasil penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price to book value menunjukkan nilai overvalued untuk periode pada 4 saham yaitu saham BSDE, LPKR, MKPI, dan SMRA. Sedangkan saham lainnya memiliki hasil penilaian yang berubah ubah antara overvalued dan undervalued setiap tahun selama Hanya saham CTRP saja yang memiliki hasil penilaian undervalued. Penilaian overvalued terhadap ke 4 saham ini dapat diartikan bahwa pasar memberikan harga yang tinggi untuk saham saham ini dengan harapan dapat memperoleh return lebih besar baik berupa dividend atau capital gain. Selain itu penilaian dengan metode price to book value ini berarti bahwa jumlah ekuitas perusahaan yang sebenarnya dimiliki oleh para investor dalam bentuk saham nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan harga ketika membelinya di pasar modal. Penilaian overvalued ini berarti menunjukkan bahwa harga saham saham ini (BSDE, LPKR, MKPI, dan SMRA) cenderung mahal dan sebaiknya tidak dibeli karena 55

27 nilai intrinsiknya atau nilai sebenarnya yang ada pada perusahaan perusahaan ini lebih rendah. 56

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh penulis dari Bursa Efek Jakarta dan Bank Indonesia. Data tersebut merupakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah singkat Perusahaan Industri Property dan Real Estate Industri real estate dan property pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Real estate merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Sampel Penelitian Perusahaan industri jasa, sektor Property dan Real Estate mempunyai 2 sub sektor, yaitu sub sektor Property & Real Estate dan

Lebih terperinci

PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL DAN PRICE TO BOOK VALUE

PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL DAN PRICE TO BOOK VALUE PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL DAN PRICE TO BOOK VALUE (Studi Kasus Pada Perusahaan Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penlitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian dianalisa menggunakan analisis

Lebih terperinci

Zul Firda Adha

Zul Firda Adha ANALISIS PERKEMBANGAN PORTOFOLIO OPTIMAL TAHUNAN DENGAN METODE INDEKS TUNGGAL PADA SEKTOR PROPERTY AND REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA SELAMA PERIODE 2012-2015 Zul Firda Adha 18212029 80,00% LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Fundamental Analisa Fundamental digunakan untuk mengevaluasi harga saham perdana PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, meliputi pendekatan deviden dan pendekatan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. operasional. Oleh karena itu, pada bagian ini diuraikan hal-hal mengenai variabel

BAB III METODE PENELITIAN. operasional. Oleh karena itu, pada bagian ini diuraikan hal-hal mengenai variabel BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang bagaimana penelitian akan dilakukan secara operasional. Oleh karena itu, pada bagian ini diuraikan hal-hal mengenai variabel penelitian dan definisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil objek perusahaan yang tergolong ke dalam sektor industri telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL

ANALISIS METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL ANALISIS METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL DALAM UPAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP INVESTASI SAHAM (Studi pada Saham-Saham Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah 5 hari sebelum terjadi pengumuman penurunan BI Rate pada

BAB III METODE PENELITIAN. adalah 5 hari sebelum terjadi pengumuman penurunan BI Rate pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian event study karena meneliti dampak dari suatu peristiwa pada periode tertentu. Fokus penelitian ini adalah 5 hari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian pada penelitian ini adalah return saham perusahaan sektor

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian pada penelitian ini adalah return saham perusahaan sektor 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian pada penelitian ini adalah return saham perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Model Price Earning Ratio PER adalah rasio yang menunjukkan perbandingan dari harga saham terhadap laba perusahaan. Rasio ini menunjukkan barapa besar investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik investasi. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 menyebutkan bahwa. surplus tabungan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. menarik investasi. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 menyebutkan bahwa. surplus tabungan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berhasil atau tidaknya pembangunan di bidang ekonomi antara lain dapat dilihat dari jumlah investasi yang masuk. Pasar modal merupakan salah satu sarana

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya investor yang menjadikan pasar modal sebagai alternatif berinvestasi. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEND DISCOUNT MODEL

ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEND DISCOUNT MODEL ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DENGAN DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi pada Perusahaan Sektor Property

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis maka lokasi penelitiannya adalah di Bursa Efek Indonesia, melalui situs www.idx.co.id, dan Pusat Informasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio, Earnings Per Share dan Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estate Periode 2010-2012 4.1.1 Hasil Perhitungan Debt to

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Secara umum, jenis penelitan terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian dasar

METODE PENELITIAN. Secara umum, jenis penelitan terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian dasar III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Secara umum, jenis penelitan terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research) (Nazir, 1998). Jenis

Lebih terperinci

Ermia Fayana/ Pembimbing : Dr. Singgih Jatmiko, M.Sc., S.Si

Ermia Fayana/ Pembimbing : Dr. Singgih Jatmiko, M.Sc., S.Si PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM) DAN METODE PRICE TO BOOK VALUE RATIO (PBV RATIO) PADA SEKTOR PERBANKAN YANG TERMASUK SAHAM LQ45 DI BEI Ermia Fayana/20208453

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Analisis sekuritas berdasarkan analisis fundamental. Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental,

Lebih terperinci

Maylina Dinda A / Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Euphrasia Susy Suhendra, MS

Maylina Dinda A / Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Euphrasia Susy Suhendra, MS ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TELAH GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE Maylina Dinda A / 21208433 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Euphrasia

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Skenario Penelitian Objek penelitian ini adalah PT Astra Agro Lestari Tbk, PT BW Plantation Tbk dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk yang dilakukan selama

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Pengembalian Pasar Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai besarnya risiko tingkat pengembalian pada industri otomotif dan komponennya yang go public di Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal perusahaan real estate dan property di Indonesia saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. modal perusahaan real estate dan property di Indonesia saat ini berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan dan peluang bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DAFTAR SAMPEL PENELITIAN

LAMPIRAN I DAFTAR SAMPEL PENELITIAN LAMPIRAN I DAFTAR SAMPEL PENELITIAN Daftar Sampel Perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Building Construction di Bursa Efek Indonesia 2008-2010 No. Kode Perusahaan Name Perusahaan 1 ASRI PT Alam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe,

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Perhitungan Return Pengembalian Bebas Risiko Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, Treynor, dan Jensen, digunakan suatu tingkat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu

I.PENDAHULUAN. Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu negara. Hal ini dapat dijadikan indikator untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

Nadya Destiyanti Putri

Nadya Destiyanti Putri PENENTUAN NILAI HARGA WAJAR SAHAM PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE TBK, DENGAN MENGGUNAKAN METODE GORDON GROWTH MODEL. Nadya Destiyanti Putri 26213293 Latar Belakang Masalah 1. Investasi saham merupakan

Lebih terperinci

FLOWCHART PT.AGUNG PODOMORO LAND TBK TAHUN 2011 ROI 6.32%

FLOWCHART PT.AGUNG PODOMORO LAND TBK TAHUN 2011 ROI 6.32% LAMPIRAN 1 No Kode Nama Industri 2011 2012 2013 2014 1 ASRI Alam Sutera Reality, Tbk 10,15 11,20 6,22 6,23 2 BAPA Bekasi Asri Pemula, Tbk 3,94 2,89 2,88 9,27 3 BCIP Bumi Citra Permai, Tbk 1,01 2,75 7,52

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana untuk mengembangkan bisnis dalam suatu perusahaan menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar target pengembangan bisnis tercapai. Perolehan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN 2001 2008 BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) Welin Kusuma*, Dessy Mulyani** *Program Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

Fundamental analysis 2014

Fundamental analysis 2014 PT Mandiri Sekuritas Plaza Mandiri 29th Floor Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta 12190 - Indonesia Tel: (62-21) 526 3445 Fax: (62-21) 526 3521 www.mandirisek.co.id investment banking capital markets

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dalam suatu negara adalah salah satu faktor yang penting bagi kemajuan negara tersebut. Adanya persaingan dalam suatu perusahaan agar perusahaan

Lebih terperinci

Disusun oleh: Nama : DEWI TRI YULIARY NPM : Jurusan : Manajemen / S1 Pembimbing : DR. Armaini Akhirson,SE.,MMA

Disusun oleh: Nama : DEWI TRI YULIARY NPM : Jurusan : Manajemen / S1 Pembimbing : DR. Armaini Akhirson,SE.,MMA JUDUL SKRIPSI : Analisis Tehnik Fundamental Terhadap Harga Saham Dengan Pendekatan Adaptive Neuro Fuzzy Pada Perusahaan Properti Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012 Disusun oleh: Nama : DEWI TRI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23 http://www.deden08m.wordpress.com Estimasi nilai intrinsik saham Price Earning Ratio EPS dan laporan keuangan perusahaan Overview analisis perusahaan CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23 Analisis perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja Keuangan Perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja Keuangan Perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja Keuangan Perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan, dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi investor untuk menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan dana dan terdaftar dalam Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan memilih saham yang efisien, yang memberi return maksimal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan memilih saham yang efisien, yang memberi return maksimal dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia beberapa tahun ini menjadi perhatian masyarakat pebisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan berlomba lomba untuk memperoleh sumber pendanaan. Hal ini terlihat dari data yang dirilis

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.  CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal keuangan sebagai suatu upaya untuk menciptakan uang lebih banyak (the use of financial capital in

Lebih terperinci

PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SEKTOR PROPERTI, REAL ESTATE DAN KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL

PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SEKTOR PROPERTI, REAL ESTATE DAN KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SEKTOR PROPERTI, REAL ESTATE DAN KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan pasar modal, kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik saham

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)

BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pemilihan Metode Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap penilaian saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER) atau biasa disebut juga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai akuisisi PT. Indosat Tbk jika dibuyback oleh pemerintah. Dengan menggunakan Empat metode yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditebak (Fahmi, 2006:14). Oleh karena itu, saham dikenal dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. ditebak (Fahmi, 2006:14). Oleh karena itu, saham dikenal dengan karakteristik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergerakan harga dipasar saham sangat sulit untuk ditebak sehingga para pakar pasar modal mengatakan bahwa harga suatu saham, pada suatu saat telah mencerminkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif yang didasarkan atas survey terhadap objek penelitian dengan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan tujuan investasi yang dinyatakan dalam risiko maupun return. Investor harus memahami bahwa ada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pasar modal memiliki peran yang cukup penting dalam suatu perekonomian suatu negara. Dianggap demikian karena pasar modal dapat menjalankan dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek dan saham. Fungsi dari bursa efek di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

EKA YULIANA B

EKA YULIANA B ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTI DI BEITAHUN 2003-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini berbagai sektor korporasi melakukan ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang seperti obligasi saham, dan lainnya (Wikipedia). penjualan saham meningkat secara signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang seperti obligasi saham, dan lainnya (Wikipedia). penjualan saham meningkat secara signifikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar yang berhubungan dengan penjualan surat-surat berharga. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, objek yang ditetapkan penulis sesuai dengan permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, objek yang ditetapkan penulis sesuai dengan permasalahan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan 3.1.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, objek yang ditetapkan penulis sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu kebijakan dividen,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Horne

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Horne BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan Riyanto (2013) Pengertian Manajemen Keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Hermawan (2009 :17), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian

Lebih terperinci

2.4. Hipotesis Penelitian Bursa Efek Jakarta Kelompok Industri Makanan dan Minuman

2.4. Hipotesis Penelitian Bursa Efek Jakarta Kelompok Industri Makanan dan Minuman DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN.... x I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi Masalah... 10 1.3. Pembatasan Masalah... 12 1.4 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

BAB III METODE PENELITIAN.  untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Periode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah lima tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan bagi investor akan mendapatkan return. Para pemodal tertarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan bagi investor akan mendapatkan return. Para pemodal tertarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia bisa dalam bentuk berbagai jenis tabungan

Lebih terperinci

1/45 OVERVIEW

1/45 OVERVIEW http://www.deden08m.wordpress.com 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR OVERVIEW 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan. NILAI INTRINSIK

Lebih terperinci

Nama : Resti Kurnia Nisa Anjar NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Irmawati Wijaya, SE., MMSI

Nama : Resti Kurnia Nisa Anjar NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Irmawati Wijaya, SE., MMSI PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), DIVIDEN PER SHARE (DPS), DIVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA BEBERAPA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dijalankan sesuai prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dijalankan sesuai prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah tersebut 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai obyek adalah Jakarta Islamic Indeks yang listing di BEI. Jakarta Islamic Index (JII) adalah index

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA WAJAR SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM)

PENENTUAN HARGA WAJAR SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM) PENENTUAN HARGA WAJAR SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK DENGAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM) Nama : Kevin Juido NPM : 25209791 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Desi Pujiati, SE., MM Rumusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terus bertambah di Indonesia mengakibatkan adanya daya saing yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. yang terus bertambah di Indonesia mengakibatkan adanya daya saing yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan zaman, kebutuhan akan hunian yang nyaman sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Perusahaan konstruksi yang terus

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang II. LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Dalam manajemen keuangan terdapat tiga keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan pembiayaan dan keputusan dividen. Dari ketiga keputusan tersebut, keputusan invetasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin majunya peradaban masyarakat, pilihan investasi pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal. Perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerja agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bertambahnya perusahaan yang listing di BEI dari 445

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bertambahnya perusahaan yang listing di BEI dari 445 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menimbulkan persaingan, salah satunya di bidang ekonomi dan perdagangan. Globalisasi dalam perekonomian dan perdagangan ini menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL MODEL INDEKS TUNGGAL PADA PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE. Evy Nurchoiria

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL MODEL INDEKS TUNGGAL PADA PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE. Evy Nurchoiria Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Volume 6, Nomor 4, April 2017 ISSN : 2461-0593 1 ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL MODEL INDEKS TUNGGAL PADA PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE Evy Nurchoiria nurchoiriahevy@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply dari instrumen keuangan jangka panjang yang dapat di perdagangkan dalam bentuk hutang

Lebih terperinci

Handout Manajemen Keuangan Lanjutan

Handout Manajemen Keuangan Lanjutan Handout Manajemen Keuangan Lanjutan MODEL PENETAPAN HARGA BARANG MODAL (CAPITAL ASSET PRICING MODEL) 1 CAPM (Capital Asset Pricing Model) Model yang menggambarkan hubungan antara resiko dan pengembalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modal dengan harapan memperoleh imbalan berupa return atas

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modal dengan harapan memperoleh imbalan berupa return atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi para investor untuk menginvestasikan modal dengan harapan memperoleh imbalan berupa return atas investasinya.

Lebih terperinci