BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pemilihan Metode Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap penilaian saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER) atau biasa disebut juga dengan pendekatan Multiplier. Metode Dividend Discount Model merupakan metode penilaian saham dengan menggunakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan setiap tahun. Sedangkan Price Earning Ratio menggambarkan perbandingan harga saham terhadap laba bersih perusahaan. Alasan penulis tidak menggunakan metode Free Cash Flow to Firm (FCFF) dan Operating Free Cash Flow (OFCF) di dalam penilaian saham adalah dikarenakan dengan penggunaaan metode tersebut, terdapat cara perhitungan yang berbeda-beda pada setiap perusahaan dan hal ini akan menyulitkan penulis untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode DDM, karena metode ini dapat mencakup semua sektor perusahaan yang akan diteliti, tanpa melihat adanya perbedaan bisnis/operasi dalam perusahaan. IV.2 Dividend Discount Model (DDM) IV.2.1 Tingkat Pertumbuhan yang Digunakan. Peneliti menggunakan metode Dividend Discount Model dengan pertumbuhan yang stabil (stable growth), dengan beberapa asumsi yaitu: 59

2 1. Dari segi jangka waktu yang digunakan, penulis hanya menggunakan periode 4 tahun. Sedangkan jika menggunakan pertumbuhan non konstan, metode tersebut harus menggunakan jangka waktu lebih dari 4 tahun. 2. Tingkat penjualan atau pendapatan dari masing-masing perusahaan masih terlihat stabil. Berikut adalah laporan penjualan atau pendapatan dari tahun SAHAM BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA ITMG INTP *satuan yang didalam tabel adalah rupiah, kecuali saham ITMG yang satuannya dolar amerika. 3. Untuk sektor perbankan, adanya sistem keuangan dari Bank Indonesia yang perannya adalah untuk menjaga stabilitas keuangan, contohnya dalam menetapkan suku bunga kredit, tabungan atau deposito sehingga bank swasta dan bank pemerintah tidak menaikan secara sepihak suku bunga kredit, tabungan atau deposito diatas suku bunga Bank Indonesia. Hal ini dengan tujuan agar semua bank yang ada di Indonesia tidak saling menjatuhkan. 4. Perjanjian AFTA (Asean Free Trade Area) memberikan dampak bagi sektorsektor yang ada di Indonesia termasuk sektor makanan dan minuman. Barang impor yang masuk ke Indonesia kebanyakan adalah dari sektor 60

3 makanan dan minuman. Hal ini membuat persaingan semakin berat sehingga pertumbuhan yang sebelumnya tinggi akan menjadi lebih stabil. 5. Dari sektor pertambangan, batu bara merupakan salah satu produk yang paling banyak diekspor oleh Indonesia. Karena banyaknya permintaan akan ekspor ini, maka pemerintah ingin menetapkan pembatasan ekspor batu bara yaitu dengan dibuatnya ketetapan oleh pemerintah dalam melakukan pembatasan terhadap ekspor batu bara sehingga pertumbuhan ekspor menjadi stabil. 6. Dari Industri dasar dan kimia, sektor semen merupakan salah satu produk utama didalam pembangunan properti dan infrastruktur. Stabilnya kenaikan penjualan produk semen disebabkan bunga bank yang relatif stabil. Suku bunga bank yang stabil ini membuat para pengembang tertarik untuk membangun properti. IV.2.2 Analisis Dividen. Dividen yang digunakan adalah Dividend per Share yang dibagikan setiap tahun ataupun dibagikan secara interim dan final untuk melakukan penelitian mengenai penilaian harga saham di akhir Desember tahun Dalam hal ini, dividen yang digunakan adalah estimasi dividen pada tahun 2012, yaitu dengan cara: dividen tahun 2011 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk melakukan penilaian harga saham di tahun 2011: 61

4 Keterangan: :Estimasi harga wajar saham di tahun :Dividend per Share yang akan diterima oleh investor di akhir tahun 2011 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan. :Tingkat pengembalian yang diharapkan investor yang dikurangi dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan. Agar dapat mengestimasi dividen 2012, maka dividen tahun 2011 harus terlebih dahulu dicari. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan Dividend per Share yaitu: 1. Dividen per Share yang terdapat pada Annual Report perusahaan; 2. Melakukan perhitungan kembali dengan menggunakan rumus rasio; 3. Mendapatkan data dari website yang telah menyediakan data seperti: e-bursa dan yahoo finance. Berikut adalah dividen tahun 2011 yang diestimasikan menjadi dividen tahun Tabel IV.2.2 Hasil estimasi dividen di tahun SAHAM DIVIDEN 2011 GROWTH ESTIMASI DIVIDEN 2012 BBCA 114 5,73% 120,5322 BMRI 122 5,73% 128,9906 BBRI 74,08 5,73% 78,32478 INDF 133 5,73% 140,6209 MYOR 130 5,73% 137,449 62

5 PTBA 556 5,73% 587,8588 INTP 263 5,73% 278,0699 ITMG ,73% 1234,93 Tingkat pertumbuhan/growth yang digunakan adalah GDP Indonesia yang dimana tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 5,73%. Alasan penulis menggunakan tingkat pertumbuhan GDP adalah karena lebih mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi di negara dimana perusahaan tersebut berada. IV.2.3 Tingkat Pertumbuhan. Selama periode tahun , delapan (8) saham-saham ini selalu membagikan dividennya setiap tahun. Berikut adalah tingkat pertumbuhan dividen yang diberikan: Tabel IV Tingkat Pertumbuhan dividen yang tidak konstan YEAR BBCA % BMRI % BBRI % INDF % % % 74-36% % % % % 93 98% % 119,37 34% 178 5% 47 9% ,9 168,82 43 YEAR MYOR % PTBA % INTP % ITMG % % 556 6% % 0,12-8% % 523-2% % 0,13-38% % 532,73 44% % 0,21 75% , ,12 63

6 Dari perhitungan growth tahunan diatas didapatkan hasil pertumbuhan dividen yang tidak konstan sehingga menyulitkan penulis untuk mengestimasi growth dividend tahun Karena itu penulis hanya menggunakan satu metode tingkat pertumbuhan dividen yaitu Gross Domestic Product (GDP) yang menjadi suatu acuan bagi banyak para analisis untuk menilai tingkat pertumbuhan suatu negara untuk mencerminkan tingkat pertumbuhan perusahaan di negara tersebut. Dengan adanya kenaikan GDP mengindikasikan bahwa semakin baiknya tingkat aktivitas di negara tersebut. Berikut adalah GDP Indonesia dari tahun Tabel IV Tingkat Rata-rata Pertumbuhan GDP Indonesia tahun YEAR GDP ,00% ,60% ,10% ,20% Average 5,73% sumber: Di tahun 2009 terjadi penurunan GDP menjadi 4,60% yang dikarenakan oleh adanya pengaruh atau dampak buruk dari krisis ekonomi global yang mengancam pada akhir tahun Dari hasil perhitungan, digunakan fungsi average pada Microsoft Excel untuk merata-ratakan dari tahun dan hasilnya adalah 5,73%. Hasil tersebut digunakan untuk semua tingkat pertumbuhan perusahaan. 64

7 IV.2.4 Tingkat Pengembalian. Required Rate of Return yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Data-data yang digunakan dalam perhitungan CAPM adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mingguan, beta, risk free rate (BI rate). Berikut adalah langkah-langkah perhitungan CAPM: Langkah pertama, untuk mencari beta penulis melakukan perhitungan tingkat pengembalian harga saham (Ri), dan tingkat pengembalian pasar (Rm) untuk masing-masing perusahaan. Tingkat pengembalian dapat dihitung menggunakan dua cara yaitu fungsi natural logarithm (LN) yang ada pada di Microsoft Excel atau menggunakan rumus return. Adapun perhitungan tingkat pengembalian tersebut ialah: Ri = Fungsi Natural Logaritma: Rm = ) Rumus return: Ri = Rm = Cara perhitungan: 65

8 Fungsi Natural Logaritma: Ri bbca = LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008) = LN(3625/ 3600) = 0,69% Ri indf = LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008) = LN(3175/ 2675) = 18,69% Rm bbca = LN(IHSG penutupan 7 Jan 2008/ IHSG penutupan 2 Jan 2008) Rumus return: = LN(2830/ 2765) = 2,33% Ri bbca = (Harga saham 7 Januari Harga saham 2 Januari 2008) 2 = ( ) 2 = 0,69% Ri indf = (Harga saham 7 Januari Harga saham 2 Januari 2008) 2 = ( ) 2 = 18,69% Rm bbca = (IHSG penutupan 7 Jan IHSG penutupan 2 Jan 2008) 2 = ( ) 2 = 2,33% 66

9 Dari perhitungan diatas, dapat dilihat hasil dari fungsi natural logarithm (LN) dan rumus return memiliki hasil yang sama. Ini bisa dilihat dari kedua saham seperti BBCA dan INDF, yang dimana hasil perhitungan LN dan rumus return adalah 0,69 (BBCA) dan 18,69 (INDF) dan return IHSG sebesar 2,33%. Hal ini membuktikan bahwa dalam menghitung return saham dan IHSG dapat digunakan dengan menggunakan dua cara tersebut. Tetapi penulis hanya memilih salah satu cara dari kedua metode dengan alasan agar metode yang digunakan lebih konsisten dalam melakukan semua perhitungan. Metode yang digunakan penulis adalah natural logarithm (LN). Berikut adalah hasil perhitungan tingkat pengembalian dengan menggunakan fungsi LN dan untuk perhitungan lengkapnya ada di Lampiran Tabel IV Hasil Tingkat pengembalian Harga saham dan IHSG. Tingkat Pengembalian Harga Saham o = LN(3625/3600) = 0,69% o = LN(3400/3400) = 0,00% o = LN(3900/3750) = 3,92% o = LN(3175/2675) = 17,14% o = LN(1740/1750) = -0,57% o = LN(12100/12200) = -0,82% o = LN(8500/8050) = 5,44% o = LN(20850/18750) = 10,62% Tingkat Pengembalian IHSG o = LN( 2830/2765) =2,33% 67

10 Dari hasil perhitungan tabel IV.2.4.1, menunjukkan bahwa adanya tingkat pengembalian harga saham yang bernilai postif dan negatif, dimana saham yang bernilai positif memberikan pengaruh yang sangat baik bagi tingkat pengembalian harga pasar saham (IHSG) menjadi 2,33% (bernilai positif). Meskipun IHSG adalah saham gabungan, tetapi setidaknya saham-saham yang diatas telah memberikan sedikit pengaruh terhadap pergerakan harga pasar saham. Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian harga saham dari tahun , terjadi adanya stock split pada 2 saham, yaitu Bank Central Asia (BBCA) pada tanggal 28 Januari 2008 dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada tanggal 11 Januari Terjadinya stock split dikarena harga saham yang ditawarkan ke pasar saham sudah terlalu tinggi. Untuk itu kedua perusahaan tersebut melakukan stock split 1:2, dimana harga saham Bank BCA dan Bank BRI sebelum stock split adalah sebesar Rp.7200 dan Rp Setelah adanya stock split, harga saham BCA dan BRI adalah Rp dan Rp Dengan adanya selisih yang cukup besar pada saat perhitungan tingkat pengembalian, maka penulis mengasumsikan bahwa harga saham sebelum stock split harus dibagi dua semua. Sehingga harga saham sebelum dan sesudah stock split tidak terlalu jauh angkanya pada saat perhitungan tingkat return saham, dan hasil uji sensitivitas betanya tidak akan menimbulkan bias. Setelah melakukan perhitungan tingkat pengembalian IHSG. Dapat langsung dihitung rata-rata return market periode Berikut adalah hasil perhitungan return market. 68

11 RETURN MARKET Rm/Mingguan 0,16% Rm/Tahunan 8,25% Dari hasil perhitungan yang ada, tingkat return market dari tahun adalah sebesar 8,25%. Ini membuktikan bahwa investor layak untuk berinvestasi di pasar modal, karena jika hasil return market lebih kecil dari BI rate, maka investor lebih baik menanamkan uangnya di bank. Langkah kedua adalah menghitung beta dengan menggunakan fungsi Slope yang terdapat pada Microsoft Excel dan hasil dari langkah pertama diatas, dimasukan ke rumus slope tersebut. Tabel IV Hasil Average Beta tahun Average BETA TAHUN BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG 0,65 1,20 1,10 1,12 0,52 1,59 1,11 1,64 Hasil beta yang terendah adalah saham MYOR dan beta yang tertinggi adalah saham ITMG. Artinya, jika pasar saham naik atau turun sebesar 5%, berarti untuk saham MYOR akan naik atau turun sebesar 2,6%. Sedangkan untuk saham ITMG akan naik atau turun sebesar 8,2%. Dengan kata lain, semakin besar nilai beta, semakin besar pula resiko saham terebut. 69

12 Dari hasil beta diatas, yang memiliki beta lebih dari 1 adalah Bank Mandiri, Bank BRI, Indofood, Tambang Batubara Bukit Asam, Indo Tambangraya Mega, Indocement Tunggal Prakarsa. Ini berarti bahwa sahamsaham tersebut memiliki tingkat sensitifitas yang cenderung cukup tinggi terhadap pergerakan harga saham dan memiliki resiko yang tinggi. Sedangkan untuk beta yang berada di bawah 1 adalah Bank BCA, dan Mayora Indah, yang berarti harga saham tersebut tidak akan sensitif atau cenderung lambat dalam mengikuti pergerakan harga pasar saham dan memiliki resiko yang rendah. Langkah ketiga adalah menentukan risk free rate. Penulis menggunakan BI rate sebagai risk free rate, karena BI rate telah menjadi acuan bagi bankbank di Indonesia dalam menentukan suku bunga deposito, kredit, dan tabungan. Berikut hasil BI rate periode Tabel IV BI Rate dari Tahun BI RATE JAN 8,00% 8,75% 6,50% 6,50% FEB 8,00% 8,25% 6,50% 6,75% MAR 8,00% 7,75% 6,50% 6,75% APR 8,00% 7,50% 6,50% 6,75% MEI 8,25% 7,25% 6,50% 6,75% JUN 8,50% 7,00% 6,50% 6,75% JUL 8,75% 6,75% 6,50% 6,75% AGUST 9,00% 6,50% 6,50% 6,75% SEP 9,25% 6,50% 6,50% 6,75% OKT 9,50% 6,50% 6,50% 6,50% NOP 9,50% 6,50% 6,50% 6,00% DES 9,25% 6,50% 6,50% 6,00% Sumber: 70

13 Setelah mendapatkan BI rate/bulan dari tahun , penulis melakukan perhitungan BI rate/minggu dengan tujuan agar perhitungannya sama dengan return market dan return saham. Selain itu, penulis juga mengasumsikan BI rate harus dibagi dengan 52 karena meskipun Bank Indonesia mengeluarkan BI rate per bulan, tetapi dalam perhitungan perbankan, BI rate dihitung per tahun. Setelah mendapatkan BI rate/minggu, langkah selanjutnya adalah menyesuaikannya dengan tanggal IHSG. Berikut contoh cara mengestimasi BI rate/minggu. Perhitungan lengkapnya ada di Lampiran 1-10 Tabel IV Contoh Perhitungan BI Rate yang disesuaikan dengan Tanggal IHSG TANGGAL IHSG BULAN BI RATE (EST).BI RATE BI Rate/52 2 Jan ,154% 7 Jan ,154% Januari 8% 14 Jan ,154% 28 Jan ,154% 2 Jun ,163% 10 Jun ,163% 16 Jun 2008 Juni 8,50% 0,163% 23 Jun ,163% 30 Jun ,163% 71

14 Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata BI rate/minggu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel. Setelah mendapatkan hasil rata-rata BI rate/minggu, dapat langsung dikalikan dengan 52 untuk mendapatkan rata-rata BI rate/tahun. Berikut adalah hasil BI rate/minggu dan tahun. BI RATE Average/Mingguan 0,14% Average/tahunan 7,22% Dari tabel perhitungan di atas, didapatkan BI rate sebesar 0,14 per minggu dan 7% per tahunnya. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan return market, maka rata-rata BI rate lebih kecil daripada tingkat pengembalian pasar saham (Rm). Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor layak untuk berinvestasi di pasar modal saham. Setelah memperoleh hasil dari perhitungan ketiga komponen tersebut, yaitu tingkat pengembalian pasar (Rm), beta rata-rata (β) dan BI rate (RFR), kita dapat menghitung CAPM. Perhitungan CAPM dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV Perhitungan CAPM dan Premi Resiko BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG Rm 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% 8,25% B 0,65 1,20 1,10 1,12 0,52 1,59 1,11 1,64 RFR 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% 7,22% CAPM(Ks) 7,89% 8,46% 8,35% 8,37% 7,75% 8,86% 8,36% 8,91% Premi Resiko 0,67% 1,24% 1,13% 1,15% 0,53% 1,64% 1,14% 1,69% 72

15 Dari tabel diatas, ada dua komponen utama dari perhitungan CAPM yaitu tingkat return bebas resiko dan premi resiko. Untuk mengetahui tingkat premi resiko sekuritas dapat dihitung dengan mengalikan beta dan market risk premium/(rm-rfr). Hasil premi resiko sekuritas, saham yang memiliki tingkat resiko saham yang paling beresiko dalam berinvestasi adalah saham ITMG karena memiliki tingkat premi resiko paling tinggi, sedangkan saham yang kurang beresiko dalam berinvestasi adalah saham MYOR karena memiliki tingkat premi resiko paling rendah. Jadi alasan penulis menggunakan CAPM sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor adalah lebih dikarenakan dua komponen tersebut dapat menggambarkan tingkat return yang akan didapatkan oleh investor dengan berinvestasi tanpa resiko yang berpatokan pada tingkat suku bunga ditambah resiko yang didapatkan oleh investor dalam berinvestasi saham. IV.2.5 Perhitungan Dividen Discount Model Setelah mendapatkan tingkat pertumbuhan, tingkat pengembalian dan estimasi dividen di tahun Berikut adalah cara perhitungannya. P bbca 2011 = = 114 x (1+5,73%) 7,89% - 5,73% = Rp

16 P indf 2011 = = 133 x (1+5,73%) 8,37% - 5,73% = Rp Untuk mendapatkan hasil estimasi yang benar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengestimasi diantaranya: Ketika menentukan dividen yang akan digunakan, dividen yang digunakan adalah dividen hasil estimasi dari dividen tahun 2011 yang dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen (GDP) sehingga menjadi dividen estimasi tahun Estimasi yang salah adalah jika menggunakan dividen tahun 2010 untuk mengestimasi harga wajar saham tahun 2011 yang akan dibandingkan dengan harga saham yang ada di pasar tahun Dalam menentukan tingkat pertumbuhan dividen, kita harus berhati-hati karena jika terdapat kesalahan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dividennya, maka hasil estimasi harga wajar akan semakin tinggi. Ketika menentukan required rate of return. Banyak para analis ingin menambahkan 1-2% dari tingkat imbal hasil yang sudah dihitung dengan asumsi ingin mendapatkan tingkat return yang lebih tinggi. Pada prinsipnya, saat menambahkan 1-2% tingkat imbah hasil, maka harga wajar yang akan diestimasi semakin rendah. Contohnya, pada tabel di bawah ini, dimana penulis mensimulasikan penambahan 1-2% dari perhitungan CAPM pada saham BBCA dan INDF. 74

17 Tabel IV Perhitungan Simulasi CAPM atas Penambahan 1-2%. Kode Saham Required Rate Harga Wajar Saham of Return BBCA 7,89% ,89% ,89% 2897 INDF 8,37% ,37% ,37% 3031 Dari hasil tabel diatas, penulis tetap menggunakan perhitungan CAPM tanpa menambahkan atau mengurangkan 1-2% dari tingkat imbal hasil dengan alasan bahwa penulis ingin mendapatkan estimasi hasil wajar saham yang murni dari perhitungan yang sudah ada. Berikut adalah tabel hasil perhitungannya: 75

18 Tabel IV Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan DDM SAHAM DIVIDEN 2011 Estimasi Harga Wajar Saham 2011, dengan Pendekatan DDM DIVIDEN 2012 EXPECTED GROWTH REQUIRED RATE OF RETURN ESTIMASI HARGA SAHAM HARGA SAHAM 31 DEC 2011 Overpriced or Underpriced BBCA ,5322 GDP 5,73% 7,89% Overpriced BMRI ,9906 GDP 5,73% 8,46% Overpriced BBRI 74,08 78, GDP 5,73% 8,35% Overpriced INDF ,6209 GDP 5,73% 8,37% Underpriced MYOR ,449 GDP 5,73% 7,75% Overpriced PTBA ,8588 GDP 5,73% 8,86% Underpriced INTP ,0699 GDP 5,73% 8,36% Overpriced ITMG ,93 GDP 5,73% 8,91% Underpriced Dari hasil tabel perhitungan, menunjukkan adanya perbandingan antara estimasi harga wajar saham dengan harga saham di akhir tahun Dimana dapat disimpulkan bahwa adanya harga saham yang tergolong Overpriced (mahal) dan masih ada yang tergolong Underpriced (murah). Saham yang tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham harga saham yang ditawarkan di pasar saham. Begitu pula sebaliknya. Saham yang tergolong overpriced adalah saham BBCA, BMRI, BBRI, MYOR, dan INTP. Sedangkan saham yang tergolong underpriced adalah saham INDF, PTBA, dan ITMG. 76

19 IV.3 Metode Price Earning Ratio (PER) Pendekatan ini juga digunakan oleh investor untuk mengestimasi harga wajar saham. Untuk dapat menghitung estimasi harga wajar saham, data yang diperlukan adalah Price Earning Ratio (PER) dan Earning per Share (EPS). Langkah pertama, untuk mendapatkan PER penulis mengasumsikan dengan menggunakan rata-rata PER yang dihitung berdasarkan pada masing-masing sektor, yang dimana setiap sektor perbankan, makanan dan minuman, dan pertambangan terdapat 5 perusahaan dan pada sektor semen terdapat 3 perusahaan. Perusahaan yang menjadi pembandingnya adalah perusahaan yang sebanding dalam artian memiliki tingkat ROE yang sama atau lebih tinggi dari perusahaan yang menjadi objek penelitian. ROE yang dilihat hanya di tahun Alasan penulis menggunakan ROE sebagai alat pembanding karena jika menggunakan saham yang aktif di pasar modal atau saham yang memiliki market cap yang besar belum tentu saham itu bagus secara fundamental. Tetapi sebaliknya kalau melihat ROE, rasio tersebut lebih menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian atau return dalam modal perusahaannya. Berikut adalah hasil PER/sektor. 77

20 Tabel IV PER/sektor di Tahun 2011 BANK PER TAMBANG BATU BARA PER BBCA 18 KKGI 14,3 BMRI 12,8 PTBA 13 BBRI 10,7 ITMG 9,1 BJBR 9,2 HRUM 13,1 BDMN 10,8 BYAN 29,5 Sektor 12,3 Sektor 15,8 Makanan & PER Minuman SEMEN PER DLTA 17,8 INTP 18,4 INDF 13,3 SMGR 17,7 MLBI 14,9 SMCB 18,9 MYOR 31,6 Sektor 18,3 CEKA 8,4 Sektor 17,2 Sumber: Dari hasil perhitungan diatas, rata-rata PER pada sektor perbankan adalah 12,3x, untuk makanan dan minuman adalah 17,5x, tambang batu bara adalah 15,8x dan terakhir sektor semen memiliki PER yaitu 18,3x. Pada prinsipnya, PER yang rendah adalah mencerminkan harga saham itu murah dan dari hasil tabel diatas, PER per sektor yang rendah adalah perbankan dan yang kedua adalah tambang batu bara. Setelah mendapatkan perhitungan PER, langkah kedua adalah menentukan EPS. EPS yang digunakan adalah EPS di tahun 2011 dimana penulis ingin membandingkan harga saham dengan hasil estimasi harga wajar saham dengan pendekatan PER di tahun 2011 saja. Rumus EPS yang digunakan adalah Earning Per Share = Net income Dividend on Preferred Stock Number of Common Shares Outstanding 78

21 EPS bbca = = Rp 444/lembar saham EPS indf = = Rp 350/lembar saham Dari hasil perhitungan di atas, pada prinsipnya kenaikan EPS dapat terjadi karena: - Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. - Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. - Laba laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. Sedangkan penurunan EPS dapat terjadi karena: - Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. - Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. - Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. Data EPS dapat dilihat di tabel sebagai berikut: Tabel IV Earning Per Share di Tahun 2011 Earning Per Share 2011 BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG EPS ,33 628, ,

22 Dari perhitungan diatas, EPS tertinggi adalah saham ITMG dengan laba per lembar saham sebesar Rp Sedangkan untuk EPS terendah adalah saham INDF dengan laba per lembar saham Rp 350. Semakin besar Earning per Share (EPS), semakin banyak investor yang akan tertarik pada saham tersebut karena dividen yang akan diberikan oleh perusahaan. Tetapi hal ini tergantung pada keputusan perusahaan itu sendiri seberapa besar Dividend Payout Ratio yang akan dibagikan oleh perusahaan dari EPS nya. Langkah ketiga dalam metode ini adalah mengestimasi hasil perhitungan dengan data-data yang sudah dijelaskan diatas. Caranya adalah dengan mengalikan PER/sektor dan EPS Dari rumus diatas, berikut adalah tabel hasil perhitungannya Tabel IV Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan PER ESTIMASI HARGA WAJAR SAHAM DI TAHUN 2011 METODE PER BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG PER/sektor 12,30 12,30 12,30 17,2 17,2 15,8 18,40 15,8 EPS ,33 628, , ESTIMASI HARGA SAHAM HARGA SAHAM 31 DEC 2011 Overprice or Underprice Overpriced Overpriced Underpriced Underpriced Overpriced Underpriced Underpriced Underpriced Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan ada saham yang tergolong Overpriced (mahal) dan ada saham yang masih tergolong underpriced (murah). 80

23 Saham yang tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham harga saham yang di awarkan di pasar saham dan begitu pula sebaliknya. Berikut adalah daftar saham yang tergolong overpriced, antara lain: BBCA, BMRI, MYOR. Sedangkan untuk saham yang tergolong underpriced, antara lain: BBRI, INDF, PTBA, ITMG dan INTP. 81

BAB IV. Analisis dan Pembahasan

BAB IV. Analisis dan Pembahasan BAB IV Analisis dan Pembahasan IV.1 Penentuan Skenario Penelitian Objek penelitian ini adalah saham PT Indofood Sukses Makmur, yang dilakukan selama periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penlitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian dianalisa menggunakan analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Fundamental Analisa Fundamental digunakan untuk mengevaluasi harga saham perdana PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, meliputi pendekatan deviden dan pendekatan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal Dalam portofolio yang dibentuk, kita membentuk kombinasi yang optimal dari beberapa asset (sekuritas) sehingga

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Skenario Penelitian Objek penelitian ini adalah PT Astra Agro Lestari Tbk, PT BW Plantation Tbk dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk yang dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan riset, berinvestasi di Indonesia sangat menjanjikan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan riset, berinvestasi di Indonesia sangat menjanjikan di masa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam berinvestasi saham ada dua pelaku potensial yang dapat kita temukan yakni: seorang investor dan trader. Warren Buffett adalah seorang investor jangka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan tujuan investasi yang dinyatakan dalam risiko maupun return. Investor harus memahami bahwa ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan

BAB IV PEMBAHASAN. dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penentuan Skenario Pilihan Model penilaian saham ada 3 macam yaitu free cashflow model, relative model dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil objek perusahaan yang tergolong ke dalam sektor industri telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara tunai dan rutin selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membentuk portofolio yang memberikan komposisi optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan saham yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN 2001 2008 BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) Welin Kusuma*, Dessy Mulyani** *Program Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan masing-masing

dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan masing-masing Untuk membandingkan kinerja keuangan dari ketiga saham tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan September 2016 Juni 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan September 2016 Juni 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan September 2016 Juni 2017. 2. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan Pada Subsektor Batu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Hermawan (2009 :17), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk 64 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) Badan Usaha Milik Negara bidang perbankan yang terdaftar di BEI yaitu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah disamping mengarahkan dana dari masyarakat agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah disamping mengarahkan dana dari masyarakat agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan. Tujuan pasar modal di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Blue chip Istilah ini sebenarnya berasal dari istilah di kasino, di mana blue chip mengacu pada counter yang memiliki nilai paling besar. saham blue chip

Lebih terperinci

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR OVERVIEW 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan. NILAI INTRINSIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini,

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini, BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan rasio Sharpe yaitu diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan penting yang dimiliki oleh pasar uang dalam resiko investasi terhadap pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia memberikan manfaat

Lebih terperinci

1/45 OVERVIEW

1/45 OVERVIEW http://www.deden08m.wordpress.com 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana terpenting dalam perdagangan efek pada suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan tambahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham PT. Bank Mandiri Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dipasar perdana (primary market) maupun di pasar sekunder (secondary

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dipasar perdana (primary market) maupun di pasar sekunder (secondary BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari peran serta para pemodal (Investor) dalam melakukan transaksi saham dipasar modal, baik yang dilakukan dipasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 9 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Analisis Saham 1. Analisis Fundamental Analisis Fundamental (fundamental analysis) menggunakan prospek laba dan dividen perusahaan, harapan tingkat bunga dimasa depan,

Lebih terperinci

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN IV.1 Penentuan Skenario Penilaian Model penilaian perusahaan yang lazim digunakan adalah dividend discounted model (DDM). Model ini menilai suatu perusahaan berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan dan perekonomian suatu negara. Di dalam pasar modal, kita dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama dalam proses alokasi dana masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin majunya peradaban masyarakat, pilihan investasi pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal. Perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk.

Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk. Analisis Fundamental untuk menentukan nilai intrinsik saham sebagai dasar pengambilan keputusan investasi saham pada PT. Kimia Farma, Tbk. BAB I Latar Belakang Dalam mempertimbangkan investasi, para investor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis. II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan

Lebih terperinci

MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTFOLIO

MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTFOLIO MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTFOLIO ANALISA PENILAIAN SAHAM PADA PT LIPPO KARAWACI Tbk Disusun Oleh: Muhammad Fuad Adisaputra 2511101022 Jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis penilaian kinerja saham-saham BUMN dan portofolio BUMN dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Sharpe dan rasio Treynor untuk mengukur tingkat return-nya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga diperlukan usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang terus berada pada indeks LQ45 periode

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang terus berada pada indeks LQ45 periode BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks LQ45 adalah perhitungan dari 45 saham, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas sahamsaham

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v i DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 8 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang II. LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Dalam manajemen keuangan terdapat tiga keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan pembiayaan dan keputusan dividen. Dari ketiga keputusan tersebut, keputusan invetasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Sebelum melangkah dalam penghitungan nilai instrinsik melalui pendekatan

BAB IV PEMBAHASAN. Sebelum melangkah dalam penghitungan nilai instrinsik melalui pendekatan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Fundamental Sebelum melangkah dalam penghitungan nilai instrinsik melalui pendekatan dividend discount model (DDM) dan penilaian kewajaran harga saham, sebagaimana kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks LQ45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham di Bura Efek Indonesia dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan Pendapatan Tetap Untuk menghitung tingkat pengembalian investasi Reksa dana. Dibutuhkan data berupa nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek

Lebih terperinci

Nadya Destiyanti Putri

Nadya Destiyanti Putri PENENTUAN NILAI HARGA WAJAR SAHAM PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE TBK, DENGAN MENGGUNAKAN METODE GORDON GROWTH MODEL. Nadya Destiyanti Putri 26213293 Latar Belakang Masalah 1. Investasi saham merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Himawan Hariyoga, dalam. 283,5 trilliun. Berikut data realisasi investasi hingga September 2012:

BAB I PENDAHULUAN. Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Himawan Hariyoga, dalam. 283,5 trilliun. Berikut data realisasi investasi hingga September 2012: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemulihan ekonomi yang lambat di negara-negara maju pasca krisis global 2008 silam, menyebabkan para investor lebih memilih mendiversifikasikan investasinya ke luar

Lebih terperinci

Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation)

Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation) Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation) Ada beragam cara yang digunakan manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah transaksi yang dilakukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab 4 ini dilakukan pembahasan mengenai valuasi harga saham P.T TELKOM Tbk, dengan menggunakan metode discounted cash flow valuation. Dari beberapa macam metode discounted

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan perekonomian. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian,

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Analisis sekuritas berdasarkan analisis fundamental. Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental,

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya investor yang menjadikan pasar modal sebagai alternatif berinvestasi. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal pun semakin meningkat. Dana tersebut dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman berbentuk hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bertemu antara penjual dan pembeli dengan resiko untung dan rugi serta merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Intesitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal berbeda - beda. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif diperdagangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis.

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high retum. Artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high retum. Artinya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Return Saham Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high retum. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai akuisisi PT. Indosat Tbk jika dibuyback oleh pemerintah. Dengan menggunakan Empat metode yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO)

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO) yang berperan sebagai fasilitator dalam perkembangan pasar modal di Indonesia. Menurut Husnan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Sektoral BEI (Bursa Efek Indonesia) merupakan sub indeks dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

Indonesia Outlook

Indonesia Outlook Indonesia Outlook 2017-2018 PT. Reliance Sekuritas Indonesia, Tbk June 2017 Peluang di tahun 2017-2018 Stabilitas suku bunga dan nilai tukar Rupiah Aliran modal masuk yang masih positif Hampir Rp30 T net

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini persaingan dalam dunia ekonomi semakin meningkat karena munculnya berbagai pelaku usaha dalam berbagai segmen industri dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1. Pengertian Portofolio Dalam fenomena yang terjadi pada dunia keuangan, "portofolio" digunakan untuk menyebutkan kumpulan investasi yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

Fundamental analysis 2014

Fundamental analysis 2014 PT Mandiri Sekuritas Plaza Mandiri 29th Floor Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta 12190 - Indonesia Tel: (62-21) 526 3445 Fax: (62-21) 526 3521 www.mandirisek.co.id investment banking capital markets

Lebih terperinci

Handout Manajemen Keuangan Lanjutan

Handout Manajemen Keuangan Lanjutan Handout Manajemen Keuangan Lanjutan MODEL PENETAPAN HARGA BARANG MODAL (CAPITAL ASSET PRICING MODEL) 1 CAPM (Capital Asset Pricing Model) Model yang menggambarkan hubungan antara resiko dan pengembalian

Lebih terperinci

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR MATERI 9 PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai buku. Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Jika tingkat ekonomi suatu negara tersebut baik maka tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Listing Di

Lebih terperinci

ANALISA UNTUK INVESTOR

ANALISA UNTUK INVESTOR 1 Pertemuan 11 ANALISA UNTUK INVESTOR Salah satu keputusan yang harus diambil oleh para investor adalah keputusan portfolio pada sekuritas. Ada tiga tipe investor, yaitu investor jangka pendek, investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi obyek penelitian, desain penelitian, variabel dan skala pengukuran, metode pengumpulan data, jenis data, dan metode

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk melakukan penilaian atas nilai wajar dari suatu saham, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan berlomba lomba untuk memperoleh sumber pendanaan. Hal ini terlihat dari data yang dirilis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik

Lebih terperinci